• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KSIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Skala intensi membeli dan VALS

Skala intensi membeli yang digunakan dalam penelitian disusun

berdasarkan aspek-aspek intensi yang dikemukakan Ajzen (2005):

a. Sikap terhadap perilaku membeli

b. Norma subjektif terhadap perilaku membeli

c. Kontrol atas perilaku membeli

Metode yang digunakan dalam penyusunan skala ini menggunakan

lima kriteria jawaban. Jawaban subjek bergerak dari nilai satu sampai

dengan lima, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai

(TS), sangat tidak sesuai (STS).

Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu yang mendukung

pernyataan atau favorable dan aitem yang tidak mendukung pernyataan

atau unfavorable.

a. Pernyataan yang mendukung atau favorable adalah ketika jawaban

subjek searah dengan variabel yang hendak diukur atau diteliti,

diberikan nilai 5, 4, 3, 2, 1. Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi

nilai atau skor 5, sesuai (S) nilainya 4, netral (N) nilainya 3, tidak

sesuai (TS) nilainya 2, dan sangat tidak sesuai (STS) nilainya 1.

b. Pernyataan yang tidak mendukung atau unfavorable adalah ketika

jawaban subjek tidak searah dengan variabel yang hendak diukur atau

diberi nilai atau skor 1, sesuai (S) nilainya 2, netral (N) nilainya 3,

tidak sesuai (TS) nilainya 4, dan sangat tidak sesuai (STS) nilainya 5.

Tabel.1 Distribusi Aitem-Aitem Skala Intensi Membeli Sebelum Uji Coba

No. Aspek Intensi Membeli Favorable Unfavorable Jumlah

Aitem Bobot (%) 1 Sikap terhadap perilaku membeli 6,8,12,21,25,30 3,14,19,27 10 33,3

2 Norma subjektif atas perilaku

membeli 1,13,24,5,7,28,9 16,20,22 10 33,3

3 Kontrol perilaku membeli 2,10,11,23,26,29 4,15,17,18 10 33,3

Total 30 100

2. Skala VALS

Skala value and lifestyle (VALS) dalam penelitian ini disusun

berdasarkan ciri dan karakteristik dari segmen maker dan experiencer oleh

Stanford Research Institute (SRI) (dalam Hawkins et al, 2007)

International:

1. Maker mengekspresikan diri dengan mengubah lingkungannya,

misalnya mendesain kawasan rumah. Maker adalah orang yang konservatif

dan hidup diantara konteks keluarga yang tradisional. Maker

mengekspresikan dirinya dan pengalamannya dengan berkarya. Maker

2. Experiencer berusaha membuat dampak dari pakaian dan cara bicara.

Mereka mencari keberagaman, menyukai hal baru, dan resiko. Energi

mereka dituangkan dalam rekreasi luar ruangan, dan aktivitas sosial.

Experiencer adalah konsumen yang antusias dan menghabiskan banyak

uangnya dengan berpakaian, makan makanan fast food, musik, film,

video, dan teknologi.

Metode yang digunakan dalam penyusunan skala ini menggunakan

teknik format stimulus yakni berupa suatu kondisi yang dihadapkan

kepada subjek. Jawaban dari format stimulus tersebut kemudian

diwujudkan dalam bentuk pilihan menyerupai tes obyektif secara umum

(Suryabrata, 2002).

Format stimulus yang digunakan terdiri pernyataan pengantar dan

pilihan jawaban, dimana dalam Skala VALS ini pernyataan pengantar

berupa suatu kondisi akan diikuti dengan dua pilihan jawaban yang

didasarkan pada karakteristik segmen VALS yaitu experiencer dan maker.

Pilihan-pilihan jawaban tersebut berupa kondisi, yang menunjukkan dua

segmen VALS pada mahasiswa yakni experiencer dan maker. Satu pilihan

jawaban mewakili satu segmen VALS.

Setiap pilihan jawaban aitem akan memiliki skor satu. Teknik skor

demikian dilakukan pada semua aitem kemudian dijumlahkan berdasarkan

segmen VALS yang dimiliki subjek.

Tabel.2 Distribusi Aitem-Aitem Skala VALS Sebelum Uji Coba

Komponen Objek Sikap

No. Aitem Jumlah Aitem Bobot (%) Experiencer Maker Mengubah tampilan diri Mengubah tampilan lingkungan 1,6,16,17,22,26 6 20

Hal baru Tradisional 2,5,8,11,13,24 6 20

Modern Konservatif 7,12,15,18,27,28 6 20 Pemanfaatan sumber daya pada produk pakaian, pangan, dan tekhnologi Pemanfaatan sumber daya untuk pekerjaan praktis/karya 7,12,15,18,27,28 6 20 Aktivitas sosial Aktivitas individualis 3,4,10,14,23,29 6 20 Total 30 100

E. VALIDITAS DAN REALIBILITAS ALAT UKUR 1. Validitas Alat Ukur

Hadi (2000) mengatakan bahwa validitas berasal dari kata validity

yang berarti mampu mengungkapkan apa yang hendak diungkapkan dan

mengukur secara tepat apa yang hendak diukur. Menurut Hadi (2000)

validitas adalah kejituan, ketepatan atau kekenaan pengukuran

mengungkapkan gejala atau bagian-bagian gejala yang hendak diukur dan

ketelitian, keseksamaan atau kecermatan pengukuran dapat menunjukkan

Uji validitas alat ukur bertujuan untuk menguji coba alat ukur

dalam menjalankan fungsinya. Tujuan pengukuran validitas adalah untuk

mengetahui sejauh mana alat ukur mengukur dengan tepat atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan ukur (Azwar, 2007).

Dalam upaya mejaga validitas muka dan validitas isi dalam alat ukur,

peneliti berencana membuat blueprint serta proffesional judgement.

2. Realibilitas Alat Ukur

Hadi (2000) mengatakan reliabilitas dilakukan untuk melihat andal

atau tidaknya suatu alat ukur apabila diadakan pengamatan ulang hasilnya

tetap atau stabil seperti yang diungkapkan semula. Realibilitas alat ukur

merupakan sejauh mana hasil pengukuran alat ukur dapat dipercaya, yaitu

ketika beberapa kali pengukuran dilakukan terhadap kelompok subjek

yang sama maka diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2007)

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran

yang reliabel (reliable).

Uji reliabilitas yang digunakan yaitu pendekatan konsistensi

internal dengan prosedur penyajian hanya sebanyak satu kali saja pada

sekelompok responden sebagai subjek (Azwar, 2007). Upaya menjaga

realibilitas dalam penelitian ini adalah dengan menghitung koefisien

3. Uji Daya Beda Aitem

Daya beda aitem merupakan sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu yang memiliki dan yang tidak memiliki

atribut yang diukur. Pengujian daya beda aitem yang digunakan dilakukan

dengan menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap

aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri

dengan menggunakan teknik analisa korelasi product moment pearson.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan batasan program SPSS

version 16.0 for windows. Teknik pengujian korelasi tersebut akan

menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang disebut dengan indeks

daya beda aitem(Azwar, 2007).

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR 1. Skala Intensi Membeli

Setelah melakukan uji coba skala intensi membeli kepada 108

subjek penelitian, didapatkan 4 aitem yang dinyatakan gugur dari 30 aitem

keseluruhan yaitu diantaranya aitem nomor 5, 13, 26, dan 28. Koefisien

korelasi aitem total yang memenuhi kriteria bergerak dari 0.411 hingga

Tabel. 3 Distribusi Aitem-aitem Skala Intensi Membeli Setelah Uji

Coba

No. Aspek Intensi Membeli Favorable Unfavorable Jumlah

Aitem Bobot (%) 1

Sikap terhadap perilaku membeli 6,8,12,21,25,30 3,14,19,27 10 38,5

2 Norma subjektif atas perilaku membeli 1,24,7,9 16,20,22 7 27

3 Kontrol perilaku membeli 2,10,11,23,29 4,15,17,18 9 34,5

Total 26 100

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa dari kesuluruhan yaitu 30 aitem

yang diujicobakan diperoleh 26 aitem yang memenuhi indeks diskriminsi

≥ 0.3 dengan nilai koefisien alpha 0.934. Senada dengan yang dinyatakan Azwar (2007) bahwa kriteria berdasarkan keofisien aitem total yang

biasanya digunakan adalah batasan ≥ 0.3. Aitem dengan koefisien korelasi minimal 0.3 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan.

Peneliti menggunakan 26 aitem yang lolos dari seleksi setelah uji

coba skala dilakukan. Selanjutnya dilakukan penomoran baru terhadap

aitem yang dimasukkan dalam skala untuk penelitian. Distribusi aitem

skala Intensi Membeli yang digunakan dalam penelitian ditunujukkan pada

Tabel. 4 Distribusi Aitem-aitem Skala Intensitas Membeli Saat

Penelitian

No. Aspek Intensi Membeli Favorable Unfavorable Jumlah

Aitem Bobot (%) 1 Sikap terhadap perilaku membeli 5,7,11,19,23,26 3,12,17,24 10 38,5

2 Norma subjektif atas perilaku membeli 1,22,6,8 14,18,20 7 27

3 Kontrol perilaku membeli 2,9,10,21,25 4,13,15,16 9 34,5

Total 26 100

2. Skala VALS

Setelah dilakukan uji coba skala VALS pada subjek penelitian, dari

30 aitem keseluruan didapati sebanyak 11 aitem yang ternyata dinyatakan

gugur yaitu diantaranya aitem nomor 2, 4, 8, 17, 18, 20, 21, 24, 25, 27, 30.

Koefisien korelasi aitem total yang memenuhi kriteria bergerak dari 0.303

hingga 0.578. Distribusi aitem skala setelah uji coba ditunjukkan pada

Tabel. 5 Distribusi Aitem-Aitem Skala VALS Setelah Uji Coba

Komponen Objek Sikap

No. Aitem Jumlah Aitem Bobot (%) Experincers Maker Mengubah tampilan diri Mengubah tampilan lingkungan 1,6,16,22,26 5 26,4

Hal baru Tradisional 8,11,13 3 15,7

Modern Konservatif 5,19 2 10,5 Pemanfaatan sumber daya pada produk pakaian, pangan, dan tekhnologi Pemanfaatan sumber daya untuk pekerjaan praktis/karya 7,12,15,28 4 21 Aktivitas sosial Aktivitas individualis 3,10,14,23,29 5 26,4 Total 19 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari jumlah kesuluruhan

yaitu 30 aitem yang diujicobakan diperoleh 19 aitem yang memenuhi

indeks diskriminsi ≥ 0.3 dengan nilai koefisien alpha 0.808 untuk experiencer dan 0.812 untuk maker. Hal tersebut sesuai dengan yang

dijelaskan Azwar (2007) bahwa kriteria berdasarkan keofisien aitem total

yang biasanya digunakan adalah batasan ≥ 0.3. Aitem dengan koefisien korelasi minimal 0.3 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 19 aitem yang lolos dari

seleksi setelah uji coba dilakukan. Selanjutnya dilakukan penomoran baru

Distribusi aitem skala VALS (maker dan experiencer) yang digunakan

dalam penelitian ditunujukkan pada tabel 6 berikut:

Tabel. 6 Distribusi Aitem-aitem Skala VALS Untuk Penelitian

Komponen Objek Sikap

No. Aitem Jumlah Aitem Bobot (%) Experincers Maker Mengubah tampilan diri Mengubah tampilan lingkungan 1,4,10,12 5 26,4

Hal baru Tradisional 5,7,14,19 3 15,7

Modern Konservatif 3,11 2 10,5 Pemanfaatan sumber daya pada produk pakaian, pangan, dan tekhnologi Pemanfaatan sumber daya untuk pekerjaan praktis/karya 6,9,15,17 4 21 Aktivitas sosial Aktivitas individualis 2,8,13,16,18 5 26,4 Total 19 100 G. PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Persiapan

Peneliti melakukan persiapan penelitian berupa:

a. Penyusunan Alat Ukur

Pada tahap ini, peneliti membuat dua skala yang didahului dengan

penyusunan blueprint. Skala pertama adalah skala intensi membeli yang

peneliti susun berdasarkan aspek-aspek pembentuk intensi oleh Ajzen

peneliti susun berdasarkan karakteristik dari segmen VALS (maker dan

experiencer) dengan jumlah 30 aitem. Penyusunan aitem oleh peneliti

dibantu dosen pembimbing sebagai professional judgement.

b. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan

selama dua hari. Uji coba skala dilakukan pada tanggal 28 Februari 2012

dan 29 Februari 2012. Peneliti menyebar skala sebanyak 110 eksemplar.

Jumlah skala yang kemudian dianalisa oleh peneliti sebanyak 108

eksemplar.

c. Revisi Alat Ukur

Setelah dilakukan analisa dengan uji statistik terhadap aitem yang

digunakan pada uji coba, selanjutnya peneliti melakukan revisi alat ukur.

Penelti melakukan uji reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS

version 16.0 for Windows. Aitem yang digunakan dalam pengambilan data

sebenarnya adalah aitem dengan daya diskriminasi ≥ 0.3.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama dua hari. Pelaksanaan

penelitian dilakukan pada tanggal 08 Maret 2012 dan 09 Maret 2012. Pada

eksemplar kepada subjek penelitian yaitu mahasiswa Univesitas Sumatera

Utara dari empat belas fakultas yang ada.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini pengolahan data penelitian dilakukan setelah semua

skala terkumpul. Jumlah skala yang diolah dalam penelitian ini adalah 117

dari 120 eksemplar skala yang disebar. Data yang didapati kemudian

dianalisa dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 version for windows.

H. METODE ANALISIS DATA

Analisis data adalah cara seorang peneliti dalam mengolah data

yang terkumpul sehingga dari hasil tersebut peneliti akan mendapatkan

suatu kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan. Metode analisis

data yang digunakan adalah metode statistik. Hadi (2000) menyatakan

statistik adalah cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan,

menyusun, menyajikan, dan menganalisis data penelitian yang berwujud

angka-angka. Lebih jauh daripada itu, statistik diharapkan dapat

menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan untuk

menarik kesimpulan yang benar dan untuk mengambil keputusan yang

baik.

Metode analisis data penelitian ini adalah menggunakan t-tes,

dan maker dengan SPSS 16.0 version for windows. Sebelum menganalisa

data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, berupa:

1) Uji Normalitas, dimaksudkan untuk mengetahui apakah data penelitian

kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan

dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan

bantuan SPSS version 16.0 for windows. Data dikatakan terdistribusi

normal jika diperoleh p > 0.05

2) Uji Homogenitas, bertujuan untuk mengetahui apakah populasi dan

sampel penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan

dengan metode Levene test melalui analisis uji F. Data dikatakan homogen

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan analisa dan pembahasan sesuai dengan

data yang diperoleh saat pengambilan data penelitian. Pembahasan akan

dimulai dengan memaparkan gambaran umum mengenai subjek penelitian

dan hasil dari penelitian hingga pembahasan.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 117 orang mahasiswa

Universitas Sumatera Utara. Dari subjek penelitian tersebut diperoleh

gambaran subjek menurut usia, jenis kelamin, dan segmen VALS (Value

and Lisfestyle).

a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh penyebaran subjek penelitian

sebagai berikut:

Tabel. 7 Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Jeni s Kelamin Jumlah (N) Persentase

Laki-laki 54 46%

Perempuan 63 54%

Dari tabel 7 diketahui bahwa jenis kelamin subjek penelitian

terbanyak adalah subjek penelitian dengan jenis kelamin perempuan yakni

berjumlah 63 orang (54%) sedangkan subjek dengan jumlah lebih sedikit

adalah subjek dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 54 orang (46%).

b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia dari subjek penelitian, maka diperoleh gambaran

sebagai berikut:

Tabel. 8 Penyebaran subjek berdasarkan usia

Usia Jumlah (N) Persentase

18 20 17% 19 9 8% 20 36 31% 21 35 30% 22 12 10% 23 5 4% Jumlah 117 100%

Pada tabel 8 terlihat bahwa subjek penelitian berasal dari subjek

penelitian yang berusia 18 tahun yaitu sebanyak 20 orang (17%), usia 19

tahun sebanyak 9 orang (8%), usia 20 tahun sebanyak 36 orang (31%),

(10%) dan jumlah subjek penelitian dengan 23 tahun yakni sebanyak 5

orang (4%).

c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Segmen VALS

Dalam penelitian ini mahasiswa sebagai subjek penelitian

digolongkan kedalam dua tipe segmen VALS yaitu segmen experiencer

dan maker. Penggolongan subjek dalam masing-masing segmen VALS

digunakan kategorisasi Z skor dengan rumusan sebagai berikut:

Z ; ˂ 0 ; < 0 Z = Keterangan: X = nilai skor X = rata-rata SD = standard deviasi

Adapun mean untuk subjek experiencer adalah 10.2

dan mean untuk subjek maker adalah 8.8. Sedangkan standar

deviasi experiencer dan maker sebesar

Zex = Z 0.75 = X = (0.75) (4.5) + 10.2 Xexp = 13.3 Zma = Z 0.75 = X = (0.75) (4.5) + 8.8 Xma = 12.1

Gambaran nilai skor skala VALS untuk segmen experiencer ialah

13.3 dibulatkan menjadi 13 sedangkan nilai skor untuk segmen maker

adalah 12.1 yang dibulatkan menjadi 12.

Tabel. 9 Kategorisasi subjek berdasarkans segmen VALS

Segmen VALS Nilai (X)

Segmen experiencer ≥ 13

Segmen maker ≥ 12

Berdasarkan perhitungan z skor yang telah dijelaskan maka

didapati gambaran penyebaran penggolongan subjek ke dalam segmen

Tabel. 10 Penyebaran subjek berdasarkan segmen VALS

Segmen VALS Jumlah (N) Persentase

Segmen experiencer 47 40 %

Segmen maker 50 43 %

Tidak Tergolongkan 20 17 %

Jumlah

117 100 %

Subjek yang terkategori dalam segmen VALS yang tidak

tergolongkan maka tidak diperhitungkan dalam penelitian sebab peneliti

hanya mengacu kepada segmen experiencer dan maker saja.

2. Hasil Penelitian

Berikut ini adalah gambaran dari hasil uji normiltas, uji

homogenitas, dan hasil pengolahan data penelitian:

a. Hasil Uji Asumsi

1.Uji Normalitas

Uji normalitas pada skala intensi membeli bertujuan mengetahui

sebaran variabel penelitian tersebar normal. Uji normalitas dilakukan

menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS

Tabel. 11 Hasil Uji Normalitas

Variabel Z P Keterangan

Intensi Membeli 1.083 0,192 Sebaran normal

Sebaran data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p ˃ 0.05. Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa p = 0.192 maka variabel intensi

membeli dikatakan terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dilakukan dengan tujuan mengetahui

apakah subjek penelitian homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan

dengan menggunakan uji analisis Levene Statistic dengan bantuan SPSS

version 16.0 for windows.

Tabel. 12 Hasil Uji Homogenitas

Levene's Test for Equality of Variances Keterangan

F Sig.

Homogen

2.218 .140

Data penelitian dikatakan homogen jika nilai signifikansi Levene’s

Test lebih besar dari 0.05 atau p > 0.05 Tabel 12 menunjukkan bahwa

signifikansi intensi membeli sebesar 0.140 maka dapat dikatakan bahwa

b. Hasil Utama Penelitian

Selaras dengan tujuan dan landasan teori yang telah dikemukakan

sebelumnya pada bab I dan bab II maka hipotesa penelitian ini adalah:

Ha: “Ada perbedaan intensi membeli komputer tablet ditinjau

berdasarkan VALS (experiencer dan maker) pada mahasiswa”.

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

independent sample t-test dengan bantuan SPSSversion 16.0 for windows.

Tabel. 13 Uji - t Intensi Membeli antara segmen VALS experiencer dan maker

t-test for Equality of Means

T df Sig. (2-tailed)

11.641 95 .000

Tabel 13 menunjukkan bahwa dari hasil pengujian diperoleh p <

0.05, yaitu sebesar p = 0.000 oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

hipotesis diterima, yakni Ada perbedaan Intensi Membeli komputer tablet

ditinjau berdasarkan VALS (experiencer dan maker) mahasiswa.

Tabel. 14 Deskripsi skor Intensi Membeli

VALS N Mean Standard Deviasi INTENSI MEMBELI Experiencer 47 94.89 11.25 Maker 50 64.34 14.30

Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa skor intensi membeli

kelompok subjek segmen experiencer memiliki mean tertinggi sebesar

94.89 dengan standar deviasi 11.25. Sementara kelompok subjek

penelitian dengan segmen maker memiliki mean yang rendah sebesar

64.34 dengan standar deviasi 14.30.

c. Hasil Tambahan

1. Deskripsi mean hipotetik dan mean empirik intensi membeli

Adapun jumlah aitem pada skala intensi membeli yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 26 aitem dengan 5 alternatif pilihan jawaban.

Berikut ini perhitungan mean empirik dan hipotetik yang ditunjukkan pada

tabel 15:

Tabel. 15 Mean empirik dan mean hipotetik variabel intensi membeli

Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik

Intensi Membeli

segmen experiencer

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

83.64 106.14 94.89 11.25 26 130 78 17.3

Intensi Membeli

segmen maker

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Tabel 15 menunjukkan bahwa mean empirik intensi membeli

segmen experiencer sebesar 94.89 lebih tinggi dari mean hipotetiknya

yaitu 78 yang menjelaskan bahwa nilai intensi membeli segmen

experiencer lebih tinggi dari populasinya. Sedangkan mean empirik intensi

membeli segmen maker sebesar 64.34 lebih rendah dari mean hipotetiknya

yakni 78 yang bermakna bahwa nilai intensi membeli segmen maker lebih

rendah dibandingkan populasinya.

2. Kategorisasi Skor Intensi Membeli

Kategorisasi skor intensi membeli dapat diperoleh dengan melalui

perhitungan mean skor hipotetik. Skala Intensi Membeli yang digunakan

dalam penelitian terdiri dari 26 aitem dengan lima pilihan jawaban yang

bergerak dari skor 1 hingga 5. Melalui skala intensi membeli diisi subjek

maka diperoleh mean hipotetik 78 dan standar deviasi 17.3 yang

dibulatkan menjadi 17. Kategorisasi intensi membeli berdasarkan mean

subjek penelitian dituangkan dalam tabel 16 dibawah ini:

Tabel. 16 Kategorisasi data berdasarkan Intensi Membeli

Variabel Rentang

nilai Kategori Jumlah Presentase

Intensi Membeli X < 61 Lemah 24 20% 61 ≤ X < 95 Sedang 57 49% X ≥ 95 Kuat 36 31% Jumlah 117 100%

Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki

intensi membeli lemah sebanyak 24 orang (20%), sedangkan subjek yang

memiliki intensi membeli sedang berjumlah 57 orang (49%) dan subjek

penelitian yang memiliki intensi membeli kuat sebanyak 36 orang (41%).

Berdasarkan kategorisasi intensi membeli pada tabel 16, mean

empirik intensi membeli kelompok subjek penelitian segmen experiencer

sebesar 94.89 tergolong pada intensi membeli yang kuat. Sedangkan mean

empirik kelompok subjek penelitian segmen maker digolongkan pada

intensi membeli yang sedang.

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan intensi

membeli komputer tablet pada mahasiswa berdasarkan segmen VALS

(experiencer dan maker). Hal tersebut disimpulkan berdasarkan hasil uji-t

yaitu didapatkan p < 0.05 yakni p = 0.000. Penelitian ini juga mendapati

bahwa kelompok subjek penelitian dengan segmen experiencer memiliki

intensi membeli yang lebih kuat dibandingkan dengan subjek penelitian

dengan segmen VALS maker yang dibuktikan dari perbedaan mean skor

antara kedua segmen gaya hidup mahasiswa sebagai subjek penelitian ini

yakni experiencer = 94.89 sedangkan maker = 64.34. Adapun beberapa

alasan yang dapat menjelaskan kaitan intensi membeli berdasarkan segmen

Pertama, intensi membeli dipengaruhi oleh gaya hidup

sebagaimana dengan yang dijelaskan Engel et al, (1995) bahwa salah satu

faktor internal yang mempengaruhi pembelian konsumen adalah gaya

hidup. Adapun variabel gaya hidup yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan segmentasi gaya hidup menurut Stanford Research Institute

(SRI) International yaitu VALS (value and lifestyle). Dalam penelitian ini

segmen gaya hidup VALS yang digunakan adalah segmen experiencer dan

maker, yakni kedua segmen tersebut memiliki nilai dan karakteristik

berbeda yang turut mempengaruhi intensi membelinya.

Kedua, selaras dengan yang dikemukakan Kahle (dalam Kunto dan

Pasla, 2006) bahwa individu akan melakukan perilaku yang sesuai dengan

nilai atau value yang dianutnya demikian juga dengan pola konsumsi

individu tersebut. Hal tersebut terkait dengan variabel VALS (value and

lifestyle) yang merupakan segmentasi berdasarkan value atau nilai

konsumen.

Ketiga, sejalan dengan pernyataan Martinez et al, (2006) yaitu

value dan lifestyle yang dimiliki konsumen digunakan sebagai indikator

dari perilaku konsumsi dari konsumen tersebut. Dalam penelitian ini

dibuktikan bahwa konsumen dengan segmen VALS yang berbeda

mempunyai intensi membeli dalam hal ini produk komputer tablet.

Keempat, segmen VALS experiencer memiliki intensi membeli

sejalan dengan ciri karakteristik yang dimiliki segmen experiencer yang

disebutkan oleh Stanford Research Institute (SRI) International (dalam

Hawkins et al, 2007) yaitu antusias dan menghabiskan banyak uangnya

dengan berpakaian, makan makanan fast food, musik, film, video, dan

teknologi. Seperti yang diketahui bahwa komputer tablet sebagai objek

dari variabel intensi membeli merupakan produk teknologi.

Kelima, sedangkan mahasiswa dengan segmen VALS maker

memiliki intensi membeli komputer tablet yang lemah dibandingkan

segmen VALS experiencer sesuai dengan ciri karakteristik segmentersebut

yaitu segmen VALS maker. Ciri dan karakteristik segmen VALS maker

diantaranya adalah hidup dalam konteks keluarga yang tradisional, senang

menjadi pekerja praktis, gemar mengubah lingkungan, mengekspresikan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan jawaban dari masalah penelitian dan

kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan. Selain itu pada bab ini

juga akan diberikan saran-saran yang dapat digunakan untuk penelitian

yang berkaitan berikutnya.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data penelitian, maka

dapat diambil kesimpulan yaitu:

a. Terdapat perbedaan intensi membeli komputer tablet antara segmen

VALS experiencer dan maker pada mahasiswa. Segmen

experiencer memiliki intensi membeli lebih kuat dibandingkan

segmen maker.

b. Berdasarkan kategorisasi intensi membeli, didapati bahwa sebagian

Dokumen terkait