KORELASIBODY FAT PERCENTAGETERHADAPRASIOKADAR
KOLESTEROLTOTAL/HDLPADAMAHASISWADANMAHASISWI
KAMPUSIIIUNIVERSITASSANATADHARMAYOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Novi Kiswanto
NIM : 098114001
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KORELASIBODYFATPERCENTAGETERHADAPRASIOKADAR
KOLESTEROLTOTAL/HDLPADAMAHASISWADANMAHASISWI
KAMPUSIIIUNIVERSITASSANATADHARMAYOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Novi Kiswanto
NIM : 098114001
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
v PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas bimbingan
dan penyertaan-Nya yang tidak berkesudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ―Korelasi Body Fat Percentage terhadap
Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta‖ dan memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh
bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing skripsi utama yang telah
mendampingi penulis dan menyediakan waktu dan dukungan untuk berdiskusi
dan memberi masukan dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi.
3. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji atas dukungan dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas dukungan dan
vi
5. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
6. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang terlibat dalam penelitian.
7. Staf Universitas Sanata Dharma yang telah membantu saat berlangsungnya
penelitian baik langsung maupun tidak langsung.
8. Laboratorium Parahita Yogyakarta yang telah membantu pemeriksaan darah
responden penelitian.
9. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
mendampingi dan membagikan ilmu kepada penulis.
10.Papa Lie Kiswanto dan Mama Imiati Kangarso Husodo yang selalu
memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materiil
selama penyusunan skripsi.
11.Kusniar Sri Rahmini, Hayu Ajeng Anggana Raras, Amelia Felicia C.P.,
Danny Trias Prisnanda, Fransiska Anggitha, Yansen Nama Hada, Silvia Dwita
Ristiana, Lidya Dinda, Yosin Guruh Herawati, Listya Purbarini, Bernadhea
Wikan, dan Diah Intan Sari merupakan rekan penulis dalam penelitian ini
yang telah bekerja sama dalam suka duka dalam penelitian ini, bertukar
pikiran dalam mengolah data dan memberikan dukungan selama proses
vii
12.Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2009 yang telah berjuang bersama
dalam suka dan duka masa perkuliahan dan praktikum, khususnya
teman-teman kelas FKK A yang senantiasa memberikan dukungan.
13.Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran yang
membangun menjadi pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan
untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap kesehatan.
Yogyakarta, 18 Januari 2013
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN . ... iii
PRAKATA ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xxi
GAMBAR LAMPIRAN ... xxv
INTISARI ... xxvi
ABSTRACT ... xxvii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 5
2. Keaslian Penelitian ... 5
3. Manfaat Penelitian ... 8
B. Tujuan Penelitian ... 9
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...10
A. Metode Antropometri ...10
B. Kolesterol Total, HDL, dan Rasio Kolesterol Total/HDL ...15
x
D. Landasan Teori ... 18
E. Hipotesis ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21
B. Variabel Penelitian ... 21
C. Definisi Operasional ... 22
D. Responden Penelitian ... 24
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 26
G. Teknik Sampling ... 26
H. Instrumen Penelitian ... 27
I. Tata Cara Penelitian ... 27
1. Observasi Awal ... 27
2. Permohonan Izin dan Kerja Sama ... 28
3. Pembuatan Leaflet dan Informed Consent ... 28
4. Pencarian Subjek Penelitian ... 29
5. Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 30
6. Pengukuran Parameter ... 31
7. Pembagian Hasil Pemeriksaan dan Pengukuran Antropometri ... 33
8. Pengolahan Data ... 33
J. Analisis Data Statistik ... 33
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Karakteristik Responden Penelitian ... 35
1. Usia ... 36
2. Abdominal Skinfold Thickness ... 38
3. Triceps Skinfold Thickness ... 40
4. Suprailiac Skinfold Thickness . ... 42
5. Body Fat Percentage ... 43
6. Kolesterol Total ... 45
7. High Density Lipoprotein (HDL) ... 47
8. Rasio Kolesterol Total/HDL ... 50
B. Perbandingan Kolesterol Total, HDL, dan Rasio Kolesterol Total/HDL terhadap Abdominal Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness, Suprailiac Skinfold Thickness dan Body Fat Percentage ... 52
1. Perbandingan Kolesterol Total terhadap Abdominal Skinfold Thickness ... 56
2. Perbandingan HDL terhadap Abdominal Skinfold Thickness ... 57
3. Perbandingan Rasio Kolesterol Total/HDL terhadap Abdominal Skinfold Thickness ... 59
xii 5. Perbandingan HDL terhadap
Triceps Skinfold Thickness ... 61
6. Perbandingan Rasio Kolesterol Total/HDL terhadap
Triceps Skinfold Thickness ... 63
7. Perbandingan Kolesterol Total terhadap
Suprailiac Skinfold Thickness ... 64
8. Perbandingan HDL terhadap
Suprailiac Skinfold Thickness ... 65
9. Perbandingan Rasio Kolesterol Total/HDL terhadap
Suprailiac Skinfold Thickness ... 67
10. Perbandingan Kolesterol Total terhadap
Body Fat Percentage ... 68
11. Perbandingan HDL terhadap
Body Fat Percentage ... 69
12. Perbandingan Rasio Kolesterol Total/HDL terhadap
Body Fat Percentage ... 70
C. Korelasi Abdominal Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness,
Suprailiac Skinfold Thickness, dan Body Fat Percentage terhadap
Kolesterol Total, HDL, danRasio Kolesterol Total/HDL ... 72
1. Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap
Kolesterol Total ... 74
xiii
3. Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap
Rasio Kolesterol Total/HDL ... 79
4. Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap Kolesterol Total ... 81
5. Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap HDL ... 83
6. Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap Rasio Kolesterol Total/HDL ... 85
7. Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap Kolesterol Total ... 88
8. Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap HDL ... 90
9. Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap Rasio Kolesterol Total/HDL ... 92
10. Korelasi Body Fat Percentage terhadap Kolesterol Total ... 94
11. Korelasi Body Fat Percentage terhadap HDL ... 96
12. Korelasi Body Fat Percentage terhadap Rasio Kolesterol Total/HDL ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
LAMPIRAN ... 110
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I Klasifikasi Nilai Normal Body Fat Percentage pada
Pria dan Wanita ... 15
Tabel II Klasifikasi Kolesterol Total... 16
Tabel III Klasifikasi HDL Kolesterol ... 16
Tabel IV Klasifikasi Rasio Kolesterol Total/HDL... 17
Tabel V Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ... 34
Tabel VI Karakteristik Responden Penelitian ... 35
Tabel VII Perbandingan Jumlah Responden Pria Antara Kelompok Abdominal Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness, Suprailiac Skinfold Thickness, dan Body Fat Percentage terhadap Kelompok Kolesterol Total, HDL, dan Rasio Kolesterol Total/HDL ... 53
xv
Tabel IX Perbandingan Kolesterol Total, HDL, dan
Rasio Kolesterol Total/HDL terhadap
Abdominal Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness,
Suprailiac Skinfold Thickness, dan
Body Fat Percentage pada Responden Pria ... 55
Tabel X Perbandingan Kolesterol Total, HDL, dan
Rasio Kolesterol Total/HDL terhadap
Abdominal Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness,
Suprailiac Skinfold Thickness, dan
Body Fat Percentage pada Responden Wanita ... 55
Tabel XI Korelasi Abdominal Skinfold Thickness,
Triceps Skinfold Thickness,
Suprailiac Skinfold Thickness, dan
Body Fat Percentage terhadap Kolesterol Total,
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness ... 12
Gambar 2 Pengukuran Triceps Skinfold Thickness ... 13
Gambar 3 Pengukuran Suprailiac Skinfold Thickness ... 13
Gambar 4 Skema Responden Penelitian ... 25
Gambar 5 Histogram Distribusi Usia Responden Pria ... 36
Gambar 6 Histogram Distribusi Usia Responden Wanita... 37
Gambar 7 Histogram Distribusi Abdominal Skinfold Thickness Responden Pria ... 38
Gambar 8 Histogram Distribusi Abdominal Skinfold Thickness Responden Wanita ... 39
Gambar 9 Histogram Distribusi Triceps Skinfold Thickness Responden Pria ... 40
Gambar 10 Histogram Distribusi Triceps Skinfold Thickness Responden Wanita ... 41
Gambar 11 Histogram Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness Responden Pria ... 42
Gambar 12 Histogram Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness Responden Wanita ... 43
xvii
Gambar 14 Histogram Distribusi Body Fat Percentage
Responden Wanita ... 45
Gambar 15 Histogram Distribusi Kolesterol Total
Responden Pria ... 46
Gambar 16 Histogram Distribusi Kolesterol Total
Responden Wanita ... 47
Gambar 17 Histogram Distribusi HDL Responden Pria ... 48
Gambar 18 Histogram Distribusi HDLResponden Wanita ... 49
Gambar 19 Histogram Distribusi Rasio Kolesterol Total/HDL
Responden Pria ... 50
Gambar 20 Histogram Distribusi Rasio Kolesterol Total/HDL
Responden Wanita ... 51
Gambar 21 Diagram Sebar Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap
Kolesterol Total pada Responden Pria ... 74
Gambar 22 Diagram Sebar Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap
Kolesterol Total pada Responden Wanita ... 75
Gambar 23 Diagram Sebar Korelasi Abdominal Skinfold Thickness
terhadap HDL pada Responden Pria ... 77
Gambar 24 Diagram Sebar Korelasi Abdominal Skinfold Thickness
xviii
Gambar 25 Diagram Sebar Korelasi Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Rasio Kolesterol Total/HDL pada
Responden Pria ... 79
Gambar 26 Diagram Sebar Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap
Rasio Kolesterol Total/HDL pada Responden Wanita ... 80
Gambar 27 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap
Kolesterol Total pada Responden Pria ... 81
Gambar 28 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap
Kolesterol Total Pada Responden Wanita ... 82
Gambar 29 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap
HDL Pada Responden Pria ... 84
Gambar 30 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap
HDL pada Responden Wanita ... 84
Gambar 31 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap
Rasio Kolesterol Total/HDL pada Responden Pria ... 86
Gambar 32 Diagram Sebar Korelasi Triceps Skinfold Thickness terhadap
Rasio Kolesterol Total/HDL pada Responden Wanita ... 87
Gambar 33 Diagram Sebar Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap
Kolesterol Total pada Responden Pria ... 88
Gambar 34 Diagram Sebar Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap
Kolesterol Total pada Responden Wanita ... 89
Gambar 35 Diagram Sebar Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap
xix
Gambar 36 Diagram Sebar Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap
HDL pada Responden Wanita ... 91
Gambar 37 Diagram Sebar Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap
Rasio Kolesterol Total/HDL pada Responden Pria ... 92
Gambar 38 Diagram Sebar Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap
Rasio Kolesterol Total/HDL pada Responden Wanita ... 93
Gambar 39 Diagram Sebar Korelasi Body Fat Percentage terhadap
Kolesterol Total pada Responden Pria ... 94
Gambar 40 Diagram Sebar Korelasi Body Fat Percentage terhadap
Kolesterol Total pada Responden Wanita ... 95
Gambar 41 Diagram Sebar Korelasi Body Fat Percentage terhadap
HDL pada Responden Pria ... 96
Gambar 42 Diagram Sebar Korelasi Body Fat Percentage terhadap
HDL pada Responden Wanita ... 97
Gambar 43 Diagram Sebar Korelasi Body Fat Percentage terhadap
Rasio Kolesterol Total/HDL pada Responden Pria ... 98
Gambar 44 Diagram Sebar Korelasi Body Fat Percentage terhadap
xx
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 111
Lampiran 2 Ethical Clearance ... 112
Lampiran 3 Informed Consent ... 113
Lampiran 4 Leaflet ... 114
Lampiran 5 Data Validasi Alat ... 116
Lampiran 6 Kartu Pemeriksaan Responden ... 117
Lampiran 7 Data Laboratorium Parahita ... 118
Lampiran 8 Gambar Pengambilan Darah ... 119
Lampiran 9 Gambar Pengukuran Skinfold Thickness ... 120
xxi INTISARI
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang digunakan untuk menilai ukuran, proporsi dan komposisi tubuh manusia. Skinfold thickness
merupakan salah satu alternatif pengukuran antropometri dan hasilnya dapat dikonversi dalam bentuk body fat percentage untuk memperkirakan persebaran lemak di tubuh. Body fat percentage berkaitan dengan peningkatan kolesterol total dan penurunan HDL yang dapat meningkatkan rasio kolesterol total/HDL. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara body fat percentage
terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dan teknik pengambilan sampel adalah non random
dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 125 mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran antropometri yang dilakukan adalah abdominal skinfold thickness, triceps skinfold thickness, dan suprailiac skinfold thickness yang dikonversi dalam bentuk body fat percentage. Data dianalisis secara statistik dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov kemudian dilakukan uji hipotesis komparatif uji t tidak berpasangan pada data responden pria dan Mann-Whitney
pada data responden wanita, serta analisis korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya korelasi positif yang bermakna antara body fat percentage terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL dengan kekuatan korelasi sedang (r=0,47; p=0,000 pada responden pria dan r=0,455; p=0,000 pada responden wanita).
xxii ABSTRACT
Anthropometry is a measurement used to assess the size, proportion, and composition of the human body. Skinfold thickness is one alternative anthropometric measurement and the result can be converted to body fat percentage to estimate distribution of fat in the body. Body fat percentage associated with increased total cholesterol and decreased HDL-cholesterol which can increase cholesterol total/HDL ratio. The objective of this study is to determine the correlation between body fat percentage and cholesterol total/HDL ratio.
This study used cross-sectional design as part of analytic observational study and sampling technique was non random with purposive sampling. This study include 125 male and female students who are still active in the 3rd Campus of Sanata Dharma University in Yogyakarta. Anthropometric was conducted by measuring abdominal skinfold thickness, triceps skinfold thickness, and suprailiac skinfold thickness were converted to body fat percentage. Data were analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov normality test and then tested the hypothesis comparative with unpaired t test in the male data and Mann-Whitney in the female data, and followed by Spearman correlation analysis with a level of 95%.
The result showed that there was a significant positive correlation between body fat percentage and total cholesterol/HDL ratio with moderate strength correlation (r = 0,47; p = 0,000 in men respondents and r = 0,455; p = 0.000 in female respondents).
1 BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pengukuran antropometri ialah pengukuran yang digunakan untuk
menilai ukuran, proporsi dan komposisi tubuh manusia. Pada dewasa, pengukuran
antropometri ini digunakan untuk mengevaluasi status kesehatan dan diet, risiko
penyakit, dan perubahan komposisi tubuh yang terjadi selama dewasa (McDowell,
Fryar, Ogden, and Flegal, 2008). Pengukuran ini mudah dilakukan dengan
pelatihan yang tepat, tidak memerlukan peralatan yang canggih, tidak memerlukan
suatu tempat khusus untuk melakukannya, dan murah. Pengukuran antropometri
yang paling sering dilakukan adalah Body Mass Index (BMI), lingkar
pinggang-panggul, dan skinfold thickness (tebal lipatan kulit). Ketiga pengukuran ini dapat
digunakan untuk menunjukkan lemak di tubuh (Yusof, Ching, Ibrahim, and Lola,
2007).
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia, skinfold
thickness merupakan suatu indikator penting untuk mengevaluasi perkembangan
dan status gizi individu. Skinfold thickness dapat memberikan informasi mengenai
perkiraan cadangan lemak subkutan dan dapat digunakan untuk menentukan
akumulasi lemak dalam tubuh. Pada orang sehat, sepertiga dari total lemak tubuh
ditemukan pada bagian subkutan dan terdapat hubungan antara deposit lemak
yang ada di subkutan dan densitas tubuh (Cyrino, Okano, Glaner, Romanzini,
Pengukuran skinfold tickness ini merupakan salah satu pengukuran yang
praktis, cepat dan mudah dilakukan, biaya operasional yang rendah, dan aman
untuk dilakukan (Cyrino, et al., 2003). Skinfold thickness dapat diukur
menggunakan skinfold caliper. Skinfold caliper merupakan suatu alat untuk
mengukur tebal lipatan kulit yang sederhana dan murah. Alat ini diasumsikan
sebagai suatu lapisan ganda dalam jaringan adiposa subkutan dan akurasi dari
pengukuran ini dipengaruhi oleh tekanan pada kulit (Demura and Sato, 2007).
Beberapa bagian tubuh yang dapat digunakan untuk mengukur skinfold
thickness yaitu abdominal, biceps, triceps, subscapular, suprailiac, chest, thigh,
dan midaxillary. Perkembangan skinfold thickness pada manusia dipengaruhi oleh
jenis kelamin, umur, pola hidup dan aktivitas dari seseorang (Ye, Xiangjun,
Jingya, Jing, Jinquan, Yutang, et al., 2012). Untuk memperkirakan lemak yang
ada di dalam tubuh tidak dapat dilakukan dengan hanya mengukur satu bagian
skinfold thickness saja sehingga diperlukan beberapa bagian tempat pengukuran.
Untuk memperkirakan lemak tubuh, hasil pengukuran skinfold thickness
dikonversi dalam bentuk body fat percentage (%BF). Body fat percentage dapat
ditentukan menggunakan persamaan Jackson and Pollock dengan mengukur tiga
bagian abdominal skinfold thickness, triceps skinfold thickness, dan suprailiac
skinfold thickness. Ketiga bagian tersebut paling mudah untuk diukur dibanding
bagian lainnya (Peterson, Czerwinski, and Siervogel, 2003).
Body fat percentage merupakan salah satu pengukuran yang paling sering
sebagai penanda untuk menggantikan body fat percentage tetapi tidak
memberikan penilaian yang akurat mengenai lemak tubuh dan hal ini berlaku pada
anak-anak dan remaja (Kriemler, Puder, Zahner, Roth, Meyer, and Bedogni,
2010). Body Mass Index tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti distribusi
lemak tubuh, obesitas pada perut, dan tidak dapat membedakan antara massa
tubuh tanpa lemak dan lemak (Garg, Vinutha, Karthiyanee, and Nachal, 2012).
Lingkar pinggang juga merupakan indikator obesitas tetapi lebih berhubungan
dengan lemak viseral dan kurang berhubungan dengan total lemak tubuh. Skinfold
thickness telah lama digunakan sebagai ukuran lemak subkutan yang lebih akurat
daripada BMI untuk mengukur body fat percentage (Kriemler, et al., 2010).
Abdominal skinfold thickness merupakan bagian lemak subkutan yang
paling terlihat nyata di tubuh (Peterson, et al., 2003). Triceps skinfold thickness
merupakan indikator yang baik untuk memprediksi cadangan energi yang
berkorelasi baik dengan body fat percentage pada dewasa (Moreno, Pigeot, and
Ahrens, 2011). Karakteristik distribusi lemak dan perubahan usia pada orang
Jepang memperlihatkan bahwa suprailiac dan abdominal skinfold thickness dapat
memberikan pengukuran densitas tubuh yang lebih akurat jika dibandingkan
lipatan kulit pada bagian tubuh lainnya (Demura and Sato, 2007).
Semakin tingginya body fat percentage seseorang, maka semakin tinggi
risiko terjadinya obesitas. Obesitas termasuk salah satu masalah global yang
mempengaruhi anak-anak dan remaja. Menurut WHO (2012) secara sederhana
mendefinisikan obesitas sebagai suatu kondisi abnormal atas akumulasi lemak
antara asupan energi dengan energi yang dikeluarkan sehingga kelebihan energi
yang ada di dalam tubuh ini akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Perubahan dalam distribusi lemak tubuh telah dikaitkan dengan
perubahan lipid dan lipoprotein, serta peningkatan risiko terjadinya penyakit
jantung koroner. Jumlah lemak yang tinggi di dalam tubuh dan obesitas
berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian yang dapat mengganggu
kesehatan dan kematian. Obesitas dapat menyebabkan kadar kolesterol tubuh
menjadi tidak normal yang ditandai dengan peningkatan kolesterol total dan rasio
kolesterol total/HDL, serta penurunan kadar HDL (Shah and Braverman, 2012).
Penurunan kadar HDL merupakan salah satu tanda yang berhubungan dengan
terjadinya sindrom metabolik dan gangguan kardiovaskuler. Rasio kolesterol
total/HDL dianggap sebagai indikator yang lebih baik daripada kolesterol total
pada risiko terjadinya gangguan kardiovaskuler (Narayanan, Kahal, Mohammed,
and Kilpatrick, 2012). Beberapa lipoprotein, seperti HDL, LDL, dan trigliserida
telah digunakan untuk memprediksi risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Rasio kolesterol total/HDL memiliki nilai yang paling baik untuk memprediksi
gangguan kardiovaskuler yang lebih baik di masa depan (Bodhe, Jankar, Bhutada,
Patwardhan, and Patwardhan, 2011). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ghorbanian (2012) telah menunjukkan adanya korelasi antara body fat
percentage terhadap rasio kolesterol total/HDL dengan nilai r=0,202 pada
responden laki-laki berusia 23-59 tahun dan pada penelitian Chang, Wu, Yao,
Yang, Wu, and Lu (2000) didapatkan r=0,217 pada responden perempuan berusia
Menurut American Heart Association (2011) prevalensi terjadinya
penyakit jantung koroner tahun 2008 pada dewasa di Asia mencapai 4,9% dan
sebanyak 2.448 meninggal akibat penyakit jantung koroner. Mahasiswa dan
mahasiswi yang termasuk dewasa muda berusia 20-24 tahun memiliki risiko
untuk mengalami penyakit jantung koroner sehingga dengan dilakukan
pengukuran body fat percentage, dapat digunakan sebagai indikator awal
mengenai kondisi kesehatan, khususnya rasio kadar kolesterol total/ HDL
sehingga mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung koroner sejak
dini. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian mengenai korelasi
antara body fat percentage terhadap rasio kadar kolesterol total/ HDL dalam darah
pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
1. Permasalahan
Apakah terdapat korelasi yang bermakna antara body fat percentage
terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL pada mahasiswa dan mahasiswi
Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pencarian informasi-informasi yang berkaitan dengan
penelitian mengenai korelasi body fat percentage terhadap rasio kolesterol
total/HDL, maka dapat dinyatakan bahwa penelitian seperti ini belum pernah
a. “Korelasi BMI dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kolesterol
Total/HDL pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma” (Utami, 2012)
Penelitian ini melibatkan 57 responden yang merupakan staf wanita Kampus
III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berusia 30-50 tahun. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara BMI dengan rasio kolesterol
total/HDL adalah korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi sedang
(r=0,455; p=0,000) dan terdapat korelasi positif bermakna antara abdominal
skinfold thickness dengan rasio kolesterol total/HDL dengan kekuatan korelasi
lemah (r=0,303; p=0,022).
b. ―Association of Body fat Percentage with Lipid Concentrations in Children
and Adolescents: United States, 1999–2004‖ (Lamb, Ogden, Carroll, Lacher,
and Flegal, 2011)
Penelitian ini menggunakan data NHANES pada tahun 1999-2004 dengan
responden yaitu anak-anak berusia 12-19 tahun. Anak-anak ini merupakan
bangsa kulit hitam non-Hispanic dan Mexico-Amerika. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body fat percentage terhadap
kadar lemak pada anak-anak dan remaja. Pada responden laki-laki didapatkan
adanya korelasi antara body fat percentage terhadap kolesterol total dengan
nilai r yaitu 0,257. Pada responden perempuan didapatkan adanya korelasi
antara body fat percentage terhadap kolesterol total dengan nilai r yaitu 0,158.
c. ―Percent Body Fat and Its Relationship With Obesity and Hypertension in
Penelitian ini melibatkan 200 responden untuk mengetahui hubungan antara
body fat percentage dengan obesitas dan hipertensi pada populasi dewasa di
Mingora Swat. Pada laki-laki dewasa, body fat percentage pada kontrol dan
body fat percentage pada responden obesitas dan hipertensi adalah 13,26%
dan 21,9%, sedangkan pada wanita dewasa, body fat percentage pada kontrol
dan body fat percentage pada responden obesitas dan hipertensi adalah 22%
dan 25,6%. Dari hasil tersebut dapat diamati bahwa body fat percentage.
Dapat diamati bahwa body fat percentage secara singnifikan lebih tinggi pada
responden yang obesitas dan hipertensi jika dibandingkan dengan responden
kontrol.
d. ―Percentage Body Fat and Chronic Disease Risk Factors in U.S. Children and
Youth‖ (Going, Lohman, Cussler, Williams, Morrison, and Horn, 2011)
Penelitian ini menggunakan data dari National Health and Nutritional
Examination Surveys (NHANES) III dan IV yaitu 12.279 anak-anak dan
remaja kulit putih, kulit hitam, dan Mexico-Amerika. Dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa body fat percentage memiliki hubungan yang signifikan
terhadap faktor risiko, seperti kadar HDL. Pada body fat percentage yang
lebih tinggi yaitu body fat percentage>20% pada laki-laki dan body fat
percentage >30% pada wanita, maka kadar HDL akan semakin kecil sehingga
prevalensi terjadinya risiko gangguan kardiovaskuler juga lebih tinggi.
e. ―Relationships of Age, Menopause and Central Obesity on Cardiovascular
Disease Risk Factors in Chinese Women‖ (Chang, Wu, Yao, Yang, Wu, and
Pada penelitian ini dilakukan pada 329 wanita Cina yang dilakukan dengan
studi cross sectional. Dari penelitian tersebut menghasilkan nilai r= 0,112
yang menunjukkan korelasi antara body fat percentage terhadap kolesterol
total dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif. Didapat juga
nilai r= -0,179 yang menunjukkan korelasi antara body fat percentage
terhadap HDL dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi negatif serta
nilai r= 0,217 yang menunjukkan korelasi antara body fat percentage terhadap
HDL dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi body
fat percentage terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL pada mahasiswa dan
mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
Pengukuran body fat percentage diharapkan mampu memberikan gambaran
awal mengenai kondisi kesehatan, khususnya rasio kadar kolesterol total/HDL
mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pengukuran body fat percentage merupakan salah satu pengukuran
antropometri yang mudah, praktis, dan dapat dilakukan oleh seluruh kalangan
B. Tujuan
Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
korelasi antara body fat percentage terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL
pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma
10 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Metode Antropometri
Antropometri merupakan metode paling umum yang digunakan untuk
menilai status gizi atau kesehatan seseorang (Preedy, 2012). Ukuran tubuh secara
khas dapat mencerminkan pejanan kumulatif terhadap pola makan seorang
individu. Ukuran ini dapat ditafsirkan dalam kaitannya dengan standar
internasional bagi pertumbuhan pada anak-anak dan bagi ukuran tubuh serta risiko
morbiditas dan mortalitas yang menyertai orang dewasa. Pengukuran antropometri
yang paling sering digunakan adalah tinggi badan, berat badan, massa tubuh,
lingkar/ sirkumferensia (misalnya lingkar pinggang/ perut, panggul, kepala, dada,
lengan), rasio lingkar (misalnya rasio pinggang-panggul atau WHR/ waist-hip
ratio), dan skinfold thickness (tebal lipatan kulit) (Gibney, Elia, Ljungqvist, and
Dowsett, 2005)
Skinfold thickness adalah suatu pengukuran untuk menilai persentase
lemak tubuh. Metode ini merupakan pengukuran yang biasa dilakukan untuk
menilai persentase lemak dalam tubuh karena metode ini sederhana untuk
dilakukan dan membutuhkan biaya yang rendah (Peterson, et al., 2003). Body
Mass Index (BMI) pada masa remaja dapat digunakan untuk memprediksi BMI
pada saat dewasa tetapi BMI tidak dapat digunakan untuk membedakan antara
massa tubuh tanpa dan dengan lemak. Skinfold thickness dapat memprediksi
dewasa. Kelebihan lemak dapat dinilai menggunakan skinfold thickness yang
dikaitkan dengan peningkatan kolesterol total dan penurunan HDL yang
menandakan peningkatan risiko terjadinya hipertensi, sindrom metabolik, dan
gangguan kardiovaskuler (Jaworski, Kułaga, Płudowski, Grajda, Gurzkowska, Napieralska, et al., 2012).
Pengukuran skinfold thickness dapat dilakukan dengan mengangkat
lipatan kulit dan lemak subkutan agar terpisah dari otot dan tulang dengan
menggunakan skinfold caliper. Umumnya, pengukuran skinfold thickness
memiliki rentang dari 5 mm-40 mm atau juga lebih (Sicar, 2008). Pengukuran
skinfold thickness dilakukan tiga kali dan dirata-rata untuk digunakan dalam
analisis. Pengukuran skinfold thickness distandarisasi untuk meyakinkan
reliabilitas dan pembacaan pada skinfold caliper dilakukan 4 detik setelah
mengaplikasikan skinfold caliper pada bagian tubuh (Bischof, Knechtle, Rust,
Knechtle, and Rosemann, 2012).
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran tebal lemak subkutan ini
dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh yaitu biceps, triceps, subscapular,
midaxillary, chest, thigh, abdominal, suprailliac (Preedy, 2012). Abdominal
skinfold thickness menggambarkan persebaran lemak pada daerah abdominal.
Distribusi lemak, terutama lemak di abdominal dianggap penting dalam
perkembangan gangguan resistensi insulin, sindrom metabolik dan jantung
koroner. Lebih dari 80% dari total lemak tubuh didistribusikan dalam jaringan
adiposa subkutan dan 10-20% dalam viseral jaringan adiposa pada orang dewasa
Dua pusat jaringan adiposa di perut yaitu jaringan adiposa intra-abdominal
dan jaringan subkutan telah diselidiki dalam kaitannya dengan gangguan
metabolik. Pengukuran abdominal skinfold thickness hanya dapat memperkirakan
lemak pada jaringan subkutan dan tidak dapat digunakan untuk mengukur lemak
pada bagian yang lebih dalam, seperti lemak pada jaringan viseral. Orang
India-Asia menunjukkan bahwa peningkatan jaringan adiposa intra-abdominal, jaringan
subkutan, dan deposisi lemak pada liver, otot, dan lain-lain memiliki respon yang
tinggi terhadap terjadinya resistensi insulin, gangguna kardiovaskuler, dan
gangguan dysmetabolic. Respon tersebut penting dalam mengidentifikasi jaringan
adiposa intra-abdominal dan jaringan adiposa subkutan untuk mendeteksi
terjadinya risiko kardiovaskuler, menilai prognosis dan mengidentifikasi terapi
(Bhardwaj, et al., 2011). Pengukuran abdominal skinfold thickness dilakukan pada
bagian abdominal yang terletak 3 cm di sebelah kiri dan 1 cm di bagian bawah
pusar seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness (Mackenzie, 2002)
Triceps skinfold thickness merupakan suatu indikator penyimpanan lemak
subkutan dan total lemak tubuh yang menyediakan informasi mengenai pola
dengan lengan yang rileks di samping badan. Triceps skinfold thickness diukur
pada bagian titik tengah lengan atas, di atas pusat dari otot trisep pada bagian
belakang lengan tangan seperti pada gambar 2 di bawah ini (Duggan, Watkins,
and Walker, 2008). Rentang normal dari pengukuran triceps skinfold thickness
pada pria yaitu 7,3 mm-12,5 mm dan pada wanita yaitu 9,9 mm-16,5 mm (Timby,
2009).
Gambar 2. Pengukuran Triceps Skinfold Thickness (Gibson, 2005)
Suprailiac skinfold thickness merupakan suatu pengukuran untuk
mengetahui persebaran lemak pada daerah di atas iliac crest pada garis
mid-axillary yang diukur dengan posisi miring 45º seperti pada gambar 3. Nilai
suprailiac skinfold thickness dikatakan tinggi jika >17,9 mm pada pria dan >19,8
mm pada wanita (Junior, Scelza, Boaventura, Custodio, Moreira, and Oliveira,
2010).
Suatu pendekatan yang berbeda untuk mengambil pengukuran skinfold
thickness dan mengubah hasil skinfold thickness ke dalam body fat percentage.
Hasil yang berbeda mungkin terlihat dengan metode yang berbeda, dan sebagai
hasilnya, skinfold thickness merupakan monitoring perubahan komposisi tubuh
yang paling tepat pada suatu individu dari waktu ke waktu dimana pengukuran
dapat langsung dikonversikan dalam bentuk body fat percentage. Jika digunakan
untuk survei suatu populasi, penting untuk memastikan konsistensi metodologi
yang digunakan dalam memperkirakan body fat percentage (National Obesity
Obsevatory, 2009).
Body fat percentage merupakan salah satu pengukuran yang paling sering
diperkirakan dalam pengukuran antropometri untuk mengetahui perkiraan lemak
di tubuh. Skinfold thickness biasanya digunakan dalam pengukuran klinis dalam
penilaian body fat percentage karena metode ini sederhana untuk dilakukan dan
biayanya murah. Walaupun skinfold thickness bukan merupakan bentuk yang
paling akurat dalam menilai body fat percentage tetapi skinfold thickness
merupakan indikator yang lebih baik dalam menilai jumlah lemak pada tubuh
daripada Body Mass Index (BMI) (Junior, et al., 2010). Dua persamaan yang
paling sering digunakan dalam perhitungan body fat percentage dikembangkan
oleh Durnin dan Womersley, serta Jackson dan Pollock (Peterson, et al., 2003).
Rumus perhitungan body fat percentage:
Body fat percentage pada pria= 0,39287 (jumlah dari 3 skinfold
Body fat percentage pada wanita= 0,41563 (jumlah dari 3 skinfold
(abdominal, triceps, dan suprailiac skinfold))-
0,00112 (jumlah dari 3 skinfold)2+
0,03661(usia)+ 4,03653
(Schneider, Dennehy, and Carter, 2003)
Menurut American College of Sport Medicine, pengukuran skinfold
thickness pada perhitungan body fat percentage memiliki keakuratan hingga 98%,
khususnya jika pengukuran skinfold thickness dilakukan oleh orang yang terlatih
dan terampil (Rexhepi, and Brestovci, 2010). Berikut ini adalah klasifikasi nilai
normal body fat percentage pada pria dan wanita dengan usia di bawah 30 tahun:
Tabel I. Klasifikasi Nilai Normal Body Fat Percentage Pada Pria dan Wanita (Baumagartner, Jackson, Mahan, and Rowe, 2007)
Pria Wanita
Klasifikasi Usia <30 tahun Usia <30 tahun
Tinggi >28% >32%
Cukup tinggi 22%-28% 26%-32%
Optimal 11%-21% 15%-25%
Rendah 6%-10% 12%-14%
Sangat rendah ≤5% ≤11%
B. Kolesterol Total dan HDL
Kolesterol merupakan substansi lemak yang ada pada semua sel di dalam
tubuh. Suatu partikel yang memiliki fungsi dalam pengangkutan kolesterol di
dalam darah disebut lipoprotein. Tiga dari lipoprotein yang ada yaitu low density
lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan very low density
lipoprotein (VLDL). Ketiga lipoprotein tersebut merupakan penjumlahan dari
kolesterol total dengan klasifikasi kadar kolesterol total yang dapat dilihat pada
tabel II. Tubuh membutuhkan kolesterol agar tubuh dapat bekerja dengan baik.
plak, dapat berkembang semakin besar dari waktu ke waktu sehingga dapat
menyebabkan aterosklerosis (Birtcher and Ballantyne, 2004).
Tabel II. Klasifikasi Kolesterol Total (American Heart Association, 2012)
Level Kolesterol Total Kategori
<200 mg/dL Diinginkan
200-239 mg/dL Batas atas
>240 mg/dL Tinggi
Partikel HDL sering disebut dengan kolesterol baik yang dapat
meningkatkan kesehatan pembuluh darah dengan mengeluarkan kolesterol dari
jaringan dan dikirim ke hati. Di dalam hati, kolesterol tersebut akan dipecah
menjadi asam empedu dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui tinja sehingga
tidak terjadi kelebihan kolesterol di dalam tubuh (Uranga and Keller, 2010).
Menurut studi populasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kadar HDL
merupakan suatu prediktor yang kuat untuk memprediksi terjadinya gangguan
pada kardiovaskuler. Pada Framingham Heart Study, kadar HDL lebih berpotensi
kuat sebagai faktor risiko untuk penyakit jantung koroner daripada LDL (Barter,
Gotto, Phil, Larosa, Maroni, Szarek, et al., 2007). Rendahnya kadar HDL
berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner, sedangkan
tingginya kadar HDL berguna untuk melindungi jantung dari risiko penyakit
jantung koroner (Maphephu, and Kasvos, 2011). Berikut klasifikasi HDL
kolesterol:
Tabel III. Klasifikasi HDL Kolesterol (American Heart Association, 2012)
Level HDL Kolesterol Kategori
<40 mg/dL (untuk pria)
<50 mg/dL (untuk wanita) Rendah
Rasio kolesterol total/HDL merupakan indeks yang sederhana dan
berguna untuk memprediksi penyakit jantung iskemik (Lemieux, Benoit,
Couillard, Pascot, Cantin, Bergeron, et al., 2001). Rasio kolesterol total/HDL ini
diperoleh dengan membagi kadar kolesterol total dengan kadar HDL dengan
klasifikasi rasio kolesterol total/HDL yang dapat dilihat pada tabel IV. Walaupun
tidak terdapat kesepakatan secara universal, tetapi banyak ahli percaya bahwa
rasio kolesterol total/HDL dapat memprediksi penyakit jantung lebih tepat
dibandingkan dengan kolesterol saja atau HDL saja. Konsep rasio kolesterol
total/HDL dengan lebih memberikan makna karena pada rasio tersebut digunakan
dua jenis kolesterol dalam darah berupa kolesterol total dan HDL yang dapat
digunakan sebagai suatu prediktor kuat dalam menentukan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler (Marquette General Health System, 2010).
Tabel IV. Klasifikasi Rasio Kolesterol Total/HDL (Marquette General Health System, 2010)
Kategori Pria Wanita
Paling rendah <3,8 <2,9
Rendah 3,9-4,7 3,0-3,6
Rata-rata 4,8-5,9 3,7-4,6
Sedang 6,0-6,9 4,6-5,6
Tinggi ≥7,0 ≥5,7
C. OBESITAS
Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau akumulasi
lemak berlebih pada jaringan adiposa untuk mengetahui terjadi gangguan
kesehatan pada tubuh seseorang. Obesitas seseorang tidak hanya berdasarkan
sepanjang tubuh. Distribusi lemak akan mempengaruhi risiko pertambahan berat
badan sehingga dapat menimbulkan obesitas dan bermacam-macam gangguan
kesehatan (WHO, 2004).
Obesitas terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang memiliki
kalori yang lebih banyak daripada kalori yang ia bakar. Tubuh membutuhkan
kalori untuk bertahan hidup dan aktif secara fisik tetapi untuk menjaga berat
badan, seseorang perlu menyeimbangkan asupan energi yang dimakan dengan
energi yang digunakan karena keseimbangan energi ini akan berujung pada
penambahan berat badan, bahkan obesitas. Ketidakseimbangan antara kalori yang
masuk dan kalori yang keluar akan berbeda pada masing-masing orang. Faktor
genetik, lingkungan, dan faktor sosial juga berpengaruh terhadap terjadinya
obesitas (National Institute of Health, 2008).
Secara umum, obesitas lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
dengan pria. Sedangkan pada pria, prevalensi terjadinya overweight lebih tinggi.
Pada wanita, ketidakseimbangan telah diidentifikasi sebagai prediktor kenaikan
berat badan. Pada pria, faktor utama terkait penambahan berat badan merupakan
fase transisi dari gaya hidup selama remaja (latihan fisik, olah raga, dan lain-lain)
ke gaya hidup yang lebih konstan (Mataix, Frıas, Victoria, Jurado, Aranda, and
Llopis, 2005).
D. LANDASAN TEORI
Metode antropometri dapat digunakan untuk mengetahui status gizi dan
distribusi lemak tubuh (Preedy, 2012). Skinfold thickness merupakan salah satu
alternatif dari pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengetahui
persebaran lemak pada suatu bagian tubuh. Hasil pengukuran skinfold thickness
biasanya diubah dalam bentuk body fat percentage untuk memperkirakan
distribusi lemak dalam tubuh.
Body fat percentage merupakan salah satu pengukuran yang paling sering
diperkirakan dalam pengukuran antropometri. Kelebihan lemak yang dinilai
menggunakan body fat percentage berkaitan dengan peningkatan kolesterol total
dan penurunan HDL yang menandakan peningkatan risiko terjadinya hipertensi,
sindrom metabolik, dan gangguan kardiovaskuler (Jaworski, et al., 2012). Peningkatan kolesterol total dan penurunan HDL akan mempengaruhi nilai rasio kolesterol total/HDL sehingga akan terjadi peningkatan rasio tersebut. Peningkatan rasio kolesterol total/HDL dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya gangguan kardiovaskuler (Marquette General Health System, 2010).
Pada penelitian Ghorbanian (2012) telah menunjukkan adanya korelasi
antara body fat percentage terhadap rasio kolesterol total/HDL dengan nilai
r=0,202 pada responden laki-laki berusia 23-59 tahun dan pada penelitian Chang,
et al. (2000) didapatkan r=0,217 pada responden perempuan berusia 21-47 tahun.
Gambaran tentang profil lipid seseorang dapat ditentukan dari pengukuran
antropometri berupa body fat percentage dengan melihat korelasi antara dua
variabel tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai prediktor terjadinya gangguan
E. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang
bermakna antara body fat percentage terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL
pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang didukung oleh hasil penelitian Ghorbanian (2012) telah
menunjukkan adanya korelasi antara body fat percentage terhadap rasio kolesterol
total/HDL dengan nilai r=0,202 pada responden laki-laki berusia 23-59 tahun dan
pada penelitian Chang, et al. (2000) didapatkan r=0,217 pada responden
21 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik, yaitu
suatu penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan
terjadi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lintang/
cross-sectional, yaitu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko
dan faktor efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data yang
dilakukan satu kali pada satu saat. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya
faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan
terjadinya efek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini akan menganalisis korelasi
antara body fat percentage sebagai faktor risiko terhadap rasio kadar kolesterol
total/ HDL dalam darah sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh
kemudian diolah secara statistik untuk menganalisis korelasi antara faktor risiko
dengan faktor efek.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Body fat percentage.
2. Variabel tergantung
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali : umur dan keadaan puasa.
b. Variabel pengacau tak terkendali : aktifitas dan gaya hidup responden.
C. Definisi Operasional
1. Responden penelitian adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi penelitian.
2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran
abdominal, suprailiac, dan triceps skinfold thickness untuk perhitungan body
fat percentage. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah kadar
kolesterol total dan kadar HDL dalam darah.
3. Pengukuran abdominal, suprailiac, dan triceps skinfold thickness adalah
pengukuran tebal lipatan kulit (dalam satuan mm), terutama pada bagian
abdominal, suprailiac, dan triceps dengan menggunakan alat skinfold caliper.
4. Body fat percentage adalah persentase lemak tubuh yang didapat dari
perhitungan rumus dengan menggunakan abdominal, suprailiac, dan triceps
skinfold sebagai variabel perhitungan.
Body fat percentage pada pria= 0,39287 (jumlah dari 3 skinfold
(abdominal, triceps, dan suprailiac skinfold)) - 0,00105 (jumlah dari 3
skinfold)2+ 0,15772(usia)- 5,18845
Body fat percentage pada wanita= 0,41563 (jumlah dari 3 skinfold
(abdominal, triceps, dan suprailiac skinfold)) - 0,00112 (jumlah dari 3
5. Kolesterol total adalah kadar kolesterol dalam darah yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium dengan kondisi responden berpuasa 8-10 jam
sebelum pengambilan darah dan dinyatakan dalam satuan mg/dL.
6. Kadar HDL adalah kadar HDL dalam darah yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium dengan kondisi responden berpuasa 8-10 jam
sebelum pengambilan darah dan dinyatakan dalam satuan mg/dL.
7. Rasio kolesterol total/HDL adalah perbandingan antara kadar kolesterol total
terhadap kadar HDL hasil pemeriksaan laboratorium.
8. Standar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Kadar kolesterol total. Kadar kolesterol total menggunakan standar
American Heart Association pada tahun 2012 bagi populasi pria dan
wanita.
b. Kadar HDL. Kadar HDL menggunakan standar American Heart
Association pada tahun 2012 bagi populasi pria dan wanita.
c. Rasio kadar kolesterol total/ HDL. Nilai normal untuk rasio kolesterol
total/HDL pada pria dan wanita menggunakan standar pada Marquette
General Health System pada tahun 2010.
d. Abdominal skinfold thickness. Nilai normal untuk abdominal skinfold
thickness pada pria dan wanita menggunakan nilai median abdominal
skinfold thickness dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti.
e. Triceps skinfold thickness. Nilai normal untuk triceps skinfold thickness
pada pria dan wanita menggunakan standar pada buku Fundamental
f. Suprailiac skinfold thickness. Nilai normal untuk suprailiac skinfold
thickness pada pria dan wanita menggunakan standar pada jurnal dengan
judul ‖Relation Between Oral Health and Nutritional Condition in The
Elderly‖ tahun 2010.
g. Body fat percentage. Nilai normal untuk body fat percentage pada pria dan
wanita menggunakan standar pada buku Measurement for Evaluation pada
tahun 2007.
D.Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah responden penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Responden penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang masih aktif, berusia 18-24 tahun, bersedia untuk
ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent dan bersedia
untuk berpuasa 8-10 jam. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain yang
sedang menderita penyakit hati akut maupun kronis, penyakit jantung koroner,
hipertensi, mengkonsumsi obat antihipertensi, kontrasepsi dan penurun kadar
Gambar 4. Skema Responden Penelitian
Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali. Pengambilan data
pertama dan kedua dilaksanakan di Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Pada pengambilan data pertama, jumlah responden yang dapat
mengikuti penelitian hingga akhir adalah 19 responden pria dan 33 responden
wanita dari 26 responden pria dan 48 wanita yang menandatangani informed
consent. Pada pengambilan data kedua, jumlah responden yang dapat mengikuti
penelitian hingga akhir adalah 39 responden pria dan 34 responden wanita dari 56
responden pria dan 41 wanita yang menandatangani informed consent. Dari data
responden yang menanda tangani informed consent, 7 data diekslusi karena 1
responden pria tidak puasa, 1 responden wanita tidak tidur, 2 responden pria dan 3
responden wanita tidak dapat diukur secara antropometri, serta 21 responden pria
E.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang berlokasi di Paingan. Penelitian ini berlangsung pada bulan
Juni-September 2012. Pengambilan data penelitian pertama dilaksanakan pada 8
September 2012 sedangkan pengambilan data kedua dilaksanakan pada 15
September 2012.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul ―Korelasi Parameter Antropometri
Terhadap Profil Lipid, Glukosa Darah dan Tekanan Darah pada Mahasiswa dan
Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta‖. Penelitian
paying ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara pengukuran antropometri
yang meliputi Body Mass Index (BMI), lingkar pinggang (LP), rasio lingkar
pinggang-panggul (RLPP) serta body fat percentage terhadap profil lipid, glukosa
dalam darah dan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok
sebanyak 13 orang dengan kajian yang berbeda-beda. Peneliti mengkaji korelasi
body fat percentage terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL dalam darah.
G. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dilakukan dalam penelitian ini adalah non random
non random karena responden yang digunakan pada penelitian ini hanya mereka
yang dijumpai di sekitar kampus, memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi
responden penelitian sehingga tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama
untuk dijadikan responden penelitian. Purposive sampling dilakukan berdasarkan
ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga menjadi suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Setelah itu, peneliti menetapkan
sebagian dari anggota populasi yang menjadi sampel berdasarkan
pertimbangannya sendiri (Notoatmodjo, 2010).
H.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa skinfold caliper
dengan merk pi zhi hou du ji®, leaflet, dan informed consent. Pemeriksaan kadar kolesterol total/ HDL dilakukan oleh Laboratorium Parahita. Alat yang digunakan
dalam pengukuran kadar kolesterol total dan HDL dalam darah adalah Architect c
System dan Aeroset System. Reagen yang digunakan dalam pengukuran kadar
kolesterol diperoleh dari Abbott Laboratories, USA. Reagen yang digunakan
dalam pengukuran kadar HDL dalam darah diperoleh dari Sekisui Medical
CO.LTD, Japan.
I. Tata Cara Penelitian
1.Observasi awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah
Dharma Yogyakarta dan tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
responden pada saat pengukuran.
2. Permohonan izin dan kerja sama
Permohonan izin penelitian dilakukan dengan mengajukan Ethical
Clearance ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta untuk memenuhi etika penelitian
yang menggunakan sampel darah manusia. Permohonan izin yang kedua
ditujukan ke Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk
mendapatkan izin melakukan penelitian di Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Permohonan kerja sama diajukan ke calon responden berupa
informed consent dan Laboratorium Parahita selaku laboratorium yang mengambil
darah responden penelitian.
3. Pembuatan leaflet dan informed consent
a. Leaflet. Leaflet digunakan untuk membantu peneliti memberikan
penjelasan kepada calon responden. Leaflet berisi informasi tentang
pengukuran antropometri (body mass index, skinfold thickness, dan lingkar
pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul), serta pemeriksaan
laboratorium seperti kadar glukosa darah puasa, dan profil lipid sebagai
metode untuk mendeteksi kesehatan yang mudah dan praktis.
b. Informed consent. Informed consent adalah suatu bukti tertulis yang berisi
tentang kesediaan calon subjek penelitian untuk ikut serta dalam
penelitian. Informed consent yang dibuat dalam penelitian ini sesuai
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Subjek
penelitian yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian diminta untuk
menuliskan nama, usia dan alamat rumah/ kost.
4.Pencarian subjek penelitian
Pencarian subjek penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan surat
izin penelitian dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Teknik pengambilan sampling pada awal penelitian adalah random sampling.
Peneliti meminta nama dan nomor induk mahasiswa di sekretariat masing-masing
fakultas Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah peneliti
mendapatkan nama dan nomor induk mahasiswa, peneliti melakukan random
secara manual terhadap data yang didapat dengan mengambil potongan-potongan
kertas yang telah tertulis nomor induk mahasiswa. Setelah didapatkan hasil
random tersebut, peneliti meminta data kepada kepala BAPSI Kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berupa nomor handphone untuk
menghubungi responden. Tidak semua nomor handphone tersimpan dalam data
BAPSI dan banyak nomor handphone yang tidak dapat dihubungi karena banyak
mahasiswa yang mengganti nomor handphone. Hal tersebut menyebabkan peneliti
tidak dapat melakukan teknik sampling secara random sehingga peneliti
mengubah teknik sampling dalam penelitian ini menjadi non-random sampling.
Peneliti tetap menghubungi responden yang masih dapat dihubungi dan
didapatkan sebanyak 76 responden. Non-random sampling dilakukan dengan
mencari dan melakukan penawaran kepada mahasiswa dan mahasiswi yang
secara non-random ini, didapatkan sebanyak 135 responden. Responden yang
didapatkan secara random dan non-random sampling sebanyak 211 responden.
Calon responden penelitian yang bersedia ikut serta diberikan penjelasan
mengenai maksud dan tujuan penelitian. Maksud dan tujuan penelitian dijelaskan
melalui presentasi dan leaflet yang diberikan kepada calon responden. Dari 211
calon responden yang didapatkan, hanya 169 responden yang bersedia untuk ikut
serta dalam penelitian dan menandatangani informed consent sebagai suatu bentuk
pernyataan tertulis atas kesediaan responden untuk ikut serta dalam penelitian.
Responden yang telah menandatangani informed consent akan dihubungi satu hari
sebelum pengukuran parameter untuk memberikan informasi ulang terkait tempat
dan waktu pelaksanaan pengukuran parameter serta mengingatkan untuk berpuasa
8-10 jam sebelum pengukuran parameter dilakukan.
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian adalah presisi yang dinilai dengan cara menghitung
Coefficient of Variation (CV). Validasi dan uji reliabilitas instrumen penelitian
dilakukan dengan mengukur skinfold thickness satu individu sebanyak tiga kali
berturut-turut menggunakan instrumen penelitian yang sama. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), alat kesehatan dikatakan baik
jika memenuhi nilai CV≤5%. Instrumen yang divalidasi dalam penelitian yang
dilakukan pada responden pria adalah skinfold caliper. Nilai CV pada pengukuran
abdominal skinfold thickness, triceps skinfold thickness, dan suprailiac skinfold
pada pengukuran abdominal skinfold thickness, triceps skinfold thickness, dan
suprailiac skinfold thickness pada wanita menggunakan skinfold caliper secara
berurutan adalah 1,07%; 0%; dan 2,11%. Berdasarkan nilai CV tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen berupa skinfold caliper memenuhi
persyaratan validasi.
6. Pengukuran parameter
Pengukuran parameter dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama
dan kedua dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Parameter yang diukur adalah body fat percentage yang didapat dengan
pengukuran abdominal, suprailiac dan triceps skinfold thickness serta rasio kadar
kolesterol total/ HDL dalam darah. Sehari sebelum pelaksanaan penelitian,
peneliti mengingatkan responden untuk berpuasa selama 8-10 jam sebelum
pengukuran parameter dilakukan.
a. Abdominal skinfold thickness. Pengukuran abdominal skinfold thickness
dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk untuk memegang lipatan kulit. Rahang skinfold caliper
menjepit lipatan kulit dengan posisi vertikal. Pada saat pengukuran, responden
berada dalam posisi berdiri dan lipatan kulit bagian abdominal yang terletak 3
cm di sebelah kiri dan 1 cm di bagian bawah pusar (Malina, Bouchard, and
Bar-Or, 2004).
b. Suprailiac skinfold thickness. Pengukuran suprailiac skinfold thickness
dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu
responden berada dalam posisi berdiri. Rahang skinfold caliper menjepit
lipatan kulit yang terletak 2 cm dari bagian atas tulang panggul pada garis
midaxillary dengan posisi miring 45º. Hasil pengukuran dibaca 2-3 detik
setelah pengukuran dilakukan (Gibson, 2005).
c. Triceps skinfold thickness. Pengukuran triceps skinfold thickness dilakukan
dengan menggunakan skinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang lipatan kulit. Pada saat pengukuran, responden
berada dalam posisi berdiri dan lipatan kulit pada bagian posterior yang
berada pada pertengahan antara bahu dan siku tangan ditarik secara vertikal.
Pembacaan hasil pengukuran dilakukan selama 2-3 detik (Aniteli, Florindo,
and Martini, 2006).
d. Body fat percentage. Body fat percentage ini didapat melalui perhitungan
menggunakan rumus.
e. Kadar kolesterol total, HDL, dan rasio kadar kolesterol total/HDL.
Pengukuran kadar kolesterol total dan HDL dalam darah dilakukan oleh pihak
Laboratorium Parahita. Kadar kolesterol total yang didapat kemudian
dibandingkan dengan kadar HDL sehinggga diperoleh rasio kadar kolesterol
total/ HDL. Cara pengambilan darah dilakukan dengan memasang ikatan
pembendungan (toniquet) di lengan tangan bagian atas. Lokasi penusukan
pada lipatan siku bagian dalam responden diberi alkohol, kemudian spuit
injeksi disuntikkan dengan posisi 45º ke pembuluh vena yang terdapat pada
siku bagian dalam. Darah diambil perlahan dan dimasukkan ke dalam tabung
menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol. Tempat bekas suntikan
ditutup dengan plester kain.
7. Pembagian hasil pemeriksaan laboratorium dan pengukuran
antropometri
Hasil pemeriksaan laboratorium dan pengukuran antropometri diberikan
kepada masing-masing responden, terutama responden yang memiliki risiko
gangguan profil lipid. Pembagian hasil disertai dengan pemberian penjelasan
mengenai hasil pemeriksaan laboratorium dan pengukuran antropometri.
8. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis yaitu
menyusun data yang sejenis, menggolongkannya dalam kategori-kategori, dan
melakukan interpretasi. Cara pengolahan data dilakukan secara komputerisasi.
J. Analisis Data Statistik
Langkah awal adalah dilakukan uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi normal suatu data. Digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov karena jumlah data lebih dari 50 sampel. Sebaran data dikatakan
terdistribusi normal bila nilai Asymp. Sig > 0,05. Setelah mengetahui distribusi
data, dilakukan uji hipotesis komparatif antara dua kelompok data dan uji korelasi
Dilakukan uji komparatif pada responden dengan menggunakan uji
t-tidak berpasangan apabila data terdistribusi normal atau menggunakan uji
Mann-Whitney jika data terdistribusi tidak normal. Data tersebut kemudian diuji
korelasinya dengan menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi
normal atau analisis Spearman apabila data terdistribusi tidak normal. Taraf
kepercayaan yang digunakan sebesar 95% dan data dikatakan memiliki korelasi
yang bermakna jika nilai p<0,05. Interpretasi dari kekuatan, nilai p, dan arah
korelasi dapat dilihat pada tabel V (Dahlan, 2009).
Tabel V. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi (Dahlan, 2009)
No Parameter Nilai Interpretasi
1 Kekuatan
korelasi (r) 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat
2 Nilai p P<0,05
p>0,05
Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
3 Arah korelasi + (positif)
- (negatif)
Searah, semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel lainnya
Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya
K. Kesulitan Penelitian
Kesulitan penelitian ini adalah sulitnya mendapatkan responden yang
mau diajak untuk ikut serta dalam penelitian ini karena mayoritas
mahasiswa/mahasiswi takut terhadap jarum. Kesulitan lain yang dihadapi adalah
penyesuaian jadwal para responden karena para responden memiliki jadwal
kegiatan yang berbeda-beda dan terdapat beberapa responden yang perlu diekslusi
35 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Penelitian
Penelitian ini melibatkan mahasiswa dan mahasiswi Kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masih aktif berkuliah. Profil
karakteristik 125 responden yang dianalisis secara statistik meliputi usia,
abdominal skinfold thickness, triceps skinfold thickness, suprailiac skinfold
thickness, body fat percentage, kadar kolesterol total, kadar HDL, dan rasio
kolesterol total/HDL yang dapat dilihat pada tabel VI. Karakteristik data
responden dianalisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov terlebih
dahulu. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dilakukan jika responden penelitian
lebih dari 50 sampel. Suatu data dikatakan normal jika memiliki nilai signifikansi
(p)>0,05 dan melalui gambar histogram yang simetris, tidak miring ke kiri atau ke
kanan, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah (Dahlan, 2009)