• Tidak ada hasil yang ditemukan

28

kemudian dilengkapi dengan konsep-konsep dan berbagai teori yang didapat dari pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Dalam arti konsep-konsep dan teori diaplikasikan untuk menjelaskan seperangkat data.

H. Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian ini nantinya disusun menjadi karya ilmiah dalam bentuk tesis dan sebagai upaya untuk memberikan deskripsi secara memadai tentang

persoalan pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah tentang tazkiyat al-Nafs dalam

pembinaan tahanan dan narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo, maka penelitian ini mendeskripsikan persoalan tersebut secara sistematis sebagai berikut:

Bab pertama berupa pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. Pada bab kedua berisi Kajian Teori, yang meliputi biografi Ibn Qayyim al-Jauziyyah diantaranya nama dan riwayat kelahiran, riwayat pendidikan dan guru-gurunya, murid-murid, warisan intelaktual dan wafatnya. Serta diuraikan

pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah tentang tazkiyat al-Nafs, diantaranya meliputi

pengertian tazkiyat al-Nafs, urgensi tazkiyat al-Nafs, tujuan tazkiyat al-Nafs dan

metode-metode tazkiyat al-Nafs.

Bab ketiga penyajian data berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi: sejarah singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo, Letak Geografis Lembaga Pemasyarakatan klas II A Sidoarjo, visi misi dan tujuan

29

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo, Struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo, Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo, dan Pembinaan tahanan dan narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo.

Adapun pada bab keempat diuraikan deskripsi dan analisis data yang

tentang: Relevansi Pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah tentang tazkiyat al-Nafs

dalam pembinan tahanan dan narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Sidoarjo yang meliputi pelaksanaan tazkiyat al-Nafs dalam pembinan tahanan dan

narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo dan analisis relevansi

pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah tentang tazkiyat al-Nafs dalam pembinan

tahanan dan narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo, dan Sedangkan pada bab kelima berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap pelaksanaan pembinaan tazkiyat al-Nafs di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Ibn Qayyim al-Jauziyyah mendefinisikan tazkiyat al-Nafs adalah pengobatan

jiwa dari berbagai kotoran jiwa dengan berbagai usaha yang sunguh-sungguh

dalam mensucikan dirinya dengan jalan riyad}ah, muja>hadah dan khalwat dan

dibarengi dengan bimbingan-Nya dengan berusaha penuh tunduk dan pasrah

kepada-Nya. Urgensi tazkiyat al-Nafs diantaranya adalah sebagai tujuan utama

nabi Muhammad SAW., sebagai syarat untuk menerima nur Ilahi, dan sebagai

tanda kesempurnaan seorang hamba. Adapun tujuan tazkiyat al-Nafs adalah:

mengobati hati dari kekuasaan nafsu dan mengobati penyakit hati dari syetan.

Sedangkan dalam menerapkan tazkiyat al-Nafs menggunakan beberapa metode

yakni muja>hadah, riyad}hah. Dalam metode riyad}hah diantaranya yang

dilakukan adalah: niat, ikhlas, Muh}a>sabah, taubat, sabar, tawakkal.

2. Model pembinaan keagamaan tahanan dan narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo sangat beraneka ragam. Salah satu dari

sekian pembiaan yang dilakukan adalah menggunakan konsep tazkiyat al-Nafs

(penyucian jiwa) menurut pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Tujuan tazkiyat

129

agar sadar di kemudian hari tidak melakukan pelanggaran lagi, saling mengisi ilmu pengetahuan antar narapidana dan membantu perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dalam segi mendalami ilmu agama Islam dan sebagai bekal untuk masa depan narapidana jika sudah bebas agar bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi di masyarakat. Sedangkan targetnya secara garis besar membuat narapidana menyadari segala perbuatannya dan tidak

mengulangi kesalahan yang sama. Pembina tazkiyat al-Nafs adalah Bapak Dr.

H. Abdul Wahid Efendi, M.Ag dari Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo.

Dalam proses tazkiyat al-Nafs meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan

yang terdiri dari materi dan metode. Secara umum materi tazkiyat al-Nafs

disesuaikan dengan salah satu materi pembinaan keagamaan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo dan kemudian materi tazkiyat al-Nafs

disusun kembali secara lebih kontekstual dengan kondisi tahanan dan

narapidana. Metode tazkiyat al-Nafs diantaranya adalah muja>hadah, riyad}hah.

Dalam riyad}hah terdapat niat, ikhlas, Muh}a>sabah, taubat, sabar dan tawakkal.

Strategi yang digunakan dalam pembinaan tazkiyat al-Nafs menggunakan

pendekatan kontekstual. Sedangkan interaksi dalam pembinaan antara pembina dengan narapidana terjalin dengan baik dan harmonis.

3. Pelaksanaan pembinaan tazkiyat al-Nafs terhadap tahanan dan narapidana

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo dapat dikatakan relevan meskipun tidak secara keseluruha akan tetapi terdapat kemiripan dari beberapa konsep dalam pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah dari segi pelaksanaan

130

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo dari segi tujuan, urgensi,

target dan metode yakni berupa muja>hadah dan riyad}ah. Sedangkan dalam

metode riyad}ah diantaranya adalah niat, ikhlas, muh}a>sabah, taubat, sabar dan

tawakkal dalam tazkiyat al-Nafs dan terdapat beberapa kesesuaian dengan

konsep pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyyah tentang tazkiyat al-Nafs.

B.Saran

1. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo

a. Memandang begitu pentingnya pembinaan tazkiyat al-Nafs bagi tahanan

dan narapidana karena dipersiapkan untuk memberikan kesadaran tinggi dalam memahami agama dan memperbaiki moral dan kepribadian mereka, maka hendaknya pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo selalu mempertahankan dan meningkatkan kuwalitas pembinan dengan beberapa program pembinaan yang sudah ada dan mendukung dari segi kondisi tempat pelaksanaan pembinaan keagamaan sendiri, mengingat kondisi tempat pembinaan sendiri adalah di masjid dimana luas bangunaan masjid kurang mencukupi jika dibandingkan dengan banyaknya tahanan dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo.

b. Kondisi tenaga pembina tazkiyat al-Nafs adalah poin penting dalam

keberhasilan pembinaan. Pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo sendiri hendaknya selalu memperhatikan tenaga pembinaa dari segi kuwalitas maupun kualifikasinya. Karena keberhasilan pendidikan adalah tergantung dari bagaimana tenaga pendidiknya serta berbagai komponen-komponen lain yang mendukung lainnya.

131

c. Sebagai alternatif mengatasi kejenuhan yang datang dari Pembina

keagamaan, hendaknya pihak Lapas sering mengadakan perubahan metode

pembinaan yang dilaksanakan atau dengan memberikan reward kepada

pembina yang aktif menjalankan tugasnya dan mendapat respon baik dari tahanan dan narapidana yang dibina.

2. Pembina Keagamaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo.

a. Kepada pembina keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Sidoarjo secara keseluruhan baik dari instasi dalam Lapas sendiri ataupun dari luar untuk lebih mengembangkan konsep materi pembinaan yang sudah ada tersebut.

b. Dalam upaya pembinaan dengan menggunakan metode tazkiyat al-Nafs

yang digunakan seharusnya lebih variatif lagi agar tidak timbul kejenuhan dari tahanan dan narapidana dalam mengikuti pembinaan keagamaan, disamping itu pula pemilihan metode yang tepat akan mempengaruhi jiwa dari warga binaan dalam mendalami agama secara sempurna.

3. Tahanan dan Narapidana

Diharapkan kepada tahanan dan narapidana untuk lebih aktif dalam

mengikitu pembinaan tazkiyat al-Nafs yang sudah diberikan dengan sekuat

tenaga untuk mengubah prilaku mereka atas dasar kemauan mereka sendiri, karena bagaimanapun yang dapat merubah prilaku mereka adalah mereka sendiri dengan keinginan yang besar untuk menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

Dokumen terkait