• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Pembuangan Air Limbah RPH

Kegiatan RPH meliputi pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan kandang penampung, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi perut dan air sisa perendaman. Hasil dari kegiatan proses pemotongan yang beroperasi dari pukul 23.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB tersebut dihasilkan air limbah dari kotoran, sisa pakan, isi rumen serta serpihan daging dan lemak yang bercampur bersama air cucian.

Proses pengolahan air limbah yang digunakan PD RPH adalah bak penampungan limbah padat (jeroan), kolam pengendapan limbah cair dan kolam oksidasi (Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.).

Gambar 4.1 Tahapan Proses Pengolahan Limbah Cair di RPH Medan

Pengendapan limbah padat (jeroan)

Oksidasi (Kontrol) Pengendapan limbah cair Pengendapan limbah padat (jeroan)

Parit

Limbah Sapi dan

Kambing

Limbah Sapi dan

Babi

Pemotongan Sapi Dengan Cara Hidrolik Pemotongan Babi Kolam Pengendapan Limbah Padat (Jeroan)

Kolam Pengendapan Limbah Cair Kolam Oksidasi (Kolam Kontrol) Parit Pembuangan J l. Rumah Po tong He wa n

Kolam Pengendapan Limbah Padat (Jeroan) Kandang Sebelum Dipotong Pemotongan Sapi dengan Cara Ditembak dan Kambing Kandang Sebelum Dipotong

Kandang Sebelum Dipotong Kandang Sebelum Dipotong K-2 K-3 K-4 K-1

4.1.1 Kolam Pengendapan Limbah Padat (Jeroan)

Dari kegiatan RPH Medan dihasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah yang dihasilkan ini untuk tahap pertama akan dialirkan ke kolam pengendapan limbah padat (jeroan). Kolam ini berfungsi untuk memisahkan limbah padat dan cair, limbah padat berupa kotoran, sisa pakan, isi rumen serta serpihan daging dan lemak akan diendapkan di kolam ini. Dan pada waktu tertentu limbah padat yang menumpuk ini akan dikeruk dan dibuang.

4.1.2 Kolam Pengendapan Limbah Cair

Setelah melalui kolam pengendapan limbah padat, limbah cair yang lewat dari kolam tersebut dialirkan ke kolam pengendapan limbah cair. Di kolam ini terjadi pengendapan limbah cair yang masih bercampur dengan serpihan daging dan lemak. Dari kolam pengendapan limbah cair ini, limbah kemudian akan dialirkan ke kolam oksidasi.

4.1.3 Kolam Oksidasi

Kolam oksidasi berbentuk lingkaran yang luasnya ± 706,86 m² dengan kedalaman 1,6 m Kolam oksidasi yang ada di RPH Medan memiliki dinding tanah dan banyak ditumbuhi rumput serta memiliki sedikit tumbuhan ganggang.

Kolam oksidasi merupakan salah satu teknik pengolahan limbah secara biologis yang memanfaatkan kerja organisme, alga dan dengan bantuan sinar matahari (Gambar 4.3). Kolam oksidasi adalah salah satu teknologi pengolahan limbah cair berupa kolam buatan dangkal dengan memanfaatkan proses alami

Lumpur Bakteri Oksigen Limbah Influen Produksi Gas Sintesis ganggang Produk oksidasi (CO2, NO¯ 3, PO4³¯ , H2O) + sintesis bakteri

Efluen bakteri, ganggang organik dan anorganik

terlarut

Endapan ganggang dan bakteri Energi Matahari

dari ganggang dan bakteri dan teknologi ini berbentuk reaktor pengolahan air limbah secara biologis aerobik yang paling sederhana dan tertua serta merupakan perkembangan dari cara pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air. Kolam ini lebih cocok digunakan pada negara negara tropis seperti Indonesia akibat pancaran energi matahari yang tinggi. Pembuatan dan pengoperasian kolam yang relatif murah serta sangat efisien menghancurkan parasit dan bakteri pathogen

    

Gambar 4.3 Skema Interaksi biologik dalam kolam oksidasi

Cara kerja kolam ini sangatlah sederhana yakni berbagai jenis mikroorganisme berperan dalam proses perombakan, tidak terbatas mikroorganisme jenis aerobik, tetapi juga mikroorganisme anaerobik. Organisme heterotrof aerobik dan aerobik berperan dalam proses konversi bahan organik; organisme autotrof (fitoplankton, alga, tanaman air) mengambil bahan anorganik (nitrat dan fosfat) melalui proses fotosintetik. Karena lamanya waktu tinggal limbah cair, maka organisme dengan waktu generasi tinggi (zooplankton, larva insekta, kutu air, ikan kecil) juga dapat tumbuh dan berkembang dalam sistem kolam. Organisme tersebut hidup aktif

di dalam air atau pada dasar kolam. Komposisi organisme sangat tergantung pada temperatur udara, suplai oksigen, sinar matahari, jenis dan konsentrasi substrat.

Kolam harus dirancang untuk penghilangan karbon dengan fermentasi metana atau konversi bahan berkarbon menjadi ganggang dengan penghilangan sel ganggang dari efluen. Bakteri bertanggung jawab untuk proses-proses oksidasi dan reduksi yang berlangsung dalam kolam. Ganggang memegang peranan dalam menggunakan kelebihan karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Penampilan kolam oksidasi yang memuaskan tergantung pada keseimbangan antara bakteri dengan ganggang, seperti yang disebabkan oleh muatan limbah yang tinggi atau hambatan oleh metabolisme ganggang akan menyebabkan pemecahan oksigen, abu yang mengganggu, dan mutu efluen yang buruk. Aktivitas ganggang yang berlebihan, seperti yang disebabkan oleh kelebihan nutrien ganggang dan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan ganggang, akan menyebabkan kelebihan sel-sel ganggang dalam efluen. Konsep bahwa limbah organik distabilkan atau dioksidasi dalam kolam oksidasi hanya berlaku dalam arti limbah organik diubah dalam bentuk organik yang lebih stabil yaitu sel-sel ganggang. Kolam oksidasi adalah generator bahan organik karena sel-sel ganggang diproduksi. Pencampuran, suhu, dan radiasi merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan konsentrasi ganggang dalam kolam oksidasi. Dalam kolam oksidasi yang berfungsi dengan baik, sel-sel ganggang akan lebih banyak diproduksi daripada hanya dihasilkan dari karbon metabolisme hasil metabolisme bakteri karena karbon dioksida dalam kolam juga dapat digunakan.

Hasil akhir adalah peningkatan bahan organik dalam sistem. Kebutuhan oksigen dalam kolam oksidasi harus sebanding dengan atau kurang dari produksi oksigen fotosintetik bila kondisi anaerobik tidak diinginkan. Akan tetapi, reaksi anaerobik memegang peranan utama dalam stabilisasi BOD dalam suatu kolam oksidasi, seperti yang mungkin terjadi pada bagian kolam yang lebih bawah, diinginkan karena bila tidak akan timbul bau dan kondisi yang menganggu atau efisien menjadi lebih rendah.

Setelah melalui kolam oksidasi, limbah yang telah mengalami interaksi biologik akan di alirkan menuju parit pembuangan.

4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Air Limbah Rumah Potong Hewan

Dokumen terkait