• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta."

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

xxii INTISARI

Antropometri merupakan suatu metode untuk menggambarkan distribusi lemak tubuh yang berkaitan dengan pengukuran obesitas. Pengukuran obesitas dinyatakan dengan body mass index (BMI) sebagai parameter obesitas umum dan percent body fat (%BF). Obesitas merupakan faktor risiko sindrom metabolik salah satunya adalah peningkatan kadar glukosa darah puasa. Obesitas mengakibatkan terjadinya resistensi insulin karena peningkatan Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α) dan Interleukin-6 (IL-6). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi positif antara BMI dan %BF terhadap kadar glukosa darah puasa pada pria maupun wanita

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional dan teknik pengambilan sampel adalah non-random

dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 124 mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran antropometri dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menentukan nilai BMI, dan pengukuran skinfold thickness pada bagian triceps, abdominal, dan suprailiac

untuk menentukan nilai %BF serta pengukuran kadar glukosa darah puasa. Data dianalisis dengan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) kemudian dilakukan analisis korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna antara body mass index dan kadar glukosa darah puasa pada pria dan wanita (r = 0,061; p = 0,652 dan r = 0,105 ; p = 0,400) dan korelasi positif yang tidak bermakna antara percent body fat terhadap kadar glukosa darah pria maupun wanita (r = 0,087 ; p = 0,521 dan r = 0,084 ; p = 0,500).

(2)

xxiii ABSTRACT

Anthropometry is a method to describe the distribution of body fat associated with obesity measurements. Measurement of obesity, defined by body mass index (BMI) as a parameter common obesity and percent body fat (% BF). Obesity is a risk factor for metabolic syndrome one of which is the increase in fasting blood glucose levels. Obesity results in insulin resistance because of increased Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α) and Interleukin-6 (IL-6). The purpose of research is to find out a positive correlation between BMI and% BF on fasting blood glucose levels in men and women

The study was observational analytical cross-sectional study design and sampling is non-random with this type of purposive sampling. The study involved 124 student of campus III Sanata Dharma University, Yogyakarta who completed inclusion and exclusion criteria. Anthropometric measurements performed by measuring height and weight to determine BMI and skinfold thickness

measurements at the triceps,abdominal, andsuprailiac to determine the value of % BF and measurement of fasting blood glucose levels. Data were analyzed statistically by Kolmogorov-Smirnov normality test and than testing the correlation using Spearman correlation test with onfident level 95%.

The conclusion in this study is that there are no significant positive correlation between body mass index and fasting blood glucose levels in men and women (r = 0.061, p = 0.652 and r = 0.105, p = 0.400) and a non-significant positive correlation between the percent body fat on blood glucose levels both men and women (r = 0.087, p = 0.521 and r = 0.084, p = 0.500).

Keywords : Anthropometric, body mass index, percent body fat, obesity, Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α), Interleukin-6 (IL-6), fasting blood

(3)

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DAN PERCENT BODY FAT (%BF) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI DI KAMPUS III UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fransiska Anggita Kusumasari NIM : 098114013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DAN PERCENT BODY FAT (%BF) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI DI KAMPUS III UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fransiska Anggita Kusumasari NIM : 098114013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

(8)

v

(9)
(10)

vii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas segala berkat, penyertaan, bimbingan, dan perlindungan yang begitu melimpah kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) Terhadap Kadar Glukosa

Darah Puasa Pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan dari berbagai pihak dalam memberikan motivasi, bimbingan, pengarahan dan dorongan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas segala pengorbanannya baik waktu, tenaga maupun pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ipang Djunarko M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan selaku dosen penguji atas masukan-masukan dan saran yang sangat membantu penyempurnaan skrisi ini.

2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing utama atas segala kesabaran, bimbingan, motivasi serta pengorbanan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas masukan-masukan dan saran yang sangat membantu penyempurnaan skrisi ini.

4. Ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian payung tentang “Korelasi Pengukuran antropometrik terhadap

Profil lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah sebagai

Prediktor Penyakit Kardiovaskular pada Mahasiswa dan Mahasiswi di

(11)

viii

5. Laboratorium Prahita Yogyakarta yang telah membantu pemeriksaan darah sukarelawan penelitian.

6. Mas Narto dan Mas Dwi selaku karyawan sekretariat Fakultas Farmasi yang telah membantu administrasi surat saat proses berjalannya penelitian.

7. Bagian Rumah Tangga Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan tempat dan membantu perlengkapan selama pelaksanaan skripsi.

8. Semua mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma yang terlibat dalam penelitian Korelasi Pengukuran antropometrik terhadap Profil lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah sebagai

Prediktor Penyakit Kardiovaskular pada Mahasiswa dan Mahasiswi di

Kampus III Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta” baik secara langsung

berpartisipasi menjadi sukarelawan maupun secara tidak langsung membantu keberhasilan keberlangsungan penelitian.

9. Bapak Paulus Sugito dan Mama Ritha Kondobua selaku orang tua, serta kedua adikku tersayang Laurensius Andika Novembri dan Yehezkhiel Bimo Wicaksono yang telah banyak memberi dukungan, motivasi, kasih sayang, dan doa selama penyusunan skripsi ini. Perhatian dan kasih syang yang kalian berikan membuatku kuat dan tegar menghadapi semua rintangan dalam hidupku.

10. Novi Kiswanto, Kusniar S. Rahmini, Hayu A.A.Raras, Amelia Felicia C.P., Danny Trias, Arnoldus Yansen, Silvia Dwita, Yosih G. Herawati, Lidya Dinda, Listya Purbarini, Diah Intan, dan Bernadhea Wikan yang merupakan rekan penulis dalam penelitian ini, yang telah bersama-sama bekerja dalam suka duka dalam menjalankan penelitian dan pengolahan data disela kesibukan kuliah yang padat. Kebersamaan, motivasi dan perhatian kalian sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini

(12)

ix

12. Mas Chandra Hari Kusuma yang memberi dukungan, motivasi dan doa.

13. Teman-teman FKK A 2009 dan semua angkatan 2009. Terima kasih telah belajar bersama.

14. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Motivasi, doa dan bntuan kalian membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan menjadi pembelajaran bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Yogyakarta, 21 Januari 2013

(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

INTISARI... xxii

ABSTRACT... xxiii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 6

2. Keaslian penelitian ... 6

3. Manfaat penelitian... 8

B. Tujuan Penelitian ... 9

(14)

xi

A. Metode Antropometri... 10

1. Body Mass Index... 11

2. Skinfold Thickness... 12

3. Percent Body Fat... 15

B. Overweight, Obesitas dan Resistensi Insulin ... 16

C. Kadar Glukosa Darah Puasa ... 19

D. Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta... 20

E. Landasan Teori... 21

F. Hipotesis... 22

BAB III. METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional... 24

D. Responden Penelitian ... 26

E. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

F. Ruang Lingkup Penelitian... 29

G. TeknikSampling... 31

H. Instrumen Penelitian... 31

I. Tata Cara Penelitian ... 32

1. Observasi Awal ... 32

(15)

xii

dan data calon subyek penelitian... 33

4. Pencarian responden... 34

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ... 36

6. Pengukuran parameter... 37

7. Pengolahan data ... 38

8. Teknik analisis data penelitian dengan statistik ... 38

9. Pembagian Hasil Pemeriksaan ... 39

J. Kesulitan Penelitian ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Karakteristik Responden Penelitian ... 41

1. Usia ... 43

2. Body Mass Index(BMI) ... 44

3. Triceps Skinfold Thickness(TST) ... 46

4. Abdominal Skinfold Thickness(AST) ... 47

5. Suprailiac Skinfold Thickness(SST)... 48

6. Percent Body Fat(%BF)... 49

7. Kadar Glukosa Darah Puasa ... 51

(16)

xiii

1. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

Pada Responden KelompokBody Mass Index< 23 kg/m2

danBody Mass Index≥ 23 kg/m2... 53 2. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokTriceps Skinfold Thickness ≤ 12,5 mm dan > 12,5 mm serta pada Responden Wanita

KelompokTriceps Skinfold Thickness

≤ 16,5 mm dan > 16,5 mm... 55 3. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokAbdominal Skinfold Thickness ≤ 30,2 mm dan > 30,2 mm serta pada Responden Wanita KelompokAbdominal Skinfold Thickness

≤ 24,7 mm dan > 24.7 mm... 57 4. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokSuprailiac Skinfold Thickness ≤ 19,8 mm dan > 19,8 mm serta pada Responden Wanita

KelompokSuprailiac Skinfold Thickness

≤ 17,9 mm dan > 17,9 mm... 59 5. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

Responden Pria KelompokPercent Body Fat ≤ 21% dan > 21% serta pada Responden Wanita

(17)

xiv

C. KorelasiBody Mass Index(BMI),Triceps Skinfold Thickness(TST),Abdominal Skinfold Thickness(AST),

Suprailiac Skinfold Thickness(SST) danPercent Body

Fat(%BF) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa... 63

1. KorelasiBody Mass Index(BMI) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita ... 63

2. KorelasiTriceps Skinfold Thickness(TST) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita ... 68

3. KorelasiAbdominal Skinfold Thickness(AST) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita .... 71

4. KorelasiSuprailiac Skinfold Thickness(SST) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita .... 73

5. KorelasiPercent Body Fat(%BF) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Responden Pria dan Wanita ... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 91

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Klasifikasi BMI Menurut WHO

untuk Individu Dewasa Asia ... 11 Tabel II. KlasifikasiPercent Body Fat... 16 Tabel III. Jumlah Mahasiswa dan Mahasiswi Masing-masing

Program Pendidikan di Kampus III

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 20 Tabel IV. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan

Kekuatan Korelasi dan Nilaip... 39 Tabel V. Data Karakteristik Responden Penelitian (Pria) ... 42 Tabel VI. Data Karakteristik Responden Penelitian (Wanita) ... 42 Tabel VII. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria dan Wanita Kelompok

BMI < 23 kg/m2dan BMI ≥ 23 kg/m2... 54 Tabel VIIII. Nilai standarTriceps Skinfold Thickness... 55 Tabel IX. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria Kelompok TST≤ 12,5 mm

dan > 12,5 mm serta pada Responden Wanita

(19)

xvi

Tabel X. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria Kelompok AST≤ 30,2 mm

dan > 30,2 mm serta pada Responden Wanita

Kelompok AST≤ 24,7 mm dan > 24,7 mm... 58 Tabel XI. Nilai standarSuprailiac Skinfold Thicknesst... 60 Tabel XII. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria Kelompok SST≤ 17,9 mm

dan > 17,9 mm serta pada Responden Wanita

Kelompok SST≤ 19,8 mm dan ≤ 19,8 mm... 60 Tabel XIII. Nilai standarPercent Body Fat... 61 Tabel XIV. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria Kelompok %BF≤ 21%

dan %BF > 21% serta pada Responden Wanita

Kelompok %BF≤ 25% dan %BF > 25%... 62 Tabel XV. Korelasi BMI dengan Kadar Glukosa

Darah puasa pada Responden Pria ... 64 Tabel XVI. Korelasi BMI dengan Kadar Glukosa

Darah puasa pada Responden Wanita ... 65 Tabel XVII. Korelasi TST dengan Kadar Glukosa

Darah puasa pada Responden Pria ... 68 Tabel XVIII. Korelasi TST dengan Kadar Glukosa

(20)

xvii

Tabel XIX. Korelasi AST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria... 71 Tabel XX. Korelasi AST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 72 Tabel XXI. Korelasi SST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria ... 74 Tabel XXII. Korelasi SST dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 75 Tabel XXIII. Korelasi %BF dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria ... 76 Tabel XXIV. Korelasi %BF dengan Kadar Glukosa

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan... 12

Gambar 2. Pengukuran Berat Badan... 12

Gambar 3. Posisi RahangSkinfold Caliperyang Benar ... 13

Gambar 4. PengukuranTriceps Skinfold Thickness... 14

Gambar 5. PengukuranAbdominal Skinfold Thickness... 14

Gambar 6. PengukuranSuprailiac Skinfold Thickness... 14

Gambar 7. Skema responden penelitian... 27

Gambar 8. Histogram Distribusi Usia Responden Pria ... 43

Gambar 9. Histogram Distribusi Usia Responden Wanita ... 44

Gambar 10. Histogram DistribusiBody Mass IndexResponden Pria ... 45

Gambar 11. Histogram DistribusiBody Mass Index Responden Wanita ... 46

Gambar 12. Histogram DistribusiTriceps Skinfold Thickness Responden Pria ... 47

Gambar 13. Histogram DistribusiTriceps Skinfold Thickness Responden Wanita ... 47

Gambar 14. Histogram DistribusiAbdominal Skinfold Thickness Responden Pria ... 48

(22)

xix

Gambar 16. Histogram DistribusiSuprailiac Skinfold Thickness

Responden Pria ... 49 Gambar 17. Histogram DistribusiSuprailiac Skinfold Thickness

Responden Wanita ... 49 Gambar 18. Histogram DistribusiPercent Body Fat

Responden Pria ... 50 Gambar 19. Histogram DistribusiPercent Body Fat

Responden Wanita ... 50 Gambar 20. Histogram Distribusi Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Pria ... 51 Gambar 21. Histogram Distribusi Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Wanita ... 52 Gambar 22. Diagram Sebar KorelasiBody Mass Index(BMI)

dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

Pada Responden Pria... 64 Gambar 23. Diagram Sebar KorelasiBody Mass Index(BMI)

dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

Pada Responden Wanita... 65 Gambar 24. Diagram Sebar KorelasiTriceps Skinfold

Thickness(TST) dengan Kadar Glukosa

(23)

xx

Gambar 25. Diagram Sebar KorelasiTriceps Skinfold Thickness(TST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 70 Gambar 26. Diagram Sebar KorelasiAbdominal Skinfold

Thickness(AST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria... 72 Gambar 27. Diagram Sebar KorelasiAbdominal

Skinfold Thickness(AST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 73 Gambar 28. Diagram Sebar KorelasiSuprailiac

Skinfold Thickness(SST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Pria... 74 Gambar 29. Diagram Sebar KorelasiSuprailiac

Skinfold Thickness(SST) dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa pada Responden Wanita... 75 Gambar 30. Diagram Sebar KorelasiPercent Body Fat(%BF)

dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

pada Responden Pria ... 77 Gambar 31. Diagram Sebar KorelasiPercent Body Fat(%BF)

dengan Kadar Glukosa Darah Puasa

(24)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

(25)

xxii INTISARI

Antropometri merupakan suatu metode untuk menggambarkan distribusi lemak tubuh yang berkaitan dengan pengukuran obesitas. Pengukuran obesitas dinyatakan dengan body mass index (BMI) sebagai parameter obesitas umum dan percent body fat (%BF). Obesitas merupakan faktor risiko sindrom metabolik salah satunya adalah peningkatan kadar glukosa darah puasa. Obesitas mengakibatkan terjadinya resistensi insulin karena peningkatan Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α) dan Interleukin-6 (IL-6). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi positif antara BMI dan %BF terhadap kadar glukosa darah puasa pada pria maupun wanita

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional dan teknik pengambilan sampel adalah non-random

dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 124 mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran antropometri dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menentukan nilai BMI, dan pengukuran skinfold thickness pada bagian triceps, abdominal, dan suprailiac

untuk menentukan nilai %BF serta pengukuran kadar glukosa darah puasa. Data dianalisis dengan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) kemudian dilakukan analisis korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna antara body mass index dan kadar glukosa darah puasa pada pria dan wanita (r = 0,061; p = 0,652 dan r = 0,105 ; p = 0,400) dan korelasi positif yang tidak bermakna antara percent body fat terhadap kadar glukosa darah pria maupun wanita (r = 0,087 ; p = 0,521 dan r = 0,084 ; p = 0,500).

(26)

xxiii ABSTRACT

Anthropometry is a method to describe the distribution of body fat associated with obesity measurements. Measurement of obesity, defined by body mass index (BMI) as a parameter common obesity and percent body fat (% BF). Obesity is a risk factor for metabolic syndrome one of which is the increase in fasting blood glucose levels. Obesity results in insulin resistance because of increased Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α) and Interleukin-6 (IL-6). The purpose of research is to find out a positive correlation between BMI and% BF on fasting blood glucose levels in men and women

The study was observational analytical cross-sectional study design and sampling is non-random with this type of purposive sampling. The study involved 124 student of campus III Sanata Dharma University, Yogyakarta who completed inclusion and exclusion criteria. Anthropometric measurements performed by measuring height and weight to determine BMI and skinfold thickness

measurements at the triceps,abdominal, andsuprailiac to determine the value of % BF and measurement of fasting blood glucose levels. Data were analyzed statistically by Kolmogorov-Smirnov normality test and than testing the correlation using Spearman correlation test with onfident level 95%.

The conclusion in this study is that there are no significant positive correlation between body mass index and fasting blood glucose levels in men and women (r = 0.061, p = 0.652 and r = 0.105, p = 0.400) and a non-significant positive correlation between the percent body fat on blood glucose levels both men and women (r = 0.087, p = 0.521 and r = 0.084, p = 0.500).

Keywords : Anthropometric, body mass index, percent body fat, obesity, Tumor Necrotic Factor Alpha (TNF-α), Interleukin-6 (IL-6), fasting blood

(27)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

MenurutNational Health and Nutrition Examination Survey(NHANES) tahun 2007, pengukuran antropometrik merupakan suatu metode sederhana yang sangat mudah dilakukan dan menggambarkan distribusi lemak tubuh yang dapat menentukan pencapaian status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan pengukuran obesitas.

Pengukuran antropometri banyak digunakan secara luas dan digunakan untuk berbagai macam tujuan tergantung pada indikator yang diukur (Cogill, 2003). Metode antropometri memiliki kelebihan antara lain aman (tidak invasif), sederhana dan biaya murah serta tidak harus membutuhkan pihak yang ahli di dalam pengukurannya (Supariasa, Bakri,andFajar, 2002).

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran body mass index

(BMI), berat tubuh ideal, rasio lingkar pinggang panggul, skinfold thickness, persentase massa lemak, dan massa muskuler total (Tarnus and Bourdon, 2006). Melalui pengukuran tersebut dapat diperoleh rasio ataupun indeks pengukuran yang sesuai dengan indikator antropometrik yang diinginkan (NHANES, 2007), seperti body mass index (BMI), abdominal skinfold thickness, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul.

(28)

tidak. Cara mengukur BMI yaitu dengan mengukur berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2). BMI merupakan parameter obesitas secara umum.

Metode antropometri lain yang dapat menentukan pencapaian status gizi yang baik dengan cara pengukuran obesitas adalah pengukuranskinfold thickness

(tebal lipatan kulit). Pengukuran skinfold thickness dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi tingkat obesitas, untuk mengukur akumulasi lemak tubuh, dan perkiraan penyimpanan lemak tubuh.

Menurut NHANES (2007), pengukuran skinfold thickness dapat menggambarkan akumulasi jaringan lemak subkutan. Pengukuran ini membutuhkanskinfold caliperyang digunakan untuk menentukan jumlah jaringan adipose. Pengukuran tebal lemak subkutan banyak digunakan untuk memprediksi densitas tubuh. Keakuratan pengukuran dengan menggunakan skinfold caliper dipengaruhi oleh tekanan pada kulit. Pengukuran abdominal dan suprailiac skinfold thickness lebih tepat untuk memprediksi kejadian obesitas dibandingkan

triceps skinfold thickness pada individu Jepang dewasa (DemuraandSato, 2007). Berdasarkan penelitian tentang validasi pengukuran lemak tubuh menggunakan

skinfold caliper yang dilakukan oleh Budiman (2008), memperoleh hasil bahwa dengan pengukuran skinfold thickness pada beberapa bagian tubuh mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan prediksi percent body fat (persentase lemak tubuh), dengan nilai r= 0,8. Untuk memperoleh persentase lemak tubuh menggunakan metode skinfold thickness dapat menggunakan rumus. Peningkatan

(29)

tubuh atau dapat dikatakan mengalami obesitas dan hal ini berisiko terjadi penyakit diabetes mellitus tipe II (Baumgartner, Jackson, Mahan, and Rowe, 2007).

Obesitas dapat didefinisikan sebagai penyakit dimana terdapat kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sehingga kesehatan tubuh dapat terpengaruh (Kopelman, 2000). Pada saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta diantaranya obesitas (WHO, 2004). Menurut penelitian penelitian ChukwunonsoandIfeoma (2012) di Nigeria, usia berpengaruh pada terjadinya obesitas, dimana dewasa muda dilaporkan cenderung mengalami obesitas dalam peralihannya dari anak-anak atau remaja ke dewasa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi obesitas umum di Indonesia pada penduduk berusia≥15% tahun adalah

(30)

Menurut Pateda and Tirtamulia (2011), obesitas menyebabkan peningkatan risiko sindrom metabolik, salah satunya adalah peningkatan kadar glukosa darah puasa karena terjadi resistensi insulin, yaitu ketidakmampuan insulin untuk menghasilkan fungsi biologik secara normal (menurunnya sensitivitas insulin). Pernyataan ini didukung oleh penelitian Faris (2009), hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan sindrom metabolik, salah satunya peningkatan kadar glukosa darah puasa yang dapat berkembang menjadi penyakit diabetes melitus tipe II. Terdapat penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lipoeto, Yerizel, Edward, and Widuri (2007), menjelaskan bahwa obesitas sangat berperan pada kejadian sindrom metabolik. Salah satu teori dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa sel-sel lemak yang mengalami hipertrofi menurunkan jumlah reseptor insulin. Teori lain menyebutkan tingginya asam lemak, peningkatan hormon resistin dan penurunan adiponektin akibat penumpukan lemak. Pada penderita obesitas mempengaruhi kerja insulin sehingga dapat menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Berdasarkan penjelasan tersebut maka terdapat hubungan antara besarnya akumulasi lemak dengan peningkatan kadar glukosa darah.

(31)

glukosa menurun, misalnya untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas akan melepaskan hormon glukagon ke dalam aliran darah supaya dapat berfungsi meningkatkan kadar glukosa darah. Sebaliknya jika kadar glukosa darah di dalam darah meningkat, misalnya setelah makan, insulin akan disekresikan untuk menurunkan dan mengembalikan konsentrasi kadar glukosa darah ke keadaan normal (Rizky, 2010).

Pada tahap awal sindrom metabolik, kadar glukosa darah puasa di atas nilai normal. Lama-kelamaan terjadi kegagalan pankreas dalam mengatur kadar insulin yang cukup, sehingga homeostasis glukosa terganggu, menghasilkan toleransi glukosa terganggu dan hiperglikemia, kemudian berakhir pada diabetes mellitus tipe 2 (Appel, JonesandKennedy-Malone, 2004).

Berdasarkan survey WHO, Indonesia termasuk salah satu negara dengan penderita diabetes mellitus cukup tinggi, jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6% dari jumlah penduduk) atau urutan terbesar keempat setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. International Diabetic Federation(2003) mengestimasikan jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ke atas menderita diabetes mellitus sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat 8,2 juta pada 2020.

(32)

Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran dua paramater (body mass index dan percent body fat, dimana pengukuran parameter ini dilakukan pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma. Tujuan dari dilakukannya pengukuran yaitu untuk melihat pengaruh body mass index

(parameter obesitas umum) dan percent body fat (persentase lemak tubuh) terhadap kadar glukosa darah puasa. Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti mengharapkan terdapat korelasi yang bermakna antara body mass index dan

percent body fat terhadap kadar glukosa darah puasa pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat korelasi antara body mass index (BMI) dan percent body fat

terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu: 1. Korelasi Body Mass Index(BMI) dan Abdominal Skinfold Thicknessterhadap

Kadar Glukosa Darah Puasa (Pika, 2011).

(33)

parameter dengan usia 39±50 tahun. Hasil analisa korelasi diperoleh Body Mass Indexmempunyai korelasi positif berkekuatan sangat lemah (r=0,197) namun tidak bermakna dengan kadar glukosa darah puasa (p=0,141) dan

abdominal skinfold thicknessmempunyai korelasi positif berkekuatan lemah (r=0,236) namun tidak bermakna dengan kadar glukosa darah puasa (p=0,077).

2. Skinfold-Thickness Measurements Complement Conventional Anthropometric Assessments in Predicting Glucose Tolerance (Sievenpiper, Jenkins, Josse, LeiterandVuksan, 2001).

Penelitian ini dilakukan terhadap 35 responden dengan mengukur truncal skinfold thickness yang merupakan penjumlahan dari subscapular, iliac, dan abdominal skinfold thickness dan mengkorelasikan truncal skinfold thickness ini terhadap kadar glukosa darah puasa. Hasil penelitian menyatakan adanya korelasi positif bermakna dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,52 (p<0,01) antara truncal skinfold thickness dengan kadar glukosa darah puasa.

3. Hubungan Antara Nilai Antropometri Dengan Kadar Glukosa Darah (Lipoeto

et al., 2007).

(34)

rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) berjumlah 24,4%. Hasil analisa korelasi didapatkan nilai korelasi (r) kadar glukosa darah dengan IMT adalah 0,101 (p>0,05), dengan LP sebesar 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP adalah sebesar 0,186 (p>0,05).

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi

body mass index (BMI) dan percent body fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak terkait mengenai korelasi body mass index (BMI) dan percent body fat

(35)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

Memperoleh informasi adanya korelasi positif yang bermakna antara

(36)

10 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Metode Antropometri

Antropometri merupakan suatu metode sederhana yang sangat mudah dilakukan dan menggambarkan komposisi tubuh (Tarnus and

Bourdon, 2006). Pemeriksaan antropometri dibagi menjadi dua bagai besar yaitu yang pertama adalah pengukuran atau pengambilan data dan kedua adalah penggunaan data atau pengolahan data. Pada pemeriksaan antropometri, orang yang diperiksa harus bersedia (diberi inform consent) untuk menuruti prosedur pemeriksaan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan data yang didapat dirata-rata (Kurniawan, 2009).

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (berdiri), panjang badan (berbaring),skinfold thickness, lingkar kepala dan lengan, panjang lengan, lebar bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain (NHANES, 2007). Keuntungan metode antropometri adalah sederhana dan aman, alatnya mudah diperoleh dan mudah digunakan, tidak hanya dilakukan dengan tenaga khusus yang ahli, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu, dan juga biaya relatif murah karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya (Supariasaet al., 2002).

(37)

toleransi glukosa, penurunan sensitivitas insulin, dan profil lipid yang menyimpang di mana akan menjadi faktor risiko untuk diabetes mellitus tipe II dan penyakit kardiovaskuler.

1. Body Mass Index(BMI)

Body mass index (BMI) merupakan metode sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa et al., 2002).

Cara mengukur BMI yaitu dengan mengukur berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2). Rumus perhitungan BMI dapat dituliskan dengan persamaan berikut :

BMI = 2

2 ) ( ) ( m kg x m Badan Tinggi kg Badan Berat

[image:37.595.69.527.299.665.2]

 (WHO, 2000a)

Tabel I. KlasifikasiBody Mass IindexMenurut WHO untuk Individu Dewasa Asia (WHO, 2000a)

Klasifikasi BMI (kg/m2)

Kurang berat < 18,5 kg/m2

Batas Normal 18,5-22,9 kg/m2

Berat badan Berlebih ≥ 23 kg/m2

Pre-obesitas 23,0-24,9 kg/m2

Obesitas tahap I 25,0-29,9 kg/m2

(38)
[image:38.595.74.521.113.566.2]

Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan

Gambar 2. Pengukuran Berat Badan

2. Skinfold Thickness(Tebal Lipatan Kulit)

Skinfold thickness adalah suatu pengukuran untuk menilai persentase lemak tubuh (Peterson, et al., 2003). Pengukuranskinfold thickness(tebal lipatan kulit) menggunakan alat skinfold caliper, bentuknya mirip jangka sorong dengan cara pengukuran yang sama. Pada saat salah satu bagian tubuh tercubit, ukuran yang tertera pada alat ini menunjukan ketebalan jaringan lemak yang terdapat pada lapisan kulit dalam skala milimeter (mm). Lipatan kulit adalah tebal kulit yang dikumpulkan dengan menarik kulit dan jaringan subcutan diantara ibu jari dan jari telunjuk pada jarak 6–8 cm (Kurniawan, 2009).

(39)

tepat untuk memprediksi kejadian obesitas sentral dibandingkan triceps skinfold thickness pada individu Jepang dewasa (DemuraandSato., 2007).

Pengukuranskinfold thicknessdilakukan dengan menggunakanskinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang lapisan lemak di bawah kulit. Rahang skinfold caliper menjepit lapisan lemak di bawah kulit dengan posisi vertikal. Peneliti perlu berhati-hati saat memegang lapisan laipsan lemak di bawah karena bisa saja yang bagian otot ikut terukur dengan

[image:39.595.68.519.266.670.2]

skinfold caliper. Pengukuran skinfold thicknessdilakukan pada tiga bagian tubuh, yaitutriceps,abdominaldansuprailiac.

Gambar 3. Posisi RahangSkinfold Caliperyang Benar (NHANES, 2007)

a. Triceps skinfold thickness diukur pada bagian tengah dari punggung lengan tepat diotot triceps, pada titik tengah proyeksi antara sisi dari prosesakronim skapula dengan bagian tepi yang lebih rendah dari olecranon ulna

(40)

Gambar 4. PengukuranTriceps Skinfold Thickness

b. Abdominal skinfold thickness diukur dengan jarak 5 cm dari umbilikus

(Baumgartneret al., 2007).

Gambar 5. PengukuranAbdominal Skinfold Thickness

[image:40.595.67.521.86.725.2]

c. Suprailiac Skinfold Thickness diukur dengan mencubit pada titik perpotongan antara garis spina iliaca dengan anterior axilla dan garis horizontal yang melalui crista iliaca. Arah cubitan 45odari arah horizontal (Baumgartneret al., 2007).

(41)

3. Percent Body Fat(Persentase Lemak Tubuh)

Percent body fat (%BF) didefinisikan sebagai proporsi massa lemak dalam tubuh. Terdapat beberapa telah menunjukkan bahwa %BF lebih akurat mencerminkan komposisi lemak dalam tubuh dibandingkan dengan body mass index, meskipun kedua metode tersebut telah digunakan untuk evaluasi risiko kesehatan manusia seperti penyakit diabetes mellitus tipe II. Nilai %BF yang tinggi tidak selalu berarti BMI tinggi, dan sebaliknya. Dalam penelitian ini juga menjelaskan dengan melakukan aktivitas rutin seperti olahraga, dapat memperkecil nilai %BF sehingga dapat memperkecil risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe II (Zeng, Sheng-Yong, Xiao-Nan, Xie, and Cui, 2012). Peningkatan nilai %BF dapat meningkatkan risiko terjadi sindrom metabolik yang mengarah pada penyakit diabetes mellitus tipe II (Baumgartneret al., 2007).

Penentuan nilai %BF diperoleh dari perhitungan nilai skinfold thicknes

dengan menggunakan persamaan seperti berikut :

o Pria

Percent Body Fat = 0,41563 (hasil penjumlahan nilai skinfold : nilai

triceps + nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00112 (hasil penjumlahan nilai

skinfold)2+ 0,03661 (age)–4,03653

o Wanita

Percent Body Fat = 0,39287 (hasil penjumlahan nilai skinfold : nilai

triceps + nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00105 (hasil penjumlahan nilai

(42)
[image:42.595.69.523.107.654.2]

Tabel II. KlasifikasiPercent Body Fat(Baumgartneret al., 2007)

Klasifikasi BF (%)

Men

High > 28 %

Moderately High 22–28 % Optimal range 11–21 %

Low 6–10 %

Very Low ≥ 5%

Women

High > 32 %

Moderately High 26–32 % Optimal range 15–25 %

Low 12–14 %

Very Low ≥ 11 %

Dari beberapa persamaan yang telah ada, tingkat ketelitian dalam memprediksi persentase lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak data lokasi skinfold thickness yang digunakan dalam persamaan tersebut. Ada persamaan yang hanya menggunakan satu atau dua data skinfold thickness saja tetapi ada pula yang menggunakan data skinfold thickness pada tujuh lokasi pengambilan skinfold thickness. Pada dasarnya semakin banyak data lokasi

skinfold thickness yang digunakan dalam persamaan maka ketepatan persamaan tersebut dalam memprediksi persentase lemak badan akan semakin besar pula (Sudibjo, 2008).

B. Overweight, Obesitas, dan Resistensi Insulin

(43)

lemak tubuh, obesitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni obesitas sentral dan obesitas umum (WHO, 2000b).

Jaringan adiposa terletak di seluruh tubuh. Adiposit lain berada pada kulit sebagai lemak subkutan. Dan beberapa penyimpanan terpisah ditemukan di dalam rongga tubuh, mengelilingi jantung dan organ lain, berhubungan dengan mesenterik usus dan di dalam retroperitoneum. Lemak viseral ini dapat masuk ke sirkulasi portal dan telah dikaitkan terhadap morbiditas penyakit diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin dan atau sekresi insulin yang abnormal. Jaringan adiposa memiliki efek terhadap keseimbangan glukosa, yang dimediasi oleh endokrin (terutama melalui sintesis dan pelepasan hormon peptida yang disebut adipokin) dan mekanisme non-endokrin (Thevenod, 2008).

(44)

tidak, terhadap resistensi insulin yang diketahui mendasari perkembangan diabetes mellitus tipe 2 (Eid, 2011).

Di antara faktor endokrin tersebut, leptin dan adiponektin mempunyai aksi sebagai antidiabetik. Leptin memperbaiki hiperglikemik dengan memperbaiki sensitivitas insulin di otot dan hati. Faktor lain cenderung meningkatkan glukosa darah, meliputi resistin, TNF-α, dan IL-6. TNF-α diproduksi di makrofag dan

menurunkan aksi insulin. IL-6 diproduksi oleh adiposit dan memiliki efek meningkatkan resistensi insulin (Thevenod, 2008). Mekanisme TNF-α dan

ekspresi IL-6 dapat mengakibatkan resistensi insulin masih diperdebatkan, tetapi keduanya menunjukkan aktivitas yang dapat mengganggu signalling insulin pada jaringan adiposa dan hati. TNF- α dan IL-6 juga diketahui meningkatkan lipolisis dan sekresi free fatty acid (FFA) dari jaringan adiposa ke sirkulasi darah, yang berkontribusi terhadap resistensi insulin pada otot skeletal dan meningkatnya produksi glukosa hepatik (Cartier, 2010).

Pada orang obesitas, berkebalikan dengan adipokin proinflammatory

(45)

Kadar NEFA yang tinggi di sirkulasi juga dapat berkontribusi terhadap resistensi insulin pada otot dan hati sehingga terjadi penurunan uptake glukosa dari sirkulasi darah ke dalam sel dan menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Thevenod, 2008). NEFA dapat masuk ke hati dan mengganggu metabolisme hati sehingga produksi glukosa hepatik meningkat (Despreset al., 2006).

C. Kadar Glukosa Darah Puasa

Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah. Pada keadaan normal, glukosa diatur sedemikian rupa oleh hormon insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Pada orang sehat, kadar glukosa darah <100 mg/dl pada keadaan puasa (IDF, 2006). Konsentrasi tersebut akan meningkat sampai 120-140 mg/dl setelah makan. Kadar glukosa darah di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Apabila konsentrasi glukosa menurun, misalnya untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas akan melepaskan hormon glukagon ke dalam aliran darah supaya dapat berfungsi meningkatkan kadar glukosa darah. Sebaliknya jika kadar glukosa darah di dalam darah meningkat, misalnya setelah makan, insulin akan disekresikan untuk menurunkan dan mengembalikan konsentrasi kadar glukosa darah ke keadaan normal (Rizky, 2010).

(46)

mengalami sindrom metabolik pasti apabila terjadi peningkatan kadar glukosa plasma (Fasting Plasma Glucose≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L).

D. Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

[image:46.595.70.517.134.751.2]

Kampus III Universitas Sanata Dharma terletak di daerah Paingan-Maguwoharjo, Depok-Sleman Yogyakarta. Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki empat Fakultas, antara lain Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) serta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP). FST terdiri dari empat program pendidikan (prodi) yaitu teknik elektronika, teknik mesin, teknik informatika dan matematika murni. FKIP terdiri dari empat prodi yaitu pendidikan matematika, pendidikan biologi, pendidikan fisika dan bimbingan konseling. Jumlah keseluruhan mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma adalah 3628, dimana jumlah mahasiswa dan mahasiswi setiap prodi berbeda-beda, antara lain dijabarkan pada tabel III.

Tabel III. Jumlah Mahasiswa dan Mahasiswi Masing-masing Program Pendidikan di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Program Pendidikan Jumlah Mahasiswa-Mahasiswi

Farmasi 830

Psikologi 713

Teknik elektronika 140

Teknik mesin 259

Teknik informatika 445

Matematika murni 43

Pendidikan matematika 465

Pendidikan biologi 169

Pendidikan fisika 243

(47)

Hampir seluruh mahasiswa dan mahasiswi Kampus III tinggal di kost, dan hal inilah yang menyebabkan pola hidup mahasiswa dan mahasiswi tidak teratur. Pola hidup yang tidak teratur seperti pola makan yang tidak sehat, dalam hal ini kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi dan kurangnya aktifitas fisik seperti berolahraga menjadi salah satu pemicu timbulnya risiko obesitas dikalangan usia dewasa. Menurut penelitian Faris (2009), obesitas pada dasarnya disebabkan karena tidak ada keseimbangan antara makanan yang masuk atau suplay energi yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin yang menyebabkan terjadinya sindrom metabolik salah satunya kadar glukosa darah puasa yang diketahui mendasari perkembangan diabetes mellitus tipe 2 (Eid, 2011).

E. Landasan Teori

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang dapat digunakan untuk menentukan status nutrisi dan kesehatan seseorang serta dapat memprediksi terjadinya overweight dan obesitas. Pengukuran antropometri dilakukan berdasarkan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan skinfold thickness. Pengukuran tinggi badan dan berat badan digunakan untuk menentukan nilai BMI. BMI merupakan parameter obesitas umum.

(48)

skinfold thickness pada beberapa bagian tubuh dapat memprediksi percent body fat (persentase lemak tubuh). Pengukuran percent body fat (%BF) dihitung menggunakan persamaan. Peningkatan nilai %BF dapat meningkatkan risiko terjadi sindrom metabolik yang mengarah pada penyakit diabetes mellitus tipe II.

Peningkatan jumlah lemak (obesitas) di dalam tubuh diketahui terjadi peningkatan kadar TNF-α, IL-6 dan resistin yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah serta penurunkan kadar leptin dan adiponektin yang menyebabkan efek antidiabetiknya menurun. Hal ini berkaitan dengan terjadinya sindrom metabolik yang dapat berkembang menjadi penyakit diabetes mellitus tipe II.

F. Hipotesis

(49)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi kemudian melakukan analisis korelasi antara faktor risiko dan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek. Rancangan secara potong lintang dilakukan dengan cara mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek melalui pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2002).

Penelitian ini menganalisis korelasi antarabody mass indexdan percent body fat sebagai faktor risiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah puasa sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara komputerisasi untuk mengetahui korelasi dari data-data penelitian.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Ukuranbody mass index(BMI) danpercent body fat

2. Variabel tergantung

(50)

3. Variabel pengacau

b. Variabel pengacau terkendali : umur, keadaan puasa

c. Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patologis, aktivitas, dan gaya hidup subyek penelitian

C. Defenisi Operasional

1. Subyek penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Yogyakarta baik pria dan wanita yang bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini. Subyek penelitian selanjutnya disebut responden.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antroprometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi usia dan latar belakang pendidikan. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran

body mass index(BMI) danskinfold thickness(triceps,abdominal,suprailiac) untuk menentukan percent body fat (%BF). Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah kadar glukosa darah puasa.

3. Pengukuran body mass index (BMI) adalah perhitungan berat badan dalam satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter persegi (m2). Pengukuran BMI dilakukan dengan cara menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan subjek penelitian.

) ( ) ( 2 m Badan Tinggi kg Badan Berat Index Mass

Body (WHO, 2000a)

(51)

5. Pengukuran triceps skinfold thickness dilakukan dengan mengukur pada bagian tengah dari punggung lengan tepat diotot triceps, pada titik tengah proyeksi antara sisi dari proses akronim skapula dengan bagian tepi yang lebih rendah dariolecranon ulna(Baumgartneret al., 2007).

6. Pengukuranabdominal skinfold thickness dilakukan dengan mengukur tebal lipatan kluit bagian abdominal dengan jarak 5 cm dari umbilikus

(Baumgartneret al., 2007).

7. Pengukuran suprailiac skinfold thickness diukur dengan mencubit pada titik perpotongan antara garis spina iliaca dengan anterior axilla dan garis horizontal yang melalui crista iliaca. Arah cubitan 45o dari arah horizontal (Baumgartneret al., 2007).

8. Pengukuran.skinfold thickness adalah mengukur tebal lapisan kulit (dalam satuan milimeter) menggunakan alat skinfold caliper (Baumgartner et al., 2007).

9. Percent Body Fat merupakan pengukuran persentase lemak didalam tubuh dengan menggunakan metode pengukuran skinfold thicknes pada tiga bagian tubuh (triceps, abdominal, suprailiac). Percent Body Fat diukur menggunakan rumus sebagai berikut :

o Pria

Percent Body Fat= 0,41563 (hasil penjumlahan nilaiskinfold: nilaitriceps

+ nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00112 (hasil penjumlahan nilai

(52)

o Wanita

Percent Body Fat= 0,39287 (hasil penjumlahan nilaiskinfold: nilaitriceps

+ nilai abdominal + nilai suprailiac) – 0,00105 (hasil penjumlahan nilai

skinfold)2+ 0,03661 (age)–5,18845 (Schneideret al., 2003)

10. Menurut Baumgartner et al., (2007), kondisi overweight dinyatakan dengan %BF >21 % untuk pria dan >25 % untuk wanita.

11. Kadar glukosa darah puasa adalah kadar glukosa darah hasil pemeriksaan di laboratorium Parahita dengan menggunakan instrumen Architect ci 8200

yang diperoleh setelah subjek penelitian melakukan puasa selama lebih kurang 8-10 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Standar kadar glukosa darah puasa menggunakan standar IDF (2006), dimana kadar glukosa darah puasa normal adalah < 100 mg/dL.

D. Responden Penelitian

(53)
[image:53.595.69.520.110.606.2]

Gambar 7. Skema responden penelitian

(54)
(55)

E. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma yang terletak di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai September 2012. Pengambilan data penelitian antropometrik dan uji laboratorium dilaksanakan pada awal bulan September 2012 selama 2 tahap yaitu pada tanggal 8 dan 15 September 2012 yang dilaksanakan di kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang berjudul Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa

dan Tekanan Darah pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adanya korelasi pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP), body mass index (BMI), dan skinfold thickness (triceps, abdominal, suprailiac) terhadap profil lipid, kadar glukosa darah puasa dan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan kajian yang berbeda-beda.

Kajian dari penelitian ini meliputi :

1. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Kadar Trigliserida.

(56)

3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap Kadar Trigliserida

4. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap rasio kolesterol total/HDL

5. Korelasi Pengukuran Percent Body Fat (%BF) terhadap rasio kolesterol total/HDL

6. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap Rasio Kadar Kolesterol total/HDL

7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap rasio HDL/LDL

8. Korelasi Pengukuran Percent Body Fat (%BF) terhadap rasio HDL/LDL

9. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap rasio HDL/LDL

10. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat(%BF) terhadap Tekanan Darah

11. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap Tekanan Darah

(57)

13. Korelasi PengukuranBody Mass Index(BMI) danpercent body fat

(%BF) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa.

Penelitian ini berfokus pada korelasi pengukuran body mass index (BMI) dan skinfold thickness (triceps, abdominal, suprailiac) terhadap kadar glukosa darah puasa.

G. Teknik Sampling

Strategi pengambilan sampel (sampling) penelitian ini adalah secara

non-random sampling (pengambilan sampel secara tidak acak) dengan jenis

purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random sampling karena yang dimasukan sebagai subyek pada penelitian ini hanya mereka yang di jumpai, memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi subyek pada penelitian ini sehingga tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai subyek penelitian. Pengambilan sampel secara purposive sampling

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2002).

H. Instrumen Penelitian

(58)

skinfold thickness (tebal lipaan kulit) bagian triceps, abdominal, dan suprailiac. Pemeriksaan darah dilakukan oleh Laboratorium Parahita. Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar glukosa darah puasa bermerekArchitect ci 8200.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi Awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Dharma. dan tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan responden pada saat pengukuran antropometri dan pengambilan sample darah responden. 2. Permohonan ijin dan kerja sama

(59)

digunakan untuk melaksanakan pengambilan data pengukuran antropometri dan pengambilan sampel darah responden.

3. Pembuatanleaflet,informed consent, dan data calon subyek penelitian a.Leaflet

Leaflet yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk selebaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai gambaran umum dari penelitian. Leaflet ini digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk menjelaskan hal yang berkaitan dengan penelitan yang dilakukan. Judul

leaflet yang digunakan adalah ”Pengukuran Antropometri”. Isi leaflet ini meliputi : penjelasan singkat mengenai pentingnya pengukuran

antropometri (BMI, Skinfold Thickness, Lingkar pinggang dan lingkar panggul) dan pemeriksaan laboratorium yaitu profil lipid, kadar glukosa darah puasa, dan tekanan darah sebagai suatu metode deteksi dini berbagai masalah kesehatan khususnya mengenai penyakit kardiovaskular.

b.Informed consent

(60)

consent setelah mendapatkan kejelasan penuh dari peneliti terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

c. Data responden

Data responden pada penelitian ini adalah berupa tabel yang berisi data nama, usia, alamat, dan nomor handphone responden. Data ini berfungsi untuk mempermudah peneliti melakukan kontak via short message system

(sms) maupun via telepon untuk memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran parameter dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pengukuran parameter yaitu berpuasa selama 8-10 jam.

4. Pencarian responden

Pencarian subyek penelitian dilakukan dengan memohon ijin secara tertulis kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma maupun Para Dekan Fakultas terlebih dahulu untuk memohon ijin melibatkan mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Dharma dalam penelitian ini. Setelah memperoleh ijin, dilanjutkan dengan meminta data data nama, usia, alamat, dan nomor handphone responden. Dari data yang diperoleh, peneliti menghubungi satu persatu responden untuk meminta kesediannya berpartisipasi dalam penelitian. Calon responden yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian akan diminta untuk menghadiri tahap awal

penelitian ”briefing”. Pada tahap pencarian awal ini, responden yang bersedia

untuk mengikuti ”briefing” sebanyak 135 orang. Berhubung jumlah sampel

(61)

secara face to face di wilayah Kampus III Universitas Sanata Dharma yang memenuhi kriteria inklusi, dimana penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan melalui leaflet kepada calon responden, kemudian calon responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian akan diminta untuk menghadiri

tahap awal penelitian ”briefing”. Pada tahap pencarian yang kedua ini,

responden yang bersedia untuk mengikuti ”briefing” sebanyak 76 orang. Briefing ini bertujuan untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, prosedur yang dilakukan dalam penelitian serta pentingnya penelitian yang dilakukan. Calon responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian akan menandatangani informed consent sebagai suatu bentuk penyataan tertulis atas kesediaan responden ikut serta dalam penelitian. Responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan mencantumkan nama, usia, dan alamat pada informed consent serta menandatangani informed consent setelah mendapatkan penjelasan penuh dari peneliti.

(62)

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Suatu instrumen perlu dilakukan pengujian validitas dan reabilitas. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat. Validitas intrumen merupakan suatu pengujian untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Hastono, 2001). Reliabilitas intrumen adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya atau diandalkan, artinya bahwa hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan sebanyak 2 kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan instrumen yang sama (Notoatmodjo, 2010). Ketelitian atau presisi suatu alat adalah dengan cara menghitung nilai koefisien variasi (CV). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), suatu alat kesehatan yang dikatakan reliabel dan memenuhi nilai presisi jika koefisien variasi (CV) ≤ 5%.

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini telah divalidasi, antara lain timbangan berat badan Tanita® memiliki nilai CV 0,125%, alat pengukur tinggi badan merek Stature® memiliki nilai CV 0,027%, dan skinfold caliper

merekpi zhi hou du ji® memiliki nilai CV untuk pengukuran pria pada bagian

tricepssebesar 0,37%, pada bagianabdominalsebesar 1,05%, dan pada bagian

suprailiac sebesar 1,34%. Untuk pengukuran wanita pada bagian triceps

sebesar 0,00%, pada bagian abdominal sebesar 1,07%, dan pada bagian

(63)

dalam lampiran. Presisi dari alat untuk mengukur kadar glukosa darah puasa

Architect ci 8200,telah dilakukan oleh Laboratorium Parahita. 6. Pengukuran parameter

Pengukuran parameter pada awal bulan September 2012, yang dilakukakan selama 2 tahap yaitu pada tanggal 8 dan 15 September 2012 bertempat di kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta. Parameter yang diukur adalah body mass index, skinfold thicknessdan kadar glukosa darah puasa. Sehari sebelum pelaksanaan penelititian, peneliti mengingatkan subyek penelitian via sms maupun telepon untuk berpuasa selama 8-10 jam. Pengambilan darah untuk uji laboratorium dilakukan oleh Laboratorium Parahita, sedangkan pengukuran antropometrik dilakukan oleh tim peneliti, meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk menghitung BMI serta pengukuran skinfold thickness (tebal lipatan kulit) bagian triceps, abdominaldansuprailiac.

(64)

b. Skinfold Thickness. Pengukuran skinfold thickness dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper. Pengukuran skinfold thickness digunakan untuk menghitung percent body fat. Peneliti menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang lapisan lemak di bawah kulit. Rahang skinfold caliper menjepit lapisan lemak di bawah kulit dengan posisi vertikal. Peneliti perlu berhati-hati saat memegang lapisan laipsan lemak di bawah karena bisa saja yang bagian otot ikut terukur dengan skinfold caliper. Pengukuran skinfold thickness dilakukan pada tiga bagian tubuh, yaitu

triceps, abdominal dan suprailiac. Triceps skinfold thickness diukur pada bagian tengah dari punggung lengan tepat diotot triceps, pada titik tengah proyeksi antara sisi dari proses akronim skapula dengan bagian tepi yang lebih rendah dari olecranon ulna. Abdominal skinfold thickness diukur dengan jarak 5 cm dari umbilikus. Suprailiac Skinfold Thickness diukur dengan mencubit pada titik perpotongan antara garis spina iliaca dengan

anterior axilladan garis horizontal yang melalui crista iliaca. Arah cubitan 45odari arah horizontal.

7. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi kemudian disusun dan diinterpretasi. Cara pengolahan data dilakukan secara statistik dengan komputerisasi.

8. Teknik analisis data penelitian dengan statistik

(65)

suatu data.Suatu data dikatakan normal bila nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0,050. Data diuji komparatif untuk melihat perbedaan rerata dari dua kelompok dengan menggunakan uji t bila terdistribusi normal dan menggunakan uji Mann-Whitney jika data terdistribusi tidak normal. Suatu data dikatakan mempunyai perbedaan bermakna antara dua kelompok apabila

Asymp. Sig lebih kecil dari 0,050. Data kemudian diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis

Spearman apabila data terdistribusi tidak normal. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95 %.

Tabel IV. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi dan Nilai p (Dahlan, 2009)

No Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan korelasi 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat 2. Nilai p

p<0,05 p>0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antar dua variabel yang diuji.

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antar dua variabel yang diuji.

9. Pembagian Hasil Pemeriksaan

(66)

J. Kesulitan Penelitian

(67)

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian korelasi body mass index (BMI) dan percent body fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa merupakan bagian dari penelitian payung yang dilakukan oleh Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan judul

“Korelasi pengukuran antropometri terhadap profil lipid, kadar glukosa darah puasa, dan tekanan darah sebagai prediktor penyakit kardiovaskular pada mahasiswa dan mahasiswi di kampus III Universitas Sanata Dharma”.

A. Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini melibatkan 124 responden penelitian, yang terdiri dari 57 responden pria dan 67 responden wanita. Responden merupakan mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharama yang memenuhi kriteria penelitian baik inklusi maupun eksklusi dan bersedia untuk berpuasa selama 8-10 jam serta hadir pada saat pelaksanaan kegiatan pengukuran parameter. Profil karakteristik responden penelitian meliputi usia,

body mass index (BMI), skinfold thickness (abdominal, triceps, suprailiac),

(68)
[image:68.595.68.521.121.579.2]

Tabel V. Data Karakteristik Responden Penelitian (Pria)

Karakteristik Pria (n = 57) p

Median/Mean ± SD

Usia (tahun) 21 (18–22)** 0,000

Body Mass Index(kg/m2) 23,7 (17,89–47,13)** 0,000

Abdominal skinfold thickness(mm) 25,2 ± 6,2* 0,200

Triceps skinfold thickness(mm) 23,1 (5,67–47,33)** 0,031

Suprailiac skinfold thickness(mm) 27,5 ± 1,4* 0,200

Percent Body Fat(%) 21,8 ± 8,4* 0,200

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl) 80,3 ± 6,6* 0,200 Keterangan : * = mean ± SD

** = median (minimum-maksimum)

p< 0,05 menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal p> 0,05 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal

Tabel VI. Data Karakteristik Responden Penelitian (Wanita)

Karakteristik Wanita (n = 67) p

Median/Mean ± SD

Usia (tahun) 20 (18–24)** 0,000

Body Mass Index(kg/m2) 22 (16,52–36,45)** 0,014

Abdominal skinfold thickness(mm) 24,6 (9,83–52,00)** 0,009

Triceps skinfold thickness(mm) 21,3 ± 6,3* 0,200

Suprailiac skinfold thickness(mm) 18,0 ± 7,2* 0,200

Percent Body Fat(%) 26,6 ± 5,0* 0,200

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl) 77,1 ± 5,7* 0,200 Keterangan : * = mean ± SD

** = median (minimum-maksimum)

p< 0,05 menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal p> 0,05 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal

(69)

(p>0,005) dan gambar histogram relatif simetris, tidak miring kiri maupun miring kanan (Dahlan, 2009).

1. Usia

Hasil penelitian ini diperoleh nilai rerata usia responden pria 21 tahun, dengan usia termuda 18 tahun dan 24 tahun sebagai usia tertua. Pada responden wanita diperoleh nilai rerata 20 tahun dengan usia termuda 18 tahun dan 22 tahun sebagai usia tertua. Berdasarkan uji normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov

[image:69.595.68.519.270.652.2]

menghasilkan nilai significancy, baik untuk responden pria maupun responden wanita sebesar 0,000. Profil ditribusi data usia responden pria dan wanita dapat dilihat pada histogram gambar 8 dan gambar 9.

(70)
[image:70.595.69.519.84.667.2]

Gambar 9. Histogram Dis

Gambar

Tabel I. Klasifikasi Body Mass Iindex Menurut WHO untuk Individu Dewasa Asia
Gambar 1. Pengukuran Tinggi Badan
Gambar 3. Posisi Rahang Skinfold Caliper yang Benar (NHANES, 2007)
Gambar 6. Pengukuran Suprailiac Skinfold Thickness
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel VII Perbandingan Jumlah Responden Pria Antara Kelompok Abdominal Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness , Suprailiac Skinfold Thickness , dan Body Fat Percentage

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah mahasiswa dan mahasiswi di kampus III

Penelitian oleh Utami (2011), melibatkan 57 staf wanita Universitas Sanata Dharma dengan rentang usia 30-50 tahun yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang

Tabel VII Perbandingan Jumlah Responden Pria Antara Kelompok Abdominal Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness , Suprailiac Skinfold Thickness , dan Body Fat Percentage

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah

Antropometri merupakan suatu metode sederhana yang sangat mudah dilakukan untuk menentukan status obesitas seseorang, salah satunya adalah Body Mass Index

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah

PERCENT FAT MASS AND BODY MASS INDEX AS CARDIORESPIRATORY FITNESS PREDICTORS IN YOUNG ADULTS.. (Persentase lemak dan indeks massa tubuh sebagai prediktor kebugaran