• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

xvii

INTISARI

Antropometri adalah studi pengukuran tubuh manusia non-invasif yang dapat digunakan untuk mengetahui distribusi lemak tubuh terkait dengan obesitas. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan metode antropometri untuk menilai obesitas sentral. Obesitas sentral dan resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik termasuk peningkatan kadar glukosa darah puasa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada pria maupun wanita.

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan potong-lintang. Subjek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 128 responden dan dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, dan kadar glukosa darah puasa. Data dianalisis dengan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) kemudian dilakukan uji komparatif t tidak berpasangan dan Mann-Whitney dan analisis korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa (pada pria r = 0,034 ; p = 0,795 dan pada wanita r = 0,102 ; p = 0,406) serta rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (pada pria r = 0,168 ; p = 0,204 dan pada wanita r = 0,014 ; p = 0,909).

(2)

xviii

ABSTRACT

Anthropometry is a non-invasive study of human body measurement which can be used to assess body fat distribution related to obesity. Waist circumference and waist-hip ratio are anthropometric methods used to assess central obesity. Central obesity and insulin resistance are related to an increase of metabolic syndrome risk, including increase of fasting blood glucose. The objective of this study is to determine the correlation between waist circumference and waist-hip ratio with fasting blood glucose levels in men and women.

This study used cross-sectional design as a part of analytical observational study. A total of 128 students both men and women from Campus III University of Sanata Dharma Yogyakarta were included purposively. Subjects were measured for waist circumference, hip circumference and blood sample was taken for fasting blood glucose levels. Data were analyzed statistically by Kolmogorov-Smirnov normality test followed by independent t-test and Mann-Whitney comparative test then Spearman correlation analysis with 95% confidence intervals.

(3)

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI KAMPUS III UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Amelia Felicia Cornelius Putri NIM: 098114005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI KAMPUS III UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Amelia Felicia Cornelius Putri NIM: 098114005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

ii

Persetujuan Pembimbing

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DAN PERCENT BODY FAT (%BF) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI DI KAMPUS III UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Skripsi yang diajukan oleh: Fransiska

NIM : 098114013

telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(6)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DAN PERCENT BODY FAT (%BF) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI DI KAMPUS III UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Oleh:

Fransiska Anggita Kusumasari NIM : 098114013

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal: 17 Januari 2013

Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.)

Panitia Penguji: Tanda Tangan

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. ...

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt ...

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

(8)

v

(9)
(10)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas bimbingan dan penyertaan-Nya yang tidak berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan yang telah diberikan, baik waktu maupun tenaga, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA. selaku Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing akademik, yang telah mendampingi penulis sejak awal menjadi keluarga besar Fakultas Farmasi USD dan telah menyediakan waktu dan dukungan untuk berdiskusi dan memberi masukan dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi.

(11)

viii

4. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma yang terlibat dalam penelitian, yang telah membantu berlangsungnya penelitian baik langsung maupun tidak langsung.

6. Laboratorium Parahita Yogyakarta yang telah membantu pemeriksaan darah responden penelitian.

7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi dan membagikan ilmu kepada penulis.

8. Papa, Mama, Donny dan Nico yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materiil. Doa dan motivasi kalian selalu menjadi sumber semangat penulis.

9. Sahabat terbaikku, Raras, Dinda dan Via, atas semangat, dukungan, dan hiburan di saat penulis merasa jenuh. Teman-teman seperjuanganku Novi, Nea, Danny, Anggi, Yansen, Hera, Listya, Dea dan Intan, yang senantiasa bertukar pikiran dan saling membantu dalam mengolah data serta memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan skripsi.

10. Nico Christianto, yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis.

(12)

ix

12. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Dukungan kalian berharga untuk penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran yang membangun menjadi pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap kesehatan.

Yogyakarta, 21 Januari 2013

(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENGANTAR ...1

A. Latar Belakang ...1

1. Perumusan masalah ...5

2. Keaslian penelitian ...6

3. Manfaat penelitian...8

B. Tujuan Penelitian...9

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...10

A. Antropometri ...10

(14)

xi

2. Rasio lingkar pinggang-panggul ...13

B. Obesitas ...14

C. Jaringan Adiposa, Obesitas dan Resistensi Insulin ...17

D. Kadar Glukosa Darah ...20

E. Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ...21

F. Landasan Teori...21

G. Hipotesis ...23

BAB III. METODE PENELITIAN...24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...24

B. Variabel Penelitian ...24

C. Definisi Operasional ...25

D. Responden Penelitian ...26

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ...28

F. Ruang Lingkup Penelitian ...28

G. Teknik Pengambilan Sampel...30

H. Instrumen Penelitian...30

I. Tata Cara Penelitian...30

1. Observasi awal ...30

2. Permohonan ijin dan kerja sama ...31

3. Pencarian calon responden dan penawaran kerja sama kepada calon responden penelitian ...31

4. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ...32

(15)

xii

6. Pembagian hasil pemeriksaan darah dan pengukuran antropometri ...34

7. Analisis data secara statistik...34

J. Teknik Analisis Data Statistik ...34

K. Kesulitan Penelitian...35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...36

A. Profil Karakteristik Responden ...36

1. Usia 37 2. Lingkar pinggang ...38

3. Rasio lingkar pinggang-panggul ...39

4. Kadar glukosa darah puasa ...41

B. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria dengan Lingkar Pinggang <90 cm dan Lingkar Pinggang≥90 cm...43

C. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Wanita dengan Lingkar Pinggang <80 cm dan Lingkar Pinggang≥80 cm ...44

D. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria dengan RLPP < 0,90 dan RLPP≥ 0,90...45

E. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Wanita dengan RLPP < 0,85 dan RLPP≥ 0,85...47

F. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Responden Pria dan Wanita terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa ...48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...61

A. Kesimpulan ...61

B. Saran ...61

DAFTAR PUSTAKA ...62

LAMPIRAN ...70

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ...35 Tabel II. Profil Karakteristik Responden Wanita ...36 Tabel III. Profil Karakteristik Responden Pria ...37 Tabel IV. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Pria pada Kelompok dengan

LP < 90 dan LP≥ 90 cm...43 Tabel V. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Wanita pada Kelompok dengan

LP < 80 dan LP≥ 80 cm ...45 Tabel VI. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Pria pada Kelompok dengan

RLPP < 0,90 dan RLPP≥ 0,90...46 Tabel VII. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa

Responden Wanita pada Kelompok dengan

RLPP < 0,85 dan RLPP≥ 0,85...47 Tabel VIII. Korelasi Lingkar Pinggang (cm) dan RLPP terhadap Kadar

Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria...48 Tabel IX. Korelasi Lingkar Pinggang (cm) dan RLPP terhadap Kadar

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang ...11

Gambar 2. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Perbedaan Etnis oleh International Diabetes Federation, 2006...12

Gambar 3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul...14

Gambar 4. Obesitas Sentral dan Perifer ...16

Gambar 5. Lemak Viseral dan Subkutan...17

Gambar 6. Skema Responden Penelitian ...27

Gambar 7. Skema Kajian Penelitian...29

Gambar 8. Histogram Distribusi Usia Responden Pria...38

Gambar 9. Histogram Distribusi Usia Responden Wanita...38

Gambar 10. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden Pria (cm) ...39

Gambar 11. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden Wanita (cm).39 Gambar 12. Histogram Distribusi RLPP Responden Wanita...40

Gambar 13. Histogram Distribusi RLPP Responden Pria...40

Gambar 14. Histogram Distribusi Kadar Glukosa Darah Puasa Responden Wanita (mg/dL) ...42

(18)

xv

Gambar 16. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang (cm) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Pria ...50 Gambar 17. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar

Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Pria ...51 Gambar 18. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang (cm) terhadap Kadar

Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Wanita ...53 Gambar 19. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar

Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Wanita ...54 Gambar 20. Prevalensi Diabetes Global berdasarkan

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ...72

Lampiran 2 .Ethical Clearance ...73

Lampiran 3 .Informed Consent...74

Lampiran 4. Surat Peminjaman Ruangan ...75

Lampiran 5 Leaflet ...76

Lampiran 6. Kartu Pemeriksaan Responden ...78

Lampiran 7. Pengukuran Lingkar Pinggang, Lingkar Panggul dan Pengambilan Darah ...79

Lampiran 8. Hasil Tes Laboratorium Parahita ...80

(20)

xvii

INTISARI

Antropometri adalah studi pengukuran tubuh manusia non-invasif yang dapat digunakan untuk mengetahui distribusi lemak tubuh terkait dengan obesitas. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan metode antropometri untuk menilai obesitas sentral. Obesitas sentral dan resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik termasuk peningkatan kadar glukosa darah puasa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada pria maupun wanita.

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan potong-lintang. Subjek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 128 responden dan dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, dan kadar glukosa darah puasa. Data dianalisis dengan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) kemudian dilakukan uji komparatif t tidak berpasangan dan Mann-Whitney dan analisis korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa (pada pria r = 0,034 ; p = 0,795 dan pada wanita r = 0,102 ; p = 0,406) serta rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (pada pria r = 0,168 ; p = 0,204 dan pada wanita r = 0,014 ; p = 0,909).

(21)

xviii

ABSTRACT

Anthropometry is a non-invasive study of human body measurement which can be used to assess body fat distribution related to obesity. Waist circumference and waist-hip ratio are anthropometric methods used to assess central obesity. Central obesity and insulin resistance are related to an increase of metabolic syndrome risk, including increase of fasting blood glucose. The objective of this study is to determine the correlation between waist circumference and waist-hip ratio with fasting blood glucose levels in men and women.

This study used cross-sectional design as a part of analytical observational study. A total of 128 students both men and women from Campus III University of Sanata Dharma Yogyakarta were included purposively. Subjects were measured for waist circumference, hip circumference and blood sample was taken for fasting blood glucose levels. Data were analyzed statistically by Kolmogorov-Smirnov normality test followed by independent t-test and Mann-Whitney comparative test then Spearman correlation analysis with 95% confidence intervals.

(22)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Antropometri adalah studi pengukuran tubuh manusia yang meliputi dimensi tulang, otot, dan jaringan adiposa (lemak). Ruang lingkup antropometri mencakup bermacam-macam pengukuran tubuh manusia yaitu berat badan, stature(tinggi badan pada saat berdiri), recumbent length (tinggi badan pada saat berbaring), skinfold thickness, lingkar (kepala, pinggang), lebar (bahu, pergelangan tangan) (NHANES, 2007). Antropometri secara luas digunakan karena biayanya tidak mahal dan merupakan pengukuran yang non-invasif dari status nutrisi secara umum seorang individu atau suatu kelompok populasi (Cogill, 2003).

(23)

terdapat korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah (p<0,05 ; r = 0,267) pada orang Afrika-Amerika.

Rasio lingkar pinggang-panggul memperkirakan jumlah lemak abdominal pada individu. Apabila perbandingan antara lingkar pinggang dan panggul semakin besar maka semakin besar pula lemak abdominal individu tersebut (International Chair on Cardiometabolic Risk, 2011).

Dibandingkan dengan Body Mass Index (BMI), pengukuran antropometrik obesitas sentral (misalnya lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul) tampak lebih kuat terkait dengan faktor risiko metabolik, penyakit kardiovaskuler, dan kematian. Risiko kardio-metabolik berkaitan dengan obesitas abdominal, yang menunjukkan adanya jaringan adiposa viseral di mana akan meningkatkan resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran yang paling umum untuk mewakili jaringan adiposa viseral (Koning, Merchant, Pogue dan Anand, 2007).

(24)

merupakan penyebab kematian nomor lima secara global dan sedikitnya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun karena obesitas dan kelebihan berat badan (WHO, 2008). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥15 tahun adalah 10,3%, terdiri dari laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%.

Ada dua tipe obesitas pada manusia (android atau viseral atau obesitas tubuh bagian atas dan gynoid atau obesitas tubuh bagian bawah), berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh dan kerentanannya terhadap penyakit kronis, di mana obesitas android (tubuh bagian atas) memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi masalah kesehatan dibandingkan dengan gynoid. Obesitas viseral mengacu pada akumulasi jaringan adiposa di abdomen. Deposisi lemak abdominal ditandai dengan peningkatan lingkar pinggang. Lemak viseral atau abdominal (obesitas android) dikaitkan dengan faktor risiko kardiovaskuler yaitu sindrom metabolik (Mukhopadhyay dkk., 2005).

(25)

klasifikasi sindrom metabolik difokuskan pada obesitas sentral, di mana memiliki sedikitnya dua kriteria dari kemungkinan berikut: peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar trigliserida serum, penurunan kadar kolesterol HDL, dan gangguan kadar glukosa darah puasa.

Pada tahap awal sindrom metabolik, kadar glukosa darah puasa di atas nilai normal. Lama-kelamaan terjadi kegagalan pankreas dalam mengatur kadar insulin yang cukup, sehingga homeostasis glukosa terganggu, menghasilkan toleransi glukosa terganggu dan hiperglikemia, kemudian berakhir pada diabetes mellitus tipe 2 (Appel, Jones dan Kennedy-Malone, 2004).

Menurut Lipoeto (2007), pada orang obesitas, sel-sel lemak akan mengalami hipertrofi dan jumlah reseptor insulin akan menurun. Teori lain menyebutkan tingginya asam lemak, peningkatan hormon resistin dan penurunan adiponektin akibat penumpukan lemak. Pada penderita obesitas mempengaruhi kerja insulin sehingga dapat menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Berdasarkan penjelasan tersebut maka terdapat hubungan antara besarnya penumpukan lemak dengan peningkatan kadar glukosa darah.

(26)

kadar glukosa darah puasa (p < 0,05 ; r = 0,217 dan r = 0,204 secara berturut-berturut).

Tujuan dari dilakukannya pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul yaitu untuk melihat pengaruh lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul (parameter obesitas sentral) terhadap kadar glukosa darah puasa. Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya penafsiran terhadap obesitas sentral (dinyatakan dengan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul) dalam keterkaitannya dengan peningkatan kadar glukosa darah. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data (lingkar pinggang, lingkar panggul dan kadar glukosa darah puasa) dari responden yaitu mahasiswa dan mahasiswi di kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa, sehingga dapat memberikan deteksi dini bagi dewasa muda yaitu risiko adanya peningkatan glukosa darah, yang dapat menjadi awal berkembangnya penyakit diabetes melitus tipe 2.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

(27)

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah yang telah dipublikasi antara lain sebagai berikut:

a. Waist circumference, waist-hip ratio and body mass index and their correlation with cardiovascular disease risk factors in Australian adults (Dalton dkk, 2003). Desain penelitian adalah survey cross-sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 11.427 orang Australia dengan umur≥25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang positif yang bermakna antara WC dengan Fasting Blood Glucose (r = 0,248) dan WHR dengan Fasting Blood Glucose ( r =0,240) pada pria dengan nilai p < 0.001.

b. Incidence of Type 2 Diabetes in Individuals with Central Obesity in a Rural Japanese Population(Ohnishiet al., 2006). Penelitian ini dilakukan dengan populasi dalam penelitian ini sebanyak 348 pria dan 523 wanita (dibedakan antara obesitas sentral dan normal). Hasil penelitian menyatakan bahwa risiko diabetes mellitus tipe dua secara signifikan lebih tinggi di dalam kelompok obesitas sentral dibanding di dalam kelompok normal (15,6%vs5,8%; p<0,0001).

(28)

berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) berjumlah 24,4%. Hasil analisa korelasi didapatkan nilai korelasi (r) kadar glukosa darah dengan LP sebesar 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP adalah sebesar 0,186 (p>0,05).

d. Waist circumference and waist-hip ratio as predictors of type 2 diabetes mellitus in the Nepalese population of Kavre District ( Shah, Bhandary, Malik, Risal dan Koju, 2009). Penelitian dilakukan di Nepal yaitu di daerah Kavre, dengan jumlah responden 65 orang penderita diabetes tipe 2 dan 35 orang non-diabetik, dengan rata-rata usia diatas 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan WC dari subjek wanita penderita diabetes 82,89 ± 29,68 cm lebih tinggi daripada wanita non-diabetik (76,95 ± 22,44 cm) namun hasilnya tidak signifikan (p>0,05). Sedangkan pada pria diabetik memiliki WC 87,11 ± 22,30 cm dan non diabetik sebesar 77,53 ± 11,80 cm) dan hasilnya sangat signifikan.

e. Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Obesitas BerdasarkanBody Mass Index dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas 2007 (Soetiarto, Roselinda, dan Suhardi, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan mengambil dan menganalisa subset database Riskesdas tahun 2007. Hasil penelitian menyatakan obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang lebih berperan sebagai faktor risiko diabetes mellitus dibandingkan obesitas umum berdasarkan BMI.

(29)

chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan 2 sisi signifikansi diabetes mellitus dengan WC yaitu 0,016 dan BMI 0,082. Pada hasil menunjukkan kecenderungan diabetes lebih tinggi pada pria yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 40 inci (100 cm) dan untuk wanita dengan lingkar pinggang lebih besar dari 35 inci (87,5 cm) yang juga ditunjukkan dengan BMI yang lebih besar.

g. Waist Circumference, Body Mass Index, Hip Circumference and Waist-To-Hip Ratio in type 2 diabetes patients in Gorgan, Iran (Marjani, 2011). Penelitian ini melibatkan 200 pasien diabetes melitus tipe 2 di Iran, yang terdiri dari 122 wanita dan 78 pria. Hasil menunjukkan korelasi positif antara lingkar pinggang pada pasien diabetes wanita (r = 0,449, p < 0,05) dan korelasi positif serta signifikan antara rasio lingkar pinggang-panggul pada pasien diabetes wanita dan pria (r= 0,280, p<0,05).

h. Correlation between waist circumference and other factors in menopausal women in Thailand (Pongsatha, dkk., 2012). Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilaksanakan di Thailand dengan subjek 400 wanita sehat menopause. Hasil menunjukkan korelasi positif WC dan WHR dengan FBG (p <0,05).

3. Manfaat penelitian

(30)

b. Manfaat praktis. Data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak terkait mengenai korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah pada mahasiswa dan mahasiswi di Universitas Sanata Dharma dan pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul diharapkan mampu memberikan gambaran awal kadar glukosa darah sehingga diharapkan masyarakat dapat memantau kesehatan fisiknya secara lebih intensif dan sebagai deteksi dini akan kecenderungan risiko terjadinya sindrom metabolik dan kemungkinan berkembangnya penyakit diabetes mellitus tipe 2.

B. Tujuan Penelitian

(31)

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

Antropometri

Antropometri adalah studi pengukuran dimensi tubuh manusia yang meliputi tulang, otot dan jaringan adiposa. Kata antropometri diturunkan dari bahasa Yunani “anthropo” yang berarti “manusia” dan “metron” yang berarti

pengukuran. Ruang lingkup antropometri meliputi bermacam-macam pengukuran tubuh manusia. Berat badan, tinggi badan pada saat berdiri (stature), recumbent length, skinfold thickness, lingkar (kepala, pinggang), lebar (bahu, pergelangan) merupakan contoh dari pengukuran antropometri (NHANES, 2007). Perubahan dalam dimensi tubuh mencerminkan keseluruhan kesehatan individu dan suatu populasi (Cogill, 2003). Antropometri merupakan teknik tunggal yang paling praktis, dapat diaplikasikan secara universal, murah, dan non-invasif untuk mengetahui ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia (WHO, 2008).

(32)

abnormalitas metabolik, meliputi penurunan toleransi glukosa, penurunan sensitivitas insulin, dan profil lipid yang menyimpang di mana akan menjadi faktor risiko untuk diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler.

1. Lingkar pinggang

[image:32.595.71.520.260.663.2]

Lingkar pinggang merupakan sebuah garis keliling, yang menunjukkan estimasi lingkar tubuh pada bagian abdomen (Klein, Allison, Heysmfield, Kelley, Leibel, Nonas dan Kahn, 2007). Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara tulang rusuk terbawah dan tepi atas tulang panggul. Saat pengukuran, subjek berdiri dengan kaki rapat, lengan pada kedua sisi tubuh, memakai pakaian yang tipis dan dalam kondisi akhir ekspirasi normal. Pita pengukur yang digunakan tidak boleh dilingkarkan terlalu kencang hingga menekan kulit subjek dan pengukuran dilakukan paralel dengan lantai (WHO, 2008).

(33)

Pengukuran lingkar pinggang menyediakan informasi tentang distribusi lemak tubuh. Peningkatan lingkar pinggang berkaitan dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik antara lain adalah diabetes mellitus tipe 2, impaired glucose tolerance, atau toleransi glukosa normal dengan resistensi insulin, secara bersamaan 2 atau lebih dengan peningkatan tekanan darah, obesitas abdominal dan atau BMI >30 kg/m2, kolesterol HDL rendah, trigliserida tinggi, dan mikroalbuminuria (National Obesity Forum, 2006).

Menurut Brigham and Women’s Hospital (2012), variasi yang terkait umur dan etnis dalam distribusi lemak tubuh mempengaruhi nilai lingkar pinggang. Lingkar pinggang dapat menjadi indikator risiko yang lebih baik daripada BMI dalam memperkirakan risiko penyakit terkait obesitas di antara populasi tertentu seperti Asia-Amerika dan pediatrik.

[image:33.595.68.520.230.712.2]

Menurut International Diabetes Federation (2006), obesitas sentral paling mudah diukur dengan menggunakan lingkar pinggang yang menggunakan guideline seperti ditunjukkan pada gambar 2, di mana dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan etnisnya secara spesifik (bukan berdasarkan negara tempat tinggal).

(34)

Penelitian Klein, dkk. (2007) menyatakan bahwa lingkar pinggang merupakan metode yang menunjukkan korelasi paling baik dengan risiko penyakit dan mencerminkan adanya perubahan pada jaringan adiposa abdominal. Pada penelitian Pongsatha (2012), pengukuran lingkar pinggang merupakan prediksi yang baik untuk sindrom metabolik termasuk untuk kadar glukosa darah puasa. Hal tersebut didukung oleh penelitian Kato, Takahashi, Inoue, Tsugane, Kadowaki dan Noda (2008) yang menyatakan lingkar pinggang merupakan parameter yang praktis dan nyaman untuk mendeteksi akumulasi faktor resiko (seseorang mengalami dua atau lebih keadaan: hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia kondisi puasa). Penelitian El Hafez, Hadhoud, Saad dan Salem (2011) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa (p < 0,01 ; r = 0,15).

2. Rasio lingkar pinggang-panggul

(35)
[image:35.595.65.516.98.689.2]

Gambar 3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (Rodrigues, 2011)

Rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran risiko yang kuat pada banyak populasi studi dan telah dinyatakan bahwa peningkatan lingkar pinggang-panggul dapat mencerminkan kelebihan lemak abdominal relatif (meningkatnya lingkar pinggang) dan sedikitnya otot gluteal (menurunnya lingkar panggul). Variasi dari lingkar pinggang mencerminkan variasi dalam lemak viseral dan subkutan, sedangkan variasi lingkar panggul berkaitan dengan variasi struktur tulang (lebar pelvis), otot gluteal dan lemak gluteal subkutan (Seidell, Perusse dan Bouchard, 2001).

Penelitian Gupta, Rastogi, Sarna, Gupta, Sharma dan Kothari (2007) menunjukkan bahwa pada responden dengan kategori rasio lingkar pinggang-panggul ≥ 1,00 memiliki presentase prevalensi sindrom metabolik paling tinggi yaitu sebesar 73%. Menurut Gupta dkk., terdapat korelasi positif bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul dan sindrom metabolik (r= 0,90 ; p= 0,004).

B. Obesitas

(36)

kelebihan berat badan ini dapat diukur oleh indeks yang disebut BMI. Seseorang dikatakan kelebihan berat badan apabila BMInya lebih besar atau sama dengan 25, sedangkan obesitas apabila BMI lebih besar atau sama dengan 30 (WHO, 2008). Obesitas terbagi menjadi dua tipe yaitu:

1. Obesitas sentral

Pada obesitas sentral terjadi penimbunan lemak dalam tubuh yang melebihi nilai normal di daerah abdominal. Secara anatomis, obesitas sentral merupakan penimbunan lemak yang terdapat di abdominal baik subkutan maupun intra-abdominal. Lemak intraabdominal terdiri atas lemak intraperitonial (omentum dan mesentrik) dan retroperitoneal. Obesitas sentral berkorelasi erat dengan peningkatan mortalitas dan risiko akibat obesitas seperti diabetes mellitus, hipertensi, sindroma metabolik, dan penyakit jantung koroner (Wajchenberg, 2000 ; Adam, 2006).

2. Obesitas perifer

(37)
[image:37.595.71.522.131.650.2]
(38)

Rasio lingkar pinggang-panggul adalah pengukuran sederhana dari obesitas sentral. Nilai rasio lingkar pinggang-panggul memprediksikan risiko berkembangnya kondisi yang berhubungan dengan kelebihan lemak abdominal. Obesitas sentral merupakan kelebihan akumulasi lemak pada bagian abdominal yang merupakan tempat yang berbahaya karena dekat dengan organ vital beserta suplai darahnya. Konsekuensi kesehatan yang berhubungan dengan obesitas tipe ini salah satunya adalah sindrom metabolik (Virtual Medical Centre, 2009).

[image:38.595.69.520.280.577.2]

C. Jaringan Adiposa, Obesitas dan Resistensi Insulin

Gambar 5. Lemak Viseral dan Subkutan (Look for Diagnosis, 2009)

(39)

mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin dan atau sekresi insulin yang abnormal. Jaringan adiposa memiliki efek terhadap keseimbangan glukosa, yang dimediasi oleh endokrin (terutama melalui sintesis dan pelepasan hormon peptida yang disebut adipokin) dan mekanisme non-endokrin (Thevenod, 2008).

Obesitas sentral dan resistensi insulin merupakan faktor signifikan yang dipertimbangkan sebagai penyebab sindrom metabolik (IDF, 2006). Resistensi insulin dikaitkan dengan lemak adiposit yang termasuk di dalam gejala dan tanda insulin resistance syndrome (IRS), sindrom X, atau sindrom metabolik. White Adipose Tissue(WAT) merupakan sebuah gudang penyimpanan, namun sekarang telah diketahui sebagai organ sekretori dan endokrin, yang mensekresikan berbagai hormon peptida dan sitokin (adipokin). Adipokin meliputi leptin, adiponektin, resistin, TNF-α dan interleukin-6, dan juga steroid serta prostaglandin. Adipokin-adipokin tersebut saling berhubungan, secara langsung maupun tidak, terhadap resistensi insulin dan inflamasi, dua kondisi yang diketahui mendasari perkembangan diabetes mellitus tipe 2 dan berhubungan dengan komorbiditas lain, seperti hipertensi, dislipidemia dan aterosklerosis (Eid, 2011).

(40)

diproduksi oleh adiposit dan memiliki efek meningkatkan resistensi insulin (Thevenod, 2008). Bagaimana TNF-α dan ekspresi IL-6 dapat mengakibatkan resistensi insulin masih diperdebatkan, tetapi keduanya menunjukkan aktivitas yang dapat mengganggusignallinginsulin pada jaringan adiposa dan hati. TNF-α dan IL-6 juga diketahui meningkatkan lipolisis dan sekresi free fatty acid (FFA) dari jaringan adiposa ke sirkulasi darah, yang berkontribusi terhadap resistensi insulin pada otot skeletal dan meningkatnya produksi glukosa hepatik (Cartier, 2010).

Pada orang obesitas, berkebalikan dengan adipokin proinflammatory, kadar adiponektin akan mengalami penurunan, khususnya individu dengan adipositas viseral. Adiponektin ditemukan memiliki berbagai efek secara in vitro, yang kompatibel terhadap signalling insulin dan berpotensi sebagai proteksi melawan aterosklerosis. Kadar adiponektin yang menurun merupakan kunci yang bertanggung jawab terhadap profil faktor resiko metabolik aterogenik dan diabetogenik (Despres dan Lemieux, 2006).

(41)

diubah menjadi triasilgliserol dan kolesterol. Kadar NEFA yang tinggi di sirkulasi juga dapat berkontribusi terhadap resistensi insulin pada otot dan hati (Thevenod, 2008). NEFA dapat masuk ke hati dan mengganggu metabolisme hati sehingga produksi glukosa hepatik meningkat (Despres dan Lemieux, 2006).

Obesitas tubuh bagian atas menghasilkan peningkatan efek massa pada daerah viseral yang bersamaan dengan peningkatan mobilisasi asam lemak bebas dari sel lemak individu dalam depot viseral ke vena portal. Kombinasi dari faktor ini menghasilkan peningkatan kadar asam lemak bebas portal pada subjek yang obesitas, mengakibatkan hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan resistansi insulin hepatik. Di samping itu, peningkatan lemak subkutan bagian atas tubuh pada subjek yang obesitas akan menghasilkan kelebihan asam lemak bebas pada sirkulasi periferal, yang akan menghambat uptake glukosa yang dipacu oleh insulin di otot, dan kemungkinan terjadi gangguan sekresi insulin oleh pankreas (Hussain, Hydrie, Clausen dan Asghar, 2011).

Resistensi insulin dimanifestasikan secara fisiologis dengan: 1. Penurunan transport glukosa yang distimulasi oleh insulin 2. Penurunan metabolisme glukosa dalam adiposit dan otot skeletal

3. Produksi glukosa normal hepatik terganggu, yang dicerminkan dalam hiperglikemik pada kondisi puasa, khususnya pada pagi hari (Eid, 2011).

D. Kadar Glukosa Darah

(42)

Jika seseorang akan diuji kadar glukosa darah puasa, orang tersebut sebaiknya tidak minum maupun makan selama 8 jam sebelum dilakukan uji (Dugdale, 2011). Berdasarkan definisi dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2006, seseorang dikatakan mengalami sindrom metabolik pasti memiliki obesitas sentral dan disertai faktor-faktor yang salah satunya yaitu peningkatan kadar glukosa plasma (Fasting Plasma Glucose≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L)).

E. Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta

Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terletak di Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Beberapa fakultas yang terdapat di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta antara lain fakultas farmasi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, fakultas psikologi dan fakultas sains dan teknologi. Jumlah total mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah sebanyak 3415 orang, yang terdiri dari program studi farmasi sebanyak 523 orang, profesi apoteker 137 orang, pendidikan biologi 169 orang, pendidikan matematika 465 orang, pendidikan fisika 243 orang, bimbingan konseling sebanyak 321 orang, psikologi 713 orang, teknik informatika 445 orang, teknik mesin 259 orang dan teknik elektro 140 orang.

F. Landasan Teori

(43)

untuk mengetahui ukuran, proporsi dan komposisi tubuh manusia, termasuk akumulasi dan distribusi lemak tubuh (NHANES, 2007 ; WHO, 2008). Akumulasi dan distribusi lemak tubuh dapat diketahui dari pengukuran antropometri seperti lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) (NHLBI Obesity Education Initiative, 2000; Dalton, dkk., 2003).

Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) adalah metode yang dapat menunjukkan obesitas sentral (WHO, 2008). Obesitas sentral merupakan kelebihan akumulasi lemak pada bagian abdominal di mana obesitas tipe ini berbahaya karena dekat dengan organ vital. Salah satu konsekuensi obesitas sentral adalah sindrom metabolik (Virtual Medical Centre, 2009). Risiko sindrom metabolik meningkat apabila lingkar pinggang wanita≥ 80 cm dan pria≥ 90 cm untuk orang Asia, sedangkan untuk rasio lingkar pinggang-panggul apabila ≥ 0,85 untuk wanita dan≥ 0,90 untuk pria (IDF, 2006 ; WHO, 2008).

(44)

Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan kadar glukosa darah setelah dilakukan puasa lebih kurang 8-10 jam (Departemen Kesehatan, 2005). Menurut International Diabetes Federation (2006), seseorang dikatakan mengalami sindrom metabolik pasti memiliki obesitas sentral dan disertai faktor-faktor yang salah satunya yaitu peningkatan kadar glukosa plasma (Fasting Plasma Glucose≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L)).

F. Hipotesis

(45)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian dilakukan analisis korelasi antara faktor efek dan faktor risiko. Faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya suatu efek, sedangkan faktor efek adalah akibat dari adanya adanya faktor risiko. Studi cross-sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Notoatmodjo, 2002).

Analisis korelasi yang dilakukan adalah lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) sebagai faktor risiko terhadap kadar glukosa darah puasa sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah dengan statistika untuk mengetahui korelasi dari faktor risiko dan faktor efek.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Ukuran lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar pinggang-panggul 2. Variabel tergantung

(46)

a. Variabel pengacau terkendali : usia dan kondisi puasa responden sebelum penelitian

b.Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patologis dan gaya hidup responden

C. Definisi Operasional

1. Subyek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini. Subyek penelitian selanjutnya disebut responden.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometrik dan hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi umur dan latar belakang pendidikan. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP). Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah kadar glukosa darah puasa.

3. Pengukuran lingkar pinggang (LP) dilakukan menggunakan pita pengukur yang dilingkarkan pada titik tengah antara tulang rusuk terbawah dan tepi atas tulang panggung (WHO, 2008). Lingkar pinggang dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm).

4. Pengukuran lingkar panggul dilakukan menggunakan pita pengukur yang diposisikan pada lingkar terlebar dari panggul (WHO, 2008). Lingkar panggul dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm).

(47)

Pita pengukur pada posisi horizontal, sejajar dengan lantai dan tidak menekan kulit (WHO, 2008).

6. Rasio lingkar pinggang-panggul diperoleh dengan menghitung perbandingan antara lingkar pinggang dengan lingkar panggul (WHO, 2008).

7. Kadar glukosa darah puasa diukur di Laboratorium Parahitadengan menggunakan instrumen Architect ci 8200. Responden dalam kondisi puasa 8-10 jam sebelum pengambilan darah. Kadar glukosa darah dinyatakan dalam satuan mg/dL.

8. Kriteria lingkar pinggang menggunakan standar IDF tahun 2006 bagi populasi di Asia Selatan.

9. Kriteria rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) menggunakan standar WHO tahun 2008 bagi populasi Asia.

10. Standar kadar glukosa darah puasa menggunakan standar IDF (International Diabetes Federation) tahun 2006.

D. Responden Penelitian

Responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, bersedia berpuasa 8-10 jam sebelum pengambilan darah dan menandatanganiinformed consent.

(48)
[image:48.595.71.521.221.618.2]

darah, penyakit hati akut maupun kronis, termasuk sedang melakukan kegiatan terkait dengan studinya di luar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan tidak hadir saat pengukuran antropometri dan pemeriksaan darah. Jumlah minimum sampel untuk penelitian korelasi sebesar 30 subyek (Spiegel dan Stephens, 2007).

Gambar 6. Skema Responden Penelitian

(49)

yang hadir adalah 78 responden yang terdiri dari 37 responden wanita dan 41 responden pria dari 95 responden yang menandatanganiinformed consent. Jumlah keseluruhan responden adalah 132 responden, di mana dari 132 data responden, 4 data dieksklusi karena responden tidak melaksanakan puasa 8-10 jam sebelum pengambilan darah, sehingga digunakan 128 responden.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berlokasi di Paingan. Penelitian berlangsung pada bulan Mei-September 2012. Pengambilan data dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma pada tanggal 8 September 2012 dan 15 September 2012.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul “Korelasi Hasil Pengukuran

Antropometrik terhadap Profil Lipid, Kadar hs-CRP, Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” dan telah memperoleh izin dari Komisi Etik

(50)
[image:50.595.70.543.171.660.2]

pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa. Skema di bawah ini menunjukkan kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini.

(51)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian ini adalah non-random dengan jenis purposive. Pada purposive sampling, responden dipilih berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti yaitu bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2010). Pertimbangan dibuat oleh peneliti setelah mengetahui karakteristik populasi, kemudian sebagian anggota populasi yang sesuai dengan pertimbangan peneliti dipilih sebagai responden.

H.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa meteran Butterfly®, untuk mengukur lingkar pinggang dan panggul responden. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa responden dilakukan oleh Laboratorium Parahita menggunakanArchitect ci 8200.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

(52)

2. Permohonan izin dan kerja sama

Permohonan izin diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk memenuhi etika penelitian menggunakan sampel biologis manusia, yaitu darah. Permohonan izin selanjutnya diajukan kepada Rektorat yaitu kepada Kepala Rektor I Universitas Sanata Dharma untuk memperoleh izin melaksanakan penelitian. Permohonan kerja sama diajukan kepada Laboratorium Parahita selaku laboratorium yang mengambil dan mengolah darah responden penelitian. Kemudian dilakukan penawaran kerja sama penelitian kepada calon responden untuk kemudian calon responden yang bersedia mengikuti penelitian ini akan mengisi infomed consent. Permohonan ijin juga dilakukan kepada BLU dan kepala bagian rumah tangga untuk meminjam ruangan yang digunakan untuk melaksanakan pengambilan data.

3. Pencarian calon responden dan penawaran kerja sama kepada calon

responden penelitian

(53)

responden.. Calon responden yang bersedia bekerja sama dalam penelitian diminta menghadiri tahap awal yaitu briefing. Calon responden yang bersedia untuk bekerja sama diminta data berupa nomorhandphone yang digunakan untuk pemberitahuan adanya briefing. Tahap awal (briefing) dilakukan dengan pemberian informasi kepada seluruh calon responden yang bersedia mengikuti penelitian, sehingga mereka mengenal antropometri dan pentingnya untuk mengetahui korelasinya terhadap profil lipid, kadar hs-CRP, tekanan darah dan kadar glukosa darah puasa. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi deteksi dini bagi mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma untuk faktor risiko abnormalitas metabolik dan supaya calon responden terdorong untuk terlibat dalam penelitian ini. Media sosialisasi yang digunakan adalah dalam bentuk presentasi yang dibantu dengan leaflet. Leaflet berjudul “Pengukuran Antropometri” mencakup informasi mengenai antropometri dan perannya untuk

mengetahui distribusi dan akumulasi lemak di tubuh, serta pemeriksaan penunjang di laboratorium untuk mengetahui profil kesehatan. Informasi dalam leaflet disusun secara singkat, padat dan dilengkapi ilustrasi sehingga mudah dipahami oleh calon responden. Apabila calon responden bersedia bekerja sama maka diminta untuk mengisi dan menandatanganiinformed consent.

4. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

(54)

sama ketika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama pada satu waktu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Validasi dan uji reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul satu individu sebanyak lima kali berturut-turut menggunakan instrumen penelitian yang sama. Nilai CV (coefficient of variation) yang diperoleh untuk pengukuran pria adalah 0,21% (lingkar pinggang) dan 0% (rasio lingkar pinggang-panggul), sedangkan untuk pengukuran wanita didapatkan CV sebesar 0,25% (lingkar pinggang) dan 0% (rasio lingkar pinggang-panggul). Instrumen penelitian dikatakan reliabel dan memiliki presisi yang baik bila nilai CV≤ 5% (Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011).

5. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri

(55)

6. Pembagian hasil pemeriksaan darah dan pengukuran antropometri

Hasil pemeriksaan darah dan pengukuran antropometrik diberikan secara personal kepada masing- masing responden. Responden diberi penjelasan untuk memahami hasil pemeriksaan darah dan pengukuran antropometrik.

7. Analisis data secara statistik.

J.Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan taraf kepercayaan 95%. Langkah awal adalah dilakukan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov)untuk melihat distribusi normal suatu data. Suatu data dikatakan normal bila nilai Asymp. Siglebih besar dari 0,05. Setelah mengetahui distribusi data, dilakukan uji hipotesis komparatif antara dua kelompok data dan uji korelasi.

Dilakukan uji hipotesis komparatif antara rerata kadar glukosa darah puasa pada wanita dengan kelompok lingkar pinggang < 80 cm dan≥80 cm, pada pria dengan kelompok lingkar pinggang <90 cm dan≥ 90 cm serta wanita dengan kelompok RLPP < 0,85 dan ≥0.85 serta pada pria kelompok RLPP <0.90 dan ≥ 0,90. Bila data terdistribusi normal maka digunakan uji t tidak berpasangan sedangkan bila data terdistribusi tidak normal digunakan uji Mann-Whitney. Dikatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data apabila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2012).

(56)
[image:56.595.66.523.181.686.2]

Data dikatakan memiliki korelasi yang bermakna bila nilai p ˂ 0,05 dan kekuatan korelasi dinyatakan melalui koefisien korelasi (Dahlan, 2012).

Tabel I. Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ( Dahlan, 2012)

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatan korelasi 0,0 - < 0,2 Sangat lemah

0,2 - < 0,4 Lemah

0,4 - < 0,6 Sedang

0,6 - < 0,8 Kuat

0,8–1 Sangat kuat

Nilai p p < 0,05 Korelasi bermakna

p > 0,05 Tidak terdapat korelasi yang bermakna

Arah korelasi + (positif) Searah

- (negatif) Berlawanan

K. Kesulitan Penelitian

(57)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Karakteristik Responden

[image:57.595.70.517.288.675.2]

Penelitian ini melibatkan mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang usia 17-24 tahun. Profil karakteristik 128 responden yang dianalisis secara statistik meliputi usia, lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) dan kadar glukosa darah puasa. Sebelum dilakukan uji hipotesis (statistik analitis) perlu dilakukan analisis statistik deskriptif yang merupakan dasar bagi statistik analitis. Analisis statistik deskriptif perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Distribusi data penelitian diuji secara analitis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnovuntuk jumlah data (n) > 50 (Dahlan, 2012).

Tabel II. Profil Karakteristik Responden Wanita

Karakteristik Wanita (n = 69) P

Median/mean ± SD

Usia (tahun) 20 (17-22)** 0,000

Lingkar pinggang (cm) 71,97 (55,87-102,10)** 0,023

RLPP 0,796 ± 0,054* 0,200

Kadar glukosa puasa (mg/dL)

77,23 ± 5,67* 0,200

*mean ± SD

**median (minimum-maksimum)

(58)
[image:58.595.70.506.129.702.2]

Tabel III. Profil Karakteristik Responden Pria

Karakteristik Pria (n = 59) p

Median /mean ± SD

Usia (tahun) 21 (17-24)** 0,000

Lingkar pinggang (cm) 82,03(59,63-140,23)** 0,008

RLPP 0,86(0,76-1,07)** 0,029

Kadar glukosa puasa (mg/dL)

80,34 ± 6,57* 0,200

*mean ± SD

**median (minimum-maksimum)

P< 0,05 menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal

1. Usia

(59)
[image:59.595.71.520.96.617.2]

Gambar 8. Histogram Distribusi Usia Responden Pria

Gambar 9. Histogram Distribusi Usia Responden Wanita

2. Lingkar pinggang

(60)

wanita terdistribusi tidak normal. Distribusi data lingkar pinggang dapat dilihat pada gambar 10 dan 11 menunjukkan sebaran data yang tidak merata.

[image:60.595.70.521.167.635.2]

Gambar 10. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden Pria (cm)

Gambar 11. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden Wanita (cm)

3. Rasio lingkar pinggang-panggul

(61)
[image:61.595.70.521.196.692.2]

0,86 dan nilai minimum 0,76 serta nilai maksimum 1,07. Nilai signifikansi yang diperoleh pada wanita adalah p = 0,200 dan pada pria p = 0,029, menunjukkan distribusi data untuk wanita merata sedangkan pada pria distribusi data tidak merata (Gambar 12 dan Gambar 13).

Gambar 12. Histogram Distribusi RLPP Responden Wanita

(62)

4. Kadar glukosa darah puasa

Menurut National Institute of Health (NIH), pada pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, responden harus berpuasa minimal 8 jam. Beberapa pertimbangan dalam pemeriksaan kadar glukosa darah puasa adalah penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan maupun menurunkan kadar glukosa. Contoh obat yang meningkatkan kadar glukosa adalah obat-obat beta-bloker (propanolol) dan yang menurunkan kadar glukosa salah satunya adalah parasetamol (NIH, 2012). Selain itu yang mempengaruhi kadar glukosa darah adalah makanan dan aktivitas (The Global Diabetes Community, 2010). Glukosa merupakan sumber energi bagi sebagian besar sel dalam tubuh, termasuk sel-sel di otak. Karbohidrat seperti pada buah, sereal, roti, pasta, dan nasi cepat diubah menjadi glukosa di dalam tubuh dan akan meningkatkan kadar glukosa darah (NIH, 2012). Tidak melakukan aktivitas dalam 1 hari biasanya akan meningkatkan kadar glukosa darah pada hari tersebut. Sedangkan aktivitas dapat mempengaruhi sensitivitas insulin sampai dengan 48 jam yang dapat mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih rendah dalam waktu tersebut (The Global Diabetes Community, 2010).

(63)
[image:63.595.69.523.103.660.2]

Gambar 14. Histogram Distribusi Kadar Glukosa Darah Puasa Responden Wanita (mg/dL)

(64)

B. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria

dengan Lingkar Pinggang <90 cm dan Lingkar Pinggang≥90 cm

[image:64.595.71.515.293.660.2]

BerdasarkanInternational Diabetes Federationtahun 2006, batas lingkar pinggang untuk pria populasi Asia Selatan adalah 90 cm. Responden penelitian dikelompokkan menjadi 2, yaitu kelompok dengan LP < 90 cm dan kelompok dengan LP≥90 cm. Distribusi kadar glukosa darah puasa antara kedua kelompok diuji menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data pada kedua kelompok adalah 43 dan 16 responden secara berurutan. Menurut Dahlan (2012), untuk jumlah data (n) ≤ 50 maka distribusi data diuji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Nilai median kadar glukosa darah puasa pada kelompok LP < 90 cm dan kelompok LP ≥ 90 cm secara berurutan adalah 81,00 (64,00-88,00) mg/dL dan 80,00 (65,00-97,00) mg/dL. Rerata kadar glukosa darah puasa pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan uji komparatif t-test karena kadar glukosa darah puasa pada kelompok LP < 90 dan LP≥ 90 cm terdistribusi normal dengan nilai p = 0,104 dan 0,845 secara berurutan.

Tabel IV. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa Responden Pria pada Kelompok dengan LP < 90 dan LP≥ 90 cm

LP < 90 cm LP≥ 90 cm

Karakteristik n = 43 n = 16 p

Kadar Glukosa Darah Puasa

(mg/dL)

81,00 (64,00-88,00)

80,00 (65,00-97,00)

0,688*

*terdapat perbedaan yang tidak bermakna ( p >0,05)

(65)

Hal ini sejalan dengan penelitian Liu et al. (2011), di mana tidak terdapat perbedaan lingkar pinggang responden pria yang bermakna pada kelompok kadar glukosa puasa < 5,6 mmol/l dan ≥ 5,6 mmol/l (p = 0,055). Penelitian Graham (2011) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan lingkar pinggang yang signifikan di antara kelompok glukosa darah < 100 mg/dL dan≥ 100 mg/dL baik pada pria maupun wanita dengan rerata usia 20 ± 1,86 tahun (p = 0,412).

C. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden

Wanita dengan Lingkar Pinggang <80 cm dan Lingkar Pinggang≥80 cm

(66)
[image:66.595.73.515.120.690.2]

Tabel V. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa Responden Wanita pada Kelompok dengan LP < 80 dan LP≥ 80 cm

LP < 80 cm LP≥ 80 cm

Karakteristik n = 50 n = 19 p

Kadar Glukosa Darah Puasa

(mg/dL)

77,50 (67,00-87,00)

77,00 (58,00-92,00)

0,134*

*terdapat perbedaan yang tidak bermakna ( p >0,05)

Melalui analisis statistik diperoleh nilai p = 0,134 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar glukosa darah puasa yang tidak bermakna antara kelompok responden wanita dengan LP < 80 cm dan kelompok dengan LP≥ 80 cm. Pada penelitian Pongsatha et al. (2012) menyatakan hasil yang berbeda di mana terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,000) pada kelompok wanita menopause berusia 40 tahun ke atas dengan lingkar pinggang < 80 cm dan ≥80 cm. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Liu et al. (2011) pada kelompok wanita dengan usia 49,30 ± 16,19 tahun di mana ditemukan perbedaan lingkar pinggang yang bermakna (p= 0,001) pada kelompok glukosa darah puasa < 5,6 mmol/l dan ≥ 5,6 mmol/l. Hasil yang berbeda dimungkinkan karena perbedaan usia responden yang digunakan dalam penelitian.

D. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria

dengan RLPP < 0,90 dan RLPP≥ 0,90

(67)
[image:67.595.70.521.304.639.2]

kelompok dengan RLPP ≥ 0,90. Distribusi kadar glukosa darah puasa antara kedua kelompok diuji menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data 2 kelompok tersebut secara berurutan adalah 43 dan 16 responden. Nilai median kadar glukosa darah puasa pada kelompok RLPP < 0,90 dan kelompok RLPP ≥ 0,90 secara berurutan adalah 80,00 (64,00-97,00) mg/dL dan 83,00 (71,00-96,00) mg/dL. Rerata kadar glukosa darah puasa pada kedua kelompok dibandingkan dengan menggunakan uji hipotesis komparatif t-test karena kadar glukosa darah baik pada kelompok RLPP < 0,90 maupun RLPP ≥ 0,90 memiliki distribusi yang normal (p = 0,664 dan p = 0,558).

Tabel VI. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa Responden Pria pada Kelompok dengan RLPP < 0,90 dan RLPP≥ 0,90

RLPP < 0,90 RLPP≥ 0,90

Karakteristik n = 43 n = 16 p

Kadar Glukosa Darah Puasa

(mg/dL)

80,00 (64,00-97,00)

83,00 (71,00-96,00)

0,684*

*terdapat perbedaan yang tidak bermakna ( p >0,05)

(68)

E. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden

Wanita dengan RLPP < 0,85 dan RLPP≥ 0,85

[image:68.595.71.515.276.652.2]

Menurut World Health Organization tahun 2008, kriteria rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) bagi wanita adalah 0,85 untuk populasi Asia. Responden wanita dikelompokkan menjadi 2, yaitu kelompok dengan RLPP < 0,85 dan kelompok dengan RLPP ≥ 0,85. Distribusi kadar glukosa darah puasa antara kedua kelompok diuji menggunakan ujiKolmogorov-Smirnovdan Shapiro-Wilk karena jumlah data 2 kelompok tersebut secara berurutan adalah 59 dan 10 responden. Nilai median kadar glukosa darah puasa pada kelompok RLPP < 0,85 dan kelompok RLPP ≥ 0,85 secara berurutan adalah 77,00 (58,00-92,00) mg/dL dan 78,50 (73,00-85,00) mg/dL. Rerata kadar glukosa darah puasa pada kedua kelompok dibandingkan dengan menggunakan uji hipotesis komparatif t-test karena kadar glukosa darah baik pada kelompok RLPP < 0,85 maupun RLPP ≥ 0,85 memiliki distribusi yang normal (p = 0,200 dan p = 0,997).

Tabel VII. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa Responden Wanita pada Kelompok dengan RLPP < 0,85 dan RLPP≥ 0,85

RLPP < 0,85 RLPP≥ 0,85

Karakteristik n = 59 n = 10 p

Kadar Glukosa Darah Puasa

(mg/dL)

77,00 (58,00-92,00)

78,50 (73,00-85,00)

0,205*

*terdapat perbedaan yang tidak bermakna ( p >0,05)

(69)

0,85. Hasil ini berbeda dengan penelitian Pongsatha et al. (2012) pada kelompok wanita menopause berusia 40 tahun ke atas, yang menyatakan bahwa adanya perbedaan yang bermakna kadar glukosa darah puasa antara kelompok wanita dengan RLPP < 0,8 dan RLPP ≥ 0,8 (p= 0,002). Namun, penelitian Liu dkk. (2011) di Cina, menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna antara RLPP pada kelompok kadar glukosa puasa < 5.6 mmol/L dengan ≥ 5,6 mmol/L (p= 0,493).

F. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Responden Pria dan Wanita terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa

[image:69.595.71.522.260.663.2]

Analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan RLPP dengan kadar glukosa darah puasa adalah uji korelasi. Dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi Spearman pada responden pria karena walaupun data kadar glukosa darah puasa terdistribusi normal, data lingkar pinggang dan RLPP tidak terdistribusi normal. Pada responden wanita digunakan analisis Spearman pada uji korelasi lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa dan analisis Pearson pada uji korelasi RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa. Menurut Dahlan (2011), apabila terdapat data dengan distribusi tidak normal maka digunakan analisis korelasiSpearmandalam uji korelasi. Sedangkan apabila data terdistribusi normal maka digunakan analisis korelasiPearson.

Tabel VIII. Korelasi Lingkar Pinggang (cm) dan RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria

Variabel r p

Lingkar pinggang (cm) 0,034 0,795*

RLPP 0,168 0,204*

(70)

Melalui uji korelasi lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa diperoleh nilai p = 0,795 yang menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa (p>0,05). Nilai korelasi Spearman sebesar 0,034 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah (Dahlan, 2012). Lingkar pinggang memiliki korelasi positif terhadap kadar glukosa darah puasa, namun korelasi di antara keduanya sangat lemah. Arah korelasi ditunjukkan dengan nilai yang positif yang berarti korelasi di antara kedua variabel adalah searah, di mana semakin besar lingkar pinggang maka akan semakin besar pula kadar glukosa darah puasa (Dahlan, 2012).

(71)
[image:71.595.69.520.93.675.2]

Gambar 16. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang (cm) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Pria

Nilai signifikansi yang diperoleh pada uji korelasi RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa adalah 0,204 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang tidak bermakna antara RLPP dengan kadar glukosa darah puasa pada responden pria (p>0,05), dengan nilai r = 0,168 yang menunjukkan kekuatan korelasinya sangat lemah.

(72)
[image:72.595.74.521.189.653.2]

darah puasa, dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Hal yang serupa juga ditunjukkan pada penelitian Lipoeto (2007), uji korelasi hubungan RLPP dengan kadar glukosa darah pada responden pria dewasa tidak bermakna secara statistika (p>0,05) dan memiliki nilai r = 0,106.

Gambar 17. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Pria

Tabel IX. Korelasi Lingkar Pinggang (cm) dan RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Wanita

Variabel r p

Lingkar pinggang (cm) 0,102 0,406*

RLPP 0,014 0,909*

*terdapat korelasi yang tidak bermakna (p > 0,05)

(73)

lemah. Arah korelasi ditunjukkan dengan nilai yang positif yang berarti korelasi di antara kedua variabel adalah searah, di mana semakin besar lingkar pinggang maka akan semakin besar pula kadar glukosa darah puasa (Dahlan, 2012).

(74)
[image:74.595.68.518.98.652.2]

Gambar 18. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Wanita

(75)
[image:75.595.68.519.100.676.2]

Gambar 19. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Wanita

Pengukuran RLPP menggunakan dua variabel pengukuran, di mana masing-masing variabel pengukuran berpotensi memiliki kesalahan pengukuran. Hal ini membuat pengukuran RLPP lebih sulit untuk dilakukan dan kurang reliabel dibandingkan dengan pengukuran lingkar pinggang (Wang dan Hoy, 2004). Penelitian Koning, dkk. (2007) menyatakan bahwa adanya peningkatan lingkar panggul berkaitan dengan peningkatan lemak subkutan panggul, otot gluteal dan massa otot kaki. Massa otot kaki menunjukkan pengukuran aktivitas fisik. Pernyataan ini didukung oleh Chan, dkk. (2003), bahwa nilai RLPP tidak memperhitungkan adanya variasi yang besar pada jumlah lemak dan jaringan adiposa viseral abdominal. Selain itu, sejalan dengan pernyataan Wang dan Hoy bahwa pengukuran RLPP ini melibatkan dua pengukuran yang dapat mengakibatkanmeasurement error.

(76)

kurangnya standar pengukuran untuk lingkar pinggang merupakan suatu kelemahan, di mana WHO merekomendasikan pengukuran pada titik tengah di antara tulang rusuk paling bawah dan tulang panggul tepi atas, guideline NHANES III menyatakan bahwa dengan menggunakan satu titik di atas tulang panggul sebelah kanan, North American Association for the Study of Obesity (NAASO) dan NHLBI menggunakan tulang panggul sebelah kanan. Standarisasi lokasi tubuh diperlukan untuk mendapatkan pengukuran yang reliabel dari lingkar abdominal. Penulis menggunakan standar WHO dalam pengukuran lingkar pinggang. Kemungkinan measurement error dapat dihindari dengan validasi metode, salah satunya dengan pengukuran nilai CV (coefficient of variation) pada penelitian. CV yang dikehendaki untuk penelitian adalah ≤ 5% menurut Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik (2011), di mana pada penelitian didapatkan CV untuk pengukuran pria adalah 0,21% (lingkar pinggang) dan 0% (rasio lingkar pinggang-panggul), sedangkan untuk pengukuran wanita didapatkan CV sebesar 0,25% (lingkar pinggang) dan 0% (rasio lingkar pinggang-panggul).

(77)

mellitus tipe 2 adalah orang dengan usia lebih dari 45 tahun. Kemungkinan terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2 meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Edmundson, 2012). Di negara berkembang, jumlah terbesar orang yang menderita diabetes adalah pada kelompok usia 45-64 tahun, sedangkan di negara maju ditemukan pada usia 65 tahun ke atas (Wild, Gojka, Green, Sicree dan King, 2004). Menurut Ramachandran, Snehalatha, Shetty dan Nanditha (2012), pada populasi India, prevalensi diabetes mencapai puncak pada usia 60-69 tahun, sedangkan pada populasi Cina pada usia 79-89 tahun.

(78)
[image:78.595.68.520.113.685.2]

Gambar 20. Prevalensi Diabetes Global berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (Wild, 2004)

Proses penuaan mempengaruhi perubahan fungsi pada sel beta pankreas yang akhirnya menyebabkan perubahan aksi insulin. Metabolisme glukosa akan berkurang fungsinya pada dekade ketiga atau keempat dalam kehidupan dan akan terjadi kemunduran yang cepat pada usia 60 tahun. Perubahan toleransi glukosa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti: resistensi insulin, defisiensi sel beta dan obesitas dapat memperbesar timbulnya gejala DM (Ashary, 2010).

Timbulnya resistensi insulin pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

a. P

Gambar

Tabel I.Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah
Gambar 16.Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang (cm) terhadap Kadar
Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang (NHLBI, 2012)
Gambar 2. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Perbedaan Etnis olehInternational Diabetes Federation, 2006.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh dari uji korelasi dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat korelasi positif bermakna dengan kekuatan lemah antara lingkar

Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,356 ; p=0,013) dan terdapat korelasi

Hasil uji Rank spearman didapatkan bahwa variabel rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan dengan glukosa darah puasa pada lansia menunjukkan tidak adanya korelasi

Yulniati, E., 2010, Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah, Skripsi , Universitas Sanata

Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r = 0,655; p &lt; 0,001) dan terdapat korelasi tidak

Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul diharapkan mampu memberikan gambaran awal terhadap peningkatan rasio kadar kolesterol total/HDL dalam

Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan sedang antara lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida (r = 0,442; p =0,000) dan korelasi yang

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL