• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skenario Embung dan reboisasi terhadap TMA Danau Singkarak 30 50 70 100 30 50 70 100 30 50 70 100 30 50 70

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 7 Skenario Embung dan reboisasi terhadap TMA Danau Singkarak 30 50 70 100 30 50 70 100 30 50 70 100 30 50 70

360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.409 362.409 362.4089 362.4089 362.409 362.409 362.4089 362.4089 362.409 362.409 362.4089 362.4089 362.409 362.409 362.4089 362.4089 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 363.138 363.138 363.138 363.1379 363.138 363.138 363.138 363.1379 363.138 363.138 363.138 363.1379 363.138 363.138 363.138 363.1379 361.456 361.456 361.456 361.4559 361.456 361.456 361.456 361.4559 361.456 361.456 361.456 361.4559 361.456 361.456 361.456 361.4559 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 3 4 5 6

Reboisasi pada luas minimum 40% Embung

Lampiran 7 Skenario Embung dan reboisasi terhadap TMA Danau Singkarak 30 50 70 100 30 50 70 100 30 50 70 100 30 50 70 100 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 360.37 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.597 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.6377 362.409 362.409 362.4089 362.4089 362.409 362.409 362.4089 362.4089 362.409 362.409 362.4089 362.4089 362.409 362.409 362.4089 362.4089 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 361.4445 361.4445 361.4444 361.4444 363.138 363.138 363.138 363.1379 363.138 363.138 363.138 363.1379 363.138 363.138 363.138 363.1379 363.138 363.138 363.138 363.1379 361.456 361.456 361.456 361.4559 361.456 361.456 361.456 361.4559 361.456 361.456 361.456 361.4559 361.456 361.456 361.456 361.4559 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 363.0404 363.0404 363.0403 363.0403 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 361.8178 361.8178 361.8177 361.8177 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 362.1459 362.1459 362.1458 362.1458 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 360.9572 360.9572 360.9572 360.9571 4 5 6 3

Reboisasi pada luas minimum 50% Embung

ZUHERNA MIZWAR. Application of Hydrological Models to Determine of Rainfall and Run Off Harvesting System of Singkarak Catchment, Under supervision of NAIK SINUKABAN, BUDI KARTIWA, and SURIA DARMA TARIGAN.

The biophysics characteristic of Singkarak Catchment including topography, slope, drainage densities, land use and annual rainfall ware analyzed using the Geographycal Information System (GIS) model. The design, dimension and location of rainfall and run off harvesting system were analyzed and determined using MAPDAS model combined with GIS model. The MAPDAS model was also used to develop the model for flood risk prevention and drought impact mitigation. The impact of established rainfall and run off harvesting system were analyzed and developed using MAPDAS with Stella Program. Biophysical analysis showed that the topography of Singkarak Catchment was hilly to mountainous with 30-100% slope; the soils ware dominated by Andosols, Inseptisols and Ultisols, forest cover was only 25%, annual rainfall was 2 800 mm; average run off coefficient was 22%, and it reached up to 45% during wet months; and drainage densities was ranged from 2.64 m ha-1 to 3.8 m ha-1. To prevent flood in Paninggahan watershed it required to harvest about 0.816 mm of rainfall which equivalent to 48 086 m3 of run off. The result of run off and geomorphological instantaneous unit hydrograph analysis showed that about 47- 94 small reservoirs (Embung) which covered about 0.8-1.6 ha areas need to be established in Paninggahan watershed. Which the same purpose Malakotan watershed required to harvest about 2.7 mm of rainfall which equivalent to 189 622 m3of run off. The resalts of run off and geomorphological instantaneous unit hydrograph analysis showed that about 63-126 small reservoirs (Embung) which covered about 3.2-6.3 ha areas in Malakotan watershed. Impact of rainfall and run off harvesting analysis showed that effective run off models to prevent flood and drought risk was a combination of MAPDAS model and GIS. The location of reservoirs construction, reforestation and afforestation activities should be covered out in the zone within 8-11 km and 13-17 km from the outlet at Paninggahan and Malakotan watersheds respectively. Impact of the established rainfall harvesting system was the stability of the lake water level, with the minimum and maximum water level were 360 and 363 meters asl. Respectively will not disrupt the continuity of water supply for irrigation purpose of Ombilin river and Singkarak hydroelectric power plant.

Keywords: water harvesting design, hydrograph instantaneous model, lake water level

ZUHERNA MIZWAR. Aplikasi Model Hidrologi dalam Penentuan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan Daerah Tangkapan Air Singkarak, Dibimbing oleh NAIK SINUKABAN, BUDI KARTIWA, SURIA DARMA TARIGAN.

Faktor biofisik DTA Singkarak dengan topografi yang berbukit sampai bergunung dengan lereng curam, aktifitas pertanian yang intensif, serta curah hujan yang tinggi, mengakibatkan terjadinya debit puncak yang ekstrim, yang disertai tingkat sedimentasi yang tinggi. Untuk itu perlu upaya menurunkan aliran permukaan serta tingkat sedimentasi dengan perbaikan agroteknologi serta sistim panen hujan dan aliran permukaan di DTA Singkarak

Oleh sebab itu tujuan penelitian adalah untuk 1) mengkaji karakteristik biofisik, 2) menentukan desain sistem panen hujan dan aliran permukaan berdasarkan aplikasi model hidrologi, 3) mengembangkan model aliran permukaan DAS untuk menahan resiko banjir dan kekeringan, serta 4) mengkaji dampak implementasi sistem panen hujan dan aliran permukaan pada DTA Singkarak.

Model hidrologi yang digunakan adalah model debit sesaat model aliran permukaan daerah aliran sungai (MAPDAS) berbasis hidrograf satuan sesaat geomorfologi. Karakteristik biofisik adalah imput dari model MAPDAS, yang dapat ditentukan dengan sistem informasi geografi (SIG) dalam data raster. Analisa sistem panen hujan dan aliran permukaan terdiri atas penentuan ambang batas debit puncak di bendung sebagai volume panen hujan dan aliran permukaan yang juga dilakukan dengan model hidrologi MAPDAS. Analisa lokasi sebaran sistem panen hujan dan aliran permukaan dapat menurunkan debit puncak secara efektif dan signifikan yang memakai konsep hidrologi satuan sesaat geomorfologi (GIUH). Analisa model dinamik dengan program Stella merupakan model yang dapat mengubah parameter sebagai input yang digunakan untuk melihat dampak implementasi sistem panen hujan dan aliran permukaan terhadap tinggi muka air Danau Singkarak.

dengan kemiringan lereng 30-100%, tutupan hutan hanya sebesar 25% dan dan tanah di dominasi oleh andosol, inseptisol dan ultisol dengan kerapatan drainase berkisar 3,8 mha-1 pada DAS Paninggahan 2,64 mha-1 pada Malakotan. Curah hujan tahunan rata-rata 2800 mm, koefisien aliran permukaan tahunan adalah 22%, tetapi pada bulan basah mencapai 45%

Sistem panen hujan dan aliran permukaan berupa pembuatan embung, reboisasi dan penghijauan dapat menurunkan tinggi muka air danau pada musim hujan dan menaikan tinggi muka air pada musim kemarau. Pada DAS Paninggahan diperlukan panen hujan sebesar 0.816 mm atau setara dengan 48086 m3, dengan luas pembuatan embung berkisar dari 8014 – 16029 m2 dengan jumlah 47-94, dan pada DAS Malakotan diperlukan panen hujan sebesar 2.7 mm atau setara 189622 m3, dengan luas berkisar dari 31604 - 63208 m2 sehingga diperlukan pembuatan embung sejumlah 63-126.

Model aliran permukaan untuk menahan resiko banjir dan kekeringan yang efektif adalah kombinasi model MAPDAS dan sistem informasi georafi (SIG). Lokasi pembagunan embung, reboisasi dan penghijauan pada zona yang berjarak 8-11 Km dari outlet di Paninggahan, dan 12-17 Km dari outlet pada Malakotan.

Dampak implementasi sistem panen hujan terhadap tinggi muka air danau, adalah tercapainya kestabilan muka air danau, dengan tinggi minimum tidak kurang dari 360 mdpl dan maksimum 363 mdpl. Kondisi ini tidak menyebabkan masalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi S.Ombilin dan PLTA Singkarak yang mengalir ke S. Anai.

Model dinamik Stella untuk implementasi sistem panen hujan dan aliran permukaan perlu dilakukan penelitian lain yang difokuskan pada analisis sensivitas pengaruh perkembangan jumlah dan sebaran bangunan sistem panen hujan terhadap karakteristik hidrologis DAS. Berdasarkan model dinamik dikawasan DTA Singkarak, aplikasi teknologi rehabilitasi lahan berupa embung dan reboisasi sebaiknya dilaksanakan dengan baik, agar kondisi air dapat lestari.

Latar Belakang

Kawasan Danau Singkarak terletak di dua kabupaten yaitu KabupatenSolok dan Tanah Datar. Kedua kabupaten ini adalah daerah penghasil berasdan menjadi lumbung beras bagi Provinsi Sumatera Barat. Danau Singkarak merupakan sumber pemasok kebutuhan air, terutama bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dalam memenuhi kebutuhan listrik Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Danau menyediakan kebutuhan air untuk daerah KabupatenTanah Datar, Kabupaten/Kota 50 Kota, dan Riau yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Inderagiri. Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera dengan kekayaan berbagai jenis ikan endemik, serta pemandangan alam yang indah dan dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata alam.

Secara garis besar Daerah Tangkapan Air (DTA) danau dibagi atas tiga DAS yang airnya mengalir ke Danau Singkarak. Ketiga DAS tersebut adalah DAS Sumani, Singkarak, dan DAS Sumpur Kudus. Para stakeholders termasuk lembaga pemerintah dan swasta (BAPEDA, PU, Kehutanan, Pertanian, PDAM, Pengamat Lingkungan dan Perkebunan), menyarankan ketiga DAS tersebut diatas dilihat secara menyeluruh dalam pengelolaannya.

DAS Sumanimerupakan daerah yang kondisinya paling buruk. Sungai Lembang dan Sumani yang melintasi DAS Sumani menghadapi permasalahan kekurangan persediaan air dan rendahnya kualitas air karena tingginya sedimen,sedangkan daerah tangkapan danau yang terletak di daerah Tanah Datar memiliki kemiringan yang sangat terjal karena terletak di daerah Gunung (G) Merapi. Farida et al. (2005) menyatakan bahwa permasalahan ini terjaditerutama karena pembukaan hutan, dan pembalakan secara ilegal oleh masyarakat. Hutan komunal hilang sekitar 70% - 80%, terutama untuk perluasan areal pertanian.

Penurunan muka air Danau Singkarak sangat berdampak pada aliran Sungai Ombilin yang merupakan muara DTA. ini sangat merugikan sebagian masyarakat Sumatera Barat. Fluktuasi muka air danau berkisar 3.5 m. Elevasi maksimum mencapai 363.59 m dan minimum 360.1 m dari permukaan laut (dpl)berdasarkan

pencatatan elevasi danau tahun 1999-2009(PSDA Sumatera Barat dan pengamatan).Meningkatnya penggunaan air oleh masyarakat untuk mengairi sawah di DTA dan penggunaan air danau untuk PLTA telah menyebabkan berkurangnya air ke Sungai Ombilin.

Helmi (2003) menyatakan bahwa rata-rata outflow ke Sungai Ombilin adalah 49,6m3dtk-1 dan sekitar 15 m3dtk-1 pada musim kemarau.Setelah beroperasinya PLTA outflow dari Danau Singkarak ke Sungai Ombilin diatur dengan kisaran 2m3dtk-1 pada musim hujan dan 6 m3dtk-1 pada musim kemarau. Hal ini telah menyebabkan penurunan jumlah kincir air yang beroperasi sebesar 50 % yaitu 184 dari 366 buah. Penurunan areal sawah sebesar 40 % yaitu dari 549 Ha menjadi 333 Ha.

Saat ini masyarakat dan petani mengeluh kekurangan air. Pada musim kering irigasi tidak dapat memenuhi kebutuhan air sawah di Kabupaten Solok, Tanah Datar dan Sawahlunto Sinjunjung. Faridaet al. (2005) menyatakan, persepsi tentang masalah kekurangan air untuk kebutuhan irigasi tersebut disebabkan oleh penebangan hutan.Hal tersebut cukup mengkhawatirkan keberadaan danau meskipun di sekitar Danau Singkarak telah ada berbagai usaha untuk menghutankan kembali lahan yang kritis.

Untuk memenuhi kebutuhan irigasi, PLTA dan kepentingan lainnya, diperlukan pengelolaan lahan tanah dan air yang sesuai, sehingga pengelolaan sumber air untuk DTA Singkarak yang berbasis danau sebagai reservoar

merupakan hal yang penting dan harus di jaga, sehingga dampak negatif terhadap penurunan kuantitas dan kualitas aliran sungai pensuplai danau dapat dihindari.

Terjadinya lahan kritis karena berkurangnya tutupan hutan dan berubahnya penggunaan lahan karena perluasan areal pertanian dan perkebunan. Kurangnya persediaan air, kekeringan, banjir, erosi dan sedimentasi serta longsor disebabkan salah satunya karena ketiadaan implementasi teknik konservasi tanah dan air, terutama pada daerah hulu dan tengah DAS.

Konservasi tanah erat hubungannya dengan konservasi air. Konservasi tanah adalah semua perlakuan fisik/mekanis terhadap tanah serta pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian

seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapatnya cukup air pada waktu musim kemarau. Selain itu konservasi air diharapkan dapat menahan dan meningkatkan tinggi muka air di daerah hulu, dan sebagai upaya pengamanan bangunan-bagunan air di bagian hilir.

Bangunan konservasi air yang juga berfungsi untuk panen hujan adalah seperti dam pengendali (Check Dam), sumur resapan (Infiltration Well), dam parit, embung, dan lain lain.Pada prinsipnya konservasi air merupakan tindakan yang diperlukan untuk melestarikan sumberdaya air. Namun dalam konteks pemanfaatan, Agus et al. (2002) mengemukakan bahwa penggunaan air hujan secara efisien merupakan tindakan konservasi. Strategi konservasi air diarahkan untuk mengupayakan peningkatan cadangan melalui pengendalian aliran permukaan, pemanenan air aliran permukaan, dan peningkatan infiltrasi.Intinya adalah bagaimana agar air hujan dapat diresapkan ke dalam tanah sebanyak mungkin, ditahan didaerah cekungan dan dimanfaatkan untuk pengairan di musim kemarau maupun pada periode pendek saat dibutuhkan oleh tanaman pada musim hujan.

Indikator keberhasilan teknik konservasi tanah dan air adalah meningkatnya tutupan vegetasi, menurunnya debit puncak yang menyebabkan banjir serta terjaminnya suplai air secara kontinyu. Oleh sebab itu penelitian tentang upaya- upaya konservasi tanah dan air menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah pada DTA Singkarak.

1. Daerah terjal, alur sungai pendek, dan banyaknya lahan terbuka yang menyebabkan tingginya aliran permukaan, erosi dan sedimentasi.

2. Penurunan persediaan air DTA Singkarak sebesar 69.8% yang

menyebabkan berkurangnya suplai air untuk irigasi sehingga menurunkan produksi pertanian.Kurangnya persediaan air secara umum sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar DTA.

363.59 m dan elevasi minimum 360.1 m dpl (dari permukaan laut) .

Kerangka Pemikiran

DTA Singkarak yang dibagi atas 3 DAS, namun secara geografiske tiga DAS tersebut adalah sama. DAS mengalir ke satu outlet yaitu Danau Singkarak yang merupakan reservoar air alami. Kondisi daerah mempunyai kemiringan lereng yang terjal dan alur sungai yang pendek, sehingga pada saat hujan air akan mengalir dengan cepat dan volume air danau akan maksimum. Tapi pada saat kemarau aliran air akankecil sehingga volume air danau minimum.

Perubahan tutupan lahan akan besar pengaruhnya terhadap DTA yang berbasis danau. Terutama pada kecepatan aliran permukaan dan infiltrasi. Tingginya aliran permukaan menyebabkan mudahnya terjadi erosi dan longsor, Infiltrasi akan kecil karena air langsung mengalir menuju danau sehingga menimbulkan banjir di hilir, sedangkan di hulu akan terjadi kekeringan karena kecilnya resapan.

Untuk mengatasi persoalan diatas pada DTA Singkarak perlu dilakukan kegiatan reboisasi dan implementasi teknologi konservasi tanah dan air melalui penerapan sistem panen hujan dan aliran permukaan (water harvesting).Sistem panen hujan dan aliran permukaan dapat berupa kontruksi sipil untuk menampung air seperti bendung, dam parit dan embung.

Agar upaya perbaikan kondisi hidrologis DAS menjadi efektif dan efisien, maka diperlukan pengembangan metodologi penentuan dimensi, jumlah dan sebaran bangunan konservasi tanahdan air yang mempertimbangkankarakteristik hidrometeorologis DAS bersangkutan.

Aplikasi model aliran permukaan berbasis data sesaat memungkinkan simulasi aliran permukaan pada berbagai skenario curah hujan lebih (excess rainfall), serta menentukan dimensi dan jumlah bangunan sistem panen hujan dan aliran permukaan yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS. Pada penelitian ini, model hidrologi berbasis interval waktu sesaat yang digunakan dalam menentukan volume curah hujan dan aliran permukaan yang harus dipanen adalah model MAPDAS.

KAWASAN DTA BERBASIS DANAU HUBUNGANNYA

DENGAN KONDISI BIOFISIK: HIDROLOGI, IKLIM, TUTUPAN LAHAN, TANAH dan GEOLOGI

LAHAN KRITIS PERSEDIAAN AIR BAKU

MENURUN FLUKTUASI VOLUME AIR

DANAU

IDENTIFIKASI TINGKAT PENGELOLAAN DAS BUTUH BIAYA BESAR

KONDISI DTA BAIK 1.ANALISA TUTUPAN LAHAN 2. ANALISA HIDROLOGI 3. PENGAMATAN DAN PENGUKURAN REHABILITASI LAHAN 1. AGROTEKNOLOGI 2. TEKNIK KONSERVASI AIR

TERGANGGU

TIDAK TERGANGGU

Lereng terjal, aliran sungai pendek, kecepatan aliran

tinggi, lahan terbuka.

metode untuk menentukan lokasi yang efektif Penyebaran dan kapasitas/jumlah Bagunan konservasi

tanah dan air

Effektifitas upaya konservasi tanah dan air dalam menurunkan debit puncak sangat tergantung lokasi dimana implementasi sistem panen hujan dan aliran permukaan tersebut dilaksanakan. Berdasarkan hipotesa bahwa kontribusi pasokan curah hujan yang jatuh pada pada titik berat DAS sangat menentukan karakteristik debit puncak, maka diperlukan analisis zona prioritas implementasi sistem panen hujan dan aliran permukaan yang secara effektif akan berdampak pada penurunan debit puncak secara signifikan.Perumusanmasalah yang digambarkan dalam kerangka berfikir dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji karakteristikkondisi biofisik DTA Singkarak.

2. Menentukan desainsistem panen hujan dan aliran permukaan berdasarkan aplikasi model hidrologi.

3. Mengembangkan model aliran permukaan DAS untuk menahan resiko banjir dan kekeringan pada DTA Singkarak.

4. Mengkaji dampak implementasi sistem panen hujan dan aliran permukaan serta reboisasi terhadap fluktuasi tinggi muka air Danau Singkarak.

Manfaat

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat bantu rekomendasi pengelolaan DTA Singkarak menghadapai resiko banjir dan kekeringan serta sedimentasi dengan murah, cepat dan akurat.

2. Bagi pemerintah Provinsi Sumatera Barat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan konservasi dan rehabilitasi lahan DTA Singkarak.

Kebaruan

Pengembangan metode penentuan jumlah, dimensi dan sebaran bagunan sistem panen hujan dan aliran permukaan pada skala DAS berdasarkan aplikasi model hidrologi dan sistem imformasi geografi (SIG).

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada DTA Singkarak tepatnya pada DAS Sumani, dan Singkarak. Data penelitian merupakan data primer yang dapat langsung diamati dilapangan pada alat-alat yang sudah terpasang. Untuk lokasi yang tidak mempunyai alat ukur dilakukan pengukuran dan pengamatan di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait.

Cakupan penelitian ini yaitu; menentukan karakteristik kondisi biofisik DTA, dan pemodelan hidrologi. Aplikasi model debit sesaat dengan model

MAPDAS, dipakai untuk penentuan desain sistem panen hujan dan aliran permukaan. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Penelitian lapangan terdiri dari pengukuran tinggi muka air, debit sedimen, pengambilan sampel air dan melihat keberadaan teknik konservasi tanah dan air pada DTA Singkarak. Teknik konservasi tanah dan air yaitu berupa reboisasi, penghijauan dan terdapatnya bagunan air seperti: embung, cek dam, dan bendung.Bangunan konservasi air pada daerah ini adalah sebagai alat pengembangan sumber air dalam memenuhi kebutuhan airpertanian oleh petani dan kebutuhan air sehari-hari bagi makhluk hidup yang terdapat pada DAS.

Analisa yang dilakukan adalah; menentukan karakteristik DTA secara spasial, aplikasi model hidrologi untuk menentukan zona pengembangan sistem panen hujan dan aliran permukaan, menentukan jumlah dan posisi bangunan panen hujan dan aliran permukaan, pembahasan secara umum dampak implementasi sistem panen hujan terhadap tinggi muka air danau. Bangunan panen hujan dan aliran permukaan yang dikemukakan adalah berupa embung (waduk kecil). Pada penelitian ini juga dilakukan kajian dampak reboisasi sebagai teknik agroteknologi terhadap tinggi muka air danau.

Dampak implementasi sistem panen hujan dan aliran permukaan serta reboisasi terhadap tinggi muka air danau diperlihatkan dengan membuat simulasi dinamik dengan memakai program Stella, yang berbasis flow-chart dan grafis. Model dinamik dapat mensimulasikan perubahan yang terjadi yaitu berupa tinggi muka air danau, volume danau, sedimentasi pada saat ini dan prediksi kedepannya. Prediksi yang dilakukan yaitu dengan merancang skenario-skenario embung dan reboisasi untuk berbagai kondisi.

START

DATA TUTUPAN LAHAN

DATA HIDROLOGI, IKLIM DAN DEBIT

DATA BIOFISIK DAS ANALISA TUTUPAN LAHAN ANALISA IKLIM DAN HIDROLOGI KARAKTERISTIK BIOFISIK DAS KARAKTERISTIK GEOMETRI< MARFOMETRI DAN PEDOLOGI DAS KECENDERUNG AN PERUBAHAN LAHAN TINGKAT KRITIS DAS DEBIT BANJIR SIMULASI KALIBRASI MODEL MODEL DEBIT SESAAT MAPDAS AMBANG DEBIT MAX PENYEBAB BANJIR VOLUME EXCEES RAINFALL

DELINASI ZONE PENGEMBANGAN SISTEM PANEN HUJAN DAN

ALIRAN PERMUKAAN STOP PENENTUAN POSISI BANGUNAN PANEN HUJAN

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai

DAS merupakan suatu kawasan yang dibatasi oleh batasan-batasan topografi secara alami merupakan wilayah hidrologi dengan sungai dan anak-anak sungai sebagai komponen utama untuk mengalirkan setiap air hujan, sedimen dan unsur lainnya pada sungai ke suatu pengeluaran (outlet) dan titik-titik pengukuran debit aliran, sedimen, dan kualitas air suatu sungai.

Menurut Arsyad (1989), DAS adalah sebagai satuan wilayah yang terletak diatas suatu titik pada suatu sungai yang oleh batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh diatasnya kedalam sungai yang sama dan mengalir melalui suatu titik yang sama pada sungai tersebut.

Menurut Sri–Harto (1993), DAS merupakan daerah tangkapan yang semua airnya mengalir kedalam suatu alur sungai, daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang jelas dan ditetapkan berdasar aliran permukaan.

DAS merupakan suatu sistem alami dalam hidrologi dengan sungai sebagai komponen utama. Aliran sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik curah hujan dan kondisi biofisik DAS. Karakteristik biofisik mencakup geometri (ukuran, bentuk, kemiringan DAS), morfometri (ordo sungai, kerapatan jaringan sungai, rasio percabangan, rasio panjang), pedologi dan geologi, serta penutupan lahan (Liamas 1993). Diantara kelima penciri kondisi biofisik, tipe penutupan lahan merupakan satu-satunya parameter yang dapat mengalami perubahan secara cepat dan memberikan pengaruhnya secara signifikan terhadap karakteristik debit (Kartiwa et al. 2004)

Fungsi hidrologi DAS adalah berhubungan dengan kemampuan DAS dalam hal: 1) transmisi air, 2) penyangga pada puncak kejadian hujan, 3) pelepasan air secara perlahan, 4) memelihara kualitas air, 5) mengurangi perpindahan massa tanah, misalnya melalui longsor,6) mengurangi erosi, dan 7)mempertahankan iklim mikro (Noordwijk et al. 2004). Menurut Sinukaban (1995), pemanfaatan sumberdaya alam DAS yang tidak memperhatikan kemampuan dan kelestarian lingkungan, akan terjadi kerusakan ekosisten dan tataguna air. Oleh karena itu dalam membuat perencanaan pengelolaan DAS, pilihan teknologi yang tepat adalah berlandasan kaidah-kaidah konsevasi.

Fungsi DAS dapat ditinjau dari ketersediaan (supply) yang mencakup kuantitas aliran sungai (debit), dan permintaan (demand) yang mencakup tersedianya air bersih, tidak terjadinya bencana banjir dan kekeringan, tanah longsor dan sedimentasi di sungai. Sulitnya mendapatkan air bersih merupakan faktor penentu utama kemiskinan dan buruknya kesehatan suatu daerah DAS. Masalah persediaan air yang tidak mencukupi bagi masyarakat di daerah hilir dapat ditangani dengan pendekatan:

1. Pendekatan teknisbiasanya diterapkan pada badan sungai di bagian tengah DAS, yaitu dengan cara meningkatkan kecepatan aliran sungai untuk mengurangi banjir di tempat-tempat yang rawan, membuat bendungan (waduk ) sebagai tempat penampungan air untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat, tumbuhan, dan hewan dari sumber di hulu ke konsumen di hilir.

2. Pendekatan tataguna lahan di hulu, dengan menetapkan kawasan hutan lindung dan daerah tangkapan air dibagian hulu DAS dengan melakukan

Dokumen terkait