Dougles V. Varne memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil sebagai berikut180:
2) Sistem Presidensiil dalam Demokrasi Terpimpin
Sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 dengan corak demokrasi terpimpin ini kemudian Charles Himawan berpendapat sekurang-kurangnya ada tiga pertimbangan yuridis yang mengesahkan tindakan Soekarno tersebut, yakni: Pertama, berdasarkan Hukum Tata Negara Darurat (noodstaatsrecht) yang tidak tertulis. Ajaran ini dikembangkan oleh Djokosoetono yang memberikan masukan kepada Soekarno.
Kedua, dekrit tersebut didukung oleh tentara, karena selain sebagai Presiden, Soekarno
juga sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang. Ketiga, ditinjau dari sudut pandang filsafat hukum dimana hukum tidak hanya dilihat dari hukum tertulis, maka dekrit tersebut sah selama rakyat menerimanya sebagai sebuah hukum.214
Definisi Demokrasi Terpimpin ini diuraikan panjang lebar oleh Soekarno dalam Pidatonya di depan Konstituante dengan agenda usulan pemerintah untuk kembali ke UUD 1945. Soekarno atas nama pemerintah waktu itu memberikan definisi demokrasi terpimpin sebagai berikut:
1. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi, atau kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
2. Demokrasi Terpimpin bukan diktator, berlainan dengan demokrasi sentralisme, dan berbeda pula dengan demokrasi liberal.
213 Lihat: Moh. Mahfud MD, Politik Hukum … Op. Cit, hlm. 133-136.
3. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia.
4. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di semua bidang kenegaraan dan kemasyarakatan, yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial.
5. Inti daripada pimpinan dalam Demokrasi Terpimpin adalah permusyawaratan, suatu permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan bukan oleh perdebatan dan penyiasatan yang diakhiri dengan pengaduan kekuatan penghitungan suara pro dan kontra.
6. Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan membangun diharuskan dilakukan dalam Demokrasi Terpimpin artinya dilakukan dengan cara permusyawaratan perwakilan yang harus dipimpin dengan hikmat kebijaksanaan.
7. Demokrasi Terpimpin adalah alat, bukan tujuan.
8. Tujuan melaksanakan Demokrasi Terpimpin ialah mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur, yang penuh dengan kebahagiaan materiil dan spiritual, sesuai cita-cita proklamasi.
9. Sebagai alat, maka Demokrasi Terpimpin mengenal juga kebebasan berfikir dan berbicara, tetapi dalam batas-batas tertentu, yakni batas keselamatan negara, batas kepentingan rakyat banyak, batas kepribadian bangsa, dan batas kesusilaan dan batas pertanggungjawaban kepada Tuhan.
10. Masyarakat adil dan makmur adalah suatu masyarakat yang teratur dan terpimpin, yang terikat batas-batas tuntutan keadilan dan kemakmuran, dan yang mengenal Ekonomi Terpimpin; dalam melaksanakan pasal 33 UUD 1945 dalam rangka ekonomi terpimpin masih tersedia sektor-sektor perekonomian bagi pengusaha swasta.
11. Untuk menyelenggarakan masyarakat adil dan makmur diperlukan suatu pola yang disiapkan oleh Dewan Perancang Nasional.
12. Konsekuensi pelaksanaan prinsip Demokrasi Terpimpin adalah:
a) Penertiban dan pengaturan partai politik untuk mencegah adanya sistem multipartai yang mempunyai pengaruh negatif terhadap stabilitas negara;
b) Menyalurkan “golongan-golongan fungsional” ke dalam perwakilan guna kelancaran pemerintahan;
c) Keharusan adanya sistem yang lebih menjamin kontinuitet dari pemerintah, yang sanggup bekerja melaksanakan programnya, yang sebagian besar dimuat dalam pola pembangunan semesta.215
Konsepsi Demokrasi Terpimpin pada dasarnya demokrasi tanpa oposisi, semua kekuatan bangsa disatukan dalam satu wadah yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Proses pengambilan keputusan diserahkan kepada pimpinan. Pemerintahan negara berdasarkan satu otoritas pemimpin negara sebagai pembimbing dari semua golongan masyarakat. Oleh karena itu badan eksekutif, legislatif dan yudikatif tugasnya diselaraskan dengan tujuan dan susunan kenegaraan.216
Secara umum sistem pemerintahan pada periode ini secara yuridis sama dengan sistem pemerintahan UUD 1945 yang telah diuraikan di atas, akan tetapi dikarenakan dalam konsep Demokrasi Terpimpin ini Presiden menjadi poros kehidupan kenegaraan
215 Soekarno, Res Publica! Sekali Lagi Res Publica! Pidato Presiden Soekarno dalam Sidang Pleno Konstituante Bandung, 22 April 1959, Kementerian Penerangan R.I., tanpa tahun, hlm. 20-22.
216 Soepardo Dkk. (Peny.), Manusia dan Masjarakat Indonesia Baru, Balai Pustaka, Jakarta, 1963, hlm. 89-91.
oleh karena itu dalam praktek perjalanannya ada beberapa hal yang sedikit banyak berbeda dengan ketentuan UUD 1945.
Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:
a) Pembentukan MPRS dilakukan oleh Presiden melalui Penetapan Presiden (Penpres) No. 2 Tahun 1959 tanggal 22 Juli 1959 yang berisi pembentukan MPRS, jumlah anggota MPRS, dan pengangkatan anggota tambahan dari utusan daerah dan golongan selain dari DPR yang telah ada. Utusan Daerah ini merupakan utusan dari daerah Swatantra tingkat I, sedangkan utusan golongan berasal dari golongan fungsional atau golongan karya. Golongan karya itu sendiri didefinisikan: “alat
demokrasi berupa penggolongan warga negara Indonesia menurut tugas pekerjaannya dalam lapangan produksi dan jasa dalam melaksanakan pembangunan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa.”
b) Dalam Aturan Peralihan Pasal II UUD 1945 menyatakan bahwa: “Segala badan
negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.” Dengan ketentuan ini maka seharusnya badan negara
yang sudah ada waktu itu yakni DPR hasil Pemilu 1955. Akan tetapi tanggal 22 Juli 1959 Soekarno mengeluarkan Penpres No. 1 tahun 1959 yang mengatur kedudukan DPR.
Kemudian karena terjadi perselisihan permasalahan anggaran dimana anggaran yang diajukan oleh Presiden ditolak oleh DPR maka kemudian Presiden mengeluarkan Penpres No. 3 tahun 1960 yang berisi “penghentian pelaksanaan
tugas dan pekerjaan anggota-anggota DPR” selanjutnya dikeluarkan Penpres No. 4
Presiden No. 155 yakni tentang pemberhentian anggota DPR tahun 1959 dan Surat Keputusan Presiden No. 156 tentang pengangkatan anggota-anggota DPR-GR.217 c) Masa jabatan Presiden ditetapkan melalui Tap MPRS No. III/MPRS/1963 yang
isinya menetapkan untuk mengangkat Presiden Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Hal tersebut merupakan penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945 Pasal 7 yang menyatakan masa jabatan Presiden selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali.
d) Dikeluarkannya Penpres No. 3 tahun 1959 yang berisi pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dimana Soekarno mengangkat dirinya sendiri sebagai Ketua DPA. Hal ini tidak lazim karena seseorang memegang dua lembaga tinggi sekaligus.
e) Ditetapkannya UU No. 19 tahun 1964 Pasal 7 yang menyatakan bahwa pembinaan teknis administratif dan finansial para hakim dilakukan oleh Departemen Kehakiman, Departemen Agama, dan Departemen di lingkungan ABRI dan ketentuan Pasal 19 yang memberikan wewenang Presiden untuk turut campur tangan dalam soal-soal pengadilan. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 24 dan Pasal 25 beserta Penjelasannya yang menjamin kemerdekaan kekuasaan kehakiman dari campur tangan pemerintah.
Dalam era demokrasi terpimpin ini kehidupan kekuatan politik yang berpengaruh adalah Soekarno, PKI dan Militer. Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Soekarno memperoleh kembali cita-citanya untuk menjadi pemimpin yang berpengaruh, berwibawa, dan tidak hanya ditempatkan pada jabatan simbolis.218
217 Muchtar Pakpahan, DPR RI Semasa Orde Baru, Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hlm. 67. 218 Ulf Sundhaussen, Loc. C it.
Militer terutama Angkatan Darat yang mengalami gejolak internal dikarenakan persoalan administrasi dan ketimpangan ekonomi sejak awal tahun 1950-an, berupaya untuk ikut berperan dalam politik hal ini untuk memperbesar akses ekonomi dan administrasi (menyangkut promosi kepangkatan). Beberapa peristiwa termasuk diantaranya diberlakukannya “keadaan darurat perang” telah membuka jalan militer untuk masuk dalam bidang politik.219 Kemudian dengan munculnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ini militer semakin mempunyai peran yang semakin luas karena dengan diberlakukannya UUD 1945 memungkinkan bagi militer menjadi anggota MPR melalui jalur golongan fungsional.220
Dibiarkannya militer memasuki kancah politik sangat jelas terlihat dengan dibentuknya Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) yang didukung oleh militer –terutama oleh Nasution-221 yang mempunyai keinginan untuk menempatkan militer di lembaga perwakilan.
Soekarno membutuhkan peran militer untuk mendukung konsepsinya akan demokrasi terpimpin yang dia bangun, sedangkan militer masih membutuhkan Soekarno yang dianggap sebagai pemimpin besar yang menjadi panutan rakyat. Hubungan Soekarno dengan militer ini menjadi hubungan konflik yang stabil dimana masing-masing pihak merasa saling membutuhkan.
Sementara itu kekuatan ketiga yakni PKI dimana semenjak kegagalan pemberontakan PKI Madiun 1948 telah merubah garis politiknya dimana sebelumnya untuk meraih kekuasaan negara melalui kekerasan berubah dengan cara mengikuti konstitusional yakni pemilihan umum. Dan dengan adanya kedekatan para pemimpin
219 Harold Crouch, Militer dan Politik… Op. Cit, hlm. 32. 220 Adnan Buyung Nasution, Aspirasi … Op. Cit, hlm. 418. 221 Ulf Sundhaussen, Politik Militer … Op. Cit, hlm. 159-160.
PKI dengan Soekarno, maka PKI menjadi satu-satunya partai yang masih memiliki peran politik yang kuat sementara partai politik yang lain dibungkam.
Hubungan antara Soekarno dengan PKI ini juga suatu hubungan simbiosis yang saling menguntungkan, disatu sisi Soekarno memerlukan PKI sebagai alat penyeimbang kekuatan militer yang sangat kuat sedangkan PKI memerlukan Soekarno untuk pertahanan diri dari serangan militer dan Islam.
Ketiga kekuatan politik ini saling bersaing dan mencapai puncaknya pada Kudeta yang dilakukan PKI yang kemudian dikenal dengan G30S/PKI.222 Kudeta yang gagal ini kemudian menjadi titik balik pudarnya kekuatan Soekarno dan PKI yang berujung pada pembubaran PKI, jatuhnya kekuasaan Soekarno sebagai Presiden, dan lahirnya pemerintahan Orde Baru yang didominasi oleh militer terutama Angkatan Darat.