• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1.2. Sarana dan Prasarana

5.1.2.2. Sistem Proteksi Pasif

Pintu darurat pada seluruh gedung baik di lokal maupun didalam gedung utama di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak berjenis engsel sisi atau pintu ayun, pintu ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh dan dapat tertutup secara otomatis, pintu darurat juga dalam keadaan tidak terkunci. Pintu darurat di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila terjadi keadaan darurat kebakaran. Pada setiap gedung terdapat 2-4 pintu pada sayap kanan dan kiri sedangkan untuk setiap bangungan lokal terdapat masing-masing 4 pintu di sayap kanan dan kiri gedung, 2 dibagian depan, serta 2 dibagian belakang.

53

Dengan demikian pintu darurat di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak sudah sesuai dengan persyaratan menurut Permen PU No.26/PRT/M/2008, yaitu: Jenis pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun, pintu darurat mampu berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh, pintu darurat membuka kearah jalan keluar, grendel pintu darurat ditempatkan 100cm diatas lantai, dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup tetapi tidak terkunci, dan dapat menutup otomatis.

b. Tangga darurat dan petunjuk EXIT

Tangga darurat yang tersedia di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak terdapat setelah pintu darurat di sayap kanan kiri bangunan lokal, sedangkan untuk tangga darurat digedung utama berada langsung dijalur keluar utama gedung, untuk itu tangga darurat yang terdapat di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak sudah sesuai standar yang di tentukan menurut Permen PU No.26/PRT/M/2008 persyaratan mengenai tangga darurat yaitu: terdapat tanda arah evakuasi menuju tangga darurat, bordes antar tangga diatas 8, tangga tidak dibatasi dengan dinding, ruang kosong dibawah tangga tidak digunakan untuk menyimpan barang, tangga utama tidak berbentuk spiral. Untuk tanda petunjuk arah di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak sudah terdapat di setiap gedung lokal maupun gedung utama, penempatannya sudah sesuai dengan persyaratan menurut SNI 03-1735-2000 bahwa tanda petunjuk arah jalan keluar harus memiliki tulisan "KELUAR" atau "EXIT" dengan tinggi minimum 10 cm dan lebar minimum tulisan 1 cm, terlihat jelas dari jarak 20 m, dan dilengkapi dengan sumber daya darurat atau baterai. Tanda petunjuk arah jalan keluar biasanya berwarna dasar hijau dengan tulisan putih.

54 c. Titik Kumpul (Assembly point)

Titik kumpul atau assembly point di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak terdapat pada 2 titik, untuk titik pertama terdapat di depan gedung utama, titik kedua terdapat diantara gedung bengkel mesin dengan kantin.

Penyebaran penempatan titik kumpul ini pada lokasi yang aman dan tidak menghalangi akses pemadaman, penempatannya juga disesuaikan agar para karyawan dengan mudah mengaksesnya setelah evakuasi, jika terjadi keadaan darurat kebakaran. Dengan demikian PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak sudah sesuai dengan persyaratan menurut NFPA 101 yaitu: Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi, luas tempat berhimpun sesuai, minimal 0,3 m/orang. Lokasinya memiliki akses menuju ke tempat lebih aman dan tidak menghalangi kendaraan penanggulangan kebakaran.

Satu lagi fasilitas yang terdapat di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak yaitu sudah tersedia mobil ambulan, namun kondisinya terlihat tidak terlalu terawat dan jarang dioperasikan, hal ini dirasa kurang baik. Diharapkan mobil ambulan yang sudah ada selalu diuji cobakan minimal 1 minggu sekali guna menjaga fungsionalnya agar ketika dibutuhkan dapat beroperasi dengan baik.

5.1.3. Metode

Standar operasional Prosedur yang di terapkan di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak dibuat berdasarkan kebijakan perusahaan. Yang mengacu kepada Klausul ISO 9001:2008 8.3 Pengendalian ketidaksesuaian, Klausul ISO 14001:2004 4.4.7 Kesiapan dan respons Keadaan Darurat, OHSAS 18001 ayat 4.4.7 yaitu kesiapan dan respon tanggap darurat, PASS

55

55-1 ayat 4.3.4 tentang perencanaan keadaan darurat, ISO 28000 ayat 4.4.7 tentang kesiapan darurat, tanggap darurat, dan pemulihan keamanan, Klausul OHSAS 18001:2007 4.4.7 kesiapan darurat, tanggap darurat, dan pemulihan keamanan, elemen SMK3 PP No. 50 tahun 2012 point 6.7 Kesiapan untuk menangani keadaan darurat, 6.8, Pertolongan pertama pada kecelakaan, 6.9 Rencana dan pemulihan keadaan darurat, Elemen SMP Perkap No 24 : 2007 Elemen 9 Penanganan Keadaan Darurat, Kriteria Baldrige 2013-2014 5.1 Workforce capability and capacity.

Prosedur diatas di buat sebagai pedoman yang di gunakan pekerja apabila menghadapi keadaan darurat terutama kebakaran di perusahaan. Selain itu SOP juga digunakan sebagai pedoman pembentukan team tanggap darurat (organisasi), komunikasi, work

instruction, prosedur keadaan darurat,tanggung jawab petugas dan

pemeliharaan sistem proteksi kebakaran yang ada diperusahaan.

Hal tersebut sudah meliputi segala aspek dalam penetapan prosedur berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, disebutkan bahwa dalam perencanaan dan persiapan penetapan prosedur, meliputi segala aspek perencanaan dan penetapan sistem peningkatan sistem tangap darurat, metode komunikasi yang akan dilakukan, keterlibatan unsur pendukung team tanggap darurat yang terangkum bersama dalam kebijakan dan peran tanggung jawab personel.

Prosedur ini telah sesuai berdasarkan standar operasional prosedur keadaan darurat kebakaran menurut Ramli (2010), yang menyatakan bahwa standar operasional prosedur keadaan darurat mencakup struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab tim,

56

sarana yang diperlukan, komunikasi, pengamanan dan pengelolaan masyarakat sekitarnya.

Sosialisasi prosedur tanggap darurat dilaksanakan oleh petugas HSE melalui media cetak berupa lembaran, poster, denah, dan alur serta prosedur yang diletakan pada mading dan dinding-dinding gedung lokal maupun gedung utama yang terdapat di unit di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak, agar semua karyawan dapat dengan mudah mengetahui prosedur keadaan darurat kebakaran.

Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan yang dilakukan melalui wawancara diseluruh unit di PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak hampir seluruh karyawan sudah mengetahui bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran, baik petugas yang terlibat dalam struktur organisasi tanggap darurat maupun karyawan biasa. Hal ini telah sesuai menurut (Sailendra, 2015), yang menyatakan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar.

5.1.4. Anggaran

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit yang berlaku untuk jangka waktu yang akan datang. (Munandar,2001).

Anggaran yang di maksud disini adalah, anggaran yang di gunakan terkait pelaksanaan sistem tanggap darurat kebakaran yang berasal dari perusahaan PT Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak, dalam hal ini PT Indonesia Power UPJP Kamojang telah mengalokasikan anggaran terkait K3 khususnya anggaran

57

untuk sistem penanggulangan tanggap darurat kebakaran di Unit Gunung Salak

Berdasarkan PP 50 tahun 2012 Lampiran I menjelaskan bahwa perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk keberlangsungan organisasi, pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja dan pengadaan sarana dan prasarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan dan pengendalian, peralatan pelindung diri.

58 5.2. Berdasarkan Proses

5.2.1. Penilaian Tanggap Darurat

Proses penilaian tanggap darurat di Unit PLTP Gunung Salak dilakukan oleh pelaksana senior K3 dan lingkungan serta pelaksana K3 dan lingkungan dalam menilai lokasi untuk memastikan semua keadaan darurat dapat diidentifikasi dan dinilai risiko yang ditemui di PT. Indonesa Power jika sudah melawati proses penilaian pelaksana K3 dan lingkungan akan melaporkan ke bagian HSE PT. Indonesia Power UPJP Kamojang selaku induk dari Unit PLTP Gunung Salak.

Pada tataran dilapangan PT. Indonesia Power Unit Gunung Salak berdasarkan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009 pada BAB IV manajemen proteksi kebakaran pada bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan risiko kebakaran dan melalui kegiatan pemeliharaan, perawatan dan memeriksa secara berkala sistem proteksi kebakaran serta menyiapkan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran dan berdasakan Peraturan Menteri Tenaga Kesehatan No : Per 05/MEN/1996 Tentang SMK3 dalam pasal 1 yang berbunyi, “ SMK3 secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi pengkajian dan pemeliharan kebijakan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, PT. Indonesia Power Unit PLTP Gunung Salak sudah melakukan penilaian risiko yang sudah sesuai.

5.2.2. Perencanaan Tanggap Darurat

Perencanaan sistem tanggap darurat kebakaran yang telah di buat oleh pihak HSE digunakan untuk menjalankan serangkaian pelaksanaan kegiatan yang telah di tentukan. Perencanaan dibuat

Dokumen terkait