• Tidak ada hasil yang ditemukan

State Certain socio-econo mic

C. Evapotrans pirasi

5.1.1 Batasan Wilayah

Secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan diapit oleh tiga wilayah laut dan pantai yaitu ; Teluk Bone di sebelah timur, Laut Flores di sebelah selatan dan Selat Makassar di sebelah barat. Provinsi ini memiliki banyak gugusan pulau seperti Kepulauan Spermonde di Selat Makassar, Kepulauan Taka Bonerate di Laut Flores yang merupakan atol terbesar ketiga di dunia dan Kepulauan Sembilan di Teluk Bone.

Perairan Selat Makassar di Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah penyebaran terumbu karang yang cukup luas terutama di kawasan kepulauan Spermonde. Hampir seluruh pulau yang ada ditumbuhi oleh terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Jumlah pulau kecil yang terdapat pada kepulauan Spermonde sekitar 120 buah dengan luas keseluruhannya mencapai 150 km2

Kumpulan pulau-pulau yang terletak di wilayah selatan Selat Makassar atau di sisi barat semenanjung Sulawesi Selatan dikenal sebagai dangkalan Spermonde (Spermonde Shelf) yang terlepas dari dangkalan sunda (Sunda Shelf) (Molengraaf 1992; Umbgrove 1974 in Moka 1995). Beberapa pulau atau daerah terumbu karang yang terletak di tepi barat dangkalan Spermonde merupakan daerah terumbu karang penghalang (barrier reef). Hutchinson (1945) in Moka (1995) membagi kepulauan Spermonde ke dalam empat zona sepanjang arah utara-selatan. Zona pertama atau zona tedekat dengan daratan banyak dipengaruhi oleh daratan utama Sulawesi Selatan dengan dasar pantai berupa pantai lumpur. Zona kedua lebih kurang 5 km dari pantai Makassar, mempunyai kedalaman yang kurang lebih 30 meter dan memiliki banyak pulau diantaranya. Zona ke tiga, sejauh kurang lebih 12,5 km mempunyai kedalaman yang bervariasi antara 30 - 50 meter. Pada zona ini banyak dijumpai daerah-daerah yang dangkal ("tak a" dalam bahasa makassar). Zona keempat atau zona terluar dari kepulauan Spermonde yang merupakan zona terumbu penghalang mempunyai jarak terdekat

112

lebih kurang 30 km dari daratan Sulawesi Selatan. Sisi timur da ri pulau-pulau yang terdekat di zona ini mempunyai kedalaman kurang lebih 50 meter. Pada sisi barat, tebing terumbu sangat terjal dengan kedalaman dapat mencapai 800 meter atau lebih (Gambar 15).

Gambar 15 Pembagian Pulau-pulau Spermonde (Sumber : Coremap Kabupaten Pangkajene Kepulauan 2007)

113 Menurut de Klerk (1983) in Moka (1995), be ntuk pulau yang terbesar di Kepulauan Spermonde sangat bervariasi, dari bentuk memanjang utara-selatan sampai ke bentuk bolong atau bundar. Hampir setiap pulau memiliki rataan terumbu yang sangat luas di sisi barat, sedang sisi selatan luas terumbu karang hampir sama atau sedikit lebih kecil dari terumbu sisi barat. Di sisi utara luas terumbu karang kadang-kadang setengah atau kurang dari luas terumbu karang sisi barat. Hampir semua pulau memiliki terumbu yang sempit di sisi timur, seperti halnya pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

Kabupaten Pangkajene Kepulauan memiliki wilayah kepulauan sebanyak 117 buah pulau, 80 pulau di antaranya berpenghuni dengan jumlah sekitar 80.000 jiwa. Luas daratan pulau-pulaunya sekitar 351,5 km², sedangkan luas wilayah lautnya sekitar 17.000 km², dengan ekosistem terumbu karang yang diperkirakan mempunyai luas sebesar 36.000 Ha. Kabupaten Pangkajene Kepulauan memiliki 3 kecamatan kepulauan, yakni Liukang Tupabbiring, Liukang Kalmas dan Liukang Tangngaya. Kecamatan Liukang Tupabbiring merupakan wilayah dengan jumlah pulau yang lebih banyak dan jarak pulau yang umumnya lebih dekat dengan pesisir kabupaten. Kecamatan ini merupakan gugusan 42 buah pulau-pulau kecil di Selat Makassar yang terletak pada kisaran 4o – 5o Lintang Selatan dan 12o – 13o Bujur Timur. Luas total wilayah daratan kepulauan ini adalah 140 km2

1. Desa Mattiro Sompe, meliputi Pulau Balanglompo, Balangcaddi, Langkadea dan Panambungan.

. Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Barru di sebelah Utara dan dengan Kota Makassar disebelah Selatan. Ibukota kecamatan Liukang Tupabbiring berada di Kelurahan Mattiro Sompe, yaitu Pulau Balang Lompo yang berjarak 22 km dari Ibukota Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Pulau yang terjauh adalah Pulau Gondo ng Bali, Desa Mattiro Ujung yang berjarak 60 km sebelah Barat Ibukota Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Kecamatan Liukang Tupabbiring, terdiri atas 15 desa pulau, yakni:

2. Desa Mattaro AdaE, meliputi Pulau Sanane.

3. Desa Mattiro Deceng, meliputi Pulau Badi dan Pajenekang. 4. Desa Mattiro Bone, meliputi Pulau Bontosua.

114

5. Desa Mattiro Langi, meliputi Pulau Sarappoca’di dan Sarappolompo.

6. Desa Mattiro Dolangeng, meliputi Pulau Podang-podanglompo, Podangpodangcaddi, Lamputang, Cangke dan Pala.

7. Desa Mattiro Bulu, meliputi Pulau Karanrang.

8. Desa Mattiro Labangeng, meliputi Pulau Laiya dan Polewali.

9. Desa Mattiro Uleng, meliputi Pulau Kulambing dan Bangko-bangkoang. 10.Desa Mattiro Baji, meliputi Pulau Saugi, Satando, Sapuli dan Cambacambaya. 11.Desa Mattiro Kanja, meliputi Pulau Sabutung.

12.Desa Mattiro Bombang, meliputi Pulau Salemo, Sabangko, Sagara, dan Sakoala.

13.Desa Mattiro WaliE, meliputi Pulau Samatellulompo, Samatellupe’da, Samatelluborong, Salebo, Jangang-jangangang, dan Reang-reang.

14.Desa Mattiro MataE, meliputi Pulau Kondongbali, Pamanggangan, Surant i dan Tambakulu.

15.Desa Mattiro Ujung, meliputi Pulau Kapoposang dan Pandangan. 5.1.2 Kondisi Fisik Oceanografi

A Pasang Surut

Pengukuran pasang surut dilakukan melalui pengamatan tinggi muka air selama 15 piantan (1–15 Desember 2007), dengan menggunakan rambu pasang sur ut yang dipasang di dermaga Pulau Balang Lompo pada posisi 4o 56’ 55" LS dan 119o

Tabe l 20 Parameter Pasang Surut Pulau-pulau yang dika ji

24' 04,5" BT. Hasil pengolahan data pasang surut dengan metode admiralty kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik pasang sur ut wilayah kajian di perairan Spermonde seperti pada Tabel 20.

Parame te r Besar/ Je nis

Bilangan Formzahl, F 1,68

Tipe pasang surut Campuran, cenderung tunggal

Muka Air Rata-rata (MSL) 244 cm

Kisaran Pasang Surut (Tidal Range) 156 cm

Air Tinggi Tertinggi Rata-rata 324 cm

Air Rendah Terendah 160 cm

115 B Arus

Nilai kecepatan arus yang didapatkan di lokasi penelitian berkisar antara 0,04 m/s - 0,16 m/s. Kecepatan arus yang tinggi terdapat di stasiun Utara pada zona reef flat yaitu 0,16 m/s, sedangkan kecepatan arus yang rendah terdapat di stasiun Selatan pada zona reef flat yaitu 0,04 m/s.

Tabe l 21 Kisaran Beberapa Parameter Fisik Oseanografi Pada Setiap Stasiun dan Zona Lokasi Penelitian Dipulau Balang Lompo

Keterangan:

a. Data arus terukur di zona reef flat dengan menggunakan layang-layang arus.

b. Data arus terukur di zona reef crest, reef slope da n reef base dengan menggunakan current meter.

C Kekeruhan

Hasil pengukuran dilokasi penelitian, kisaran nilai kekeruhan yang didapatkan berkisar antara 2,33 - 9 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi didapatkan di stasiun Barat dan Selatan pada zona reef flat dan stasiun Timur pada zona reef flat

Stasiun Zona Parameter Lingkungan Kec. Arus (m/s) Kedalaman (m) Kekeruhan (NTU) Barat Reef Flat 0,06 1,00 9,00 Reef Crest 0,07 4,67 7,33 Reef Slope 0,07 9,33 3,33 Reef Bas e 0,07 12,00 2,33 Selatan Reef Flat 0,04 1,67 9,00 Reef Crest 0,07 2,67 7,00 Reef Slope 0,07 10,00 6,00 Reef Bas e 0,07 13,33 5,00 Utara Reef Flat 0,16 1,00 7,00 Reef Crest 0,07 3,00 6,00 Reef Slope 0,07 9,33 3,67 Reef Bas e 0,07 12,33 2,67 Timur Reef Flat 0,14 1,08 9,00 Reef Crest 0,07 3,33 9,00 Reef Slope 0,07 8,00 7,00 Reef Bas e 0,07 11,33 2,67

116

dan reef crest yaitu 9 NTU. Nilai kekeruhan terendah didapatkan di stasiun Barat pada zona reef base yaitu 2,33 NTU. Menurut KEPMEN. KLH No.2/1988 tentang Standar Baku Mut u Air Laut Untuk Daerah Konservasi da n Biota Laut adalah 5 - 30 NTU. Kekeruhan dan sedimentasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan karang karena mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis karang oleh zooxanthella.

D Angi n

Keadaan angin selama lima tahun terakhir, diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Makassar, diolah untuk mendapatkan persentase arah angin terbanyak pada saat hembusan angin dalam kecepatan maksimum (Tabel 23). Pada Tabel 22 terlihat bahwa persentase angin terbesar adalah dari arah Tenggara yang mencapa i 30%, disusul dari arah Barat Laut (28,33%) dan arah Barat (17,46%). Kecepatan angin maksimum pada musim Barat (musim hujan) terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari yakni berkisar antara 12,34 m/det – 22 m/det dan berkurang pada musim peralihan dan musim Timur.

Tabe l 22 Data Persentase Arah Angin Tahun 2009 – 2010 Kec.Angin (m/det) Arah Angi n (%) U TL T Tg S BD B BL 5-10 - 1,57 4 13 - 5,67 10 15 10,1 – 15 1,57 1,57 4 17 - 5 5,63 8,33 15,1 – 20 - - 1,55 - - - 1,83 5 Jumlah 1,57 3,14 9,55 30 - 10,67 17,46 28,33 Keterangan :

U (Utara), S (Selatan), TL (Timur Laut), BD (Barat Daya), T (Timur); B (Barat),Tg (Tenggara), BL(Barat Laut).

Angin merupakan faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas nelayan dalam melakukan penangkapan. Pada saat angin kencang, nelayan tidak dapat melaut dan terjadi terutama selama musim Barat, yang dikenal dengan musim paceklik pada bulan Desember–Maret. Musim peralihan di Kepulauan Spermonde terjadi pada bulan April–Juni dan Oktober-Nopember, sedangkan musim Timur pada bulan Juli–September.

117 5.1.3 Kondisi Morfolog i Wilaya h

Kondisi terumbu karang yang ada di wilayah penelitian dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini :

Gambar 16 Persentase Terumbu Karang di Wilayah Penelitian

Histogram di atas (Gambar 16) menunjukkan bahwa persentase karang jenis

acropora terbesar di Pulau Balang Lompo yaitu sekitar 37%, sedangkan yang

terendah terdapat di wilayah Pulau Badi yaitu sekitar 16 %. Kondisi persentase non acropora terbesar terdapat di wilayah Pulau Panambungan da n Pulau Sanane yaitu 32% da n yang terenda h di Pulau Pajeneka ng. Pengamatan Biotik tertinggi terdapat di Pulau Pajenekang dengan persentase sebesar 36% dan persentase terendah terdapat di Pulau Panambungan da n Pulau Bontosua yaitu sekitar 15%. Persentase biotik tertinggi terdapat di Pulau Balang Caddi yaitu sekitar 15% dan terendah terdapat di Pulau Sanane yaitu sekitar 8%. Persentase karang mati yang tertinggi terdapat di Pulau Badi yaitu berkisar 26% da n terenda h di Pulau Balang Lompo yaitu sekitar 11 %. Sementara lamun yang banyak dijumpai yaitu jenis Thalassia sp. Jenis ikan yang banyak dijumpai yaitu jenis amphiprion percula. Jenis organisme lain yang banyak ditemukan adalah jenis sea urchin (Diadema setosum), juga beberapa giant clam, teripang dan starfish.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 Acropora Non Acropora Abiotik Biotik Karang Mati

118