METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .1 Rancang Bangun Alat .1 Rancang Bangun Alat
4.2.5 Sistem Otomasi Deteksi Kecelakaan Sepeda Motor
berdasarkan data hasil pengujian Tabel 4.6 dan 4.7 dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan posisi penempatan sensor ultrasonik yang efektif , maka dilakukan uji penempatan sensor ultrasonik sebanyak 5 posisi pada sepeda motor. Setelah dilakukan pemeriksaan kondisi sepeda motor, maka didapatkan 5 posisi penempatan sensor ultrasonik yang memungkinkan, yaitu pada sayap samping, bawah blok mesin, antara pijakan kaki, belakang plat nomor belakang dan bawah plat nomor belakang. Dari kelima posisi tersebut akan ditentukan posisi mana yang paling efektif.
Sensor ultrasonik ditempatkan pada 5 posisi tersebut secara bergiliran dengan kondisi sensor ultrasonik yang menghadap ke lintasan horizontal (permukaan jalan). Setelah sensor ultrasonik diletakkan, maka sepeda motor akan diatur seolah-olah sepeda motor sedang melaju di jalan. Pada uji alat secara keseluruhan yang pertama, sepeda motor diatur seperti melaju di jalan yang lurus dengan jarak tempuh 1000 cm. Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa permukaan jalan yang tidak rata menyebabkan keluaran nilai ukur sensor berubah. Perubahan keluaran nilai ukur sensor sesuai dengan ketinggian permukaan jalan.Karena kondisi sepeda motor aman atau tidak mengalami kecelakaan, maka data nilai
ukur sensor yang berubah–ubah akan ditolerir sebagai nilai ukur aman sepeda motor. Data hasil pengujian ini akan dijadikan refensi untuk menentukan batas minimal kondisi amansepeda motor pada nilai ukur sensor ultrasonik.
Pada pengujian alat secara keseluruhan yang kedua, sepeda motor akan dikenai perlakuan seolah–olah sepeda motor melewati jalan miring dan mengalami kecelakaan. Pada umumnya, setiap sepeda motor yang mengalami kecelakaan akan terjatuh atau miring. Peristiwa umum ini yang dijadikan acuan oleh sensor ultrasonik untuk menentukan jarak minimal aman sebagai bahan identifikasi kondisi sepeda motor (aman atau kecelakaan). Pengujian alat secara keseluruhan yang kedua bertujuan untuk menentukan kondisi sepeda motor sesuai besarnya nilai ukur sensor ultrasonik. Pada Tabel 4.7 diketahui bahwa kemiringan jalan atau kemiringan sepeda motor akanmempengaruhi nilai ukur sensor ultrasonik. Menurut sumber Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Dept. PU diketahui bahwa kemiringan maksimal pada jalan adalah 17o. Kemiringan maksimal jalan raya juga menjadi acuan dalam penentuan batas minimal kondisi aman sepeda motor.
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui analitis hasil lapangan dan perhitungan secara teoritik nilainya saling mendekati. Dalam keadaaan berada di permukaan jalan yang miring, sensor dapat bekerja sesuai yang diharapkan dan sensor sudah memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Hasil ini sudah sesuai dan mendekati hasil perhitungan secara teoritik dengan menggunakan persamaan 2.1. Melalui Tabel 4.7 dan Gambar 4.5 dapat diketahui pula bahwa dari kelima posisi penempatan sensor ultrasonik yang diujikan, posisi penempatan diantara pijakan kaki yang
paling efektif dan memungkinkan untuk menempatkan sensor ultrasonik. Pemilihan posisi penempatan tersebut berdasarkan tingkat keamanan sensor ultrasonik akan benturan, tingkat ketinggian yang aman akan kubangan air dijalan dan tidak terhalangnya kontak antara sensor ultrasonik dengan permukaan jalan pada semua kondisi sepeda motor. Dengan pertimbangan kemiringan jalan dan kemiringan sepeda motor saat terjatuh, diputuskan bahwa batas minimal sepeda motor dalam kondisi aman adalah 79cm. Dengan asumsi adanya kemiringan motor yang melebihi sudut 80osaat terjatuh mengalami kecelakaan.
Setelah didapatkan batas minimal aman dari pengujian alat keseluruhan kedua, maka akan dilakukan pengujian alat secara keseluruhan yang ketiga dengan tujuan untuk mengetahui kinerja alat beserta komponen pelengkapnya melalui demontrasi layaknya di lapangan. Data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Melalui Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa alat sudah bekerja sesuai dengan perencanaan. Hal ini berdasarkan adanya proses pengiriman pesan pendek yang berisi informasi kecelakaan dan posisinya setelah sensor ultrasonik menunjukkan nilai ukur diatas nilai aman (79 cm), jarak tunggu antara pesan terkirim dan diterima masih dalam waktu yang ditolerir, yaitu di bawah 16 detik. Keberhasilan pengujian alat secara keseluruhan juga telah menyamai keberhasilan penelitian sebelumnya yaitu simulasi sistem informasi posisi kereta api menggunakan GPS dan mobile phone untuk keselamatan penumpang (Murtadlo, A., et al, 2009). Penelitian tersebut menggunakan perangkat dan sistem kerja alat yang hampir sama sehingga memungkinkan untuk dilakukan penelitian yang mendekati.
Dengan hasil pengujian yang sudah sesuai dengan harapan, maka permasalahan sistem informasi kecelakaan sepeda motor yang terjadi dijalan raya sudah dapat diselesaikan. Pada keadaan lapangan yang sebelumnya diketahui bahwa harus ada saksi mata dalam setiap kecelakaan agar informasi kecelakaan tersebut dapat diketahui oleh pihak keluarga, rumah sakit dan kepolisian. Dengan diterapkannya teknologi otomasi sistem analisis dan informasi kecelakaan pada sepeda motor, maka keberadaaan saksi mata dapat tergantikan. Teknologi ini dapat menggantikan keberadaan saksi mata karena teknologi ini dapat menganalisis keadaan dan posisi sepeda motor sehingga diketahui apakah sepeda motor mengalami kecelakaan atau tidak dan dimana letak koordinat kecelakaan tersebut terjadi. Kelebihan yang lain adalah adanya pengiriman informasi kecelakaan kepada pihak – pihak tertentu secara otomatis berupa pesan pendek yang berisi letak koordinat sepeda motor setelah sepeda motor mengalami kecelakaan karena adanya pengaturan isi pesan pendek dan nomor tujuan sejak awal serta adanya GPS yang senantiasa memberikan nilai letak koordinat sepeda motor secara terus menerus. Pemberian tombol power bertujuan agar penggunaan teknologi ini sesuai dengan waktu kerjanya, yaitu dapat dihidupkan saat sepeda motor dalam kondisi dijalankan dan dimatikan jika sepeda motor dalam kondisi istirahat atau mesin mati.
Berdasarkan dari seluruh hasil pengujian dan kajian yang telah dilakukan, maka telah tercipta alat otomasi sistem analisis kecelakaan sepeda motor yang mampu melakukan pengiriman informasi kecelakaan kepada pihak – pihak yang bersangkutan.
Alat otomasi sistem analisis kecelakaan pada sepeda motor ini masih memiliki beberapa kekurangan yang dapat dilengkapi untuk pengembangannya, antara lain: adanya tombol on/off yang masih manual dalam menghidupkan alat, sehingga ditakutkan adanya keteledoran pengguna yang lupa mematikan saat alat tidak bekerja, dan sebaliknya. Diharapkan proses bekerjanya alat bersifat otomatis sesuai penggunaannya. Pada dasarnya alat ini masih mengalami uji coba, sehingga perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dalam penentuan penempatan sensor agar sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi dapat berada pada posisi yang aman dan efektif.
Kekurangan alat yang berupa fungsi menghidupkan alat (on/off) yang masih bersifat manual dapat diperbaiki dengan menambahkan komponen pelengkap, yaitu tombol on/off yang langsung terhubung dengan kunci sepeda motor, sehingga ketika kunci digunakan untuk menghidupkan sepeda motor, secara otomatis alat analisis dan informasi kecelakaan juga hidup. Ketika kunci digunakan untuk mematikan sepeda motor, maka dengan tambahan delay waktu n (misal n = 30 detik) secara otomatis alat analisis dan informasi kecelakaan juga mati.
63
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisisnya, maka dapat disimpulkan, bahwa telah dibangun otomasi sistem deteksi kecelakaan pada sepeda motor dengan ketelitian pendeteksi sebesar 98,71% dan rata-rata error pendeteksian sebesar 0,26%. Sistem menggunakan perangkat yang terdiri dari: sensor ultrasonik PING)))TM, microcontroller ATMega162, GPS GARMIN 60 CSx, modem wavecom, dan komunikasi serial RS232.Sistem dapat mengirimkan informasi kecelakaan berupa pesan pendek yang berisi koordinat lokasi kecelakaan setelah sensor ultrasonik membaca jarak >79 cm dengan delay 5 detik.
5.2 Saran
Untuk penelitian lebih lanjut terhadap pengembangan sistem, disarankan hal-hal sebagai berikut: adanya sistem otomatis untuk menghidupkan alat, penentuan posisi penempatan sensor ultrasonik agar lebih aman dan efektif, perlunya modul GPS receiver untuk menghemat pemakaian ruang, dan pengecekan simcard secara berkala untuk mengetahui kondisi keaktifannya.
64