• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Metode Antropometri

2. Skinfold Thickness

LeiterandVuksan, 2001).

Penelitian ini dilakukan terhadap 35 responden dengan mengukur truncal skinfold thickness yang merupakan penjumlahan dari subscapular, iliac, dan abdominal skinfold thickness dan mengkorelasikan truncal skinfold thickness ini terhadap kadar glukosa darah puasa. Hasil penelitian menyatakan adanya korelasi positif bermakna dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,52 (p<0,01) antara truncal skinfold thickness dengan kadar glukosa darah puasa.

3. Hubungan Antara Nilai Antropometri Dengan Kadar Glukosa Darah (Lipoeto

et al., 2007).

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah responden sebanyak 70 orang penduduk dewasa yang berusia di atas 20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penderita obesitas berdasarkan Index Massa Tubuh (IMT) (lebih dari 25 kg/m2) sebanyak 34,3%, berdasarkan lingkar pinggang (LP) berjumlah 38,6% dan berdasarkan

rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) berjumlah 24,4%. Hasil analisa korelasi didapatkan nilai korelasi (r) kadar glukosa darah dengan IMT adalah 0,101 (p>0,05), dengan LP sebesar 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP adalah sebesar 0,186 (p>0,05).

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi

body mass index (BMI) dan percent body fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak terkait mengenai korelasi body mass index (BMI) dan percent body fat

(%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran BMI dan %BF diharapkan mampu memberikan gambaran awal kadar glukosa darah sehingga diharapkan masyarakat dapat memantau kesehatan fisiknya secara lebih intensif dan sebagai deteksi dini akan kecenderungan risiko penyakit diabetes mellitus tipe II. Selain itu juga memberi gambaran bahwa pengukuran BMI dan %BF merupakan pengukuran antropometri yang murah dan praktis serta dapat dilakukan oleh segala lapisan masyarakat tanpa memerlukan keahlian khusus.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

Memperoleh informasi adanya korelasi positif yang bermakna antara

body mass index(BMI) danpercent body fat(%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

10 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Metode Antropometri

Antropometri merupakan suatu metode sederhana yang sangat mudah dilakukan dan menggambarkan komposisi tubuh (Tarnus and

Bourdon, 2006). Pemeriksaan antropometri dibagi menjadi dua bagai besar yaitu yang pertama adalah pengukuran atau pengambilan data dan kedua adalah penggunaan data atau pengolahan data. Pada pemeriksaan antropometri, orang yang diperiksa harus bersedia (diberi inform consent) untuk menuruti prosedur pemeriksaan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan data yang didapat dirata-rata (Kurniawan, 2009).

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (berdiri), panjang badan (berbaring),skinfold thickness, lingkar kepala dan lengan, panjang lengan, lebar bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain (NHANES, 2007). Keuntungan metode antropometri adalah sederhana dan aman, alatnya mudah diperoleh dan mudah digunakan, tidak hanya dilakukan dengan tenaga khusus yang ahli, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu, dan juga biaya relatif murah karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya (Supariasaet al., 2002).

Berdasarkan definisi terbaru dari IDF (2006), seseorang yang memiliki sindrom metabolik pasti memiliki obesitas sentral. Huxley, Mendis, Zheleznyakov, ReddyandChan (2010), menyatakan bahwa lemak yang disimpan di abdomen berhubungan dengan abnormalitas metabolik, meliputi penurunan

toleransi glukosa, penurunan sensitivitas insulin, dan profil lipid yang menyimpang di mana akan menjadi faktor risiko untuk diabetes mellitus tipe II dan penyakit kardiovaskuler.

1. Body Mass Index(BMI)

Body mass index (BMI) merupakan metode sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa et al., 2002).

Cara mengukur BMI yaitu dengan mengukur berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2). Rumus perhitungan BMI dapat dituliskan dengan persamaan berikut :

BMI = 2 2 ) ( ) ( m kg x m Badan Tinggi kg Badan Berat  (WHO, 2000a)

Tabel I. KlasifikasiBody Mass IindexMenurut WHO untuk Individu Dewasa Asia (WHO, 2000a)

Klasifikasi BMI (kg/m2)

Kurang berat < 18,5 kg/m2

Batas Normal 18,5-22,9 kg/m2

Berat badan Berlebih ≥ 23 kg/m2

Pre-obesitas 23,0-24,9 kg/m2

Obesitas tahap I 25,0-29,9 kg/m2

Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan

Gambar 2. Pengukuran Berat Badan

2. Skinfold Thickness(Tebal Lipatan Kulit)

Skinfold thickness adalah suatu pengukuran untuk menilai persentase lemak tubuh (Peterson, et al., 2003). Pengukuranskinfold thickness(tebal lipatan kulit) menggunakan alat skinfold caliper, bentuknya mirip jangka sorong dengan cara pengukuran yang sama. Pada saat salah satu bagian tubuh tercubit, ukuran yang tertera pada alat ini menunjukan ketebalan jaringan lemak yang terdapat pada lapisan kulit dalam skala milimeter (mm). Lipatan kulit adalah tebal kulit yang dikumpulkan dengan menarik kulit dan jaringan subcutan diantara ibu jari dan jari telunjuk pada jarak 6–8 cm (Kurniawan, 2009).

Pengukuran tebal lemak subkutan digunakan untuk memprediksi densitas tubuh. Pengukuran abdominal dan suprailiac skinfold thickness lebih

tepat untuk memprediksi kejadian obesitas sentral dibandingkan triceps skinfold thickness pada individu Jepang dewasa (DemuraandSato., 2007).

Pengukuranskinfold thicknessdilakukan dengan menggunakanskinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang lapisan lemak di bawah kulit. Rahang skinfold caliper menjepit lapisan lemak di bawah kulit dengan posisi vertikal. Peneliti perlu berhati-hati saat memegang lapisan laipsan lemak di bawah karena bisa saja yang bagian otot ikut terukur dengan

skinfold caliper. Pengukuran skinfold thicknessdilakukan pada tiga bagian tubuh, yaitutriceps,abdominaldansuprailiac.

Gambar 3. Posisi RahangSkinfold Caliperyang Benar (NHANES, 2007)

a. Triceps skinfold thickness diukur pada bagian tengah dari punggung lengan tepat diotot triceps, pada titik tengah proyeksi antara sisi dari prosesakronim skapula dengan bagian tepi yang lebih rendah dari olecranon ulna

Gambar 4. PengukuranTriceps Skinfold Thickness

b. Abdominal skinfold thickness diukur dengan jarak 5 cm dari umbilikus

(Baumgartneret al., 2007).

Gambar 5. PengukuranAbdominal Skinfold Thickness

c. Suprailiac Skinfold Thickness diukur dengan mencubit pada titik perpotongan antara garis spina iliaca dengan anterior axilla dan garis horizontal yang melalui crista iliaca. Arah cubitan 45odari arah horizontal (Baumgartneret al., 2007).

Dokumen terkait