• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pemberian Kredit

BAB III : SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP

D. Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pemberian Kredit

Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing – masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan Sistem Pengendalian Intern untuk megarahkan operasi perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. Oleh karena pentingnya pemberian kredit bagi pihak PT. Bank SUMUT Cabang Utama maka perlu adanya suatu sistem pengendalian yang baik dari pihak manajemen perusahaan terhadap prosedur pemberian kredit tersebut (Mulyadi, 2003).

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Sistem Pengendalian Intern, antara lain:

a. Menurut Mulyadi (2002 : 181) menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris , manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapian tiga golongan tujuan yakni keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi.

b. Lebih lanjut AICPA (American Institute of Certified Public Accounts) memberi definisi seperti berikut: Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan – ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. c. Dalam arti sempit istilah pengertian intern merupakan prosedur –

prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data – data administrasi seperti misalnya mecocokkan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan melurus (vertikal).

d. Dalam arti luas sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem sosial yang mempunyai wawasan/makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan. Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur, alat – alat fisik, dokumentasi orang – orang dengan berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk melindungi harta, menjamin terhadap terjadinya utang yang tidak layak, menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi dan dapat diperolehnya operasi secara efisien dan menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan.

Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan – tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya

penggelapan (fraude) baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.

2. Tujuan Pengendalian Intern

Ada beberapa pendapat mengenai tujuan pengendalian intern yaitu: Menurut Djohan (2000 : 167) tujuan pengendalian intern adalah:

a. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi dibidang perkreditan serta menyusun dokumen perkreditan yang lebih baik. b. Untuk menilai tingkat kepatuhan terhadap aturan yang telah

ditetapkan dan penggaris dalam manual dalam proses pencapaian sasaran.

c. Dilakukannya dengan baik penjagaan dan pengawasan dalam pengelolaan kekayaan bank dibidang perkreditan.

d. Untuk menghindari penyelewengan baik dari intern maupun ekstern. Sedangkan Menurut Mulyadi (2002 : 178) yaitu:

a. Menjaga kekayaan perusahaan.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. c. Karakteristik dan keterbatasan pengendalian intern.

Karakteristik yang baik akan mendukung terciptanya pengendalian internal yang efektif. Kelancaran pekerjaan akan memudahkan pengendalian intern terlaksana dengan mencapai tujuan.

3. Jenis – Jenis Pengendalian Intern a. Berdasarkan tujuan

 Pengendalian Akuntansi, meliputi rencana, prosedur, dan pencatatan yang bertujuan menjaga keamanan kekayaan perusahaan dan keandalan data akuntansinya. Pengndalian ini menjamin bahwa semua transaksi dilaksanakan sesuai otorisasi manajemen. Transaksi dicatat sesuai dengan Standard Akuntansi.

 Pengendalian Administratif, meliputi rencana, prosedur dan pencatatan yang mendorong efisiensi dan ditaatinya kebijakan manajemen yang ditetapkan.

b. Berdasarkan manfaat

 Pengendalian preventif, mencegah terjadinya kesalahan, secara otomatis dilakukan pengendalian atau pengecekan.  Pengendalian detektif, mendeteksi kapan kesalahan terjadi

dan dilakukan perbaikan.

 Pengendalian korektif, merupakan umpan balik berupa informasi kepada manajemen untuk memperbaiki akibat terjadinya kesalahan.

4. Pedoman Sistem Pengendalian Intern Perbankan

Menurut SE No.05/22/DPNP Bank Indonesia, penerapan sistem pengendalian intern dalam perbankan meliputi:

a. Pengawasan Manajemen dan Kultur Pengendalian

adanya perbaikan terhadap permasalahan bank yang dapat mengurangi efektivitas pengendalian intern.

 Dewan komisaris melakukan kajian ulang terhadap evalusi pelaksanaan pengendalian intern yang dibuat oleh auditor intern dan auditor ekstern.

 Memelihara struktur organisasi yang mencerminkan kewenangan, tanggungjawab, dan hubungan pelaporan yang jelas.

 Memastikan bahwa kegiatan fungsi pengendalian intern telah dilaksanakan oleh pejabat dan pegawai yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang memadai.

b. Identifikasi dan Penilaian Risiko

Penilaian risiko merupakan suatu tindakan yang dilaksanakan oleh direksi dalam rangka identifikasi, analisis, dan menilai risiko yang dihadapi bank untuk mencapai sasaran usaha yang ditetapkan. Risiko dapat timbul dan berubah sesuai dengan kondisi bank, perubahan susunan personalia, perubahan sistem informasi, pertumbuhan yang cepat pada kegiatan usaha tertentu, perkembangan teknologi, perubahan dalam sistem akuntansi, dan hukum yang berlaku.

c. Kegiatan Pengendalian dan Pemisahan Fungsi

Kegiatan pengendalian mencakup penetapan kebijakan dan prosedur pengendalian serta proses verifikasi lebih dini untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tersebut secara konsisten dipatuhi. Kegiatan

pengendalian antara lain kaji ulang kinerja operasional, kaji ulang manajemen, pengendalian sistem informasi, pengendalian aset fisik, dokumentasi, dan pemisahan fungsi.

d. Pemantauan dan Tindakan Koreksi atas Penyimpangan

 Bank harus melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap efektivitas keseluruhan pelaksanaan pengendalian intern.

 Bank harus memantau dan mengevaluasi kecukupan sistem pengendalian intern berkaitan dengan adanya perubahan kondisi intern dan ekstern.

 Bank harus menyelenggarakan audit intern yang efektif dan menyeluruh terhadap sistem pengendalian intern.

PT. Bank SUMUT Cabang Utama melakukan pengendalian terhadap pemberian kredit yaitu mulai dari pengendalian sebelum kredit diberikan, pengendalian pada waktu proses persetujuan dan pengendalian setelah kredit diberikan. Selain itu, pengendalian yang dilakukan pada Pejabat Bank yang melaksanakan tahapan pemberian fasilitas kredit tersebut serta fasilitas kredit itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, sistem pengendalian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank SUMUT Cabang Utama adalah dengan cara:

a. Pengendalian yang dilakukan pada saat melakukan permohonan. b. Pengendalian yang dilakukan pada saat pembahasan.

c. Pengendalian yang dilakukan pada saat pengajuan realisasi penarikan kredit.

d. Pengendalian terhadap kelengkapan/pengarsipan surat berharga.

Hal ini dilakukan PT. Bank SUMUT Cabang Utama agar tidak melakukan kerugian keuangan bagi Bank itu sendiri.

79 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian – uraian yang telah dikemukakan pada bab – bab sebelumnya ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. Bank SUMUT Cabang Utama memberikan kepercayaan, wewenang dan tanggungjawab kepada masing – masing karyawan sesuai dengan tugas – tugas yang telah ditetapkan.

2. Sistem pengendalian intern terhadap pemberian kredit pada PT. Bank SUMUT Cabang Utama sudah berjalan dengan efektif.

3. Dalam penyaluran kreditnya, PT. Bank SUMUT Cabang Utama lebih dahulu melakukan penelitian – penelitian terhadap nasabah atau calon nasabah berdasarkan prosedur tertentu.

B. SARAN

Setelah dikemukakan beberapa kesimpulan, maka akan diberikan beberapa saran yang dianggap perlu masukan kepada PT. Bank SUMUT Cabang Utama. Adapun saran – saran tersebut adalah:

1. PT. Bank SUMUT Cabang Utama diharapkan tetap menjaga dan mempertahankan pengendalian intern terhadap pemberian kredit yang sudah diterapkan agar tetap berjalan efektif.

2. PT. Bank SUMUT Cabang Utama diharapkan tetap memerikan kepercayaan, wewenang dan tanggungjawab kepada karyawan sesuai dengan masing – masing tugas agar semua pekerjaan berjalan dengan lancar.

3. PT. Bank SUMUT Cabang Utama diharapkan agar tetap melakukan prosedur dan penelitian – penelitian kepada calon nasabah sebelum memberikan kredit agar tidak terjadi penyelewengan ataupun penipuan.

10 BAB II

PT. BANK SUMUT CABANG UTAMA MEDAN

A. Sejarah Ringkas

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU), yang sekarang dikenal dengan nama Bank SUMUT merupakan bank devisa yang berkantor pusat di Jalan Iskandar Muda No. 49 Medan. Dengan terbitnya peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1955 merupakan tonggak awal berdirinya Bank Pembangunan Daerah di seluruh Indonesia, dimana dinyatakan bahwa di daerah – daerah provinsi dapat didirikan Bank Pembangunan Daerah (Bank Sumut, 2012).

Pada tanggal 4 November 1961, hadir 3 orang Sumatera Utara menghadapi Notaris Roesli di Medan, yaitu Adnan Nur , James Warren Harahap, dan H. Abubakar Hasibuan yang membawa surat kuasa Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Radja Junjungan Lubis, secara yuridis dengan Akte Notaris Roesli No 22 tanggal 4 November 1961 perihal Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (PT. BPDSU) yang merupakan join Pemerintah Daerah dengan Swasta. Selama masa pra – operasi seluruh kegiatan PT. BPDSU dipusatkan di Hotel Melati kamar 27 – 28 di Jalan Amaliun Medan (Bank Sumut, 2012).

Tanggal 28 Februari 1962, diterbitkan surat izin Menteri Keuangan Republik Indonesia No BUM-1-25/II Tentang izin usaha PT. BPDSU. Terhitung mulai tanggal 15 Maret 1962 PT. BPDSU mulai menjalankan

usahanya dengan menyewa satu lantai dari rumah toko gedung tua milik Sutan Naga di Jalan Palang.

Merah No. 62 dengan Merk tulisan besar “Sutan Naga”, dimana lantai 2 masih dipergunakan pemilik sebagai kantornya. Papan merk yang menunjukkan BPDSU berkantor di ruko tersebut hanya berupa papan tulis yang ditulis dengan kapur. Pada pertengahan tahun 1965 setelah BPDSU berlaba, gedung yang disewa tersebut dibeli dan beberapa waktu kemudian dikembangkan lagi ke No 64 dan 66 (Bank Sumut, 2012).

Pada tahun 1975, kantor BPDSU dipindahkan kegedung baru di jalan Imam Bonjol No. 7 dan pada April 1962 tentang ketentuan – ketentuan pokok pembangunan daerah, berdasarkan keputusan DPRD-GR Tingkat I SU No. 21/K/1965 ditetapkan Perda No. 5 Tahun 1965, dimana status PT. BPDSU dirubah dan dilebur menjadi perusahaan daerah bank pembangunan daerah Sumatera Utara dengan modal dasar uang lama dan saham dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se – Sumatera Utara (Bank Sumut, 2012).

Sejalan dengan berjalan waktu modal dasar bank terus bertambah yang sebagian besar diperoleh dari 5% hasil pajak bumi dan bangunan serta 50% dari jasa giro yang diperoleh Pemerintah Daerah. Pada tanggal 7 Mei 1999, dalam rangka program rekapitalisasi perbankan ditandatangani perjanjian rekapitalisasi antara Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral dengan komisaris

dan direksi BPDSU dengan inti perjanjian Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara menambah modal dan Pemerintah Pusat juga (Bank Sumut, 2012).

Modal Pemerintah Pusat ini akan dikembalikan atau dibeli kembali oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kotamadya se–Sumatera Utara dan sampai saat ini masih dalam proses penyelesaiannya. Teknologi pembukuan dan informasi juga terus berkembang, dimana pada awalnya seluruh administrasi masih dilakukan dengan sistem manual. Baru pada tahun 1971 diterapkan sistem RUF (Bank Sumut, 2012).

Perkembangan selanjutnya dengan menggunakan mesin Audiotronic 730, dimulai dengan sistem yang berbaris komputer dilanjutkan dengan Mikro Komputer Merk Monrue, Mini Komputer Wang. Pada tahun 1997, dengan menggunakan tenaga sendiri dibangun sistem yang diberi nama Sysbank dengan menggunakan Personal Komputer, namun masih belum online. Baru pada tahun 2002 PT. Bank SUMUT merupakan sistem online dengan APLIKASI OLIB’s – Online Integrated Banking Sistem, sekaligus mengoperasikan mesin ATM (Bank Sumut, 2012).

Presiden Direktur pertama sekali dijabat oleh Drs. Diapari Panusunan Siregar (1961 – 1964) dengan Ketua Dewan Pengawas dijabat oleh Radja Djundjungan Lubis (1961 – 1964). Pucuk pimpinan berganti seiring waktu yaitu Warren Harahap (1964 – 1965), Drs. Baginda Pane (1965 – 1966), WMD Hutabarat (1966 – 1967), Drs. Ihutan Ritonga (1967 – 1984), Drs

Yahfin Siregar (1984 – 1991), Drs. Armyn (1991 – 1999), Drs Abdul Rachman (1999 – 2000) dan Gus Irawan (2000 – 2012), Rizal Pahlevi Hasibuan (Plt) (Saat ini) (Bank Sumut, 2012).

Dewan pengawas juga berganti seiring dengan pergantian Gubernur Sumatera Utara yaitu Ulung Sitepu (1964 – 1965), P.R Telaumbanua (1965 – 1967). Marah Halim Harahap (1967 – 1978), EWP Tambunan (1978 – 1983), Khairuddin Nasution (1983 – 1988), Raja Inal Siregar (1988 – 1998), Tengku Eizal Nurdin (1998 – 2001), Drs. Kasim Siyo,Msi (2001 – 2009), dan Dajili Azwar (2009 s/d sekarang) (Bank Sumut, 2012).

Modal dasar PT. Bank Sumut sesuai dengan ketentuan Perda No. 1 Tahun 1975 sebesar Rp. 1,5 Milyar, Kep. DPRD No. 6/79 sebesar Rp. 5 Milyar, Kep. DPRD No. 13/K/83 sebesar 1 Milyar, Perdan No. 11 tahun 1985 Rp. 25 Milyar, Perda No. 1 Tahun 1993 sebesar Rp 70 Milyar, Perda No. 2 Tahun 1999 sebesar Rp 400 Milyar, Akte No. 31 tanggal 15-12-1999 sebesar Rp 500 Milyar, Akte No. 37 Tahun 2008 sebesar Rp 1 Triliun dan berubah lagi pada Akte No. 12 Tahun 2011 sebesar Rp 2 Triliun (Bank Sumut, 2012).

Laju pertumbuhan Bank Sumut semakin menujukkan perkembangan yang sangat signifikan dilihat dari kinerja dan prestasi yang diperoleh dari tahun ke tahun. PT. Bank Sumut menjadi Bank Profesional dan tangguh menghadapi persaingan dengan digalakkannya program to be the best yang sejalan dengan road map BPD Regional Champion 2014. Tentunya dengan

konsekuensi harus memperkuat permodalan yang tidak lagi mengandalkan penyertaan saham dari pemerintah daerah, melainkan juga membuka akses permodalan lain seperti penerbitan obligasi, untuk itu modal dasar Bank Sumut kembali ditingkatkan dari Rp. 1 Triliyun pada tahun 2008 menjadi Rp. 2 Triliyun pada tahun 2011 dengan total aset meningkat menjadi 18,95 Triliyun (Bank Sumut, 2012).

B. Struktur Organisasi PT. Bank SUMUT Cabang Utama Medan

PT. Bank SUMUT Cabang Utama digolongkan kepada Kantor Cabang Kelas Satu. Struktur organisasi merupakan mekanisme yang terformat dalam pengelolaan suatu organisasi. Struktur organisasi menunjukkan suatu susunan yang berupa bagan, dimana terdapat hubungan diantara fungsi bagian, status ataupun orang – orang yang menunjukkan tanggungjawab dan wewenang yang berbeda dalam organisasi tersebut (Lampiran 5) (Bank Sumut, 2012).

C. Job Description Pemimpin Cabang

1. Memimpin, mengkoordinir, membimbing, dan mengawasi serta melakukan penilaian terhadap kinerja pejabat dan karyawan di lingkungan Kantor Cabang.

2. Membimbing dan mengarahkan kegiatan pelayanan kepada nasabah, penggunaan teknologi informasi, administrasi kredit, pengelolaan likuiditas serta memantau dan mengendalikan kegiatan – kegiatan

tersebut.

3. Membimbing dan mengarahkan kegiatan penghimpunan dana, penyaluran kredit, pemasaran jasa – jasa bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan kebijakan direksi pada rencana kerja bank serta memantau dan mengendalikan kegiatan – kegiatan tersebut.

4. Membimbing dan mengarahkan penyusunan rencana kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang untuk diajukan kepada direksi dan selanjutnya menyusun action plan, melakukan koordinasi atas pelaksanaan rencana kerja yang telah disetujui Direksi.

5. Melakukan evaluasi atas performance dan memberikan pengarahan dalam penyusunan pprogram – program untuk meningkatkan

performance sesuai target yang telah ditetapkan Direksi.

6. Menjalin dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat terutama pemilik dana dan pengusaha – pengusaha swasta, pemerintah dan yayasan – yayasan.

7. Memimpin kegiatan kelompok pemutus kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8. Membimbing, mengarahkan dan memonitor upaya – upaya penyelesaian kredit non lancar.

9. Mengelola dan mengamankan kunci pintu kluis penyimpanan uang dan penyimpanan surat berharga dan surat barang jaminan kredit serta

seluruh inventaris kantor.

10. Menyelenggarakan acara serah terima jabatan dan pengambilan sumpah pejabat struktral dibawahnya sesuai ketentuan yang berlaku.

11. Mengadakan rapat – rapat untuk meningkatkan performance cabang, pelayanan kepada nasabah, kebersihan dan kerapian kantor dan pengamanan seluruh harta benda perusahaan.

12. Melakukan tugas – tugas lainnya yang berhubungan dengan aktivitas Kantor Cabang.

13. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Direksi tentang langkah – langkah yang perlu diambil dibidang tugasnya.

Wakil Pemimpin Cabang Bidang Pemasaran

1. Mendukung kegiatan pemutusan permohonan kredit untuk mempertahankan kualitas portofolio kredit yang sehat.

2. Memonitor proses penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah dalam rangka mengelola besaran risiko kredit yang telah ditetapkan. 3. Memonitor informasi market intellegence terkait fitur produk dana dan

jasa serta kredit untuk mendukung tersedianya data strategi pemasaran terkait pemetaan potensi pasar.

4. Mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan program – program pemasaran terkait produk dana dan jasa serta kredit agar telaksananya program kerja sesuai target.

5. Memonitor dan meningkatkan pengelolaan sistem administrasi kredit berjalan dengan baik dan benar untuk memastikan proses kredit sesuai ketentuan.

6. Memonitor dan mengevaluasi pengelolaan dana promosi dalam rangka mengoptimalkan kegiatan penjualan agar tercapainya target bisnis cabang.

7. Memonitor dan mengevaluasi kinerja kantor cabang binaan unit pemasaran sesuai kewenangannya dalam rangka memaksimalkan kinerja unit kantor didalamnya.

8. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target kinerja.

9. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem, dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure di unit kerjanya.

10. Menerapkan dan memonitor prinsip GCG dalam rangka terciptanya standard tata kelola Good Corporate Governance di unit kerjanya. 11. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen

risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.

12. Mengarahkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.

13. Mengarahkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya kualitas layanan di unit kerjanya.

Menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.

15. Mengontrol keterbukaan infoemasi di unit kerjanya dalam rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.

Wakil Pemimpin Cabang Bidang Operasional

1. Memonitor sistem pendapatan nasabah agar memenuhi aspek kehati – hatiandan regulasi BI.

2. Memonitor sistem/proses pelayanan nasabah untuk meningkatkan kepuasan nasabah.

3. Mengkoordinasi pemenuhan saldo kas dalam rangka memenuhi kewajiban likuiditas bank.

4. Memonitor dan mengevaluasi aktivitas tansaksi keuangan sesuai ketentuan berlaku.

5. Memonitor sistem APU-PPT dan anti fraud agar sesuai regulasi eksternal dan internal.

6. Memonitor kelancaran sistem Manajemen Teknologi Sistem Informasi untuk mendukung kelancaran operasional.

7. Memonitor dan meningktakan tata kelola operasional (logistik, kepegawaian, pemenuhan dan pengamanan fasilitas) dan rekanan/vendor dalam rangka terciptanya kegiatan operasional yang efektif dan efisien.

8. Memonitor dan mengevaluasi kinerja operasional unit kantor dibawahnya sesuai kewenangannya dalam rangka memaksimalkan kinerja operasional.

9. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target kinerja.

10. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem, dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure di unit kerjanya.

11. Menerapkan dan memonitor prinsip GCG dalam rangka terciptanya standard tata kelola Good Corporate Governance di unit kerjanya. 12. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen

risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.

13. Mengarahkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.

14. Mengarahkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya kualitas layanan di unit kerjanya.

15. Mengontrol pengelolaan dokumen, arsip, dan inventaris dalam rangka menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.

16. Mengontrol keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.

Pemimpin Bagian Kredit

1. Merekomendasi pemetaan potensi bisnis hasil analisa informasi market intellegence terkait produk kredit agar tercapainya terget produk kredit. 2. Mengkoordinasikan dan memonitor proses penilaian kredit dan

keabsahan legalitas dokumen kredit untuk menjaga kualitas kredit yang diberikan pada calon debitur.

3. Mendukung kegiatan pemutusan permohonan kredit hasil analisis untuk menjaga kulaitas kredit yang diberikan kepada calon debitur.

4. Mengkoordinasikan dan memonitor kredit sandi 2 agar tercipta kualitas kredit lancar.

5. Mengkoordinasikan program pemasaran produk kredit agar tercapainya target produk kredit.

6. Memonitor pelaksanaan program kerja untuk mencapai target kerja di bidangnya.

7. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target kinerja.

8. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlakasanya penerapan Standard Operating Procedure di unitnya.

9. Menerapkan dan memonitor prinsip – prinsip GCG dalam rangka terciptanya standard tata kelola Good Corporate Governancedi unit kerjanya.

10. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.

11. Menerapkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.

12. Menerapkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya kualitas layanan di unit kerjanya.

menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.

14. Mengidentifikasi keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.

Pemimpin Bagian Administrasi Kredit

1. Mengkoordinasikan dan memonitor proses realisasi kredit dalam rangka mendukung prudential banking.

2. Mengkoordinasikan dan memonitor proses pengikatan kredit dalam rangka mendukung tersedianya legalitas dokumen permohonan kredit yang lengkap dan sah.

3. Mengkoordinasikan proses pemantauan peningkatan status kepemilikan dokumen barang agunan untuk pengikatan kredit.

4. Mengkoordinasikan permintaan pemyimpanan dan pengambilan barang agunan agar terciptanya keamanan barang agunan sesuai dengan prosedur.

5. Mengkoordinasikan dan menindaklanjuti proses monitoring pembayaran kredit oleh debitur agar terciptanya pembayaran kredit yang lancar.

6. Memonitor pelaksanaan program kerja untuk mencapai target kinerja di bidangnya.

7. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target kinerja.

8. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure di

unit kerjanya.

9. Menerapkan dan memonitor prinsip – prinsip GCG dalam rangka terciptanya standard tata kelola Good Corporate Governancedi unit kerjanya.

10. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen risiko yang baik dan benar di unit kerjanya.

11. Menerapkan kegiatan budaya kepatuhan dalam rangka terpenuhinya kepatuhan terhadap ketentuan di unit kerjanya.

12. Menerapkan kegiatan budaya pelayanan dalam rangka terciptanya kualitas layanan di unit kerjanya.

13. Menerapkan pengelolaan dokumen, arsip dan inventaris dalam rangka menjaga kerahasiaan dokumen dan aset di unit kerjanya.

14. Mengidentifikasi keterbukaan informasi di unit kerjanya dalam rangka menjaga kerahasiaan jabatan dan rahasia bank.

Pemimpin Bagian Pemasaran

1. Mengkoordinasi program pemasaran produk dana dan jasa agar tercapainya target produk dana dan jasa.

2. Mengkoordinasikan proses pemeliharaan nasabah existing dalam rangka peningkatan kepuasan nasabah.

3. Merekomendasikan pemetaan potensi bisnis hasil analisa informasi market intellegence terkait produk dana dan jasa agar tercapainya target produk dana dan jasa.

dibidangnya.

5. Mengevaluasi kinerja bawahan untuk memastikan pencapaian target kinerja.

6. Memonitor kepatuhan kebijakan, sistem dan prosedur, serta pelaporan dalam rangka terlaksananya penerapan Standard Operating Procedure di unit kerjanya.

7. Menerapkan dan memonitor prinsip – prinsip GCG dalam rangka terciptanya standard tata kelola Good Corporate Governancedi unit kerjanya.

8. Memonitor pengelolaan risiko dalam rangka terciptanya manajemen

Dokumen terkait