• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yakni lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.

A. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan program pemberantasan kemiskinan. Kemiskinan akan menurunkan daya beli masyarakat, sebaliknya pada masyarakat yang berada diatas garis kemisikinan, daya belinyacenderung lebih tinggi sehingga akan meningkatkan kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan gizi; mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Data Angka Harapan Hidup setiap tahun dirilis BPS yang diperoleh melalui survei. Angka Harapan Hidup sangat dipengaruhi oleh kasus atau angka kematian bayi. Apabila melihat trend angka kematian bayi yang cenderung menurun, maka diperkirakan AHH NTB akan mengalami peningkatan. Bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2011 diperkirakan mempunyai usia harapan hidup 62,41 tahun, dan bayi yang dilahirkan tahun 2012 usia harapan hidupnya mencapai 62,73 tahun.

Tahun 2013 Usia Harapan Hidup NTB sebesar 64.7 tahun (dengan metode perhitungan baru BPS) mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 64,9 tahun

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 13

atau meningkat sebesar 0,2 tahun dan kembali meningkat pada tahun 2015 menjadi 65,38 tahun atau meningkat sebesar 0,48 tahun. Kemudian pada tahun 2016 Angka Harapan Hidup meningkat menjadi 65,48 tahun.Peningkatan Angka Harapan Hidup tersebut sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.1

Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2011-2016

Sumber: BPS Provinsi NTB Tahun 2016

Gambar III.1 terlihat bahwa setiap tahun AHH di Provinsi NTB mengalami peningkatan, akan tetapi masih dibawah AHH nasional. Angka kematian bayi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi AHH Provinsi NTB. Peningkatan AHH menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Provinsi NTB.

B. Angka Kematian

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta program pembangunan kesehatan lainnya dapat dilihat dari kejadian kematian masyarakat dari waktu ke waktu. Angka kematian di komunitas pada umumnya diperoleh melalui data survei sedangkan data kematian yang ada di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan jumlah kasus. Tinggi rendahnya angka kematian, secara umum dipengaruhi erat dengan tingkat kasus kematian bayi, balita dan ibu maternal (hamil, melahirkan, nifas). Angka kematian

2011 2012 2013 2014 2015 2016 NTB 62.41 62.73 64.7 64.9 65.38 65.48 Nasional 69.65 69.87 70.07 70.59 73.59 70.18 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 An gka H ar ap an H id up

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 14

yang akan disajikan berikut ini adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

B.1 Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah persalinan atau berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Berdasarkan SDKI 2012 angka kematian ibu di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu di NTB tahun 2012 sebesar 251 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB selama tahun 2016 adalah 92 kasus, menurun dibandingkan tahun 2015 dengan 95 kasus. Trend jumlah kematian ibu tahun 2011-2016 terlihat pada tabel gambar berikut.

Gambar III.2

Jumlah Kematian Ibu di Provinsi NTB Tahun 2011-2016

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011-2016

Gambar III.2 menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di Provinsi NTB cenderung fluktuatif, namun apabila dicermati lebih lanjut, dalam 3 (tiga) tahun terakhir jumlah kematian ibu menunjukkan progres positif atau cenderung menurun. Untuk tahun 2016, kematian ibu terbanyak tetap berada di Kabupaten Lombok Tengah

2011 2012 2013 2014 2015 2016 NTB 130 100 117 111 95 92 80 90 100 110 120 130 140 ka su s ke m a3 an ib u

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 15

dengan 26 kasus dan belum ada kabupaten yang ditetapkan sebagai Kabupaten AKINO (Angka Kematian Ibu Nol). Jumlah kematian ibu di kabupaten/kota secara rinci dapat dilihat pada lampiran profil kesehatan tabel 6.

Kejadian kematian ibu terbanyak pada tahun 2016 sama dengan tahun 2015 yakni terjadi pada saat nifas sebesar 56,52%, sedangkan kejadian kematian ibu bersalin sekitar 28,26%, dan kematian ibu pada saat hamil sekitar 15,22%. Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34 tahun sebanyak 63,04%, usia ≥35 tahun sebanyak 28,26% dan usia<20 tahun sebanyak 8,70%.

Informasi mengenai tingginya jumlah kematian ibu bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer). Salah satu upayanya adalah melalui pembuatan pedoman Rencana Aksi Nasional (RAN) program percepatan penurunan AKI, yang memuat program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, bahkan penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran.

B.2 Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk karena indikator ini merupakan refleksi sosial ekonomi yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak, status gizi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB mencatat bahwa kasus kematian balita pada tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015. Kasus kematian balita pada tahun 2015 adalah 1.152 kasus, terdiri dari 1.086 kasus kematian bayi dan 66 kasus kematian anak balita dari 104.597 kelahiran hidup, sedangkan kasus kematian balita tahun 2016 adalah 1.084 kasus, terdiri dari 1.006 kasus kematian bayi dan 78 kematian anak balita dari 103.132 kelahiran hidup.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 16 35 34 32 23 74 72 57 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2003 2007 2012 2013 2015 pe r 1 00 0 ke la hi ra n hi du p Indonesia NTB Target MDGs

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.

AKB adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

AKB Provinsi NTB telah mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012, namun masih diatas angka nasional. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di Provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000 kelahiran hidup mengalami penurunan menjadi 57/1000 kelahiran hidup sesuai data SDKI 2012. Perbandingan data AKB Provinsi NTB dengan data AKB Indonesia tahun 2003 – 2012 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.3

AKB di Provinsi NTB dan Indonesia Tahun 2003-2012

Sumber : BPS Provinsi NTB Tahun 2012

Gambar III.3 memperlihatkan bahwa AKB Provinsi NTB masih di atas angka nasional, sehingga dibutuhkan terobosan-terobosan atau program-program yang mempunyai daya ungkit kuat untuk menurunkan AKB. AKB berpengaruh signifikan terhadap Usia Harapan Hidup (UHH), penurunan AKB akan meningkatkan UHH.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 17

Berdasarkan laporan, tahun 2016 jumlah kasus kematian bayi adalah 1.006 kasus dari 103.132 kelahiran hidup, turun dibandingkan tahun 2015 dengan 1.086 kematian bayi dari 104.597 kelahiran hidup. Kasus kematian bayi yang dilaporkan di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2011-2016 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.4

Kasus Kematian Bayi di Provinsi NTB Tahun 2011-2016

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2016

Gambar III.4 menunjukkan bahwa kematian bayi terbanyak terjadi di Lombok Timur. Jumlah penduduk dan luas wilayah terbesar di Provinsi NTB menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian bayi di Kabupaten Lombok Timur. Mendekatkan dan memudahkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tersebar di wilayah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan kontinyu terutama tetang kesehatan reproduksi serta sosialisasi yang lebih intens adalah beberapa upaya yang diharapkan dapat menekan kasus kematian pada bayi.

C. Angka Kesakitan (Morbiditas)

Morbiditas adalah keadaan sakit atau terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi yang mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah

Mtr Lobar KLU Loteng LoKm Sbw KSB Dompu Bima Kt.Bima NTB

2011 39 143 56 154 575 121 61 29 115 25 1,318 2012 48 139 85 237 620 86 37 58 94 28 1,432 2013 44 90 52 255 591 83 27 29 97 29 1,297 2014 39 60 41 199 482 73 21 33 100 22 1,070 2015 34 42 82 199 482 75 28 34 93 17 1,086 2016 24 38 59 192 467 66 24 31 80 25 1,006 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Kasus Ke m a3 an Bayi

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 18

orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko.

Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang

diperoleh melalui pengamatan terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Kasus penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Provinsi NTB berdasarkan Laporan Bulanan (LB1) Kesakitan di Puskesmas dan jaringannya terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.5 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di

Provinsi NTB Tahun 2015 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di Provinsi NTB Tahun 2016

Sumber: Laporan Kesakitan Kabupaten/Kota Tahun 2015-2016

Gambar III.5 memperlihatkan bahwa 10 penyakit terbanyak pada tahun 2016 sebagian besar sama dengan tahun 2015, dengan kunjungan terbanyak adalah infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas. Kondisi ini erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan masyarakat. Hal yang patut diwaspadai dari data kunjungan tahun 2016 adalah peningkatan yang cukup signifkan pada penyakit lain pada saluran

pernafasan bagian atas. Perubahan life style kearah negatif seperti kurang aktifitas

48,374 63,095 72,377 73,160 91,671 95,770 129,044 148,959 154,184 248,974 Observasi Febris Diare (termasuk tersangka Kolera) Penyakit Kulit Allergi common cold Penyakit Kulit Infeksi GastriKs Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit Tekanan Darah Tinggi Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas Infeksi Akut pada saluran pernafasan bagian atas 46,789 53,159 70,765 72,874 79,005 81,693 122,234 122,737 145,534 267,264 Asma Penyakit Kulit Allergi Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas common cold Diare (termasuk tersangka Kolera) Penyakit Kulit Infeksi GastriKs Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit Tekanan Darah Tinggi Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan bagian atas

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 19

fisik, lebih sering mengkonsumsi fast food, junk food dan faktor stress adalah

beberapa faktor yang memicu tingginya angka kejadian hipertensi.

Provinsi NTB juga dihadapkan juga pada masalah beban ganda. Di satu sisi kasus penyakit infeksi masih tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif juga meningkat. Selain itu perilaku masyarakat yang tidak sehat masih menjadi faktor utama disamping lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Berikut ini akan di uraikan kondisi program pemberantasan dan pengendalian penyakit di Provinsi NTB tahun 2016.

C.1. Penyakit Menular Langsung C.1.1 Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. TB adalah penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV/AIDS dan hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini pun cukup tinggi. Gejala utamanya adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.

Tujuan penemuan dan penanggulangan penyakit TB adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di Provinsi NTB, pada tahun 2015 dilaporkan bahwa jumlah seluruh pasien TB (semua tipe) mencapai 5.931 orang, dan sebanyak 4.151 orang diantaranya merupakan kasus baru BTA+. Sedangkan untuk tahun tahun 2016, jumlah seluruh pasien TB adalah 5.826 orang, dengan 3.860 orang merupakan kasus TB baru BTA+. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, maka kasus TB pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 1,8%.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 20

Distribusi jumlah penderita di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran profil kesehatan tabel 7.

Data suspek TB tahun 2016 juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015. Jika pada tahun 2015 suspek TB yang diperiksa sebanyak 39.386 orang, maka tahun 2016 sebanyak 33.628 orang atau menurun 14,62%. Hal yang patut dicermati dari penurunan suspek TB yang diperiksa tahun 2016 adalah berimbas pada terjadinya penurunan pasien TB BTA positif dibandingkan tahun 2015, yakni dari 4.209 orang menjadi 3.860 orang. Namun jika di lihat dari proporsi penemuan BTA+ terhadap suspek, pada tahun 2016 meningat menjadi 11,48% jika di bandingkan dengan tahun 2015 sebesar 10,69%.

Salah satu indikator kinerja pengendalian penyakit TB adalah Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR), yakni angka yang menunjukan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan (trend) penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Case Notification Rate (CNR) pada tahun 2015 adalah 123,20, mengalami penurunan tahun 2016 menjadi 118.95. Pencapaian ini menggambarkan hasil yang kurang baik dimana seharusnya capaian CNR meningkat 5% tiap tahun. Hal ini disebabkan menurunnya penemuan kasus baru di layanan kesehatan terutama puskesmas sebagai layanan primer. Kedepannya diharapkan tidak hanya puskesmas tetapi juga layanan primer lain seperti klinik swasta, dokter praktek swasta, dan Rumah Sakit dapat menjaring kasus baru TB lebih banyak lagi.

Untuk pasien TB anak (0-14 tahun), jumlah kasus yang ditemukan juga mengalami penurunan, dari 237 orang tahun 2015 menjadi 147 orang tahun 2016. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB tahun 2016 2,52% dan angka ini jauh menurun di bandingkan proporsi pasien TB anak tahun 2015 yaitu 4%.

Angka kematian selama pengobatan yang ditimbulkan akibat TB paru pada tahun 2016 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2015, yakni dari 3 per 100.000 penduduk tahun 2015 menjadi 8 per 100.000 penduduk tahun 2016. Sedangkan untuk angka kesembuhan (Cure Rate) pada tahun 2016 mencapai 80,63%, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 dengan angka kesembuhan 84,22%. Angka ini dibawah angka minimal yang harus dicapai yaitu 85%. Oleh karena itu untuk

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 21

program penanggulangan TB sangat perlu untuk memperhatikan jumlah pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default dan pindah.

Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR) menunjukkan bahwa pada tahun 2016 terjadi sedikit penurunan dibandingkan tahun 2015, yakni dari 91,64% tahun 2015 menjadi 91,18% tahun 2016. Data keberhasilan pengobatan di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 9.Trend keberhasilan pengobatan (SR) di Provinsi NTB tahun 2011-2016 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.6

Tren Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru, Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru di Provinsi NTB Tahun 2011-2016

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2016

Gambar III.6 memperlihatkan bahwa SR pengobatan TB Paru cenderung fluktuatif. Mengingat TB adalah kasus yang membutuhkan penanganan yang lama dan bersifat menular, maka dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak dalam penanggulangannya. Penjangkauan suspek yang lebih intens dan luas, sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat, pelatihan yang kontinyu bagi petugas kesehatan serta dukungan dalam penganggaran adalah upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka kejadian TB.

659 498 428 451 306 442 93.76 98.03 93.59 89 91.64 91.18 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 22 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perkiraan penderita Pneumonia Balita 50,442 52,397 53,989 54,220 33,291 32,536 Penderita ditemukan dan ditangani 26,005 27,836 28,138 26,631 25,502 27,513 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000 balita C.1.2 Pneumonia Balita

Pneumonia merupakan salah satu penyakit gangguan sistem pernafasan (paru-paru), yang biasanya diderita oleh anak-anak atau lanjut usia yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Penyakit ini tergolong penyakit ringan apabila segera ditangani dengan tepat dan cepat, tetapi bisa menjadi penyakit berbahaya dan mematikan apabila tidak ditangani dengan baik. Pada bayi atau balita umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang dan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Upaya pemberantasan penyakit Pneumonia difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.

Perkiraan penderita Pneumonia balita pada tahun 2016 adalah 32.536 balita. Penderita ditemukan dan ditangani sebanyak 27.513 kasus (84.56%). Hasil lengkap per kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 10. Berikut ditampilkan perkiraan kasus Pneumonia balita dan penderita yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTB tahun 2011-2016.

Gambar III.7

Perkiraan Kasus dan Trend Penemuan dan Penanganan Pneumonia di Provinsi NTB Tahun 2011-2016

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 23

Gambar III.8 menunjukkan bahwa trend penderita (balita) pneumonia ditemukan dan ditangani tahun 2016 mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan tahun 2015. Hal ini dapat dicapai dengan kerjasama dan kerja keras baik lintas sektor maupun lintas program serta kesadaran masyarakat akan sanitasi, dimana hal tersebut harus terus ditingkatkan. Kegiatan lomba desa/lingkungan sehat dan program pembangunan rumah sehat adalah salah satu upaya yang mendukung pencapaian tersebut.

C.1.3 HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual

Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, jumlah kasus yang ditemukan sangat sedikit dibandingkan dengan kenyataannya. HIV/AIDS patut mendapat perhatian serius dari semua pihak mengingat ekses yang dapat ditimbulkan bagi masyarakat luas. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka Provinsi NTB berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan HIV-AIDS. Demikian juga sebagai salah satu daerah pengirim tenaga kerja ke luar negeri, kemungkinan terjadinya penularan HIV-AIDS cukup besar. Kasus HIV-AIDS ditemukan di seluruh kabupaten/ kota se-Provinsi NTB. Jumlah kasus baru di setiap kabupaten/kota terlihat pada lampiran tabel 11.

Berdasarkan laporan VCT rumah sakit/puskesmas dan laporan rutin AIDS kabupaten/kota tahun 2016, jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015. Jumlah kasus yang ditemukan tahun 2015 adalah 67 kasus HIV dan 99 kasus AIDS, sedangkan tahun 2016 adalah 62 kasus HIV, dan 87 kasus AIDS. Jumlah kematian karena AIDS di Provinsi NTB tahun 2015 sebanyak 14 kasus, mengalami penurunan menjadi 9 kasus tahun 2016. Penemuan penurunan kasus dan penurunan angka kematian AIDS yang cukup signifikan antara lain dipengaruhi oleh penambahan jumlah VCT di kabupaten/kota, penjangkauan ke polulasi kunci lebih banyak, dukungan pendanaan untuk kegiatan mobile VCT yang cukup baik dan kerjasama serta kerja keras semua pihak untuk menanggulangi HIV/AIDS. Perkembangan penemuan kasus baru HIV-AIDS terlihat pada gambar berikut.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 24

Gambar III.8

Penemuan Kasus Baru HIV-AIDS dan Kematian AIDS di Provinsi NTB Tahun 2011-2016

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2016

Gambar III.8 memperlihatkan bahwa dalam 6 (enam) tahun terakhir, temuan kasus baru HIV positif ataupun AIDS cenderung fluktuatif. Kondisi ini perlu mendapat perhatian semua pihak mengingat dampaknya di masyarakat terutama bagi generasi

muda. Konsistensi dan komitmen dari decision maker, petugas kesehatan, lembaga

swadaya, masyarakat umum dan keluarga sangat dibutuhkan dalam upaya penangulangguan dan penanganan HIV/AIDS, tidak hanya dukungan dalam bentuk kebijakan, pendanaan, tetapi juga dukungan moril.

Kegiatan pengendalian HIV-AIDS dilakukan juga melalui pengamatan terhadap hasil skrining/penapisan darah saat donor darah. Pada tahun 2015 dari 41.569 pendonor yang sampel darahnya diperiksa, ditemukan 55 sampel darah yang positif HIV. Untuk tahun 2016, jumlah sampel darah yang diskrining adalah 46.496 sampel, dan ditemukan 81 positif HIV.

Provinsi NTB adalah salah satu destinasi wisata yang banyak diminati oleh turis domestik maupun mancanegara. Sebagai daerah tujuan wisata, bukan hanya efek positif yang akan timbul, tetapi juga dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif yang mungkin terjadi adalah penyebaran penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya, antara lain penyakit syphilis. Berdasarkan laporan, pada tahun 2015 jumlah kasus IMS (syphilis) sebanyak 63 orang, mengalami penurunan di tahun 2016 menjadi

2011 2012 2013 2014 2015 2016 Kasus Baru HIV 81 63 8 56 67 62 Kasus Baru AIDS 67 117 7 80 99 87 KemaKan AIDS 60 43 4 66 14 9 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 or ang

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2016 25

55 orang dan banyak terjadi pada kelompok umur 25 - 49 tahun. Penyebaran kasus IMS di kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 11. Kasus yang dilaporkan adalah jumlah penderita yang berobat ke sarana puskesmas dan jaringannya, sehingga jumlah penderita sebenarnya di populasi belum terdeteksi. Trend kasus baru IMS di Provinsi NTB tahun 2010-2016 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.9

Trend Kasus Baru IMS (Syphilis) di Provinsi NTB Tahun 2010-2016

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2010-2016

Gambar III.9 memperlihatkan bahwa pada tahun 2016 kasus IMS sphylis sedikit mengalami penurunan. Agar jumlah kasus IMS dapat tertangani secara menyeluruh, maka diperlukan sistem pelaporan kasus dari sarana pelayanan kesehatan yang baik dan tertib. Kedepan, diharapkan semua sarana pelayanan kesehatan dapat memberikan laporan, sehingga gambaran sebaran penyakit sphylis

Dokumen terkait