• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Situ

1) Pengertian Situ

Pengertian Situ, embung dan danau hampir sama. Dalam rancangan Undang – Undang Sumber Daya Alam, situ dan danau memiliki pengertian yang sama, yaitu sumber air permukaan yang terbentuk secara alami, kecuali ditambahi dengan kata buatan. Perbedaannya terletak pada pemakaian, situ biasanya lebih kecil ukurannya (meski tidak ada batasan resmi tentang berapa luas jika dikatakan situ dan seluas apa jika dikatakan danau). Situ juga biasanya dipakai di daerah Jawa Barat, sedangkan danau lebih nasional.

“Danau adalah suatu cekungan (basin) di permukaan bumi yang digenangi air dalam jumlah yang relative banyak. Air pada danau

bersumber dari banyak sumber seperti sungai, air tanah atau hujan”.17

Menurut Bappeda Tangerang, “Situ adalah suatu wadah genangan air

di atas permukaan tanah yang terbentuk baik secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan, sebagai siklus hidrologi yang potensial dan berfungsi antara lain sebagai sumber air untuk keperluan irigasi, air baku, air minum, pengendalian banjir dan kegiatan lain”.18

Menurut Aboejoeno, “Situ merupakan salah satu sumber daya air yang

mempunyai fungsi dan manfaat sangat penting bagi kehidupan dan

16 Manik Karden Eddy Sontang, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta:Djambatan, 2009), h. 32

17Yani Ahmad, T. Bachtiar, Samsul Bachri, Geografi Untuk Kehidupan, (Jakarta: PT.Unggul Permana Selaras, 2008), h. 91

18Roni, Penelitian “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya terhadap Biofisik dan Sosial Ekonomi”, h. 16

lingkungannya, sehingga keberadaan situ-situ dalam dalam suatu wilayah sangat potensial untuk menciptakan keseimbangan hidrologi dan keanekaragaman hayati serta potensial meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat”.19

Menurut Suryadiputra bahwa, “Terdapat kaitan antara eksistensi Situ dengan perubahan penggunaan lahan yang berada di sekitar Situ. Akibat percepatan pertumbuhan penduduk di Jabotabek menyebabkan ekosistem perairan (lahan basah) terganggu. Gangguan paling utama adalah semakin kecilnya luas Situ (water body) akibat pendangkalan. Pendangkalan terjadi akibat proses sedimentasi yang cepat sehingga memperkecil luas Situ yang ada”.20

2) Jenis – Jenis Danau / Situ

Jenis – jenis danau berdasarkan proses terjadinya sebagai berikut : 1) Danau Alami

Yakni danau yang terjadi karena proses yang bersifat alami. Hal ini dapat dibedakan sebagai berikut :

a. “Danau Tektonik, yakni danau yang terjadi karena adanya gerakan tektonik yang menimbulkan cekungan sebagai akibat dari adanya patahan atau lipatan. Contoh Danau Poso di Sulawesi Tengah, danau Tondano di Sulawesi Utara, danau Singkarak, dan danau Maninjau di Sumatera Barat.

b. Danau Vulkanik, yakni danau yang terjadi akibat letusan gunung berapi. Bekas letusannya menimbulkan danau yang berisi air hujan. Comtohnya danau kawah Gunung Kelud, danau Kalimutu, danau Batur dan sebagainya.

c. Danau Volkano Tektonik, yakni danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung berapi. Contoh danau Toba di Sumatera Utara.

d. Danau Gletser, yakni danau yang terjadi karena mencairnya gletser di wilayah danau seperti danau Ladoga dan danau Onega di wilayah Rusia bagian utara.

e. Danau bentuk alam lainnya seperti danau yang terbentuk karena adanya tanggul alam di sungai”.21

19Ibid. 20Ibid., h. 18

21Arofah Anik, Hermanto, Amin dan Pubundu Tika, Pengetahuan Sosial Geografi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 187

2) Danau Buatan

Danau buatan merupakan danau yang sengaja dibuat oleh manusia untuk keperluan irigasi, air minum, pembangkit tenaga listrik, dan sebagainya.

Jenis-jenis danau buatan, yaitu sebagai berikut :

a. “Danau Bendungan, yakni danau yang dibuat karena manusia membendung sebuah sungai atau cekungan untuk menampung air guna keperluan irigasi, air minum, pembangkit tenaga listrik, dan pariwisata. Contohnya, Waduk Jatiluhur, Waduk Saguling, Waduk Bili-bili (Sulawesi Selatan, contoh danau bendungan cekungan adalah Waduk Kelara di Jeneponto Sulawesi Selatan.

b. Danau Situ atau Embung yakni danau yang terjadi karena manusia menggali permukaan tanah untuk menampung air runn-off. Danau semacam ini mempunyai fungsi mencegah banjir, melestarikan air tanah, sumber air minum dan untuk irigasi. Contoh danau situ banyak terdapat dibagian selatan wilayah DKI Jakarta, dari wilayah Sawangan sampai Depok. Tujuannya untuk mencegah banjir, melestraikan air tanah di wilayah DKI Jakarta. Contoh Embung terdapat di Lombok (NTB)”.22

3) Manfaat Situ

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Tidak ada makhluk hidup yang mampu hidup tanpa air. Sungai yang berada di permukaan atau di dalam tanah, danau, ataupun rawa masing-masing memiliki peranannya sendiri. Ini adalah manfaat dari situ, yaitu : 1. “Sebagai sumber air bagi kehidupan

Banyak Situ terutama di Jabotabek yang dimanfaatkan sebagai sumber air oleh masyarakat. Masyarakat di sekitar situ umumnya memanfaatkan situ untuk keperluan MCK dan sebagian lagi menggunakan situ sebagai sumber air minum. Selain itu, situ juga dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi maupun industri.

2. Pengaturan tata air dan pemasok air tanah

Dalam pengaturan tata air (fungsi hidrologi) situ merupakan tempat penampungan air, baik yang berasal dari hujan maupun sumber air mengalir (sungai). Air yang tertampung di dalam suatu situ merupakan pemasok air ke air tanah atau situ lainnya yang letaknya lebih rendah. Dengan demikian keberadaan situ sangat penting dalam mempertahankan air tanah dangkal yang merupakan sumber air bagi masyarakat sekitarnya. 3. Pengendali Banjir

22Ibid., h. 188

Pada waktu musim hujan situ dapat menyimpan kelebihan air, baik air yang berasal dari air hujan maupun dari sungai. Pada waktu musim hujan sungai akan kelebihan air dan meluap masuk ke dalam situ yang ada dan dalam waktu tertentu air akan tersimpan. Dengan demikian situ akan dapat mengurangi volume air pada waktu musim hujan sehingga mengurangi terjadinya banjir sekaligus mempertahankan persediaan air pada musim kemarau.

4. Pengatur iklim makro

Proses evapotranspirasi yang terjadi di sebuah situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ yang luas dan memiliki hutan/pepohonan yang baik akan mampu menyimpan air hujan dan kelembaban dapat dipertahankan sepanjang waktu.

5. Pengendap lumpur dan pengikat zat pencemar

Adanya vegetasi yang tumbuh di situ akan memperlambat aliran air. Hal ini menyebabkan air akan tertahan lebih lama dan menyebabkan terjadinya pengendapan lumpur-lumpur yang terbawa aliran air. Selain itu, adanya vegetasi, melalui sistem perakarannya, dapat menyerap unsur hara dan mengikat polutan-polutan terutama limbah B3.

6. Habitat berbagai jenis flora / fauna

Adanya situ dalam satu kesatuan ekosistem merupakan habitat berbagai jenis flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat tergantung dengan adanya situ. Berbagai jenis burung dan tumbuhan tertentu serta hewan-hewan air dapat hidup dan berkembang biak tergantung dari keberadaan situ, sehingga situ turut membantu melestarikan keanekaragaman hayati.

7. Tempat rekreasi / wisata

Di wilayah Jabotabek banyak situ yang digunakan untuk memelihara ikan dan taman pemancingan. Situ yang cukup luas biasanya dikelola secara komersial sebagai tempat rekreasi yaitu sebagai tempat olah raga air dan taman perahu. Dengan demikian keberadaan situ secara ekonomi mampu menunjang pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

8. Budidaya perikanan

Banyak situ khususnya di wilayah Jabotabek yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan umumnya adalah ikan mas atau tawes dengan sistem keramba”.23

C. Lingkungan Hidup dan Permasalahannya

Menurut Soerianegara, “Segala sesuatu yang berada di sekitar kita disebut dengan lingkungan. Sedangkan jika unsur-unsur lingkungan tersebut memberi manfaat kepada manusia, maka unsur lingkungan tersebut

23Roni, Penelitian “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya terhadap Biofisik dan Sosial Ekonomi”, h. 18

disebut dengan sumberdaya alam. Dengan demikian, tidak seluruh unsur lingkungan merupakan sumber daya bagi manusia akan tetapi dapat

menjadi sumber daya bagi makhluk lain.”24

Menurut UUD RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 Ayat 1, “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang, dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan

dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya.”25

Menurut UUD RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 5 Ayat 1, “Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”26

Jadi, lingkungan hidup (lingkungan) adalah ruang dengan segala isinya yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

“Sedangkan pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu, yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.”27

Perusakan lingkungan adalah, “Tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.”28

Pengelolaan lingkungan hidup adalah “Upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,

pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.”29

24Utami Ulfah, Konservasi Sumber Daya Alam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 6 25Munawir. dkk, Cakrawala Geografi, (Bogor:Yudhistira, 2006), h. 70

26 Ibid.

27Manik Karden Eddy Sontang, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta:Djambatan, 2009), h. 32

28 Ibid,. 29 Ibid,. h. 31

“Selain memiliki hak atas lingkungan, setiap orang juga mempunyai kewajiban untuk menjaga dan mencegah lingkungan hidup dari tindak perusakan dan pencemaran. Sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk melestarikan lingkungan hidup karena generasi berikutnya juga memiliki

hak atas lingkungan yang bersih dan sehat”.30

1. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

Manusia hidup di bumi tidak sendirian melainkan bersama makhluk hidup lain, yaitu hewan dan tumbuhan. Selain manusia, hewan dan tumbuhan, ada tanah, air, batu dan sebagainya yang bagi makhluk hidup menjadi tempat hidup mereka. Makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan, serta benda mati berperan sebagai unsure-unsur lingkungan hidup. Ada 3 macam unsur lingkungan hidup, yaitu sebagai berikut”:31

a. Unsur Abiotik

“Unsur abiotik disebut juga unsur fisik. Unsur fisik adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup

seperti tanah, air, udara, iklim, daratan, lautan, dan sungai”.32

b. Unsur Biotik

“Unsur biotik adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik. Keempat unsur ini saling berhubungan satu sama lain. Tumbuhan memperoleh unsur hara dari jasad renik, tumbuhan dimakan hewan dan manusia, hewan dan manusia mati lalu diuraikan oleh jasad renik menjadi unsur hara. Proses ini berlangsung terus menerus

menjadi siklus”.33

c. Unsur Sosial Budaya

“Unsur sosial budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan

30Munawir. dkk, Cakrawala Geografi, (Bogor:Yudhistira, 2006),.h. 71 31Ibid.

32Ibid. 33Ibid., h. 72

keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Unsur ini sangat berperan dalam perubahan lingkungan untuk keperluan hidup

manusia”.34

2. Persoalan Lingkungan Hidup

Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam. Dalam lingkungan ini ada beberapa masalah yang sering dijumpai. Diantaranya :

a. Gangguan Sampah

“Sampah merupakan problema lingkungan yang mungkin akan terus berlangsung di tengah masyarakat dalam kesehariannya. Budaya tertib sampah yang dicanangkan pemerintah ternyata belum mampu menanggulangi secara tuntas. Apalagi jenis sampah semakin hari seolah semakin beragam, sehingga proses penanganannya pun memerlukan metode yang beragam pula. di sekitar pedesaan sampah relatif mudah ditangani lantaran lahan pembuangan masih mudah dihasilkan. Namun terkadang kecerobohan masyarakat membuat masalah ini menjadi serius. Hingga selain menimbulkan gangguan bau tidak sedap, beragam penyakit juga mungkin timbul akibat penumpukan sampah yang akhirnya menjadi sarang nyamuk. Lain halnya masalah yang dihadapi daerah perkotaan akibat sampah. Selain lokasi pembuangan yang sulit didapatkan, minimnya daerah resapan air membuat sampah-sampah menggunung menyumbat saluran-saluran air hingga mengakibatkan genangan air atau bahkan banjir”.35

b. Air Kotor Adalah Sarang Penyakit

“Genangan air bisa timbul dari berbagai macam sebab, mungkin adakalanya disebabkan kecerobohan sebagian masyarakat yang minim tempat pembuangan. Atau mungkin akibat dari sisa-sisa air bah atau banjir yang kerap melanda kawasan tertentu. Genangan air yang berada di pinggiran pemukiman, empang-empang kering, atau bahkan di jalan-jalan umum, tidak hanya sekedar merusak keindahan dan menimbulkan bau tidak sedap. Namun tempat-tempat itu sangat berpotensi menjadi sarang utama nyamuk-nyamuk pembawa penyakit. Mungkin hampir tiap tahun kita direpotkan dengan penyakit demam berdarah, penyakit yang kerap kali merenggut nyawa penderitanya. Nyamuk Aides Aegepty

34Ibid., h. 73

35Reza Gholami, Husain Heriyanto, Fakhruddin M. Mabgubjaya. Menanam Sebelum Kiamat (Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup). (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2007), h. 11

sebagai penyebar penyakit ini mayoritas berkembang biak pada genangan-genangan air”.36

c. Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai

Tanah pinggiran sungai merupakan fasilitas umum yang selama ini menimbulkan banyak sengketa. Mereka yang sudah lama menempati kawasan tersebut mengklaim daerah ini merupakan tanah warisan yang sah kepemilikannya, sedangkan dari pihak pemerintah melalui program penertiban berusaha merapikan kawasan kota serta bermaksud memperluas area aliran air guna kepentingan mengantisipasi banjir. Di daerah perkotaan, banjir lebih banyak disebabkan luapan air sungai di pinggiran kota akibat daerah aliran air yang semakin menyempit termakan sampah maupun bangunan-bangunan yang semarak menghiasi kawasan tersebut”.37

d. Banjir

Timbunan sampah, penyempitan daerah aliran air, serta merosotnya kualitas serapan dari tanah merupakan alasan-alasan utama terjadinya banjir. Timbunan sampah dan penyempitan daerah aliran air menyebabkan penyumbatan aliran air hingga akhirnya meluap ke luar jalur. Merosotnya kualitas resapan dari tanah karena penebangan hutan dan pepohonan menyebabkan air yang mengalir di atas permukaan tanah sulit melakukan penetrasi kearah bawah, sehingga cenderung mengalir dan sulit untuk dihentikan”.38

e. Pertumbuhan Penduduk yang Pesat

“Pertumbuhan penduduk yang pesat (tinggi) di suatu

wilayah atau Negara dapat dipastikan akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menimbulkan masalah dalam penyediaan lahan untuk

36Ibid., h. 12 37Ibid., h. 16 38Ibid,. h. 17

pemukiman dan untuk usaha, fasilitas pelayanan social (pendidikan, rumah ibadah, kesehatan, air bersih, dan transportasi), serta masalah sosial ekonomi dan sosial budaya lainnya. Umumnya, pertumbuhan penduduk yang pesat berkorelasi atau berkaitan erat dengan kemiskinan. Biasanya penduduk yang miskin, selain miskin secara materi, juga miskin akan pengetahuan,

teknologi dan informasi.”39

Khususnya di pedesaan, penduduk miskin sering melakukan perusakan dan pencemaran lingkungan, antara lain disebabkan:

1. Ketidaktahuannya akan lingkungan yang baik.

2. Terpaksa melakukannya karena kebutuhannya yang mendesak adalah pangan.

3. Belum merasa perlu akan lingkungan yang baik karena pemenuhan kebutuhan dasarnya masih jauh dari sejahtera. 4. Tidak mampu menerapkan teknologi pertanian konservasi

karena pengetahuannya terbatas dan biaya yang relative besar. 5. Tekanan penduduk terhadap lahan.

Dokumen terkait