• Tidak ada hasil yang ditemukan

berada dalam tradisi-tradisi. Dengan pendekatan yang akan saya pakai dalam penelitian ini adalah Appreciative Inquiry.

Appreciative Inquiry (selanjutnya penulis menyebutnya AI) adalah pencariaan kooperatif untuk menemukan apa yang terbaik pada kelompok, organisasi dan dunia sekeliling. Pencarian tersebut untuk menemukan sesuatu yang memberi “kehidupan” pada sistem kehidupan. Usaha pencarian ini dilakukan dengan cara yang efektif dan konstruktif dengan melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang meningkatkan potensi.68 Secara sederhana dapat dipahami bahwa AI, merupakan cara untuk menemukan potensi-potensi dalam kelompok, organisasi dan apa yang ada disekitarnya, yang dapat memberi kehidupan. Banawiratma membahasakannya dengan mengatakan bahwa AI merupakan usaha untuk menemukan dan menghargai hal-hal positif yang ada pada kelompok atau organisasi.69 Sehingga, pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam rangka proses pencarian itu tidak bersifat negatif, melainkan dalam rangka untuk memperkuat kapasitas sistem yang dapat memelihara, mengantisipasi dan meningkatkan potensi positif.70

Berdasarkan penekanan dalam pendekatan AI, maka dalam penelitian ini penulis akan melihat potensi-potensi positif yang ada dan dihidupi oleh Alkhairaat, sebagai sebuah lembaga keumatan Islam, serta menemukan kekhassan hospitalitas dalam lembaga tersebut. Kemudian penulis akan memperjumpakannya dengan hospitalitas dalam pemahaman Kristen. Dari perjumpaan tersebut akan muncul sesuatu yang menjadi kekhassan dalam hospitalitas yang dapat dikembangkan di Kota Palu, dalam rangka menciptakan rumah bersama.

1.8. Sistematika Penulisan

Bab I : Dalam bagian ini berisikan tentang latar belakang penulisan, konteks tempat penelitian (Lembaga Alkhairaat), rumusan masalah, landasan teori, pertanyaan, tujuan penelitian, batasan penelitian, dan metode penelitian

Bab II : Pada bagian ini penulis menampilkan peran dari lembaga Alkhairaat yang berawal dari pendiri Alkhairaat dalam rangka membangun dan memaknai hospitalitas dalam rangka relasi antar agama.

68David L. Cooperrider, dkk., Appreciative Inquiry Handbook, (Brunswick : Crown Custom Publishing, 2008), 3.

69 J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative Inquiry, (Yogyakarta:PT Kanisius,2014), 4

70 Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative Inquiry, 5.

©UKDW

19 Bab III : Dalam bab ini, penulis akan menggali hospitalitas berdasarkan pandangan Kristen,

melalui beberapa diskursus.

Bab IV : Dalam bab ini, penulis akan memperjumpakan teori hospitalitas dalam pandangan Kristen dengan Alkhairaat dan menemukan kekhassan didalamnya.

Bab V : Bagian ini merupakan bagian akhir dari tesis ini yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

105 BAB V

P E N U T U P 5.1. PENGANTAR

Bab ini merupakan bagian akhir dalam tulisan ini. Dalam bagian akhir ini, penulis memberikan kesimpulan dari penelitian yang telah penulis lakukan pada lembaga Alkhairaat. Selain itu penulis memberikan beberapa saran dalam rangka kemanfaatan penelitian ini. Saran-saran yang penulis berikan, terbagi dalam tiga ranah, yaitu ranah akademis, ranah gereja dan ranah pegiat relas interreligius.

5.2. KESIMPULAN

Dalam bagian kesimpulan ini penulis akan menjawab pertanyaan penelitian yang telah penulis sampaikan sebelumnya. Pertanyan-pertanyaan tersebut, terkait dengan pemahaman lembaga Alkhairaat terhadap hospitalitas dan apa sumbangsih hospitalitas itu sendiri terhadap kerukunan umat beragama, bencana alam, dan radikalisme.

Pemahaman Alkhairaat tentang hospitalitas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pada dasarnya kosa kata hospitalitas tidak begitu dikenal dalam Islam. Namun walaupun begitu, justru nilai-nilai dari hospitalitas itu sendiri telah dihidupi dalam Alkhairaat. Nilai-nilai hospitalitas ini sendiri bersumber dari Al-Quran dan hadit, serta ajaran yang telah diberikan oleh pendiri Alkhairaat, Al-Habib Sayyid Idrus Al-Jufri, atau yang dikenal oleh masyarakat Kota Palu dan sekitarnya dengan panggilan Guru Tua.

b. Ajaran penting mengenai nilai hospitalitas dalam Alkhairaat dapat dilihat dalam arti Alkhairaat itu sendiri yang bermaknakan kebaikan. Melakukan tindakan-tindakan kedermawanan merupakan suatu bentuk kebaikan yang menjadi nilai dari hospitalitas.

c. Menjalani kehidupan yang sederhana yang didasarkan atas nilai-nilai sufistik, merupakan satu bentuk hospitalitas. Karena dengan menjalani kehidupan sederhana setiap orang dapat menghayati relasi sosialnya.

106 d. Dalam ajarannya Guru Tua menekankan pada pembangunan ahlakul kharimah, dengan

harapan setiap pengikutnya memiliki ahlak yang baik.

e. Alkhairaat sudah sejak awal terbuka dengan penganut agama lain, terbukti dengan dipanggilnya P.K. Ento seorang guru bergama Kristen, untuk mengajar pada madrasah Alkhairaat. Selanjutnya hal ini diteruskan oleh Universitas Alkharaat dengan menerima dosen-dosen dan mahasiswa dari lain agama.

f. Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah yang dihidupi oleh Alkhairaat juga memberikan sumbangsih terhadap nilai-nilai hospitalitas yang dipahami oleh Alkhairaat.

g. Guru Tua telah memperlihatkan pemaknaan hospitalitas, terhadap tradisi lokal masyarakat. Dengan tetap menghargai tradisi budaya lokal.

Berdasarkan nilai-nilai hospitalitas yang dipahami oleh Alkhairaat, maka sumbangsihnya bagi situasi sosial kota Palu.

Pertama, Konteks Relasi Islam-Kristen di Kota Palu:

a. Alkhairaat selalu membuka diri dalam berelasi dengan umat beragama lain, sehingga hal ini dapat membuka ruang dialog bahkan berbagai program kerjasama dapat dilakukan, terutama dengan lembaga keumatan Kristen. Dalam relasi dan kerjasama tersebut umat Islam dan Kristen di Kota Palu bersama-sama menyikapi radikalisme, bencana alam dan kerukunan umat beragama.

b. Sebagaimana kebaikan menjadi sesuatu yang penting dalam hospitalitas dan Alkhairaat menjadikan kebaikan sebagai sesuatu yang mendasar, maka dalam menciptakan relasi Islam-Kristen di Kota Palu, didasari atas dasar kebaikan.

c. Ajaran-ajaran penting yang telah dijarkan oleh Guru Tua sebagai pendiri Alkhairaat dapat dijadikan dasar untuk menciptakan rumah bersama, terutama dalam relasi Islam-Kristen, dimana dalamnya ada penciptaan ruang yang memungkinkan semua orang dapat membuka diri antara satu dengan lainnya serta saling belajar.

Kedua, Konteks Bencana Alam:

107 Kota Palu termasuk kota yang rawan bencana, sehingga memerlukan penanganan secara serius yang dilakukan oleh berbagai pihak. Penanganan itu sendiri dilakukan bukan hanya dalam hal yang bersifat teknis saja, namun perlu juga untuk mempersiapkan masyarakat dari aspek sosialnya. Dalam ajaran agama, baik Islam maupun Kristen mengajarkan tentang Allah yang Mahakasih, inilah yang menjadi dasar hospitalitas. Bahwa Allah selalu mengasihi umatNya. Tindakan hospitabel dari Allah ini harus dapat diwujudkan dalam situasi apapun, khususnya ketika mengahadapi bencana alam. Hospitalitas membuka ruang bagi kerjasama antar lembaga keumatan Islam-Kristen dalam menghadapi situasi bencana alam.

Ketiga, Konteks Radikalisme:

Bahwa menghadapi tindakan-tindakan atau paham radikalisme, hospitalitas yang dipahami dalam Alkhairaat dan dalam kekristenan, memberikan sumbangan untuk: membuka ruang terjadinya dialog dan kerjasama antar lembaga keumatan dalam menghadapi radikalisme, memberikan pemahaman baru dalam melihat orang yang berlainan paham dan berbeda agama sebagai saudara, bukan sebagai musuh yang harus diperangi. Bagi masyarakat umum dapat menerima dan melihat sebagai saudara orang-orang yang melakukan tindakan atau berpemahaman radikal.

Selain dari hal-hal yang telah penulis sampaikan diatas tentang sumbangsih Alkhairaat bagi relasi Islam-Kristen di Kota Palu, satu hal yang tak kalah pentingnya adalah kearifan lokal masyarakat. Nilai-nilai tradisi yang menjadi kearifan lokal masyarakat Kota Palu, juga dapat memberikan sumbangsih bagi terwujudnya relasi Islam-Kristen di Kota Palu. Karena dalam kearifan lokal masyarakat Kaili, yang merupakan suku asli masyarakat Kota Palu, mengajarkan banyak hal tentang nilai kesatuan, nilai toleransi dan bagaimana menciptakan kehidupan yang penuh kedamaian.

5.3. SARAN-SARAN

Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan oleh penulis maka ada beberapa saran yang akan penulis sampaikan pada bagian ini.

a. Ranah Akademis

Pertama, penulis melihat perlu adanya pengembangan studi teologi hospitalitas yang disesuaikan dan mempertimbangkan konteks dimana teologi itu tumbuh dan berkembang. Tentu

108 pengembangan studi ini sangat dibutuhkan dalam rangka membaca dan menemukan kembali nilai-nilai hospitalitas yang merupakan warisan teologi kristiani yang selama ini telah terdegradasi oleh pemaknaan yang sangat pragmatis tentang hospitalitas. Bahwa hospitalitas hanya dilihat sebagai kegiatan-kegiatan menjamu tamu, minum kopi bersama, dan sebagainya. Bahkan hospitalitas hanya dilihat sebagai kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan dunia industri.

Kedua, perlu adanya pengembangan studi teologi hospitalitas kristiani yang diperjumpakan dengan tradisi lokal di Kota Palu. Studi sangat penting, karena tradisi-tradisi lokal yang dihidupi dalam masyarakat juga mengandung nilai-nilai spiritual yang berkaitan dengan hospitalitas. Nilai-nilai spritual dalam tradisi masyarakat lokal dapat memberikan kontribusi dalam rangka memperkaya pemahaman teologi spiritual kristiani.

Ketiga, perlunya untuk menjadikan studi teologi bencana yang diperjumpakan dengan teologi hospitalitas, menjadi suatu kajian yang berada dalam kurikulum, dengan melihat kepada lokalitas Kota Palu.

b. Ranah Gereja

Pertama, gereja perlu untuk selalu mengajarkan teologi hospitalitas sebagai penghayatan terhadap spiritualitas. Sehingga hal itu akan menjadi hidup dalam diri setiap warga gereja.

Kedua, perlu bagi gereja untuk belajar bersama dengan Alkhairaat, dalam rangka membangun pemahaman bersama tentang hospitalitas. Terutama bagi relasi Islam-Kristen di Kota Palu. Karena Alkhairaat merupakan lembaga keumatan Islam yang terbesar dan berpusat di Kota Palu. Dengan demikian, gereja dapat membangun kerjasama dengan Alkhairaat.

Ketiga, gereja perlu melakukan pertemuan-pertemuan yang intens dengan Alkhairaat dalam rangka dialog. Dialog yang dibangun bukan hanya pada tataran dialog karya, seperti kerja bakti bersama dan sebagainya, namun juga dialog teologis, yang secara khusus menggali nilai-nilai spiritual yang dihidupi dalam Islam dan Kristen.

Keempat, sesuai dengan konteks Kota Palu, rawan bencana alam, maka gereja perlu membuka diri untuk melakukan kerjasama dengan Alkhairaat, terutama dalam menghadapi

109 bencana tersebut, seperti penanganan terhadap korban bencana. Penanganan terhadap korban bencana tersebut melihat nilai-nilai hospitalitas.

Kelima, menghadapi radikalisme juga menjadi tanggung jawab gereja. Sebagai pemaknaan hospitalitas, gereja perlu menyadari bahwa menyikapi radikalisme bukan dengan menggeneralisir bahwa semua umat Islam itu radikal. Perlu untuk berdialog bersama sehingga gereja dapat memahami bagaimana ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi semua.

Keenam, gereja perlu membuka diri terhadap nilai-nilai tradisi masyarakat Kota Palu. Karena hospitalitas juga membuka ruang bagi gereja untuk berdialog dengan nilai-nilai tradisi yang mengandung kearifan lokal masyarakat. Karena kearifan lokal masyarakat akan memperkaya teologi hospitalitas.

110 DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Jamrin, 1999. Mengenal Khazanah Budaya Dan Masyarakat Lembah Palu, Palu: YKST-Palu.

Azra, Azyumardi, 2001. Islam Nusantara: Jaringan Global Dan Lokal, Bandung: Penerbit Mizan.

BPS Kota Palu, 2018. Kota Palu Dalam Angka , Palu: BPS Kota Palu.

Banawiratma, J.B, 2014. Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui Appreciative Inquiry, Yogyakarta: PT Kanisius

___________, J.B. dkk., 2010. Dialog Antarumat Beragama: Gagasan dan Praktik di Indonesia Yogyakarta: CRCS, UGM.

Cornille, Catherine, 2013. “Coditions For Inter-Religious Dialogue” dalam Catherine Cornille (ed.) The Wiley-Blackwell Companion To Inter-Religious Dialogue, John Wiley & Sons, Ltd, UK.

Cooperrider, David L. dkk.,2008. Appreciative Inquiry Handbook, Brunswick: Crown Custom Publishing.

Effendi, Djohan, 2011. Pluralisme dan Kebebasan Beragama, Yogyakarta: Institut DIAN/Interfidei.

Haliadi, dkk., 2008. Nosarara Nosabatutu, Palu: Rizka Sari Perdana dan PUSSEJ UNTAD. Hershberger, Michele, 1999. A Christian View Of Hospitality: Expecting Surprises, Scottdale:

Herald Press.

Jumat, Gani, 2012. Nasionalisme Ulama, Pemikiran Politik Kebangsaan Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri, 1891-1969, Kementrian Agama Republik Indonesia.

Jong, Kees de Hospitalitas Sebagai Dasar Hubungan Antar Islam-Kristen, Menjadi Agama Yang Ramah Dan Bersahabat (Artikel belum dipublikasikan)

Kamba, Sofian B., 1992, Perguruan Islam Alkhairaat Dari Masa Ke Masa, Palu: PB. Alkhairaat.

Kristeva, Nur Sayyid Santoso, 2014. Sejarah Teologi Islam Dan Akar Pemikiran Ahlussunnah Wal Jama’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mittelstadt, Martin William, 2014. “Eat, Drink, and Be Merry: A Theology of Hospitality in Luke-Act”, dalam Word and World, Volume 34, Nomor 2.

111 Madigan, Daniel A., 2019. “Keramahan Teologis: Praktik Teologi Dalam Kehadiran “Pihak

Lain””, dalam Kata Bersama Antara Muslim Dan Kristen, Waleed El-Ansary, dkk (ed), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nouwen, Henri, 1975. Reaching Out, The Three Movements Of The Spiritual Life, New York: Doubleday & Company, Inc.

Nugroho, Ezra, 2010. “Pneumatologi dalam Theologia Religionum dan Dialog Antar Umat Beragama Menurut Amos Yong” dalam M. M. Pranoto dan Rony C. Kristanto (ed.) Melampaui Sekat:Pentakostalisme dan Dialog Antar Agama, Unggaran: STT Abdiel.

Pohl, Christine D., 1999. Making Room, Recovering Hospitality As A Christian Tradition, Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.

Philips, Sr. Gerardete, 2014. Beyond Pluralism, Open Integrity As A Suitable Approach To Muslim-Christian Dialogue, Yogyakarta: Institut DIAN/Interfidei.

Qodir, Zuly, 2014. Radikalisme Agama Di Indonesia, Pertautan Ideologi Politik Kontemporer dan Kekuasaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ross, Cathy, 2015, “ ‘Often, often, often Goes The Christ in the Stranger’s Guise’ : Hospitality as a Hallmark of Christian Ministry”, dalam International Bulletin Of Missionary Research, Vol.39, No.4.

Riyadi, Abdul Kadir, 2016. Arkeologi Tasawuf Melacak Jejak Pemikiran Tasawuf Dari Al-Muhasibi Hingga Tasawuf Nusantara, Bandung: Penerbit Mizan.

Schumann, Olaf, 2006. Menghadapi Tantangan Memperjuangkan Kerukunan, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Stephen B. Bevans, 2002. Model-Model Teolog Kontekstual, Maumere: Penerbit Ledalero. Shihab, Alwi, 2001. Islam Sufistik:”Islam Pertama” Dan Pengaruhnya Hingga Kini Di

Indonesia , Bandung: Penerbit Mizan.

Shihab, Quraish, 2014. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan ! Mungkinkah ? Kajian Atas Konsep Ajaran Dan Pemikiran, Jakarta: Penerbit Lentera Hati

Syukur, H.M. Amin dan Masharudin, 2014. Intelektualisme Tasawuf Studi Intelektualisme Tasawuf Al-Ghazali, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

SB, Agus, 2014. Darurat Terorisme, Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Jakarta: Penerbit Daulat Press.

Tim Penyusun Kementerian Agama RI, 2019. Moderasi Beragama, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

112 Van Klinken, Gerry, 2007. Perang Kota Kecil-Kekerasan Komunal Dan Demokratisasi Di

Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde.

Yanggo, Huzaemah T. dan Abdul Wahab Abd. Muhaimin (ed), 2014. Sayyid Idrus Bin Salim Al Jufri Pendiri Al Khairat Dan Kontribusinya Dalam Pembinaan Umat, Jakarta: Gaung Persada Press.

Yong, Amos, 2007. ” The Spirit of Hospitality Pentecostal Perspectives Toward a Performative Theology of Interreligious Encounter” dalam Missiology: An International Review, Volume XXXV, no.1, January.

_____, Amos, 2005. “A P(new)matological Paradigm for Christian Mission in a Religiously Pulral World”, dalam Missiology: An International Review, Volume XXXIII, no. 2, April.

Zaprulkhan, 2016. Ilmu Tasawuf, Sebuah Kajian Tematik, Jakarta: PT. RajaGrafindo Perkasa.

Sumber Website

Dictionary, merriam-webster.com, “Hospitality”, diakses pada: 08 April 2019, dari https://www.merriam-webster.com/dictionary/hospitality

Kementrian Agama Propinsi Sulawesi Tengah, “Kakanwil, kehidupan beragama tanggungjawab kita semua”, diakses pada 23 Februari 2020 dari

http://sulteng.kemenag.go.id/berita/detail/kakanwil-kehidupan-beragama-tanggungjawab-kita-semua

Pemerintah Kota Palu, “Visi dan Misi”, diakses pada 23 Februari 2020 dari http://palukota.go.id/v2/visi-misi/

Kaili Post, “Makna Ornamen Tugu Nol Kilometer, Ini Penjelasan Walikota Palu”, https://kailipost.com/2019/08/makna-ornamen-tugu-nol-kilometer-ini.html . Semboyan “Masintuvu Kita Maroso, Morambanga Kita Marisi” ini tertulis pada Tugu Nol Kilometer Kota Palu. Semboyan ini merupakan visi Pemerintah Kota Palu.

MAL, Media Alkhairaat Online, “28 Persen Mahasiswa Palu Berpaham Radikal”, diakses pada tanggal 26 Februari 2020, dari https://media.alkhairaat.id/28-persen-mahasiswa-palu-berpaham-radikal/

MAL, Media Alkhairaat Online, “Kearifan Lokal, Warisan Leluhur Penangkal Radikalisme” diakses pada 27 Februari 2020 dari https://media.alkhairaat.id/kearifan-lokal-warisan-leluhur-penangkal-radikalisme/

113 CNN Indonesia, “Peneliti: Palu 'Langganan Bencana', Tak Layak Jadi Kota” diakses pada 27

Februari 2020 dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181011155437-199-337709/peneliti-palu-langganan-bencana-tak-layak-jadi-kota

Liputan6.com, “94 Daftar Kota Toleransi Tertinggi dan Terendah Versi Setara Institute” diakses pada 25 Februari 2020 dari https://www.liputan6.com/news/read/3802166/94-daftar-kota-toleransi-tertinggi-dan-terendah-versi-setara-institute

Dokumen terkait