GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
A. DASAR-DASAR DALAM PERPAJAKAN 1.Pengertian Pajak Secara Umum
4. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa system, yaitu:
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan swendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominant ada pada aparatur perpajakan).
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang WP dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan WP. WP dianggap mampu
menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, WP diberi kepercayaan untuk:
1.) menghitung sendiri pajak yang terutang, 2.) memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, 3.) membayar sendiri jumlah pajak yang terutang, 4.) melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, dan 5.) mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada WP itu sendiri (peranan dominant ada pada WP).
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan Presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
Subjek Pajak Dalam Negeri Luar Negeri Warisan Badan Orang Pribadi
Orang Pribadi bukan BUT
Badan bukan BUT
BUT 5. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi, warisan atau badan, termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), baik yang berada di dalam negeri maupun berada di luar negeri yang mempunyai atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Gambar III.A.1 Subjek Pajak
(Djoko Muljono, 2009: 1)
Sebagai WP, orang pribadi, badan, warisan belum terbagi dan BUT sudah mempunyai kewajiban dalam pemenuhan perpajakan. Kewajiban ini lebih dikenal sebagai Kewajiban Subjektif, atau kewajiban perpajakan yang terkait dengan subjek pajak tersebut.
Kewajiban perpajakan tersebut antara lain menghitung dan memperhitungkan, memotong, memungut, membayar dan membayarkan serta melapor dan melaporkan pajak yang terutang padanya atau yang terutang pihak lain yang harus dipotong atau dipungut.
1. Subjek pajak dalam negeri
Subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di dalam wilayah Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia atau luar Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui BUT di luar negeri dan juga warisan yang belum terbagi.
Subjek pajak dalam negeri dapat berbentuk seperti berikut: a. Orang Pribadi
Orang Pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri dapat dibedakan sebagai berikut:
a.) Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia. b.) Atau Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Warisan
Warisan menjadi subjek pajak dalam negeri apabila warisan yang ditinggalkan oleh subjek pajak dalam negeri tersebut belum terbagi, dan menggantikan kewajiban pewaris, sampai dengan warisan tersebut dibagi.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
c. Badan
Kewajiban pajak subjektif badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang meliputi:
a.) Perseroan Terbatas (PT) b.) Perseroan Komanditer (CV) c.) Perseroan lainnya (PT.Persero) d.) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) e.) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) f.) Firma, Kongsi, Persekutuan, Perkumpulan g.) Koperasi
h.) Dana Pensiun i.) Yayasan
j.) Organisasi Massa, Organisasi sejenis k.) Organisasi Politik
l.) Lembaga m.)BUT
n.) Kontrak Investasi Kolektif o.) Badan Lainnya
2. Subjek pajak luar negeri
Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui bentuk usaha tetap.
Subjek pajak luar negeri dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : a. Orang pribadi tidak melalui BUT
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau yang berada tidak lebih 183 hari dalam 12 bulan atau tidak berniat tinggal di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia baik dengan atau tanpa BUT.
Orang pribadi yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui BUT.
b. Badan tidak melalui BUT
Badan sebagai subjek pajak luar negeri adalah badan yang bertempat kedudukan di luar Indonesiayang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui BUT.
c. BUT
BUT adalah suatu tempat usaha diman seluruh atau sebagian usaha dari suatu perusahaan dijalankan oleh subjek pajak luar negeri. BUT adalah suatu sarana bagi non-resident tax payer untuk melaksanakan bisnis di negara lain, yang berupa agen, perwakilan dagang, cabang atau anak perusahaan. BUT dapat berupa orang pribadi atau badan usaha.