• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam dokumen BAB I P E N D A H U L U A N (Halaman 37-54)

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, kemampuan dan kesadaran hidup sehat bagi setiap penduduk serta tumbuhnya sikap kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini memungkinkan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Dalam kerangka mengatasi keadaan dan masalah pembangunan kesehatan yang dihadapi dewasa ini, penyelenggaraan upaya kesehatan harus diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan baik fisik, biologik maupun sosial budaya, upaya kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan serta kerja sama lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat. Dengan pengutamaan pada upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan.

Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan sepanjang tahun 2008, maka hasil pencapaian melalui beberapa indikator dapat digambarkan upaya kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan seperti berikut ini :

4.1. Pelayanan Kesehatan

4.1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil

Kunjungan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan sebanyak 1 kali selama trimester pertama tahun 2008 di Kabupaten Bintan yaitu 3.153 orang (93%) dari 3.389 orang ibu hamil, sedangkan yang memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali selama hamil sebanyak 2.982 orang (88,4%). Angka ini menunjukkan bahwa terdapat 4,6% ibu hamil yang drop out/ tidak memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali atau kemungkinan juga memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali tetapi tidak tercatat pada reporting and recording puskesmas (of the record). Jika dibandingkan dengan data tahun 2007

BAB IV

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

kunjungan ibu K1 mengalami peningkatan sedangkan K4 mengalami penurunan, untuk lebih jelasnya kunjungan ibu hamil 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik.

Grafik 7. Persentase Kunjungan Ibu Hamil tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan.

Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008

Persentase persalinan oleh tenaga bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebiadanan, tahun 2008 sebanyak 2.474 orang (97.90%) dari 2.527 orang ibu bersalin. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 11.19% (tahun 2008; 86.71%), trend persentase persalinan oleh tenaga bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebiadan 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik 9.

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

Grafik 8. Persentase Persalinan olehTenaga Bidan atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi kebiadanan tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan.

Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008

Pelayanan bagi ibu nifas tahun 2008 merupakan kegiatan prioritas yang dilakukan oleh bidan, karena dalam upaya untuk menurunkan angka kesakitan seperti anemia gizi besi dan komplikasi pada ibu nifas dengan cara pemberian tablet tambah darah selama nifas dan penanganan kasus komplikasi. Pada tahun 2008, jumlah ibu nifas yang diberikan tablet tambah darah sebanyak 2.783 orang (86.5%), pemberian vitamin A ibu nifas sebanyak 2.783 orang (86.5%) dan penanganan kasus komplikasi selama nifas sebanyak 1 kasus.

4.1.2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita serta Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU

Deteksi dini tumbuh kembang anak balita yang dilakukan selama tahun 2008, dari 2.682 anak balita pra sekolah yang tercatat telah dilakukan deteksi dini sebanyak 2.071 anak (77.21%), pada siswa SD/MI dari 7.974 siswa telah dilakukan pemeriksaan kesehatan pada 4.274 siswa (53.59%), serta siswa SMP/SMU juga telah dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada 58.42%.

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

Bentuk deteksi yang dilakukan adalah pemeriksaan tinggi badan, berat badan, serta pemeriksaan kesehatan lainnya secara berkala yang dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK), SD/MI serta SMP/SMA.

4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Dalam kaitan dengan aspek penataan administrasi kependudukan keluarga berencana merupakan hal penting dalam mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Pelaksanaan program keluarga berencana telah menunjukan hasil cukup memuaskan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bintan, hal ini diindikasikan dengan meningkatnya pencapaian peserta KB aktif pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebagaimana tabel berikut :

Tabel.10 : Pencapaian Peserta KB Aktif Kabupaten Bintan Tahun 2006, 2007 dan 2008

No Tahun Jumlah PUS KB aktif Persentase

1. 2006 18.265 12.943 70,86

2. 2007 21.161 15.509 73,30

3. 2008 20.322 17.329 85,27

Sumber : Seksi KB Dinas Kesehatan, Tahun 2009

Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2008 tercatat sebanyak 20.322 PUS yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 17.329 peserta (85,27 persen).Bila dilihat dari angka standar PUS yaitu 16,5 persen dari jumlah penduduk atau 20.322 PUS, maka jumlah PUS pada tahun 2008 ini yang ikut sebagai peserta KB aktif berada diatas target yang telah ditentukan pada tahun 2008 yaitu 70 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi kenaikan persentase jumlah peserta aktif dimana dari 21.161 Pasangan Usia Subur ditemui peserta KB Aktif sebanyak 15.509 peserta (73,70 persen) dengan kenaikan sebesar 11,57 persen. Pencapaian peserta KB aktif sepanjang tahun 2008 telah mencapai 17.329 akseptor, dengan klasifikasi pengunaan metoda kontrasepsi Non Hormonal dan Hormonal di Kabupaten Bintan seperti tabel 11.

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

Tabel. 11 : Pencapaian Peserta KB Aktif dengan Klasifikasi Pengunaan Metoda Kontrasepsi Non Hormonal dan Hormonal di Kabupaten Bintan, Tahun 2008

JUMLAH PESERTA KB AKTIF

MKJP NON MKJP

NO KECAMATAN

IUD MOP/ MOW

IMP

LANT SUNTIK PIL Kdom

OBAT VAGINA LAIN NYA MKJP + NON MKJP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Teluk Bintan - - 106 739 491 77 - - 1.413

2 Seri Kuala Lobam 28 3 60 632 405 15 - - 1.143 3 Bintan Utara 247 13 196 536 773 29 - - 1.794 4 Teluk Sebong 9 - 78 589 580 17 - - 1.273 5 Bintan Timur 159 4 108 3.682 1.633 66 - - 5.652 6 Bintan Pesisir 6 8 14 482 204 9 - - 723 7 Mantang 6 14 260 362 23 - - 665 8 Gunung Kijang 15 3 88 528 286 19 - - 939 9 Toapaya 21 - 89 749 419 23 - - 1.301 10 Tambelan 2 3 19 248 232 8 - - 512 JUMLAH 493 34 772 8.445 5.385 286 - - 15.415 Sumber : Seksi KB Dinas Kesehatan, Tahun 2009

Akseptor pengguna metode kontrasepsi Non Hormonal mencapai 813 orang atau 5,28 persen dari peserta KB aktif sebanyak 15.415 yang terdiri dari IUD 493 atau sebesar 3,2 persen, MOP/MOW sebanyak 34 atau sebesar 0,22 persen, Kondom sebanyak 286 atau sebesar 1,86 persen dari total KB Aktif. Kemudian yang menggunakan metode kontrasepsi Hormonal mencapai 14.602 akseptor atau 94,73 persen dari total peserta KB Aktif, yang terdiri dari Implant sebanyak 772 atau 5,01 persen, suntikan sebanyak 8.445 atau 54,79 persen, dan sisanya pengguna kontrasepsi Pil sebanyak 5.385 atau 34,94 persen.

4.1.4. Pelayanan Imunisasi

Cakupan desa/kelurahan Universal Child Imunization (UCI) merupakan desa/kelurahan yang pencapaian imunisasi campaknya >80%, tahun 2008 dari 49 desa/kelurahan terdapat 2 desa/kelurahan yang belum UCI yaitu Kelurahan Teluk Lobam Kecamatan Sri Kuala Lobam dengan cakupan 48.6% dan Desa Toapaya Selatan Kecamatan Toapaya dengan cakupan 69.6%.

Imunisasi yang diberikan kepada bayi dalam rangka peningkatan imunitas/kekebalan tubuh bayi antara lain BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio3 dan Campak. Tahun 2008, cakupan imunisasi BCG sebesar ...%, dengan pencapaian terendah di wilayah Puskesmas Tanjung Uban (Kecamatan Bintan Utara) 92.8% dan wilayah Puskesmas Teluk Sasah (Sri Kuala Lobam) 85.2%.

Cakupan imunisasi DPT1+HB1 tahun 2008 sebesar 99.9%, angka ini telah mencapai target 95% yang telah ditentukan, distribusi pencapaian imunisasi DPT1+HB1 menurut puskesmas

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

yang paling rendah adalah di wilayah Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 85.3%, wilayah Puskesmas Teluk Sasah (Kecamatan Sri Kuala Lobam) 93.6% dan wilayah Puskesmas Tanjung Uban (Kecamatan Bintan Utara) 93.7%.

Cakupan Imunisasi DPT+HB3, tahun 2008 di Kabupaten Bintan sebesar 98.1% dengan target 85%, angka ini menjukkan bahwa target telah tercapai, namun menurut puskesmas terdapat satu puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 83.6%.

Cakupan polio3 di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebesar 93.8%, dari 10 puskesmas terdapat satu puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 83.2%.

Cakupan imunisasi campak merupakan indicator desa/kelurahan UCI, tahun 2008 cakupan campak di Kabupaten Bintan sebesar 95.5%, target yang telah ditentukan tahun 2008 sebesar 80%, angka menunjukkan bahwa cakupan telah tercapai baik di tingkat kabupaten maupun puskesmas.

Cakupan TT1 WUS dan Ibu Hamil, tahun 2008 masih dibawah target 80% yang telah ditentukan dengan capaian sebesar 55.21%, sedangkan cakupan TT2 WUS dan Ibu Hamil capaian sebesar 46.88%. Tujuan imunisasi TT ibu hamil dan wanita usia subur (calon pengantin) adalah upaya akselerasi eleminasi tetanus mataren dan neonatorum (ETN).

4.1.5. Pelayanan Gizi

Bayi Bawah Garis Merah (BGM) menurut KMS dari keluarga miskin merupakan kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap gizi buruk disebabkan karena daya beli keluarga terhadap bahan pangan yang rendah, sehingga bayi khususnya umur 6-24 bulan dari keluarga miskin membutuhkan perhatian khsusu berupa pemberian makanan tambahan secara rutin setiap tahunnya disamping upaya promotif dan peningkatan perekonomian keluarga. Pada tahun 2008 di Kabupaten Bintan tercatat jumlah bayi umur 6-24 bulan dari keluarga miskin sebanyak 1.028 orang dan 70 orang (6.8%) diantaranya mendapatkan MP-ASI, pemberian makanan MP-ASI ini masih belum memenuhi kebutuhan untuk seluruh bayi umur 6-24 bulan dari keluarga miskin sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan jumlah dan mutu sesuai dengan jumlah sasaran yang ada.

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

Vitamin A, diberikan kepada bayi umur 6-12 bulan, anak balita 1-5 tahun dan ibu nifas selama masa nifas. Tahun 2008 cakupan pemberian vitamin A bayi umur 6-24 bulan bulan februari 104.6% dan agustus 101.6% (rata-rata 103.1%), cakupan vitamin A anak balita pada bulan februari 93.45 dan agustus 89% (rata-rata 91.2%). Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan cakupan dari 93.28% (4.28%).

Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 85 orang, semuanya telah mendapatkan perawatan dan telah diberikan makanan tambahan selama 90 hari makan.

Persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet besi tahun 2008 sebesar 82.21% untuk Fe1 (30 tablet pertama pemberian Fe) dan 83.12% untuk Fe3 (90 tablet pemberian Fe), cakupan puskesmas terendah di Teluk Bintan sebesar 45.2% serta Teluk Sasah 74.1%.

4.1.6. Rujukan dan Penanganan Ibu Hamil dan Neonatus Resiko Tinggi

Ketersediaan darah untuk menangani ibu hamil dan neonatus yang dirujuk ke Rumah Sakit, disediakan melalui Palang Merah Indonesia (PMI) Kepulauan Riau serta donor darah dari keluarga pasien.

Ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi yang ditangani selama tahun 2008 sebanyak 805 kasus (100%) dari jumlah ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi, dan neonatal resiko tinggi atau komplikasi yang ditangani sebanyak 68 kasus (100%) dari jumlah neonatal resiko tinggi atau komplikasi.

4.1.7. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat

Jumlah sarana kesehatan yang mampu melakukan pelayanan kesehatan gawat darurat sebanyak 12 unit sarana kesehatan, yang terdiri dari Rumah Sakita 2 unit yaitu Rumah Sakit Umum Propinsi Kepulauan Riau di Busung Kecamatan Sri Kuala Lobam dan Rumah Sakit Swasta PT. Antam Kijang di Kijang Kecamatan Bintan Timur, sedangkan puskesmas semuanya (10 unit) telah disediakan tempat pelayanan gawat darurat (UGD), sehingga dapat dan mampu untuk memeberikan pelayanan gawat darurat.

4.1.8. Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit

Jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB penyakit selama tahun 2008 sebanyak 7 desa/kelurahan dengan distribusi per kecamatan antara lain : Kecamatan Teluk Bintan 2 desa/kel,

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

Kecamatan Bintan Timur 1 desa/kel, Kecamatan Mantang 1 desa/kel,Kecamatan Gunung Kijang 1 desa/kel dan Kecamatan Toapaya 2 desa/kel.

Jenis kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi adalah Demam Berdarah (DBD) sebanyak 36 penderita dan 1 orang meninggal (CFR, 2.78%), Campak 9 penderita, Keracunan Malanan 6 penderita dan 1 meninggal (CFR, 16.67%).

Semua penderita yang disebabkan oleh ketiga jenis penyakit tersebut telah dilakukan penanganan dibawah 24 jam dengan melakukan tindakan pengobatan bagi penderita dan pencegahan bagi kelompok sasaran lainnya yang dianggap berpotensi untuk terjangkit penyakit DBD dan Campak.

4.1.9. ASI Eksklusif dan Pemantauan Garam Beryodium

ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai dengan umur 6 bulan tanpa pemberian makanan pendamping. Program ini mempunyai tantangan yang kuat karena harus mengahadapi maraknya iklan susu formula yang dijual bebas (komersial) khususnya susu formula bagi bayi umur dibawah 6 bulan. Kondisi ini terbukti dengan rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya yaitu sebesar 39.01% pada tahun 2008, angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu 45,58%. Distribusi menurut kecamatan yang paling rendah di Kecamatan Toapaya sbesar 10,45%.

Pemantauan garam beryodium dilakukan dalam upaya pencegahan terjadinya gangguan akibat kekurangan zat yodium dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit gondok. Kabupaten Bintan bukan merupakan daerah endemis gondok sehingga kasus ini tidak ditemukan selama 5 tahun terakhir. Namun kegiatan yang sifatnya promotif tetap harus dilakukan dengan cara melakukan mengecekan kandungan garam beryodium yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Pada tahun 2008 dari 49 desa yang dilakukan survey tidak terdapat desa dengan garam beryodium yang kurang baik, kondisi ini sama dengan tahun 2007.

4.1.10. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa pelayanan dasar gigi tahun 2008, antara lain tumpatan gigi tetap sebanyak 256 orang, pencabutan gigi tetap sebanyak 1.381 orang dengan rasio tambal/cabut 0.19%, angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu 0.26.

Upaya promotif dan preventif dengan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dari 5.351 murid SD yang tercatat 370 murid (6,92%) diantaranya dilakukan pemeriksaan gigi dan

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

mulut dan 26 murid perlu perawatan namun hanya 19 murid (73,08%) yang mendapatkan perawatan. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan murid yang dirawat karena adanya kerusakan pada gigi dan mulut.

4.1.11. Upaya Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan merupakan upaya promotif dalam upaya merubah perilaku masyarakat sehingga mengarah kepada perilaku kesehatan yang baik. Pada tahun 2008, kegiatan penyuluhan dilakukan dalam bentuk penyuluhan kelompok dan massa, dari 10 kecamatan terdapat 3 kecamatan yang melakukan penyuluhan kelompok yaitu di Kecamatan Mantang sebnayk 2 kali, Kecamatan Gunung Kijang sebanyak 224 kali dan Kecamatan Toapaya sebanyak 13 kali, sedangkan penyuluhan massa hanya dua kecamatan yang melaksanakan yaitu Kecamatan Gunung Kijang sebanyak 32 kali dan Kecamatan Toapaya sebanyak 6 kali.

4.1.12. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pada tahun 2008 di Kabupaten Bintan, cakupan jumlah peserta jaminan pra bayar sebesar20.99%, terdiri dari asuranse kesehatan (ASKES) 5.71%, Askeskin 9.84% dan JPK pra bayar lainnya 5.44%, sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin (JPKMM) yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 273 orang.

4.1.13. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

Jumah tenaga kerja formal di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 19.440 pekerja yang mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan secara berkala sebanyak 4.138 pekerja (21.29%).

4.1.14. Pelayanan Kesehatan Usial Lanjut

Pelayanan kesehatan kepada usila dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan usia lanut terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, HB, gula darah, ginjal serta pengobatan dan konseling bagi penderita penyakit tertentu.

Jumlah pra usila (45-59 tahun), tahun 2008 sebanyak 3.678 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 776 orang (21.10%) dan usia lanjut (60 tahun ke atas) sebanyak 5.523 orang yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 1.807 orang (32.72%). Total jumlah pra usila dan usila di Kabupaten Bintan sebanyak 9.201 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 2.583 orang (28.07%).

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

4.2. Askes dan Mutu Pelayanan Kesehatan 4.2.1 Rawat Inap dan Rawat Jalan

Jumlah penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya tahun 2008 sebesar 108.655 kunjungan terdiri dari 106.400 kunjungan rawat jalan dan 2.255 kunjungan rawat inap. Ini artinya 98.8% penduduk telah memanfaatkan puskesma dan jaringannya. Bila dibandingkan dengan kunjungan rawat jalan dan rawat inap pada tahun 2007 sejumlah 104.271 kunjungan mengalami peningkatan sebesar 13,8 %. Pada tahun 2007 kunjungan rawat jalan sebesar 102.054 kunjungan dan 2.217 kunjungan rawat inap.

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Rawat Jalan sebesar 15 % dan 1,5 % untuk rawat inap maka jumlah kunjungan penduduk yang menggunakan puskesmas dan jaringannya sudah melebihi Standar Pelayanan Minimal.

Grafik 9. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan

Sumber : Seksi Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008

Dari 10 jenis penyakit terbesar berdasarkan jumlah kunjungan pasien di Puskesmas yaitu ISPA, Hypertensi, Gastritis-duo denitis, diare-gastro enteritis, infeksi saluran pernapasan atas,

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

malaria klinis, diabetes melitus, penyakit pada vulva-jaringan periapikal, karies gigi, infeksi padakulit.

Pada tahun 2007 kunjungan terbanyak di puskesmas dan jaringannya adalah penyakit ISPA sebanyak 25.330 kasus (28 %), dan kasus paling rendah adalah karies gigi 1.098 kasus (1 % ). Dibandingkan dengantahun 2007 kasus ISPA mengalami peningkatan 10.10% (18.344 kasus), tingginya angka penyakit ISPA di Kabupaten Bintan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor cuaca dan sanitasi lingkungan. Penyakit ISPA juga merupakan penyakit terbesar dibeberapa daerah lain di Indonesia. Selama tahun 2007 dan 2008, upaya yang telah dilakukan untuk menekan jumlah angka penyakit ISPA adalah dengan dilakukan upaya kuratif yaitu pengobatan penderita dan promotif serta preventif berupa penyuluhan (pemutaran film, penyebaran famplet).

Menurut hasil Sensus Kesehatan Rumah Tangga dan Sukesnas bahwa penyakit ISPA dan Sistem Pernafasan merupakan penyebab utama kematian bayi dimana 80-90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh Pneumonia. Angka kesakitan ISPA Pneumonia di Kabupaten Bintan tahun 2008 terdapat 72 kasus (57.57 per 100.000 penduduk) dengan Case Fatality Rate 0 persen. Dari 72 kasus, 68 kasus diantaranya merupakan kasus pada balita dan semua telah dilakukan penanganan sesuai standar pelayanan pada penderita pneumonia.

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

Grafik 10. Persentase 10 Penyakit Terbesar (dalam %)Tahun 2008 di Kabupaten Bintan.

Sumber : Seksi Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008

4.2.2 Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan dan Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Spesialis Dasar

Jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2008, 2 buah rumah sakit dan 10 puskesmas semuanya (100%) telah mampu menyediakan laboratorium kesehatan untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat, namun belum memiliki 4 (empat) spesialis dasar. 4.2.3 Persediaan Obat Esensial dan Generik sesuai Kebutuhan

Dalam dua tahun terakhir jumlah pembiayaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari Rp. 1.287.473.561 tahun 2007 menjadi Rp. 1.688.776.380 tahun 2008. Pada tahun 2008 target pengadaan obat-obatan sebanyak 155 item yang terdiri dari obat esensial dan generik, ketersediaan obat menurut golongan obat sebanyak 58 golongan (dapat dilihat pada tabel 44).

Berdasarkan pagu dana anggaran pengadaan obat dan perbekalan kesehatan tahun 2007 dan 2008, maka dapat dihitung alokasi anggaran obat-obatan per-kapita pertahun di Kabupaten Bintan, sebagai berikut:

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

 Tahun 2007 = Rp. 1.287.473.561 = Rp. 10.494,- 122.677 jiwa  Tahun 2008 = Rp. 1.688.776.380 = Rp. 13.503,- 125.058 jiwa

4.3. Perilaku Hidup Masyarakat

Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu sehubungan dengan upaya mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan maka faktor perilaku masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan termasuk salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya. Adapun pengertian dari Perilaku Sehat adalah sikap proaktif dari masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan. Perilaku Sehat akan sangat berkaitan pada pengetahuan, sikap atau sudut pandang manusia baik individu maupun kelompok yang dapat menjadi suatu budaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku sehat. Operasionalisasi perilaku sehat dikembangkan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya pokok promosi kesehatan, dengan strategi Advokasi, Bina Suasana dan gerakan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan.

Adapun hasil yang telah dicapai dalam indikator perilaku ini dapat dilihat melalui beberapa sub indikator antara lain :

4.3.1 Rumah Tangga ber PHBS

Jumlah rumah tangga yang dipantau tahun 2008 sebesar 5.198 rumah dan yang ber Perilakua Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebanyak 3.380 rumah (65.03%). Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadinya peningkatan sebesar 5.37%.

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

4.3.2 Posyandu Aktif

Posyandu merupakan salah satu bentuk Peran Serta Masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Bintan pada tahun 2008 terdapat 134 posyandu meningkat 1 posyandu dibanding tahun 2007 yaitu 133 Posyandu. Dari 134 posyandu yang sudah termasuk dalam klasifikasi Purnama tercatat 79 (58.96 persen) posyandu meningkat 2 posyandu dibanding tahun 2007 yaitu 77 ( 57,89 persen), sedangkan yang mencapai klasifikasi Mandiri tahun 2008 sebanyak 10 posyandu (7.47 persen) berarti mengalami peningkatan 8 posyandu dibandingkan tahun 2007 yaitu 2 (1,50 persen).

Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan yaitu 1 posyandu untuk seratus balita, jadi jika dibandingkan dengan jumlah anak balita yang ada pada tahun 2008, maka di Kabupaten Bintan masih terdapat kekurangan sebanyak 56 posyandu. (data terinci pada lampiran tabel 46).

Grafik 11. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri Tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

4.4. Keadaan Lingkungan

Menurut penelitian bahwa faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Lingkungan sehat merupakan lingkungan yang dapat mencegah masyarakat agar terhindar resiko penularan menyakit yang berbasis lingkungan. Sub indikator yang menjadi penilaian faktor lingkungan yaitu rumah sehat, sekolah dan madrasah sehat, sarana ibadah sehat, pesantren sehat, TTU sehat dan keluarga yang memiliki sarana sanitasi / kesehatan lingkungan. Sub indikator lingkungan sehat dengan uraian sebagai berikut: 4.4.1 Rumah Sehat

Rumah yang sehat akan dapat menciptakan lingkungan yang sehat pula. Berdasarkan laporan tahun 2008 terdapat 25.598 unit rumah dan yang diperiksa 8.021 unit rumah (48.75 persen), jumlah rumah sehat 4.602 unit rumah (57.37 persen). Bila dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan rumah yang sehat dari 2.25 persen. (Data terinci pada lampiran tabel 47).

Grafik 12. Persentase Rumah Sehat Tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008 4.4.2 Keluarga yang Memiliki Akses terhadap Air Bersih

Jumlah keluarga/KK yang diperiksa sebanyak 10.837 KK, KK yang mempunyai akses air bersih ledeng 2.611 KK ( 26.47% ), SGL 6.439 KK (65.30 persen), PAH 89 KK (0.9 persen), kemasan 27 KK (0,27 %), lain-lain 695 KK (7.05 persen), data terinci pada tabel 48.

eh

at

an

T

ah

u

n

2

00

8

4.4.3 Keluarga yang Memiliki Sarana Sanitasi Dasar a. Kepemilikan Jamban.

Jumlah keluarga/KK yang yang ada di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 32.698 KK yang memiliki sarana jamban keluarga (JAGA) sebanyak 6.473 KK dari 10.837 KK yang diperiksa (59.84 persen), angka ini sama dengan tahun 2007. b. Tempat Sampah

Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 2.448 KK (22.59 persen) dari 10.837 KK yang diperiksa. Pada tahun 2007 jumlah KK yang memiliki tempat sampah sebanyak 47.95 persen, ini berarti bahwa terjadi penurunan KK yang memiliki tempat sampah sebesar 25.36 pesen.

c. Saluran Pembuangan Air Limbah.

Jumlah keluarga / KK yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tahun 2008 sebanyak 4.580 KK dan 1.918 KK (17.69 persen) memiliki pengelolaan air limbah, menurun 22.88 persen dari tahun 2007 (40.57 persen).

4.4.4 Tempat-tempat Umum Sehat

Tempat-tempat umum merupakan tempat terjadinya aktifitas dan interaksi banyak orang yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, untuk itu perlu mendapatkan perhatian dalam hal fasilitas kebersihannya.

Dalam dokumen BAB I P E N D A H U L U A N (Halaman 37-54)

Dokumen terkait