• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 1.2 Tipologi Institusi-institus

1.5.8. Sistem Pers/Media Indonesia

Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai kehidupan masyarakat modern. Hal ini bisa dilihat melalui meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media massa, dan munculnya media baru yang menawarkan banyak pilihan pada khalayaknya yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan masyarakat pada media massa tersebut. Di samping itu, informasi juga sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya sehingga mampu memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta perannya dalam masyarakat.

Media massa seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk mengembangkan struktur sosialnya. Namun banyak orang yang tidak menyadari hubungan fundamental antara manusia dan media itu, dan keliru menilai peran media dalam kehidupan mereka. Misalnya, banyak intelektual yang melihat media tidak lebih dari produk sampingan kemajuan teknologi, yang kemudian sering disalahgunakan oleh para agitator dan penipu. Pandangan seperti

ini ada benarnya, namun mengabaikan hubungan objektif antara media massa dan masyarakat yang sesungguhnya terbebas dari motif dan kepentingan para pelaku komunikasi (Rivers, 2003: 27-28).

Pada dasarnya, istilah media massa merujuk pada media cetak, penyiaran, dan elektronik. Media cetak terdiri atas koran atau surat kabar, majalah, tabloid, bulletin, buku dan sebagainya. Secara fisik berbentuk lembaran kertas yang di dalamnya dicetak informasi-informasi untuk dibaca. Sedangkan media penyiaran merupakan media informasi yang menggunakan gelombang frekuensi sebagai sarana penyampaian informasi. Bentuk media penyiaran ini dapat berupa audio maupun audio visual seperti radio, televisi, dan internet. Semua media penyiaran bisa dimasukkan dalam kategori media elektronik, karena hampir semua perangkat komunikasi ini menggunakan sumber listrik untuk mengoperasikannya. Namun media elektronik tidak mesti menggunakan gelombang frekuensi, misalnya film, dan sebagainya.

Sementara itu, berbagai bentuk media massa tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Media cetak yang penyajian materinya secara tertulis memungkinkan informasi dapat dibaca berulang-ulang dan relatif dapat menampilkan informasi yang rinci. Namun media cetak memiliki keterbatasan dalam hal kecepatan penyampaian informasi karena harus melewati proses cetak dan pengiriman kepada khalayak, itupun khalayak terbatas. Sedangkan media radio dan televisi keunggulannya selain bisa menyampaikan secara lebih cepat juga bisa menampilkan informasi yang “hidup” yakni dapat didengar dan dilihat secara langsung, serta dapat menjangkau khalayak lebih luas.

Kelemahannya, informasi yang disampaikan tidak dapat diulang karena disampaikan sekilas sehingga daya tangkap dan pemahaman audiens sangat diperlukan. Selain itu keterbatasan pemancar gelombang frekuensi menjadi kendala bagi penyampaian siaran di tempat-tempat terpencil. Meskipun media televisi dan radio dewasa ini maju pesat, media cetak tetap diminati dan dibutuhkan banyak orang (Ermanto, 2005: 68-70). Sedangkan media internet lebih terbatas lagi, karena perangkatnya masih sangat sedikit orang yang memiliki. Kelebihannya adalah memadukan keunggulan media penyiaran dan media cetak.

Media massa juga memiliki keterkaitan yang erat dengan masyarakat. Bahkan dalam sistem sosial, media massa menjadi salah satu institusi sosial yang memiliki potensi dan efek yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, sebagai sumber kekuatan perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial politik. Sebaliknya, media massa juga memiliki ketergantungan terhadap kehidupan politik (Arifin, 1992: 17). Bahkan, media massa sebagai lembaga atau institusional di Indonesia merupakan salah satu bagian atau subsistem sosial politik, karenanya kajian tentang permasalahan media massa tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang permasalahan sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang berlaku di masyarakat atau negara dimana media tersebut tinggal.

Menurut van Cuilenburg dan McQuail (2003), dalam kurun waktu lebih dari seabad dalam perkembangan komunikasi, kita dapat mengenali tiga fase utama kebijakan komunikasi di berbagai bagian dunia, yaitu; pertama, fase munculnya kebijakan industri komunikasi, kedua, fase sebagai salah satu layanan publik (publik service), dan ketiga, fase dari kebijakan yang saat ini terbentuk merupakan hasil dari banyak tren sebelumnya, terutama dari tren internasionalisasi, digitalisasi, dan konvergensi. Peristiwa kuncinya adalah pergerakan ke panggung utama telekomunikasi (Winseck, 2002). Periode dimana sekarang kita berada adalah fase inovasi yang intens, pertumbuhan, dan kompetisi di tingkat global. Kebijakan masih ada, tetapi paradigma baru didasarkan pada tujuan dan nilai yang baru pula. Kebijakan masih dipandu terutama oleh tujuan politik, sosial, dan ekonomi, tetapi sudah ditafsirkan dan diatur ulang. Tujuan ekonomi mengalahkan tujuan sosial dan politik (McQuail, 2011a: 268-269).

Sementara itu, media massa dalam suatu negara terikat dalam jejaring sistem sosial dan politik, dalam tingkatan internal dan eksternal. Hubungan eksternal antara media dan pihak-pihak yang dipengaruhi atau yang berkepentingan dengan publikasi sebagaimana dijelaskan oleh McQuail (1989: 75-76), bahwasanya media massa sebagai bagian dari sistem kenegaraan, maka kalangan otoritas kebijakan negara (society/nation) akan menentukan mekanisme operasionalisme media massa dalam menjalankan fungsinya sesuai kepentingan nasional/negara, sarana pemeliharaan kestabilan politik, dan lain-lain. Sedangkan bagi pihak khalayak

mengharapkan media massa berfungsi sebagai sumber informasi yang dipercaya, sarana pengetahuan budaya, dan lain-lain. Di samping itu pemilik media (media owner) memperlakukan media massa sebagai sarana bisnis, sedangkan bagi para komunikator terutama wartawan yang dituju adalah kepuasan profesi dan idealisme. Bagi kalangan masyarakat tertentu berupaya memanfaatkan media massa sebagai infrastruktur kekuasaan (power). Adapun regulasi, kebijakan perundang-undangan, peraturan-peraturan mengenai media merupakan refleksi keterlibatan kalangan kelas dominan (dominant class) dalam kehidupan media massa. Sementara kalangan masyarakat umum (subordinate class) mengharapkan media massa mewakili dirinya sebagai alat kontrol sosial dan perubahan.

Bagan 1.3

Dokumen terkait