• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar Hs-CRP dalam darah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar Hs-CRP dalam darah - USD Repository"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syararat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Margareta Sisca Ganwarin

NIM : 078114032

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP KADAR Hs-CRP DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syararat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Margareta Sisca Ganwarin

NIM : 078114032

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Lewati hari ini dengan hati penuh ucapan syukur. Namun ketika

hari ini ada kekuatiran, kekecewaan, kegelisahan dan ketakutan,

ingatlah bahwa Yesus tetap setia disampingmu.

Ia tidak akan

pernah terlelap. Ia menjagamu (Mas 121).

Kesuksesan lebih diukur dari rintangan

yang berhasil diatasi seseorang saat berusa

untuk sukses daripada dari posisi yang telah

diraihnya dalam kehidupan (Booker T.

Washingtong).

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Christus, Bunda Maria

Mama, papa, keluargaku tercinta

(6)
(7)
(8)

viii

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas penyertaan, bimbingan, dan perlindungan yang diberikan kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah” untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan, pengarahan, dukungan, semangat dari berbagai pihak. Penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Rasa terimah kasih

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Rektorat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan

ijin untuk melakukan penelitian Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Komisi Etik Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian ini.

3. Ipang Djunarko M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing akademis yang selalau

memberi motivasi pada penulis.

4. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen pembimbing atas kesabaran dalam

memberikan bimbingan, nasihat, dukungan dan kesediaan waktunya untuk

(9)

ix

5. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt selaku dosen penguji atas

masukan-masukan dan saran yang berharga.

6. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas

masukan-masukan dan saran yang berharga.

7. Laboratorium Parahita Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama

dalam pengambilan dan pengukuran sampel darah.

8. Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah banyak memberikan ilmu dan

didikannya kepada penulis.

9. Y. Agung Santoso, S.Psi., MA yang telah banyak membantu dan

membimbing penulis selama pengolahan data.

10.Bapak-bapak dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

11.Bapak, Ibu, Kakak-kakak, serta Adik-adikku yang selalu berdoa,

memberikan dukungan moral, spiritual, maupun materiil. Cinta kalian

memberikan kekuatan dan semangat bagiku.

12.Ama, Om-Tante, dan sepupu-sepupuku atas doa dan dukungannya.

13.My best friends Paulina dan Eka, sepupuku Tessa yang selalu menemani

dan membantuku selama kuliah.

14.Teman-teman seperjuangan: Eka, Paulina, Lisa, Febri, Ita, Fetri, Ridho,

dan Eric yang telah memberi motivasi, semangat, saran, bantuan, serta

kerjasamanya dalam mengerjakan skripsi ini.

(10)

x

16.Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tentunya dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari

kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran

yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih atas perhatian tehadap skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………….. vi

(12)

xii

2. Patogenesis ………... 7

B. Pengukuran Antropometri ………. 7

1. Lingkar pinggang (waist circumference) ……… 8

2. Rasio lingkar pinggang-panggul (waist-hip ratio) ………... 9

(13)

xiii

2. Permohonan ijin dan kerja sama ……… 26

3. Penawaran kerjasama kepada calon responden………... 26

4. Validitas dan reliabilitas intrumen penelitian………... 27

5. Pengukuran parameter ………. 28

B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP Antara Kelompok Lingkar Pinggang <90 cm dan Lingkar Pinggang ≥90 cm ……….. 37

C. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP Antara Kelompok Rasio Lingkar Pinggang-panggul <0,90cm dan Rasio Lingkar Pinggang-panggul ≥ 0,90… 39 D. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah………... 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 45

A. Kesimpulan ………... 45

(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ……….. 46

LAMPIRAN ……… 50

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis IDF (2006)……… 9 Tabel II. Profil Karakteristik Responden ………... 32 Tabel III. Perbedaan Kadar Hs-CRP Antara Dua Kelompok Lingkar

Pinggang……… 37

Tabel IV. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah ………. 39

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk Tubuh Apple dan Pear………. 6

Gambar 2. Pengukuran Lingkar Pinggang………. 8

Gambar 3. Pengukuran Lingkar Pinggang-Panggul……….……. 10

Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Plasma CRP Setelah Stimulus Inflamasi……….….. 12

Gambar 5. Peranan Jaringan Lemak Visceral Terhadap Faktor Risiko Kardiovaskular ………. 17

Gambar 6. Skema Responden ……… 22

Gambar 7. Skema Pembagian Kajian ……… 24

Gambar 8. Kurva Distribusi Data Usia ……… 33

Gambar 9. Kurva Distribusi Data Lingkar Pinggang………. 34

Gambar 10. Kurva Distribusi Data Rasio Lingkar Pinggang-panggul………. 35

Gambar 11. Kurva Distribusi Data Kadar Hs-CRP……… 36

Gambar 12. Diagram Pencar Korelasi Antara Lingkar Pinggang Dengan Kadar Hs-CRP ……… 42

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Rektorat Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta…..………. 52

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan FK UGM Yogyakarta…..……… 51

Lampiran 3. Surat Permintaan Data Dosen dan Karyawan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta ……… 53

Lampiran 4. Informed Consent……….. 54

Lampiran 5. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Usia ……… 55 Lampiran 6. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Lingkar Pinggang ……… 58 Lampiran 7. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul ………...………. 61

Lampiran 8. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kadar Hs-CRP ………… 64 Lampiran 9. Uji Normalitas Komparatif Kriteria Lingkar Pinggang dan

Kadar Hs-CRP ………. 67

Lampiran 10. Uji Komparatif Mann-Whitney ……… 72 Lampiran 11. Uji Normalitas Komparatif Kriteria Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul dan Kadar Hs-CRP ………..……. 73

Lampiran 12. Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-

Panggul Terhadap Kadar Hs-CRP ……… 77

Lampiran 13. Diagram Pencar Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

(18)

xviii

Lampiran 15. Leaflet………. 80

(19)

xix

INTISARI

Obesitas sentral merupakan faktor risiko sindrom metabolik yang berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular. Kadar high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) dalam darah berfungsi sebagai penanda inflamasi sistemik yang penting pada penyakit kardiovaskular. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri yang menunjukkan obesitas sentral yang dapat dipakai sebagai metode sederhana, praktis, ekonomis, dan aplikatif untuk memberikan gambaran awal dan deteksi dini terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik desain cross-sectional. Total sampel adalah 70 subyek pria yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian yang dipilih secara non random sampling jenis porposive sampling. Analisis komparatif menggunakan uji Mann-Whitney dan analisis korelasi menggunakan uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji komparatif menunjukkan terdapat perbedaan kadar hs-CRP yang tidak bermakna antara kelompok lingkar pinggang ≥90cm dan kelompok lingkar pinggang <90cm. Korelasi Spearman menunjukkan korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,263; p=0,028), sedangkan antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah terdapat korelasi positif yang tidak bermakna (p>0,05).

(20)

xx

ABSTRACT

Central obesity is a risk factor for metabolic syndrome associated with risk of cardiovascular disease. The level of high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) in the blood function is an important marker of systemic inflammation in cardiovascular disease. Waist circumference and waist-hip ratio are the anthropometric measurement that indicates central obesity that can be used as a simple, practical, economical, and applicable method to give early description and detection on the risk of cardiovascular disease.

The aim of this study was analyzed any correlation between waist circumference and waist-hip ratio with hs-CRP level in the blood. This was analytical observational with cross-sectional study design. The total sample was 70 male subjects who met the inclusion and exclusion criteria and were choosen by non-random sampling with porposive sampling. Comparative analysis used Mann-Whitney test while correlational analysis used Spearman correlation test with 95% confidence intervals.

The result of comparative test showed that there was insignificant different level of hs-CRP group with waist circumference ≥ 90cm and the group with waist circumference <90 cm. Correlation test showed significant positive correlation between waist circumference and hs-CRP level in the blood (r=0.263, p=0.028), whereas between waist-hip ratio and hs-CRP level in the blood was no significant positive correlation (p>0.05).

(21)

A. Latar Belakang

International Diabetes Federation (IDF) (2006) melaporkan bahwa

obesitas berhubungan dengan sindrom metabolik. Obesitas berkontribusi terhadap

hipertensi, tingginya serum kolesterol, rendahnya HDL, dan hiperglikemia, dan

berhubungan secara independen dengan tingginya risiko penyakit kardiovaskular.

Obesitas sentral merupakan salah satu komponen sindrom metabolik yang

berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Obesitas saat ini merupakan

masalah yang sangat serius dan muncul sebagai salah satu ancaman kesehatan

baik di negara maju maupun negara berkembang yang utamanya diakibatkan oleh

modernisasi gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang kurang sehat seperti diet

tinggi lemak, tinggi kalori, makanan-minuman manis, dan kurangnya aktivitas

fisik berkaitan dengan kecenderungan peningkatan prevalensi obesitas di seluruh

dunia. Ketidakseimbangan kalori yang diterima dan kalori yang digunakan ini

dapat menyebabkan obesitas.

Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2005 sekitar 400 juta orang

dewasa di dunia mengalami obesitas. Perkiraan hingga tahun 2015 akan ada 700

juta orang dewasa mengalami obesitas. Menurut data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) di Indonesia tahun 2007 prevalensi nasional obesitas pada penduduk

berusia ≥15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada

(22)

2

Metode pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul merupakan salah satu metode pengukuran antropometri yang

menunjukkan status kegemukan, terutama obesitas sentral. Pengukuran ini dapat

mengukur distribusi lemak dalam tubuh khususnya di perut sehingga berkaitan

dengan risiko terjadinya penyakit khususnya penyakit kardiovaskular (Indra,

2006).

Penyakit jantung dapat dimulai dengan adanya proses inflamasi yang

berlangsung lama (kronis). Beberapa hal diketahui menjadi penyebab penyakit

jantung koroner adalah kondisi obesitas, resistensi insulin dan kadar kolesterol

yang tinggi. Pada penderita obesitas terjadi peningkatan sekresi sitokin interleukin

6 (IL-6) oleh jaringan adiposa yang menimbulkan inflamasi sub-klinik kronik

(asimptomatik) yang ditandai dengan tingginya kadar high sensitivity C-reactive

protein (hs-CRP). High sensitivity C-reactive protein merupakan salah satu

penanda inflamasi yang penting pada penyakit kardiovaskular (Kumar, Abbas,

Fausto, dan Aster, 2010).

Penelitian dari Physician’s Health menunjukkan pria dengan kadar

hs-CRP dalam darah yang tinggi mempunyai risiko tiga kali lipat terkena serangan

jantung dan dua kali lipat terkena stroke. Penelitian dari Women’s Health

menunjukkan wanita dengan kadar hs-CRP dalam darah yang tinggi dapat

meningkatkan risiko serangan jatung atau stroke tujuh kali lipatnya (Rifai, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Park, Park, dan Yu (2005) melaporkan

bahwa adanya korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang, rasio

(23)

korelasi (r=0,75; p<0,0001 dan r=0,68; p<0,0001). Hasil yang serupa juga

dilaporkan oleh Chaikate et al. (2006) bahwa terdapat korelasi positif yang

bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP pada pria (r=0,27;

p<0,05), dan antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar hs-CRP (r=0,20;

p<0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2008) menunjukkan terdapat

korelasi positif yang tidak bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar

hs-CRP (r=0,201; p>0,01).

Pentingnya dilakukan kembali penelitian korelasi ini untuk menegaskan

bahwa benarkah terdapat korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang,

lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah. Penelitian ini

dilakukan pada rentang usia 30-50 tahun yang merupakan rentang usia produktif

berisiko tinggi terkena penyakit degeneratif. Berbicara mengenai penyakit

degeneratif umumnya orang akan berpikir kepada penyakit-penyakit yang diderita

saat mencapai usia lanjut, sayangnya pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar

juga tidak sepenuhnya salah. Menurut Tapan (2005) penyakit degeneratif seperti

obesitas, dislipidemia, jantung koroner, kardiovaskular, dan diabetes mellitus bisa

saja diderita oleh mereka yang belum memasuki era lansia (<60 tahun).

Berdasarkan gambaran tersebut diatas, maka pengetahuan tentang

prediktor awal risiko penyakit kardiovaskular sangat penting untuk dilakukan.

Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul diharapkan

dapat dipakai sebagai salah satu metode untuk deteksi dini maupun prediktor awal

terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular, sehingga pengukuran ini dapat

(24)

4

oleh masyarakat sebagai deteksi dini faktor risiko untuk mewaspadai penyakit

kardiovaskular.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah

korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu:

a. Pujiati (2008) menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna

antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r=0,201; p=0,170).

b. Chaikate et al. (2006)menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang

bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP pada pria

(r=0,27; p=0,006) dan rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar

hs-CRP (r=0,20;p=0,032 (p<0,05).

c. Park et al. (2005) menunjukkan adanya korelasi positif yang bermakna

antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r=0,75 ; p<0,0001) dan

rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar hs-CRP (r=0,68; p<0,0001).

d. Jorga, Evivic, Maksimovic, Uriic, dan Davidovic (2006) menunjukkan

adanya korelasi positif yang tidak bermakna antara lingkar pinggang

dengan kadar hs-CRP pada pria (r=0,18; p=0,017).

e. Nishida, Moriyama, Sugita, dan Takihara (2007) menunjukkan adanya

korelasi negatif yang bermakna antara kadar hs-CRP dengan obesitas

(25)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya dalam hal subyek penelitian, tempat penelitian, dan metode

pengambilan sampel. Subyek dalam penelitian ini yaitu dosen dan karyawan pria

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi penelitian. Tempat penelitian ini adalah Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini secara non-random

sampling jenis porposive sampling.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan referensi

adanya korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul

terhadap kadar hs-CRP dalam darah yang merupakan penanda inflamasi sehingga

dapat dipakai sebagai prediktor awal risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.

b. Manfaat praktis.

Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan

metode yang sederhana, praktis, ekonomis, tidak invasif dan aplikatif diharapkan

mampu memberikan gambaran awal kadar hs-CRP dalam darah sebagai prediktor

dan deteksi dini terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar

(26)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obesitas 1. Definisi

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh (body fat). Obesitas sentral

adalah peningkatan lemak tubuh yang lokasinya lebih banyak di daerah abdominal

dari pada di daerah panggul, paha atau lengan (Soegih dan Wiramihardja, 2009).

Obesitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit

kardiovaskular. Distribusi lemak dalam tubuh juga sangat penting, dimana risiko

lebih besar untuk terjadinya penyakit kardiovaskular ketika distribusi lemak yang

menyebabkan tingginya rasio lingkar pinggang-panggul, atau dengan bentuk

tubuh apple shape dibandingkan dengan bentuk tubuh pear shape yang

disebabkan jumlah lemak abdominal dalam mesenterikum dan omentum yang

lebih besar. Jumlah lemak abdominal adalah prediktor yang lebih baik untuk

memprediksikan bahaya pada kesehatan dari pada jumlah lemak subkutan (Fox,

2004). Bentuk tubuh apel dan pir dapat dilihat pada gambar 1.

(27)

2. Patogenesis

Terjadinya obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi

dalam tubuh. Keseimbangan energi ditentukan oleh asupan energi yang berasal

dari zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein serta kebutuhan

energi yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal, aktifitas fisik dan thermic

effect of food (TEF) yaitu energi yang dibutuhkan untuk mengolah zat gizi

menjadi energi (Soegih dan Wiramihardja, 2009).

Obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energi

(energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energy expenditure) oleh

tubuh sehingga kelebihan asupan energi tersebut disimpan dalam bentuk lemak.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan

energi (energy expenditure), sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka

kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat (Soegih dan Wiramihardja,

2009).

Pengukuran distribusi lemak dalam tubuh khususnya diperut lebih

mempunyai arti dibandingkan dengan hanya mengukur body mass index (BMI).

Pengukuran BMI saja kurang konsisten karena indikator penting untuk gangguan

metabolik ada pada distribusi regional jaringan lemak tubuh (Indra, 2006).

B. Pengukuran Antropometri

Antropometri berasal dari kata antrophos dan metros. Antrophos

(28)

8

dari tubuh. Antropometri dalam pengertian adalah suatu sistem pengukuran

ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh (Potter dan Perry, 2006).

Pengukuran antropometri merupakan bagian dari pemeriksaan klinis dan

dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit, serta

lingkar berbagai bagian tubuh (sirkumferensia) misalnya lingkar piggang/perut,

panggul, kepala, dada, lengan, dan rasio lingkar pinggang-panggul atau

WHR/wais-hip ratio (Gibney, Margetts, Kearney, dan Arab, 2005).

1. Lingkar pinggang (waist circumference)

Lingkar pinggang merupakan salah satu cara pengukuran kegemukan

dengan mengukur lingkar pinggang menggunakan pita pengukur antropometri.

Lokasi pengukuran terletak diantara tulang rusuk paling bawah dengan tepi atas

tulang panggul. Pengukuran dilakukan horisontal melingkar perut sejajar tepi atas

tulang panggul dan paralel dengan lantai. Pada saat pembacaan pita pengukur

tidak boleh menekan kulit dan subyek dalam kondisi ekspirasi normal (Indra,

2006). Cara pengukuran lingkar pinggang dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Pengukuran Lingkar Pinggang (Anonim, 2009)

Kelebihan lemak yang berlokasi pada abdominal (lemak visceral)

dihubungkan dengan risiko penyakit yang lebih besar dibanding lemak yang

(29)

kelebihan lemak visceral. Lingkar pinggang adalah indikator risiko penyakit yang

lebih baik dari BMI pada Asian American dan individu yang lebih tua (Coulston

dan Boushey, 2008).

Menurut IDF (2006) obesitas sentral paling mudah dinilai menggunakan

lingkar pinggang dengan berdasarkan guideline pada tabel I berdasarkan

spesifikasi jenis kelamin dan kelompok etnis.

Tabel I. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis IDF (2006) Negara/kelompok etnis Lingkar pinggang

pada obesitas sentral

Gunakan data Eropa hingga tersedia data spesifik

Mediterania Timur dan Timur Tengah

Gunakan data Eropa hingga tersedia data spesifik

2. Rasio lingkar pinggang-panggul (waist-hip ratio)

Rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) adalah salah satu indeks

antropometri yang menunjukkan status kegemukan, terutama obesitas sentral.

Rasio lingkar pinggang-panggul adalah lingkar pinggang (cm) dibagi dengan

lingkar panggul (cm). Lingkar panggul adalah diameter terbesar dari tubuh di

bawah pinggang (Hardiman, 2006). Cara pengukuran lingkar pinggang-panggul

(30)

10

Gambar 3. Pengukuran Lingkar Pinggang-Panggul (Lyn, 2009)

Menurut kriteria diagnosis sindrom metabolik World Health

Organization (WHO) 1999, nilai rasio lingkar pinggang-panggul adalah >0,90

untuk pria dan >0,85 untuk wanita termasuk dalam obesitas sentral. Rasio lingkar

pinggang-panggul yang besar menggambarkan bahwa individu mempunyai

lingkar pinggang yang besar terhadap lingkar panggul yang kecil, hal ini biasanya

pada pria. Pada wanita biasanya lingkar panggul yang lebih besar terhadap lingkar

pinggang. Tipe pria atau bentuk sentripetal cenderung terjadi simpanan jaringan

adiposa internal yang besar, sementara untuk tipe wanita disebabkan simpanan

jaringan adiposa subkutan yang besar. Pria sentripetal mempunyai hubungan yang

kuat dengan meningkatnya intoleransi glukosa yang menghasilkan diabetes tidak

bergantung insulin, penyakit jantung, hipertensi, dan stroke (Marriot dan Scott,

1992).

Pada apple shape akumulasi lemak berada pada daerah abdominal, dan

pear shape distribusi lemak dikonsentrasi pada daerah panggul dan paha.

Dibandingkan dengan rasio lingkar pinggang-panggul, lingkar pinggang

menunjukkan penanda yang lebih baik untuk lemak abdominal dan korelasi yang

(31)

C. High Sensitivity C-Reactive Protein

1. Sejarah hs-CRP

Sejak tahun 1930, dokter telah menggunakan kadar CRP untuk mengukur

inflamasi dalam tubuh, karena diketahui bahwa kadar CRP tinggi pada pasien

dengan penyakit inflamasi seperti rematoid artritis. Pengukuran CRP standar

cukup baik untuk mengidentifikasi inflamasi umumnya dalam tubuh, tetapi tidak

cukup sensitif mendeteksi inflamasi tingkat rendah yang berhubungan dengan

risiko penyakit jantung. High sensitivity CRP test (test hs-CRP) menggantikan

pengukuran CRP standar untuk mengevaluasi penyakit jantung (Deron, 2004).

2. Definisi

High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) adalah kadar CRP dalam

kuantitas kecil yang diukur dengan metode yang sangat sensitif. Istilah ini

digunakan untuk menghindari kerancuan penggunaan CRP yang sudah lama

diketahui sebagai penanda infeksi atau inflamasi dalam bidang pediatrik.

C-reactive protein dulunya hanya dikenal sebagai salah satu komponen dari protein

fase akut, namun sekarang dimanfaatkan sebagai penanda inflamasi sistemik yang

sensitif untuk memprediksi keadaan dan kejadian vaskular (Lawrence, 2005).

C-reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis secara

khusus oleh hati dibawah kontrol IL-6. C-reactive protein yang disekresikan ke

dalam intima aterosklerosis dapat mengaktivasi sel-sel endotelial lokal dan

menginduksi protrombotik dan juga meningkatkan adesif dari leukosit-leukosit

(32)

12

Komponen CRP bukan semata-mata sebagai penanda dari keadaan

inflamasi, tetapi berbagai penelitian menunjukkan bahwa CRP sendiri juga terlibat

dalam patobiologi aterogenesis, destabilisasi plak dan proses aterotrombosis.

Beberapa penelitian terbaru mendukung adanya keterlibatan CRP dalam

patogenesis kelainan tersebut (Lawrence, 2005).

Konsentrasi CRP dalam plasma akan meningkat beberapa ratus kali

sebagai respon dari stimulasi inflamasi (Kumar, et.al., 2010). Selama inflamasi

akut seperti adanya infeksi, kadar serum CRP dapat meningkat lebih dari seratus

kali, dan kemudian kembali ke normal dalam waktu dua minggu (Gabay and

Kushner, 1999). Perubahan konsentrasi plasma CRP dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Plasma CRP Setelah Stimulus Inflamasi (Kushner dan Ballou, 2008)

C- reactive protein muncul dalam darah sebagai akibat respon inflamasi

sitokin seperti IL-6 selama proses inflamasi atau infeksi. Interleukin 6 kemudian

beraksi pada hepatosit untuk menginduksi sintesis protein fase akut seperti CRP.

Protein ini sebenarnya tidak terdapat dalam darah orang-orang sehat (Fischbach &

(33)

3. Aterosklerosis dan inflamasi

Inflamasi adalah respon imun yang dipicu oleh infeksi atau adanya

kerusakan.Inflamasi berperan dalam semua tahap aterogenesis dan berhubungan

dengan pembentukan serta pecahnya plak aterosklerosis. High sensitivity

C-reactive protein merupakan salah satu penanda inflamasi yang penting pada

penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan tingkat keparahan

aterosklerosis. Tingginya kadar hs-CRP dalam darah sebagai penanda

meningkatnya risiko infark miokard pada pasien dengan penyakit arteri koroner,

sehingga hs-CRP sangat penting untuk memprediksikan risiko infark miokard,

stroke, penyakit arteri perifer (Kumar, et.al., 2010).

Aterosklerosis adalah penyakit inflamasi. C-reactive protein digunakan

untuk memprediksikan kejadian serangan jantung sesudah penumpukan kolesterol

dalam dinding arteri, pengerasan menjadi plak dan akhirnya mengganggu aliran

darah, sehingga jantung tidak mendapat suplai oksigen yang cukup dan akhirnya

memicu serangan jantung (Deron, 2004).

Penumpukan lipid low density lipoprotein (LDL) terjadi disertai dengan

inflamasi, makrofag-makrofag dan limfosit-limfosit T masuk ke dalam dinding

pembuluh darah dan sel-sel foam (makrofag-makrofag yang diisi dengan

partikel-partikel LDL) berkembang (Bucova, Bernadic, dan Buckingham, 2008). Plak

kolesterol memblok arteri dan menjadi besar dalam dinding arteri, sistem imun

tubuh merespon dengan mengirim sel-sel darah putih untuk menyerang plak yang

terakumulasi dalam arteri. Semua aktifitas sel-sel imun memberikan sinyal ke hati

(34)

14

Sel-sel imun masuk ke dalam arteri dan kemudian terjadi inflamasi,

proses ini dengan tidak sengaja membuat plak semakin buruk dalam dinding

arteri, dan plak semakin tidak stabil. Penyerangan oleh sistem imun membuat

plak menjadi pecah, dan terekspos material dalam sirkulasi darah. Sekali ekspos

darah, material ini dengan cepat menyebabkan formasi clot. Pasien yang sudah

diketahui memiliki aterosklerosis, kenaikan kadar CRP dapat mengindikasikan

pertumbuhan plak atau clot menjadi tidak stabil (Deron, 2004).

4. Jaringan adiposa dan CRP

Jaringan adiposa mensekresikan sitokin seperti tumor necrosis factor

(TNF), IL-6, IL-1, dan IL-18, chemokines, dan hormon-hormon steroid.

Meningkatnya sekresi sitokin dan chemokines oleh jaringan adiposa pada

penderita obesitas menimbulkan inflamasi sub-klinik kronik (asimptomatik) yang

ditandai dengan tingginya kadar CRP (Kumar, et.al., 2010).

Konsentrasi IL-6 di dalam plasma adalah proporsional terhadap masa

lemak, jaringan lemak merupakan sumber yang sangat penting dari sitokin. Pada

orang obesitas terjadi peningkatan sel lemak dengan demikian akan menginduksi

ekspresi produksi IL-6 pada sel lemak. Jaringan lemak visceral melepaskan 2-3

kali lebih banyak IL-6 dari pada jaringan lemak subkutan. Isolat sel lemak visceral

juga mengeluarkan lebih banyak IL-6 dari pada cadangan lemak subkutan yang

akan mempengaruhi sintesis protein CRP oleh hati. Saluran dari jaringan lemak

(35)

5. Kriteria diagnosis

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan American Heart

Association (AHA) merekomendasikan interpretasi nilai hs-CRP sebagai <1 mg/L

mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko sedang, dan >3 mg/L

mempunyai risiko tinggi. Nilai >10 mg/L, jika dilakukan pengukuran ulang dan

tetap tidak dapat dijelaskan tingginya kadar hs-CRP ini, uji-uji lain seharusnya

dipertimbangkan untuk mengeksklusikan karena penyebab inflamasi tidak

berhubungan dengan jantung (non kardiovaskular). Rekomendasi guideline bahwa

pengukuran CRP dilakukan pada orang-orang yang secara jelas tidak berada

dalam kondisi inflamasi atau infeksi, dan hasilnya diinterpretasikan dalam mg/L

(Fuster, et.al., 2004).

Centers for Disease Control and Prevention dan American Heart

Association menyarankan pengukuran hs-CRP tepat untuk orang-orang dengan

risiko menengah “intermediate risk” penyakit jantung. Pasien risiko menengah

adalah pasien yang mempunyai beberapa faktor risiko penyakit jantung seperti

kadar kolesterol tinggi, gaya hidup sedentari, obesitas, riwayat keluarga dengan

penyakit jantung, atau diet rendah. Dokter menduga pasien risiko menengah

memiliki 10-20% risiko serangan jantung dalam 10 tahun, didasarkan pada

faktor-faktor seperti usia, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi (Deron, 2004).

D. Landasan Teori

Obesitas sentral merupakan salah satu komponen utama sindrom

(36)

16

banyak di daerah abdominal. Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul merupakan salah satu indeks antropometri yang menunjukkan

obesitas sentral.

Pada orang obesitas terjadi peningkatan sel lemak dengan demikian akan

menginduksi ekspresi produksi IL-6 pada sel lemak. Jaringan lemak visceral

melepaskan 2-3 kali lebih banyak IL-6 dari pada jaringan lemak subkutan yang

akan mempengaruhi jaringan untuk sintesis protein. Saluran dari jaringan lemak

visceral mengalir secara langsung ke dalam hati. Konsentrasi IL-6 di dalam

plasma adalah proporsional terhadap masa lemak, meningkatnya sekresi sitokin

IL-6 oleh jaringan lemak pada penderita obesitas menimbulkan inflamasi

sub-klinik kronik (asimptomatik) yang ditandai dengan tingginya kadar CRP.

Hubungan antara obesitas sentral dengan produksi CRP oleh hati dapat diihat pada

gambar 5.

(37)

Inflamasi berperan penting dalam patogenesis aterotrombosis. High

sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) merupakan salah satu penanda inflamasi

yang penting pada penyakit kardiovaskular yang digunakan sebagai alat yang

potensial untuk memprediksikan risiko penyakit kardiovaskular.

High sensitivity C-reactive protein adalah kadar CRP dalam kuantitas

yang kecil yang diukur dengan metode yang sangat sensitif. Istilah ini digunakan

untuk menghindari kerancuan penggunaan CRP yang sudah lama diketahui

sebagai penanda infeksi atau inflamasi dalam bidang pediatrik. Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) dan American Heart Association (AHA)

merekomendaskan interpretasi nilai hs-CRP sebagai <1 mg/L mempunyai risiko

rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko sedang, dan >3 mg/L mempunyai risiko

tinggi.

E. Hipotesis

Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul mempunyai korelasi positif

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan rancangan secara potong lintang/cross-sectional. Penelitian

observasional analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi dan kemudian melakukan analisis korelasi antara

fenomena, baik antara faktor risiko dan faktor efek, antar faktor risiko maupun

antar faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko,

sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya

efek (Notoatmodjo, 2002). Faktor efek dalam penelitian ini adalah kadar hs-CRP

dalam darah sedangkan faktor risiko adalah lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul.

Survey cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach). Penelitian cross-sectional adalah suatu penelitian dimana

variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk

efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002). Penelitian

observasional analitik dengan rancangan cross-sectional digunakan untuk

mengetahui korelasi lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul terhadap

(39)

Yogyakarta. Pengolahan data penelitian menggunakan statistik untuk mengetahui

korelasi antara faktor risiko dan efek.

Langkah-langkah penelitian cross-sectional adalah mengidentifikasi

variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan faktor efek,

menetapkan subyek penelitian, melakukan observasi atau pengukuran

variabel-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status

keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data), dan kemudian melakukan

analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok

hasil observasi (pengukuran) (Notoatmodjo, 2002).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Ukuran lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar pinggang-panggul.

2. Variabel tergantung

Kadar hs-CRP dalam darah (mg/L).

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia responden dan jenis kelamin.

b. Variabel pengacau tak terkendali: patologi, aktivitas, dan gaya hidup.

C. Definisi Operasional

1. Responden adalah dosen dan karyawan pria Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta dengan rentang usia 30-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi

(40)

20

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antroprometri dan

hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi usia.

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran lingkar pinggang dan rasio

lingkar pinggang-panggul. Hasil pemeriksaan laboratorium kadar hs-CRP

dalam darah.

3. Pengukuran lingkar pinggang merupakan salah satu penanda obesitas sentral.

Lingkar pinggang dinyatakan dalam satuan centimeter (cm). Lokasi

pengukuran terletak diantara tulang rusuk paling bawah dengan tepi atas

tulang panggul (Indra, 2006).

4. Rasio lingkar pinggang-panggul adalah lingkar pinggang (cm) dibagi dengan

lingar panggul (cm), skala pengukuran adalah rasio.

5. Lingkar panggul adalah diameter terbesar dari tubuh di bawah pinggang

(Hardiman, 2006).

6. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) adalah pemeriksaan darah untuk

mengukur konsentrasi C-reactive protein dalam kuantitas kecil dengan metode

yang sangat sensitif, mendeteksi inflamasi tingkat rendah yang berhubungan

dengan risiko penyakit jantung (Lawrence, 2005). Pemeriksaan laboratorium

menggunakan sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena dengan

metode pengukuran Pureauto S CRP Latex (SS-Type). Konsentrasi hs-CRP

dinyatakan dalam satuan mg/L.

7. Standar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah untuk kadar hs-CRP

menggunakan standar Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan

(41)

standar IDF 2006, dan rasio lingkar pinggang-panggul menggunakan standar

WHO 1999.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah dosen dan karyawan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian

ini. Kriteria inklusi penelitian ini adalah bekerja di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta sebagai dosen dan karyawan, berjenis kelamin laki-laki, rentang usia

30-50 tahun, bersedia untuk berpuasa selama 8-10 jam, serta bersedia diajak

bekerjasama dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu menyetujui surat

perjanjian bekerjasama dengan mengisi informed consent. Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah yang sedang menderita penyakit jantung koroner, demam,

oedem, konsumsi obat penurun kadar lemak darah, penyakit hati akut maupun

kronis, penyakit peradangan akut dan kronis, gangguan anatomi sehingga tidak

dapat diukur antropometrinya. Subyek pada penelitian ini disebut responden.

Pengambilan data dilakukan dua kali. Pengambilan data pertama

diselenggarakan di Kampus Paingan dengan jumlah responden yang hadir adalah

42 responden dari 62 responden yang bersedia bekerjasama dan terdaftar dalam

penelitian. Pengambilan data kedua di Kampus Mrican dengan jumlah responden

yang hadir adalah 41 responden dari 45 responden yang bersedia bekerjasama dan

terdaftar dalam penelitian. Dari 83 responden, yang data pemeriksaannya dipakai

(42)

22

eksklusikan karena responden tidak menjalani puasa sesuai dengan kriteria

inklusi. Skema responden dapat dilihat gambar 6.

Gambar 6. Skema Responden

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data pertama diselenggarakan di Kampus III Paingan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di ruang Drost dengan responden adalah

dosen dan karyawan Kampus III pada tanggal 12 Juli 2010. Pengambilan data

kedua diselenggarakan di Kampus I Mrican Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di ruang Koendjono dengan responden adalah dosen dan karyawan

Kampus I, Kampus II, dan Kampus IV pada tanggal 24 Agustus 2010.

70 RESPONDEN

(43)

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri Terhadap Profil Lipid dan Kadar hs-CRP Dalam Darah

Sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular” yang bertujuan untuk mengkaji

adanya korelasi antara pengukuran antropometri dengan profil lipid dan kadar

hs-CRP dalam darah. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah

anggota 8 orang dengan kajian yang berbeda-beda untuk diteliti.

Kajian yang digunakan meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar

pinggang-panggul (RLPP), body mass index (BMI), skinfold thickness, kadar

trigliserida, rasio kolesterol total/high density lipoprotein (HDL), rasio LDL/HDL,

dan kadar hs-CRP dalam darah. Pada penelitian ini peneliti lebih berfokus

mengkaji adanya korelasi antara pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah. Skema pembagian kajian

(44)

24

Gambar 7. Skema Pembagian Kajian

G. Teknik Sampling

Teknik sampling penelitian ini adalah secara non-random sampling

(pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis porposive sampling.

Non-random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel (Sugiyono, 2010). Pengambilan sampel porposive didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan

ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Mula-mula peneliti

mengidentifikasi semua karakteristik populasi, kemudian peneliti menetapkan

berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel

Korelasi

Darah Korelasi BMI dan Skinfold Thickness

terhadap rasio kolesterol total/HDL Korelasi BMI dan Skinfold Thickness

terhadap kadar trigliserida dalam darah Korelasi LP dan RLPP terhadap kadar hs-CRP dalam darah

Korelasi LP dan RLPP terhadap rasio LDL/HDL

Korelasi LP dan RLPP terhadap rasio kolesterol total/HDL

Korelasi BMI dan Skinfold Thickness

terhadap rasio LDL/HDL

Korelasi BMI dan Skinfold Thickness

(45)

penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive ini didasarkan

pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2002).

Pengambilan sampel secara non random sampling jenis porposive

sampling karena yang digunakan sebagai subyek pada penelitian ini hanya mereka

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian, sehingga tidak semua

orang memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai subyek penelitian.

Menurut Gay (cit., Sevilla, Ochave, Punsalon, Regala, dan Uriarte, 2006), untuk

penelitian korelasi minimal diperlukan 30 subyek. Jumlah sampel penelitian ini

adalah 70 responden. Pertimbangan dalam penelitian ini adalah lokasi atau tempat

responden yang akan diteliti lebih mudah dikunjungi dan efisiensi waktu.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini berupa meteran Butterfly®

dan metode pengukuran Pureauto S CRP Latex (SS-Type). Meteran digunakan

untuk mengukur lingkar pinggang dan linggkar panggul. Laboratorium Parahita

bekerjasama dalam proses pengambilan darah dan pengukuran darah. Metode

SS-Type untuk mengukur kadar hs-CRP dalam darah.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi dan data tentang

(46)

26

30-50 tahun. Pencarian data dilakukan dengan cara menyebarkan surat

permintaan data dosen dan karyawan pada setiap fakultas dan devisi-devisi.

2. Permohonan ijin dan kerja sama

Permohonan ijin diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk

memenuhi etika penelitian menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah,

Permohonan ijin penelitian ke Rektorat Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, dan permohonan kerjasama diajukan ke responden dan

laboratorium Parahita sebagai laboratorium yang mengambil dan mengukur

darah responden.

3. Penawaran kerjasama kepada calon responden

Pada penelitian ini digunakan leaflet dan presentasi power point

untuk mengkomunikasikan tujuan penelitian kepada calon responden. Leaflet

atau selebaran adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan

tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal

atau peristiwa (Effendy, 1989). Leaflet digunakan saat penawaran kerjasama

secara personal kepada calon responden sedangkan presentasi dilakukan saat

penawaran kerjasama secara berkelompok terhadap dosen dan karyawan

fakultas atau devisi tertentu.

Leaflet dan power point berjudul “Metode Deteksi Dini Kesehatan”

yang berisi informasi mengenai faktor penyebab timbulnya gangguan

kesehatan, cara deteksi gangguan kesehatan melalui cek laboratorium dan

(47)

leaflet dan power point tersebut juga memuat gambar-gambar yang

mendukung informasi tersebut dan dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat,

dengan menggunakan bahasa yang mudah di pahami.

Penawaran kerjasama ditawarkan kepada calon responden yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penawaran kerjasama setelah calon

responden mengerti penelitian yang diselenggarakan, persyaratan untuk

terlibat dalam penelitian dan pentingnya deteksi dini kesehatan. Responden

yang bersedia ikut terlibat dalam penelitian ini, kemudian diminta untuk

mengisi informed consent.

4. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Menurut Sugiyono (2010) valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen meteran

yang digunakan dalam penelitian ini valid karena meteran tersebut digunakan

untuk mengukur panjang lingkar pinggang dan lingkar panggul dengan teliti

karena meteran memang alat untuk mengukur panjang.

Menurut Sugiyono (2010) instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Meteran yang digunakan reliabel karena

digunakan tiga kali untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul

pada orang yang sama menghasilkan nilai yang sama. Menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (2008) alat kesehatan dikatakan baik bila

(48)

28

pada penelitian ini diperoleh 0,013 nilai ini memenuhi persyaratan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Menurut Sugiyono (2010) meteran biasanya telah diakui validitasnya

dan reliabilitasnya (kecuali meteran yang sudah rusak dan palsu). Meteran

dapat dipercaya validitas dan reliabilitasnya karena sebelum meteran itu

digunakan/dikeluarkan dari pabrik telah diuji validitas dan reliabilitas/ditera.

5. Pengukuran parameter

Calon responden yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian

dan menandatangani informed consent mendapat surat undangan resmi untuk

ikut dalam penelitian. Pada surat undangan resmi berisi informasi mengenai

tempat, lokasi, dan waktu penelitian serta permintaan untuk berpuasa selama

8-10 jam sebelum pengambilan darah. Pada H-1 penyelenggaraan penelitian,

calon responden ditelepon untuk mengingatkan tempat, lokasi dan waktu

penelitian serta permintaan untuk berpuasa selama 8-10 jam sebelum

pengambilan darah. Parameter yang diukur adalah lingkar pinggang, lingkar

panggul, dan kadar hs-CRP dalam darah.

a. Kadar hs-CRP

Pengambilan darah dilakukan terlebih dahulu sebelum pengukuran

lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pengambilan darah diawali dengan

pembalutan lengan responden menggunakan torniquet atau ikatan

pembendungan agar pembuluh darah vena kelihatan sehingga pengambilan

darah mudah dilakukan. Siku dalam responden diberi disinfektan (alkohol)

(49)

pada siku dalam. Darah diambil secara perlahan dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi bertutup. Pada bekas suntikan diberikan kapas alkohol dan di

plester. Darah yang telah dimasukan dalam tabung bertutup kemudian

dibawah ke laboratorium Parahita untuk di ukur.

b. Lingkar pinggang dan lingkar panggul

Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul dilakukan oleh tim

peneliti menggunakan meteran Butterfly®. Lokasi pengukuran lingkar

pinggang terletak diantara tulang rusuk paling bawah dengan tepi atas

tulang panggul. Pengukuran dilakukan horisontal melingkar perut sejajar

tepi atas tulang panggul dan paralel dengan lantai. Pada saat pembacaan

pita pengukur tidak boleh menekan kulit dan subyek dalam kondisi

ekspirasi normal (Indra, 2006).

Lingkar panggul diukur pada lingkaran terbesar dari panggul, dan

pasien berdiri dengan tegak, kedua tangan di samping tubuh dan kaki

dirapatkan (Soegih dan Wiramihardja, 2009). Pada saat pengukuran,

responden diminta untuk membuka pakaian (khususnya bagian pinggang)

sedangkan bagian panggul pengukuran dilakukan dalam kondisi responden

mengenakan pakaian.

6. Pembagian hasil pemeriksaan

Peneliti secara langsung membagikan hasil pemeriksaan kepada

setiap responden. Hasil pemeriksaan laboratorium dimasukan ke dalam

amplop bersama surat ucapan terima kasih, lampiran hasil pengukuran

(50)

30

data hasil pengukuran antropometri dan pemeriksaan laboratorium kepada

responden yang membutuhkan.

7. Pengolahan data secara statistik.

J. Analisis Data Penelitian

Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan taraf

kepercayaan 95%. Langkah awal adalah dilakukan uji normalitas (

Kolmogorov-Smirnov) untuk melihat distribusi data normal atau tidak. Penentuan normal

tidaknya suatu data didasarkan pada nilai sig. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05

(p>0,05) maka distribusi data dikatakan normal, sebaliknya jika nilai sig lebih

kecil dari 0,05 (p<0,05) maka distribusi data tidak normal. Distribusi data yang

normal untuk uji hipotesis korelatif menggunakan uji Pearson, namun apabila

distribusi data tidak normal uji hipotesis korelatif menggunakan uji Spearman

(Dahlan, 2009).

Data lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul berdistribusi

normal, sedangkan hs-CRP distribusi tidak normal, untuk itu digunakan uji

hipotesis korelatif menggunakan uji Spearman untuk melihat korelasi antara

lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP.

Nilai p<0,05 menunjukkan adanya korelasi bermakna.

Data juga diolah menggunakan uji hipotesis komparatif untuk melihat

apakah terdapat perbedaan bermakna rerata kadar hs-CRP antara lingkar pinggang

(51)

Jika distribusi data normal digunakan uji T, namun jika distribusi data tidak

normal digunakan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2009). Data hasil penelitian ini

nilai lingkar pinggang ≥90cm dan <90cm berdistribusi tidak normal, sehingga diolah menggunakan uji Mann-Whitney. Nilai p<0,05 dapat disimpulkan terdapat

perbedaan yang bermakna.

K. Kesulitan Penelitian

Kesulitan penelitian ini adalah responden yang telah bersedia

bekerjasama dalam penelitian ini tidak hadir pada saat pengambilan darah pada

waktu yang ditetapkan oleh peneliti sebelumnya sehingga penelitian ini

dilanjutkan tahap kedua untuk memenuhi jumlah sampel yang ingin dicapai dalam

penelitian ini, yaitu minimal 60 responden.

Responden tidak berpuasa pada saat pengambilan darah padahal telah

diinformasikan pada saat penawaran kerjasama penelitian bahwa hal tersebut

dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak menggambarkan kondisi yang

sebenarnya. Sehari sebelum penelitian ini diselenggarakan, juga dilakukan

pemberitahuan ulang melalui telepon.

Pada saat pengukuran lingkar panggul, responden tetap mengenakan

pakaian. Pada saat pengukuran sebaiknya responden hanya mengenakan pakaian

renang yang melekat pada tubuh dan tipis. Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan

mempengaruhi hasil pengukuran, namun hal ini sulit dilakukan karena

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan kepada 70 responden pria yang memenuhi

kriteria penelitian. Profil karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi

usia, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul, dan kadar hs-CRP dalam

darah seperti yang ditunjukkan pada tabel II.

Tabel II. Profil Karakteristik Responden

Karakteristik

Pria (n = 70)

p Mean ± SD

Usia (tahun) 39,6 ± 5,2 0,197

Lingkar Pinggang (cm) 87,3± 10,8 0,200

Rasio Lingkar Pinggang

Pada penelitian ini data terlebih dahulu diolah menggunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau

tidak. Penggunaan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dikarenakan jumlah sampel

penelitian lebih besar dari 50 yaitu 70 responden. Jumlah sampel ≤50 menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk (Dahlan, 2009).

1. Usia

Responden yang ikut dalam penelitian ini dengan rentang usia 30-50

(53)

Ridker (2003) pertama kali dipertimbangkan evaluasi CRP adalah pada

pertengahan usia 30-an tahun, pada usia yang sama dengan banyak dokter

melakukan pemeriksaan kolesterol. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

data usia berdistribusi normal dengan nilai p>0,05. Distribusi usia responden

dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Kurva Distribusi Data Usia

2. Lingkar pinggang

Responden yang ikut dalam penelitian ini adalah baik yang mengalami

obesitas sentral maupun yang tidak mengalami obesitas sentral. Menurut IDF

(2006) nilai lingkar pinggang pada pria kelompok etnis Asia Selatan ≥90cm menunjukkan obesitas sentral. Data hasil penelitian menunjukkan 33 responden

mengalami obesitas sentral atau 47,1% dan 37 responden tidak mengalami

obesitas sentral atau 52,9%. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data

lingkar pinggang berdistribusi normal dengan nilai p>0,05. Distribusi lingkar

(54)

34

Gambar 9. Kurva Distribusi Data Lingkar Pinggang

Menurut Coulston dan Boushey (2008) lingkar pinggang adalah indikator

risiko penyakit yang lebih baik dari BMI pada Asian American dan individu yang

lebih tua. Lingkar pinggang dapat mengukur distribusi lemak dalam tubuh

khususnya diperut sehingga berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit

kardiovaskular (Indra, 2006).

3. Rasio lingkar pinggang-panggul

Berdasarkan kriteria diagnosis sindrom metabolik World Health

Organization (WHO) 1999 nilai rasio lingkar pinggang-panggul untuk pria yang

>0,90 termasuk dalam obesitas sentral. Data penelitian ini diperoleh 69 responden

mengalami obesitas sentral atau 98,6% dan satu responden tidak mengalami

obesitas sentral atau 1,4%. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data

rasio lingkar pinggang-panggul berdistribusi normal dengan nilai p>0,05.

Distribusi rasio lingkar pinggang-panggul responden dapat dilihat pada gambar

(55)

Gambar 10. Kurva Distribusi Data Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Menurut Fox (2004) distribusi lemak dalam tubuh yang menyebabkan

tingginya rasio lingkar pinggang-panggul, atau dengan bentuk tubuh apple shape

mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. Gambar

kurva distribusi diatas membuktikan bahwa pria cenderung mempunyai bentuk

tubuh apple shape atau mengalami penumpukan lemak abdominal sehingga

mempunyai lingkar pinggang yang lebih besar dibanding lingkar panggul yang

mengakibatkan nilai rasio lingkar pinggang-panggul besar >0,90 dan mempunyai

risiko terhadap penyakit kardiovaskular.

4. Kadar hs-CRP

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data kadar hs-CRP

berdistribusi tidak normal dengan nilai p<0,05. Distribusi data kadar hs-CRP yang

tidak normal ini disebabkan kadar hs-CRP responden sebagian besar cenderung

(56)

36

beberapa responden yang mempunyai kadar hs-CRP pada kriteria <1mg/L dan

>3mg/L. Distribusi kadar hs-CRP responden dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Kurva Distribusi Data Kadar Hs-CRP

Menurut Libby, Ridker, dan Maseri (2002) hs-CRP adalah penanda

inflamasi sistemik yang sensitif dan merupakan penanda prediktif yang sangat

kuat untuk risiko kardiovaskular yang akan datang. Penelitian yang serupa juga

dilaporkan oleh Physician Health Study dan Women’s Health Study bahwa nilai

prediksi hs-CRP secara bermakna lebih tinggi dari pada penanda risiko

kardiovaskular lainnya.

Menurut rekomendasi guideline dari Fuster, et al. (2004) pemeriksaan

kadar CRP dilakukan pada orang-orang yang secara jelas tidak berada dalam

kondisi inflamasi atau infeksi. Pada penelitian ini responden yang mengalami

demam, infeksi, inflamasi, dan menderita penyakit jantung koroner dieksklusikan

karena hasil pengukuran tidak dapat dipertimbangkan dalam penyakit

(57)

meningkatkan kadar CRP dalam plasma beberapa ratus kali lipat (Kumar, et.al.,

2010). Pada penelitian ini responden yang mengkonsumsi obat penurun kolesterol

atau kadar lemak seperti statin juga diekslusikan karena menurut Deron (2004)

statin dapat menurukan kadar CRP sehingga hasil pengukuran yang diperoleh

tidak menggambarkan kadar CRP responden yang sebenarnya.

Menurut rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention dan

American Heart Association untuk tes laboratorium CRP, pengukuran kadar CRP

dapat dilakukan baik dalam keadaan puasa ataupun tidak puasa. Pada penelitian

ini responden dipuasakan selama 8-10 jam sebelum pengukuran kadar hs-CRP,

tidak mengkonsumsi makan dan hanya mengkonsumsi air putih.

B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP Antara Kelompok Lingkar Pinggang <90 cm dan Lingkar Pinggang ≥90 cm

Responden dikelompokan menjadi kelompok lingkar pinggang <90cm

dan kelompok lingkar pinggang ≥90cm dan kemudian dilakukan uji statistik komparatif untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna rerata kadar

hs-CRP antara kelompok lingkar pinggang <90cm dan kelompok lingkar

pinggang ≥90cm. Perbedaan rerata kadar hs-CRP antara kelompok lingkar pinggang <90 cm dan kelompok lingkar pinggang ≥90cm dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Perbedaan Kadar Hs-CRP Antara Dua Kelompok Lingkar Pinggang

(58)

38

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa kelompok lingkar

pinggang ≥90cm mempunyai kadar hs-CRP yang lebih tinggi dibanding kelompok lingkar pinggang <90cm, namun perbedaan itu tidak bermakna (p=0,075).

Penelitian yang serupa juga dilaporkan oleh Nishida et al. (2007) terhadap

populasi pria sehat di Jepang menunjukkan adanya perbedaan rerata kadar hs-CRP

antara kelompok obesitas abdominal (0,58±0,82) dan kelompok non-obesitas

abdominal (0,78±0,71) dengan nilai p=0,018 (p<0,05). Kriteria obesitas

abdominal yang digunakan Nishida et al. adalah lingkar pinggang ≥ 85cm.

Pada individu obesitas mempunyai akumulasi jaringan adiposa atau

kelebihan adiposit. Adiposit-adiposit ini mensekresikan IL-6 yang dapat

menginduksi produksi CRP oleh hati. Menurut Ali (cit.,Park et al. 2005), kira-kira

30% sirkulasi IL-6 diperkirakan dari jaringan adiposa. Beberapa laporan juga

mengemukakan bahwa jaringan adiposa visceral mensekresi lebih banyak IL-6

dibanding jaringan adiposa subkutan. Park et al. (2005) menunjukkan terdapat

korelasi positif bermakna antara jaringan adiposa visceral dengan CRP adalah

r=0,40 (p<0,05), dan juga adanya korelasi antara jaringan adiposa visceral dengan

IL-6 adalah r=0,46 (p<0,05) pada subyek obesitas. Lemak visceral mengalir

melalui vena portal ke hati dan hati merupakan tempat untuk memproduksi CRP.

Obesitas berhubungan dengan penanda inflamasi termasuk diantaranya

(59)

Mekanisme peningkatan kadar hs-CRP dalam darah pada lingkar

pinggang ≥90cm dapat melalui peningkatan produksi IL-6 pada sesorang dengan lemak visceral yang tinggi (obesitas sentral). Produksi IL-6 yang tinggi dapat

menginduksi peningkatan produksi CRP dari hati.

C. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP Antara Kelompok Rasio Lingkar panggul <0,90 cm dan Rasio Lingkar

Pinggang-panggul ≥ 0,90

Nilai rasio lingkar pinggang-panggul tidak dapat dikomparatifkan antara

kelompok rasio lingkar pinggang-panggul <0,90 dan kelompok rasio lingkar

pinggang-panggul ≥0,90 karena hanya satu responden yang mempunyai nilai rasio lingkar pinggang-panggul <0,90 dan 69 responden lainnya mempunyai rasio

lingkar pinggang-panggul ≥0,90.

D. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah

Uji korelasi lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul terhadap

kadar hs-CRP dalam darah menggunakan uji hipotesis korelatif Spearman karena

distribusi data hs-CRP yang tidak normal. Hasil uji hipotesis korelatif ditunjukkan

pada tabel IV.

Tabel IV. Korelasi Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah

Korelasi Spearman

(r) p

Lingkar Pinggang (cm) 0,263 0,028

(60)

40

Tabel IV menunjukkan bahwa secara statistik terdapat korelasi positif

yang bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah

dengan kekuatan korelasi lemah (0,20-0,399) yaitu nilai r=0,263 dan p=0,028.

Hasil penelitian yang serupa juga dilaporkan oleh Chaikate et al. (2006) terhadap

populasi pria sehat di Bangkok menunjukkan adanya korelasi positif bermakna

antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r=0,27; p= 0 ,006).

Penelitian Gokalp, Tuzcu, Akay, Arikan, dan Bahceci (2007) (r=0,339;

p<0,0001) dan Park et al. (2004) (r=0,75; p<0,0001) juga membuktikan bahwa

terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP.

Penelitian Gokalp et al. and Park et al. tidak membedakan antara responden pria

dan wanita.

Hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian pendukung yang telah

disebutkan diatas menunjukkan adanya korelasi antara lingkar pinggang dengan

kadar hs-CRP, sehingga pengukuran lingkar pinggang dapat dipakai sebagai salah

satu metode untuk prediktor awal terhadap adanya penyakit kardiovaskular.

Pengukuran lingkar pinggang praktis, sederhana, dan mudah dilakukan sehingga

dapat membantu masyarakat untuk deteksi dini risiko penyakit kardiovaskular.

Meningkatnya lingkar pinggang dihubungkan dengan tingginya kadar

CRP. Korelasi ini sesuai dengan adanya hipotesis bahwa lemak abdominal

mempunyai sifat inflamasi yang penting dengan mensekresikan sitokin IL-6 yang

dapat menginduksi produksi CRP dari hati. Penelitian pada populasi umumnya

menunjukkan bahwa kadar CRP yang lebih tinggi terjadi dengan meningkatnya

Gambar

Gambar 1. Bentuk Tubuh  Apple dan Pear (Tsai, 2007)
Gambar 2. Pengukuran Lingkar Pinggang  (Anonim, 2009)
Tabel I. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis IDF (2006)
Gambar 3. Pengukuran Lingkar Pinggang-Panggul (Lyn, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah mahasiswa dan mahasiswi di kampus III

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul, sebagai parameter obesitas sentral, terhadap rasio kadar LDL/HDL

Peneliti berharap dengan penelitian yang dilakukan ini, terdapat korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah

Permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HbA1c pada

Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL