• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap HbA1c pada wanita dewasa sehat di desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap HbA1c pada wanita dewasa sehat di desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Metode antropometri adalah metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang. Metode antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Kedua pengukuran tesebut mampu memprediksi adanya obesitas sentral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara LP dan RLPP terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini yaitu obsevasional analitik dengan rancangan cross– sectional (potong lintang). Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Variabel yang diukur antara lain adalah lingkar pinggang, lingkar , kadar HbaA1c. Analisis data dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ditunjukkan dengan nilai rerata karakteristik responden yaitu usia = 44,53 tahun, LP = 81,11 cm, RLPP = 0,83 dan HbA1c = 5,39%. Kesimpulan penelitian ini yaitu LP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,275; p=0,068) dan RLPP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,206; p=0,175) terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(2)

ABSTRACT

Anthropometric method is a simple, easy, and fast method that can indicate status of nutritional and health. Anthropometric method often used is the measurement of waist circumference (WC) and waist hip ratio. Both of that can predict their proficiency level measurement of central obesity. The aim of this study to find correlation between WC and waist hip ratio toward HbA1c in healthy adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This study is an analytic observational study with cross-sectional study design. Selection of respondents were non-random purposive sampling technique. Variables measured include waist circumference, circumference, HbaA1c.

Analysis data with the Shapiro-Wilk normality test, and Pearson correlation test with 95% confeidence interval.

Results of the study are shown by mean value the characteristics of the respondents, age = 44.53 years, WC = 81.11 cm, waist hip ratio = 0.83 and = 5.39% HbA1c. The conclusion of this study showed that WC has not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.275; p = 0.068) and waist hip ratio was not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.206; p = 0.175) on HbA1c levels in healthy adult women Kepuharjo in the village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(3)

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG

PANGGUL TERHADAP HbA1c PADA WANITA DEWASA SEHATDI

DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh

Siti Sisca Audya Gereistianda NIM : 128114151

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG

PANGGUL TERHADAP HbA1c PADA WANITA DEWASA SEHATDI

DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh

Siti Sisca Audya Gereistianda NIM : 128114151

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

vi INTISARI

Metode antropometri adalah metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang. Metode antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Kedua pengukuran tesebut mampu memprediksi adanya obesitas sentral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara LP dan RLPP terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini yaitu obsevasional analitik dengan rancangan cross– sectional (potong lintang). Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Variabel yang diukur antara lain adalah lingkar pinggang, lingkar , kadar HbaA1c. Analisis data dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ditunjukkan dengan nilai rerata karakteristik responden yaitu usia = 44,53 tahun, LP = 81,11 cm, RLPP = 0,83 dan HbA1c = 5,39%. Kesimpulan penelitian ini yaitu LP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,275; p=0,068) dan RLPP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,206; p=0,175) terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(10)

vii ABSTRACT

Anthropometric method is a simple, easy, and fast method that can indicate status of nutritional and health. Anthropometric method often used is the measurement of waist circumference (WC) and waist hip ratio. Both of that can predict their proficiency level measurement of central obesity. The aim of this study to find correlation between WC and waist hip ratio toward HbA1c in healthy adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This study is an analytic observational study with cross-sectional study design. Selection of respondents were non-random purposive sampling technique. Variables measured include waist circumference, circumference, HbaA1c. Analysis data with the Shapiro-Wilk normality test, and Pearson correlation test with 95% confeidence interval.

Results of the study are shown by mean value the characteristics of the respondents, age = 44.53 years, WC = 81.11 cm, waist hip ratio = 0.83 and = 5.39% HbA1c. The conclusion of this study showed that WC has not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.275; p = 0.068) and waist hip ratio was not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.206; p = 0.175) on HbA1c levels in healthy adult women Kepuharjo in the village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

(11)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

INTISARI ...vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENGANTAR ... 1

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 9

A. Antropometri ... 9

1. Lingkar Pinggang ... 9

(12)

ix

B. Obesitas Sentral ... 11

C. HbA1c ... 13

D. Landasan Teori ... 14

E. Hipotesis ... 15

BAB III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 17

1. Variabel bebas ... 17

2. Variabel tergantung ... 17

3. Variabel pengacau ... 17

C. Definisi Operasional ... 17

D. Responden Penelitian ... 19

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

F. Ruang Lingkup ... 21

G. Teknik Sampling ... 22

H. Instrumen Penelitian ... 22

I. Tata Cara Penelitian ... 22

1. Observasi awal ... 22

2. Permohonan izin dan kerjasama ... 23

3. Pembuatan informed consent dan leaflet ... 23

4. Pencarian responden ... 24

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian ... 24

(13)

x

7. Pembagian hasil pemeriksaan laboratorium ... 25

8. Pengolahan Data ... 25

J. Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Profil Karakteristik Responden Penelitian ... 27

1. Usia ... 28

2. Lingkar Pinggang ... 29

3. Rasio Lingkar Pinggang Panggul ... 30

4. HbA1c ... 31

5. Hemoglobin ... 32

B. Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan Lingkar Pinggang <80 cm dan Lingkar Pinggang ≥80 cm ... 33

C. Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85 ... 34

D. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden terhadap HbA1c ... 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

DAFTAR PUSTAKA ...41

LAMPIRAN ...46

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Ideal Ukuran Lingkar Pinggang ... 9

Tabel II. Nilai Ideal Rasio Lingkar Pinggang Panggul ... 11

Tabel III. Profil Karakteristik Responden ... 27

Tabel IV. Jumlah Responden dengan LP <80 cm dan LP ≥80 cm ... 29

Tabel V. Jumlah Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85 ... 30

Tabel VI. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan LP <80 cm dan LP ≥80 cm ... 33

Tabel VII. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85 ... 34

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi Pita Pengukur dalam Pengukuran Lingkar Pinggang ... 10

Gambar 2. Cara Mengukur Rasio Lingkar Pinggang Panggul ... 11

Gambar 3. Letak Lemak Viseral dan Lemak Subkutan pada Bagian Abdominal ...13

Gambar 4. Skema Variabel ... 15

Gambar 5. Skema Pencarian Responden ... 20

Gambar 6. Histogram Distribusi Usia Responden ... 28

Gambar 7. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden ... 29

Gambar 8. Histogram Distribusi RLPP Responden ... 30

Gambar 9. Histogram Distribusi HbA1c Responden ... 31

Gambar 10. Histogram Distribusi Hb Responden ... 32

Gambar 11. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap HbA1c ... 36

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance ... 47

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari BPBD ... 48

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Cangkringan ... 49

Lampiran 4. Informed Consent... 50

Lampiran 5. Form Pengukura Antropometri ... 51

Lampiran 6. Leaflet ... 52

Lampiran 7. Reliabilitas dan Validasi Instrumen Pengukuran Pita Pengukur Butterfly® ... 53

1. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 54

2. Validitas Instrumen Penelitian ... 55

Lampiran 8. Surat Undangan ... 56

Lampiran 9. Pedoman Wawancara ... 57

Lampiran 10. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Responden Wanita ... 58

Lampiran 11. Dokumentasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul dan pengambilan darah responden ... 59

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita ... 60

Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Wanita ... 61

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden Wanita ... 62

Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Responden Wanita ... 63

(17)

xiv

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Lingkar Pinggang ≥80 cm dan <80 cm ... 65

Lampiran 18. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Rasio

Lingkar Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0.85 ... 67

Lampiran 19. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Lingkar Pinggang ≥80 cm dan <80 cm ... 68

Lampiran 20. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Rasio Lingkar Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0,85 ... 69

Lampiran 21. Uji Korelasi Pearson Lingkar Pinggang terhadap HbA1c ... 70 Lampiran 22. Uji Korelasi Pearson Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap

(18)

BAB I Pengukuran antropometri merupakan salah satu prediktor risiko CVD yang paling baik, khususnya pengukuran LP dan RLPP (Gharakhanlou, Farzad, Agha-Alinejad, Steffen, and Bayati, 2012).

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa LP dan RLPP dapat dijadikan prediktor risiko terkena penyakit kronis. Menurut Klein, Allison, Heymsfield, Kelley, Leibel, Nonas, et al (2007), LP berkorelasi positif dengan lemak abdominal (subkutan dan intrabdominal). Peningkatan kadar lemak menyebabkan risiko tinggi terkena penyakit kardiometabolik. RLPP merupakan prediktor coronary heart disease (CHD) dan cardiovascular disease (CVD) (Welborn, Dhaliwal, and Bennett, 2003; Munawar, Ammarah, Sara, Momina, Munawar, and Ahmed, 2012).

(19)

Timbunan lemak ini biasanya disebut obesitas sentral. (United States of Preventive Service Task Force, 2012).

(20)

Arisman, 2013; Adnan, dkk, 2013). DM tipe 2 dapat dideteksi melalui pemeriksaan glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, dan HbA1c. HbA1c sering digunakan dan direkomendasikan dalam penilaian terhadap status DM tipe 2 (American Diabetes Association, 2010). HbA1c adalah hemoglobin terglikosilasi yang dapat mengukur konsentrasi glukosa di dalam plasma dalam jangka waktu yang lama (3 bulan sebelumnya) (Dinsmoor, 2014; Reinhold and Earl, 2014).

Pada kondisi obesitas sentral terjadi peningkatan asam lemak bebas di dalam sirkulasi darah. Asam lemak ini dimetabolisme oleh hati menjadi kolesterol darah, yaitu: HDL dan LDL. Tingginya kadar kolesterol darah merupakan salah satu faktor risiko CVD. Rasio lipid yang bisa dipakai sebagai prediktor CVD adalah kolesterol total/HDL dan LDL/HDL. Kolesterol total/HDL dan LDL/HDL merupakan agen aterogenik yang dapat menyebabkan terjadinya atherosklerosis (Ebbert and Jensen, 2013; Enomoto, Adachi, Hirai, Fukami, Satoh, Otsuka, et al., 2011).

(21)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara LP dan RLPP terhadap HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya wanita dewasa sehat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta untuk memprediksi risiko terkena penyakit kardiometabolik tersebut melalui pengukuran LP, RLPP dan HbA1c.

1. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan :

a. “Association Between Waist Circumference and the Serum Triacylglcerol Status in Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM)”

(Srinivasan, Joshi, Raghavan, 2013).

(22)

dan (HbA1c). Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara LP dan nilai TAG (p-value = 0.030), antara nilai TAG dan nilai HbA1c (p-value = 0,038) dengan akurasi yang lebih besar untuk mendukung lingkar pinggang, maka dari itu didapat kesimpulan yaitu hal ini menggambarkan fakta bahwa alat/ pita pengukur sederhana yang digunakan dalam mengukur lingkar pinggang, terbukti berguna dan efektif dalam pendekatan diagnostik yang hemat biaya untuk memantau komplikasi metabolik DM tipe 2. b. “A Systematic Review of Waist-to-Height Ratio as a Screening Tool

for the Prediction of Cardiovascular Disease and Diabetes: 0·5 Could be a Suitable Global Boundary Value” (Browning, Hsieh, and Ashwell, 2010).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Browning et al. (2010), bertujuan untuk mengetahui rasio pinggang tinggi badan (WHtR) dan lingkar pinggang (WC) atau BMI sebagai prediktor diabetes dan CVD. Pada penelitian ini ditemukan bahwa Dua puluh dua calon analisis menunjukkan bahwa WHtR dan WC adalah prediktor signifikan dari hasil kardiometabolik dibandingkan dengan BMI.

c. “Obesity Index That Better Predict Metabolic Syndrome: Body Mass

(23)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bener, et al. (2013), bertujuan untuk membandingkan body mass index (BMI), waist circumference (WC), waist hip ratio (WHR), dan waist height ratio (WHtR) untuk mengidentifikasi prediktor terbaik dari sindrom metabolik antara orang dewasa di Qatar menggunakan metode cross-sectional. Hasilnya Lingkar pinggang pada titik cut-off dari 99,5 cm pada pria dan 91 cm pada wanita terjadi menjadi prediktor terbaik dari sindrom metabolik pada populasi Qatar. Menggunakan nilai cut-off tradisional dari 102 cm untuk pria dan 88 cm pada wanita seperti yang direkomendasikan oleh kriteria ATPIII untuk wilayah Arab mungkin mengakibatkan penaksiran terlalu rendah pada laki-laki dan terlalu tinggi di kalangan perempuan. Dari perbedaan tersebut, mereka menyarankan bahwa kriteria WHO, IDF, dan ATPIII untuk obesitas mungkin tidak sesuai untuk memprediksi risiko pada populasi orang dewasa Qatar.

(24)

HbA1c pada staf wanita kampus I, II, III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

e. “Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah” (Lipoeto, 2007).

(25)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberi informasi mengenai

korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul diharapkan mampu menjadi metode baru bagi segala lapisan masyarakat, yang mudah dan praktis, dalam mendeteksi HbA1c sebagai penanda risiko penyakit kardiovaskular.

B. Tujuan Penelitian

(26)

9 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Antropometri

Antropometri merupakan studi tentang pengukuran tubuh manusia yang meliputi berbagai bidang pengukuran tubuh manusia, misalnya : Berat badan (weight), tinggi (height), ukuran tubuh (size), termasuk ketebalan lipatan kulit (skinfold thickness), lingkar (kepala, pinggang, dan tungkai), panjang tungkai (length), dan breadth (bahu, pergelangan tangan) (NHANES, 2013).

1. Lingkar Pinggang

Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi adanya timbunan lemak pada daerah intraabdomen, atau sering disebut obesitas sentral, yang merupakan salah satu penanda risiko penyakit kardiovaskular. Cara pengukuran lingkar pinggang yang tepat, dapat dilakukan pada titik tengah antara tulang rusuk terakhir dengan iliac crest. Pita pengukur harus menempel pada kulit, namun tidak sampai menekan dan sebaiknya pengukuran lingkar pinggang dilakukan ketika akhir respirasi (Coulston, Boushey, and Ferruzzi, 2013)

Tabel I. Nilai Ideal Ukuran Lingkar Pinggang (International Diabetes Federation, 2006)

Jenis Kelamin Ukuran LP (cm) Ideal

Pria <90

Wanita <80

(27)

pita tersebut pas, tetapi tidak menekan perut, dan sejajar dengan lantai (National Institute of Health, 2000).

Gambar 1. Posisi pita pengukur dalam pengukuran lingkar pinggang (National Institute of Health, 2000)

2. Rasio Lingkar Pinggang Panggul

Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) adalah salah satu jenis pengukuran antropometri yang menunjukkan status kegemukan, terutama obesitas sentral (WHO, 2008) dan merupakan indikator antropometri yang cukup akurat untuk menggambarkan komposisi lemak tubuh yang berkaitan dengan obesitas sentral (Kaulina, 2009).

(28)

visceral. Simpanan lemak subcutan banyak terdapat di bagian pinggul (Gibson, 2005).

Tabel II. Nilai Ideal Rasio Lingkar Pinggang Panggul (WHO, 2008)

Pengukuran RLPP dilakukan dengan mengukur bagian pinggang pada lingkar terkecil, biasanya tepat diatas pusar dan mengukur bagian panggul pada lingkar terbesar mengitari pantat (WHO, 2008).

Gambar 2. Cara Mengukur Rasio Lingkar Pinggang Panggul (Dewar, 2013)

B. Obesitas Sentral

Obesitas sentral sering disebut juga tipe android atau viseral adalah suatu keadaan dimana penimbunan lemak terjadi secara berlebihan dan jauh melebihi normal di daerah abdomen (Nurtanio dan Wangko, 2007). Obesitas sentral terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, seperti tingginya konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak, tingginya

Jenis Kelamin Ukuran RLPP Ideal

Pria <0,90

(29)

konsumsi fastfood (makanan siap saji), dan rendahnya aktifitas fisik (Sugianti, Elza, 2009). Jika obesitas sentral terjadi selama periode tertentu, energi yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada energi yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, yang kemudian disimpan menjadi lemak. Kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserid di jaringan lemak, selain itu, modernisasi gaya hidup, tingginya asupan kalori, serta rendahnya aktivitas fisik juga merupakan akibat dari meningkatnya obesitas sentral (Andriani, 2012).

Pada obesitas sentral, hubungan obesitas dengan resistensi yaitu kaitannya dalam ketidakseimbangan mediator endotel dalam mengatur agregasi trombosit, fibrinolisis, dan tonus vaskular. Peningkatan faktor resiko akan menyebabkan resiko untuk CVD, stroke, diabetes, dan mortalitas penyakit kardiovaskular semakin meningkat (Kotchen, 2008).

(30)

Gambar 3. Letak Lemak Viseral dan Lemak Subkutan pada Bagian Abdominal (Katch,2012)

C. HbA1c

HbA1c merupakan kadar glukosa darah yang terikat pada Hb secara kuat dan beredar bersama eritrosit selama masa hidup eritrosit (120 hari). HbA1c adalah bentuk ikatan molekul glukosa pada asam amino valin di ujung rantai beta molekul hemoglobin (ADA, 2011).

(31)

Hemoglobin A1c (HbA1c) tes memberikan ukuran terpercaya glikemia kronis dan berkorelasi baik dengan risiko komplikasi diabetes jangka panjang, sehingga saat ini dianggap sebagai ujian pilihan untuk pemantauan dan pengelolaan diabetes kronis. Beberapa tahun ini, pengujian HbA1c telah dimasukkan dalam kriteria diagnostik direkomendasikan untuk diagnosis diabetes pada individu hamil oleh ADA (Lippi, 2010).

D. Landasan Teori

(32)

E. Hipotesis

Terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Gambar 4. Skema Variabel

Lingkar

Pinggang

HbA1c

Rasio Lingkar

(33)

16 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang/cross sectional. Penelitian observasional analitik digunakan untuk mencari korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek. Rancangan penelitian potong lintang/cross sectional yaitu penelitian dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek dilakukan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya, penelitian terhadap subyek dilakukan satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Rancangan penelitian ini dipilih sebab cocok untuk penelitian klinis, baik deskriptif maupun analitik (Saryono, 2011; Notoatmodjo, 2012).

(34)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : ukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang

panggul (RLPP).

2. Variabel tergantung : HbA1c. 3. Variabel pengacau

a. Terkendali : keadaan puasa, jenis kelamin dan usia responden.

b. Tidak terkendali : gaya hidup atau lifestyle, aktifitas responden, dan keadaan

patologis.

C. Definisi Operasional

1. Responden penelitian adalah wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40–60 tahun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, dan rasio lingkar pinggang panggul. Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu HbA1c.

(35)

4. Pengukuran lingkar panggul dapat dilakukan pada bagian terbesar panggul mengitari bagian pantat. Hasil pengukuran dinyatakan dalam sentimeter (cm) (gambar 2, hal.11).

5. Perhitungan rasio lingkar pinggang-panggul dilakukan dengan membagi nilai lingkar pinggang dengan nilai lingkar panggul.

�� � �� � � �� ��� ��� ��� = �� ���� ���� � �� � ��� ��� �� ���

6. Nilai HbA1c diperoleh dari hasil pemeriksaan di Laboratorium Paramitha Yogyakarta yang dinyatakan dalam %.

7. Kriteria lingkar pinggang pada wanita dewasa menurut International Diabetes

Federation (2006) yaitu LP <80 cm

8. Kriteria rasio lingkar pinggang-panggul pada wanita dewasa menurut World

Health Organization (2008) RLPP <0,85.

(36)

D. Responden Penelitian

Responden penelitian yaitu wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40-60 tahun, bersedia menandatangani informed consent, dan bersedia berpuasa selama 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah mengidap penyakit-penyakit degeneratif seperti DM dan kardiovaskular, obese, memiliki Hb1Ac ≥6,5% mengkonsumsi obat-obatan penurun kadar lipid dan kadar glukosa, menggunakan alat kontrasepsi implant, dan hamil. Profil masyarakat disana sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh, dimana tingkat pengetahuan masyarakat akan kesehatan masih rendah.

(37)

Gambar 5. Skema Pencarian Responden

Responden wanita yang dihitung dalam penelitian (n = 45 orang) 5 reponden wanita terdiagnosa Diabetes melitus menurut kriteria IDF karena

memiliki nilai HbA1c ≥ , % Mengikuti 5 kali pengambilan data (50 reponden wanita dan 50 reponden pria)

Bersedia berpuasa selama 10-12 jam dan menandatangani informed consent (n = 100)

(38)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Pengambilan data yang dilakukan di Balai Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015 dan di Gedung Serba Guna Huntap Pagerjurang pada tanggal 18 Juni 2015 dan 19 Juni 2015.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Antropometri sebagai Prediktor

Penyakit Kardiovaskular pada Masyarakat Pedesaan”. Penelitian ini telah memperoleh ijin dari komisi etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan KE/FK/502/EC Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

(39)

G. Teknik Sampling

Teknik sampling pada penelitian ini adalah non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Pengertian non-random sampling adalah tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden, ada kriteria-kriteria tertentu yang dinyatakan dalam kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi. Jenis penelitian purposive sampling adalah sampling berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2010). Jumlah responden yang ikut dalam penelitian ini 45 orang, dan jumlah ini telah mencukupi kebutuhan sampel untuk metode korelasi yaitu sebanyak 30 sampel tiap kelompok (Umar, 2007).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita pengukur merk Butterfly® untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul responden, informed consent, dan leaflet. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar HbA1c adalah Cobas C 501®.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

(40)

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Penelitian ini telah memperoleh ijin dari komisi etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan KE/FK/502/EC Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Permohonan izin yang selanjutnya izin ke Kecamatan Cangkringan, Desa Kepuharho, Sleman, Yogyakarta agar dapat memperoleh izin untuk melibatkan penduduk wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dalam penelitian.

Permohonan kerjasama pertama diajukan ke bagian Laboratorium Paramitha Yogyakarta untuk pengambilan dan analisis darah. Permohonan kerjasama kedua diajukan kepada responden penelitian dengan menggunakan informed consent.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

a. Informed consent. Merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon

responden untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

b. Leaflet. Digunakan untuk membantu responden dalam memahami gambaran

(41)

lingkar pinggang, rasio lingkar panggul-panggul, serta pemeriksaan laboratorium yaitu HbA1c.

4. Pencarian responden

Waktu pencarian responden dilakukan mendapatkan izin dari Camat Cangkringan untuk memperoleh informasi mengenai penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang masuk kriteria inklusi. Pencarian responden dilakukan dengan memberikan penawaran kepada penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Calon responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan diberikan informed consent, yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Responden juga kemudian diberi informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, dan diingatkan untuk berpuasa selama 10-12 jam.

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian

Instrument yang divalidasi adalah pita pengukur merk Butterfly®. Validasi dilakukan di Balai Meterologi Yogyakarta dan reabilitas dilakukan pada subyek yang memiliki kriteria sama dengan kriteria inklusi pada penelitian ini. Suatu alat kesehatan dapat dikatakan baik apabila memenuhi nilai koefisien variansi sebesar <5% (lampiran 7).

6. Pengukuran parameter antropometri dan pengambilan darah

(42)

Laboratorium Paramitha Yogyakarta. Pengukuran parameter ini dilakukan di Balai Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Responden diingatkan sehari sebelumnya untuk berpuasa 10-12 jam sebelum dilakukan pengukuran parameter.

a. Lingkar pinggang. Pengukuran Lingkar Pinggang dilakukan dengan menggunakan meteran merk Butterfly®. Peneliti meminta responden untuk mengangkat baju yang dikenakan sedikit ke atas dan sedikit menurunkan celana / bawahan yang digunakan, lalu meteran dilingkarkan secara horizontal di pinggang dengan posisi responden dalam keadaan tegak.

b. Lingkar panggul. Pengukuran lingkar panggul dilakukan dengan menggunakan meteran merk Butterfly®. Peneliti melingkarkan meteran secara horizontal di bagian panggul dengan posisi responden masih dalam keadaan berdiri tegak. c. Rasio lingkar pinggang panggul. Pengukuran rasio lingkar pinggang panggul

dilakukan dengan membagi lingkar pinggang dengan lingkar panggul.

7. Pembagian hasil pemeriksaan laboratorium dan pengukuran antropometri

Hasil pemeriksaan laboratorium dimasukkan ke dalam amplop. Hasil pemeriksaan dibagikan secara langsung kepada responden dan disertai dnegan penjelasan singkat terkait hasil yang dimiliki responden.

8. Pengolahan Data

(43)

J. Analisis Data

Data dihitung secara statistik dengan taraf keperayaan 95%. Sebelum uji korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk melihat distribusi data. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena sampel <50 responden yaitu 45 responden. Suatu data dikatakan normal bila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Setelah uji normalitas, maka dilakukan uji komparatif/perbandingan dan uji korelasi.

Uji komparatif dilakukan pada responden wanita antara HbA1c pada kelompok dengan nilai LP ≤80 cm dengan kelompok dengan nilai LP >80 cm dan antara HbA1c pada kelompok dengan nilai RLPP <0,85 dengan kelompok dengan nilai RLPP ≥0,85. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t tidak

berpasangan karena data terdistribusi normal.

(44)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40–60 tahun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Profil karateristik 45 responden kemudian dianalisis secara statistik yang meliputi usia, lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) dan HbA1c. Analisis statistik perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik data yang didapat. Sebelum dilakukan uji hipotesis (uji korelasi), maka perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas bertujuan untuk melihat normalitas sebaran data. Uji normalitas yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan uji Shapiro-Wilk. Menurut Dahlan (2012), jika jumlah data (n) <50, maka uji normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk.

Tabel III. Profil Karakteristik Responden

Karakteristik Wanita (n=45) p

Usia (tahun) 44,53(40,00-52,50)** 0,031 Lingkar Pinggang (cm) 81,11±10,007* 0,116 Rasio Lingkar Pinggang Panggul 0,83(0,70-1,00)** 0,022

HbA1c 5,39±0,235* 0,263

Hemoglobin 13,7(9,5-15,7)** 0,010

HbA1c pada kelompok LP <80 cm 5,35±0,241* 0,282 HbA1c pada kelompok LP ≥80 cm 5,44±0,223* 0,128 HbA1c pada kelompok RLPP <0,85 5,34±0,217* 0,125 HbA1c pada kelompok RLPP ≥0,85 5,48±0,248* 0,271 ** Nilai signifikansi <0,05 berarti tidak terdistribusi normal (Median (minimum-maksimum))

(45)

1. Usia

Pada penelitian ini melibatkan responden yaitu wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40–60 tahun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Data usia responden diuji normalitasnya dengan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena sampel <50 responden yaitu 45 responden dengan taraf kepercayaan 95%. Rerata usia responden pada penelitian ini adalah 44,53 tahun dengan simpangan deviasi (SD) sebesar 3,375. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,031 yang berarti data umur responden tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan umur dinyatakan dengan median yaitu 45,00 tahun dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 40,00-52,50. Distribusi usia responden dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Histogram Distribusi Usia Responden

(46)

2. Lingkar Pinggang

Analisis statistik data penelitian menunjukkan lingkar pinggang responden memiliki nilai rerata 81,11 cm dengan nilai minimum 64 cm dan nilai maksimum 104 cm. Nilai rerata LP termasuk nilai yang tidak normal karena nilai normal LP pada wanita adalah <80 cm. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,116 yang berarti data lingkar pinggang responden terdistribusi normal. Ukuran pemusatan lingkar pinggang dinyatakan dengan median yaitu 80,00 cm dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 81,11±10,007. Distribusi lingkar pinggang responden dapat dilihat pada gambar 7 dan jumlah respoenden yang memiliki lingkar pinggang yang tergolong obesitas atau tidak dapat dilihat pada tabel iv.

Gambar 7. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden Tabel IV. Jumlah Responden dengan LP <80 dan LP ≥80 Karakteristik LP <80 cm LP ≥80 cm Total

(47)

3. Rasio Lingkar Pinggang Panggul

Analisis statistik data penelitian menunjukkan rasio lingkar pinggang panggul responden memiliki nilai rerata 0,83 dengan nilai minimum 4,9 dan nilai maksimum 5,9. Nilai rerata RLPP termasuk nilai yang normal karena masuk dalam nilai normal RLPP pada wanita yaitu <0,85. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,022 yang berarti data RLPP responden tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan rasio lingkar pinggang panggul dinyatakan dengan median yaitu 0,8400 dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 0,70-1,00. Distribusi rasio lingkar pinggang panggul responden dapat dilihat pada gambar 8 dan jumlah respoenden yang memiliki rasio lingkar pinggang panggul yang tergolong obesitas atau tidak dapat dilihat pada tabel v.

Gambar 8. Histogram Distribusi Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden

Tabel V. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85

Karakteristik RLPP <0,85 RLPP ≥0.85 Total

(48)

4. HbA1c

Analisis statistik data penelitian menunjukkan nilai HbA1c memiliki nilai rerata 5,39% dengan nilai minimum 4,9% dan nilai maksimum 5,9%. Nilai rerata HbA1c termasuk nilai yang normal karena masuk dalam nilai normal HbA1c pada wanita yaitu <6,5%. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,263 yang berarti data HbA1c responden terdistribusi normal. Ukuran pemusatan HbA1c dinyatakan dengan median yaitu 5,4% dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 5,39±0,235. Distribusi HbA1c responden dapat dilihat pada gambar 9.

(49)

5. Hemoglobin

Analisis statistik data penelitian menunjukkan nilai hemoglobin (Hb) memiliki nilai rerata 13,7 dengan nilai minimum 9,5 dan nilai maksimum 15,7. Nilai rerata Hb normal karena masuk dalam nilai normal Hb 6g/dL sampai 16g/dL. Nilai Hb normal membuat risiko lenih rendah untuk terjadinya bias pada nilai HbA1c. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,010 yang berarti data Hb responden tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan Hb dinyatakan dengan median yaitu 13,7 dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 9,5-15,7. Distribusi Hb responden dapat dilihat pada gambar 10.

(50)

B.Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan Lingkar Pinggang <80 cm dan Lingkar Pinggang ≥80 cm

Pada uji komparatif, responden penelitian dibagi menjadi 2 kelompok responden yaitu kelompok responden dengan LP <80 cm dan LP ≥80 cm. Distribusi kadar HbA1c antara kedua kelompok diuji menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data pada kedua kelompok adalah 22 responden (HbA1c dengan LP <80 cm) dan 23 responden (HbA1c dengan LP ≥80 cm). Menurut Dahlan (2012), untuk jumlah data (n) <50 distribusi data diuji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Nilai median kadar HbA1c pada kedua kelompok LP sama yaitu 5,4%. Rerata kadar HbA1c pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan uji hipotesis komparatif dilakukan dengan uji t tidak berpasangan karena data terdistribusi normal (pada kelompok LP <80 cm nilai p=0,234 dan kelompok responden dengan LP ≥80 cm nilai p=0,118 sehingga dapat dikatakan

data terdistribusi normal). Data tersebut memiliki distribusi normal dapat dilihat dari nilai signifikansi (p >0,05), sehingga data dapat ditulis mean±SD.

Tabel VI. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan LP <80 dan LP ≥80

Karakteristik LP <80 cm (n = 22)

LP ≥80 cm (n = 23)

p Kadar HbA1c (%) 5,3±0,25 5,4±0,21 0,223* *terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05)

(51)

C.Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan RLPP < 0,85 dan RLPP ≥ 0,85

Responden dalam penelitian dielompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok responden dengan RLPP <0,85 dan kelompok responden dengan RLPP ≥0,85. Distribusi kadar HbA1c antara kedua kelompok diuji menggunakan uji

Shapiro-Wilk karena jumlah data pada kedua kelompok adalah 29 responden (HbA1c dengan RLPP <0,85) dan 16 responden (HbA1c dengan RLPP ≥0,85). Menurut Ahmad (2011), untuk jumlah data (n) <50 distribusi data diuji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Nilai median kadar HbA1c pada kelompok RLPP <0,85 dan kelompok RLPP ≥0,85 sama yaitu 5,4%. Rerata kadar HbA1c pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan uji hipotesis komparatif dilakukan dengan uji t tidak berpasangan karena data terdistribusi normal (pada kelompok RLPP <0,85 nilai p=0,125 dan kelompok responden dengan RLPP ≥0,85 nilai p=0,271 sehingga dapat dikatakan data terdistribusi normal). Data tersebut memiliki distribusi normal dapat dilihat dari nilai signifikansi (p>0,05), sehingga data dapat ditulis mean±SD.

Tabel VII. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85 *terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05)

(52)

D.Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden terhadap HbA1c

Uji korelasi dilakukan untuk melihat korelasi antar variabel yang diuji. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah LP dan RLPP terhadap kadar HbA1c. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson yang dilakukan antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul dengan HbA1c. Uji korelasi Pearson digunakan bila data terdistribusi normal dengan nilai p>0,05 (Ahmad,2011). Pada uji korelasi Pearson diperoleh hasil korelasi yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang dengan HbA1c. Nilai koefisien yang dihasilkan (r=0,275) dengan nilai signifikansi (p=0,068) yang menunjukkan adanya korelasi yang tidak bermakna.

(53)

Tabel VIII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HbA1c pada Responden Wanita

Variabel R2 R p

Lingkar Pinggang 0,076 0,275 0,068

Rasio Lingkar Pinggang Panggul

0,042 0,206 0,175

Gambar 11. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap HbA1c

(54)

Pada gambar 10, yaitu diagram korelasi LP terhadap HbA1c hasil sebaran menunjukkan korelasi tidak bermakna dengan kekuatan korelasinya lemah dan arah korelasinya positif. Arah korelasi yang positif menunjukkan bahwa semakin besar LP maka kadar HbA1c akan semakin tinggi. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0,076 yang berarti bahwa hanya 7,6% data kadar HbA1c yang terpengaruh oleh karena meningkatnya LP, sedangkan sisanya sebesar 92,4% lainnya terpengaruh oleh faktor lain.

Pada gambar 11, yaitu diagram korelasi RLPP terhadap HbA1c hasil sebaran menunjukkan korelasi tidak bermakna dengan kekuatan korelasinya lemah dan arah korelasinya positif. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0,042 yang berarti bahwa hanya 4,2% data kadar HbA1c yang terpengaruh oleh karena meningkatnya LP, sedangkan sisanya sebesar 95,8% lainnya terpengaruh oleh faktor lain.

(55)

Terdapat pula penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu pada penelitian Tsenkova, Carr, Schoeller, and Ryff (2010) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna (p<0,001) antara LP dan RLPP dengan kadar HbA1c dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah (pada LP nilai r=0,164; pada RLPP nilai r=0,157).

Hasil yang tidak sejalan itu dikarenakan pada penelitian Tsenkova, Carr, Schoeller, and Ryff (2010), melibatkan 938 responden, serta usia responden dengan rentang 25-74 tahun. Pada penelitian ini, melibatkan 45 responden dengan rentang usia 40-60 tahun, sehingga memberikan hasil yang berbeda.

(56)
(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adanya korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara LP terhadap kadar HbA1c (r=0,275; p=0,068) dan RLPP terhadap kadar HbA1c (r=0,206; p=0,175) pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

B. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan jumlah responden penelitian yang

akan digunakan dihitung menggunakan rumus pengambilan sampel

(58)

Daftar Pustaka

Adnan, M., Mulyati, T., dan Isworo, J.T., 2013, Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan di RS Tugurejo Semarang, Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 2 (1), 19.

Arisman, 2013, Buku Ajar Ilmu Gizi: Obesitas, Diabetes Melitus, Dislipidemia, EGC, Jakarta, hal. 1-39.

American Diabetes Association, 2010, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, ADA, http://care.diabetesjournals.org/content/33/supplement1/ S62.long, diakses tanggal 10 Agustus 2015.

American Diabetes Association, 2011, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care , 62-69.

American Diabetes Association, 2014, Diagnosing Diabetes and Learning About Prediabetes, http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diagnosis/, diakses tanggal 25 April 2015.

Andriani, E. & Sofwan, I., 2012, Determinan Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Kemas,7 (2): 122-126.

Bener, A., Yousafzal, M. T., Darwish, S., Al-Hamaq, A.O.A.A., Nasralla, E.A., Abdul-Ghani, M., 2013, Obesity Index That Better Predict Metabolic Syndrome: Body Mass Index, Waist Circumference, Waist Hip Ratio, or Waist Height Ratio, Journal of Obesity, p.1.

Browning, L.M., Hsieh, S.D and Ashwell,M., A systematic review of waist-to-height ratio as a screening tool for the prediction of cardiovascular disease and diabetes: 0·5 could be a suitable global boundary value, Nutrition Research Reviews, p.1.

Cleg, D., and Woods, S., 2004, The Physiology of Obesity, Clinical Obstetrics and Gynecology, 47 (4), 967-979.

Cogill, B., 2003, Anthropometric Indicators Measurements Guide, Revised Edition, Food and Nutrition Technical Assistance Project Academy for Educational Development, Washington DC., p.10.

(59)

Dahlan, M.S., 2012, Statistik untuk Kedokterran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta, pp:62-75, 170-175

de Koning, L., Merchant, A.T., Pougue, J., and Anand, S.S., 2007, Waist Circumference and Waist-to-Hip Ratio As Predictors of Cardiovascular Events: Meta-Regression Analysis of Prospective Studies, Europian Heart Journal, 28,850-854.

Dewar, W., 2013, Your Waist-to-Hip Ratio Affects Your Health,

http://www.healthy-options.com/your-waist-to-hip-ratio-affects-your-health/ , diakses tanggal 17 April 2015.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan

Daerah IstimewaYogyakarta, DINKES DIY,

http://www.depkes.go.id/downloads/ PROFIL KES PROVINSI 2012/14profilkes.Prov.DIYogyakarta2012.pdf, diakses tanggal 18 Juni 2015.

Dinsmoor, R.S., 2014, HbA1c, Diabetes Self-Management,

http://www.diabetesselfmanagement.com/Articles/DiabetesDefinitions/HbA1 c/, diakses tanggal 9 Oktober 2015.

Ebbert, J.O., and Jensen, M.D., 2013, Fat Depots, Free Fatty Acids, and Dyslipidemia, Nutrients, 5 : 498-508.

Ervin, R.B., 2009, Prevalence of Metabolic Syndrome Among Adults 20 Years of Age and Over, by Sex, Age, Race and Ethnicity, and Body Mass Index: United States 2003–2006, National Health Statistics Reports, 13, 1-8.

Enomoto, M., Adachi, H., Hirai, Y., Fukami, A., Satoh, A.,Otsuka, M., et al., 2011, LDL-C/HDL-C Ratio Predicts Carotid Intima-Media Thickness Progression Better Than HDL-C or LDL-C, Journal of Lipid, 1-6

Gharankhanlou, R., Farzad, B., Agha-Alinejad, H., Steffen, L.M., and Bayati, M., 2012, Anthropometric measures ad predictors of cardiovascular disease risk factor in the urban population of Iran, Arq Bras Cardiol, 98 (2) : 126-135. Gibson, R.S., 2005, Principle of Nutritional Assessment, 2nd edition, Oxford

University Press, New York, pp. 261-262.

(60)

Gray, L., Lee, I.M., H.D., Sesso, G.D., and Batty, 2011, Blood Pressure in Early Adulthood, Hypertension in Middle Age and Future Cardiovascular Disease Mortality, Journal of the American College of Cardiology, 58(23), 2396-2403.

Katch, V., 2012, Beware of Belly Fat,

http://michigantoday.umich.edu/a8399/, diakses 19 Oktober 2015.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Bakti Husada, Jakarta, hal. 4.

Khokhar, K.K., Sharda, S., and Kaur, G., 2010, Corellation Between Leptin Level and Hypertension in Normal and Obese Pre- and Postmenopausal Women, European Journal of Endocrinology, 163 (6), 873-878.

Klein, S.,Allison, D.B.,Heymsfield, S.B.,Kelley, D.E.,Leibel, R.L.,Nonas.,C.,et al.,2007, Waist circumference and cardiometabolic risk: a consensus statement from Shaping America’s Health: Association for Weight Management and Obesity Prevention; NAASO, The Obesity Society for Nutrition; and the America Diabetes Association, 85, 1197-1202.

Kotchen, T.A. 2008. Hypertensive Vascular Disease, In : Harrison’s Principles of Internal Medicine Volume II 17th Edition. New York: McGraw-Hill.

Kumar, A., 2013, Prevalence of Glycemic Status Obesity & Waist Circumference in Punjabi Type 2 Diabetics, Journal of Exercise Science and Physiotherapy, 9(1), 1-5.

Lipoeto, Nur Indrawaty, 2007, Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah, Medika, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Lippi G, Targher G., 2010, Glycated hemoglobin (HbA1c): old dogmas, a new perspective?, UO di Diagnostica Ematochimica, Dipartimento di Patologia e Medicina di Laboratorio, Azienda Ospedaliero-Universitaria di Parma, Parma, Italy., p.1

Munawar, F., Ammarah, Sara, Momina, Munawar, S., and Ahmed, M., 2012, Waist Hip Ratio And Body Mass Index In Women Of Different Age Groups, Pak J Physiol.,8(1), 49-51.

National Institute of Health, 2000, The Practical Guide Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesity in Adults, NIH Publication, United States, p. 19.

(61)

Notoadmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 37.

Nurtanio, N., Wangko S., 2007, Resistensi insulin pada obesitas sentral. BIK Biomed, 3(3):89-96.

Palacios, C., Perez, C.M., Guzman, M., Ortiz, A.P., Ayala, A., and Suarez, E., 2011, Association Between Adiposity Indices and Cardiometabolic Risk Factors among Adult Living in Puerto Rico, Public Health Nutr., 14(10), pp.1714-1723.

Porth, C.M., and Matfin, G., 2009, Pathophysiology : Concepts of Altered Health States, 8th Edition, Wolter Kluwe Health, Philadelphia, p. 480.

Reinhold, J.A., and Earl, G., 2014, Clinical Therapeutics Primer: Link to the Evidence for the Ambulatory Care Pharmacist, Jones & Bartlett Learning, Burlington, pp. 153-154.

Santrock, J.W., 2004, Life-Span Development, Ninth Edition, McGraw-Hill, New York.

Saryono, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan : Penuntun Praktis Bagi Pemula, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, hal. 49.

Sherwood, L., 2011, Fisiologi Kedokteran, Edisi 6, EGC, Jakarta, hal. 781-789. Srinivasan, A., Joshi, P., Raghavan, S.A., 2013, Waist Circumference and the

Serum Triacylglcerol Status in Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM), p.1.

Sudaryanto,Lisa ,2014, Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Terhadap HbA1c Pada Staf Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sugianti, Elza, 2009, Faktor resiko obesitas sentral pada orang dewasa di Sulawesi Utara Gorontalo & DKI Jakarta, Gizi Indon 2009, Fakultas ekologi manusia, Bogor.

Tsenkova, V.K., Carr, D., Schoeller, D.A., and Ryff, C.D., 2010, Perceived Weight Discrimination Amplifies the Link Between Central Adiposity and Non diabetic Glycemic Control (HbA1c), Ann. Behav. Med. (springer), 10(1007), 1-9.

(62)

United State of Preventive Services Task Force, 2012, Screening for and

Management of Obesity in Adult,

http://www.uspreventiveservicestaskforce.org/.../obe, diakses tanggal 15 Oktober 2015.

Welborn, T.A., Dhaliwal, S.S., and Bennett, S.A.,2003, Waist–hip ratio is the dominant risk factor predicting cardiovascular death in Australia, MJA, 179, 580-585.

World Health Organization, 2008, Waist Circumference and Waist-Hip Ratio :

Report of a WHO Expert Consultation,

http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501491_eng.pdf, diakses tanggal 25 April 2015.

World Health Organization, 2008, Waist Circumference and Waist-Hip Ratio : Report of a WHO Expert Consultation, WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, Geneva, p. 27.

World Health Organization, 2013, Cardiovascular Disease, WHO,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/, diakses tanggal 25 April 2015.

(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

Lampiran 4. Informed Concent

PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini: Nama :

1. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang berjudul: “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap HbA1c, hs_CRP dan Lipoprotein A pada pria

dan wanita dewasa sehat di Kecamatan Muntilan Yogyakarta.”

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadraan dan tanpa paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian dengan kondisi:

a. Secara sukarela bersedia untuk berpuasa 10-12 jam, diambil darahnya, dan melakukan pengukuran antropometri serta digunakan data mediknya untuk kepentingan penelitian.

b. Bata yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

3. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa menyatakan alasan apapun.

Dengan pernyataan ini saya buat sejujur- jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada saya sebagai suatu tindakan deteksi dini untuk kesehatan pribadi saya.

(68)
(69)
(70)

Lampiran 7. Reliabilitas dan Validasi Instrumen Pengukuan Pita Pengukur Butterfly®

(71)
(72)
(73)

Lampiran 8. Surat Undangan

UNDANGAN PEMERIKSAAN KESEHATAN

Dengan hormat,

Dalam rangka kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Gratis, kami mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mengundang warga Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta atas nama:

Bapak/ibu : Umur : Dukuh :

untuk menghadiri acara Pemeriksaan Kesehatan yang akan diselenggarakan pada: hari/tanggal : Sabtu, 30 Mei 2015

tempat : Balai Desa Kepuharjo waktu : 09.00 WIB – selesai

Kami mengharapkan kesediaan bapak/ibu Desa Kepuharjo untuk hadir dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan.

Atas perhatian di sampaikan terima kasih.

Catatan :

1. Diharuskan warga untuk berpuasa selama 10-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan ( puasa makan dan minuman yang manis dimulai dari hari Jumat malam jam 10 malam – jam 9 pagi, dibolehkan minum air putih saat berpuasa).

2. Disediakan makan siang setelah pemeriksaan.

3. Dimohonkan untuk ibu – ibu agar tidak menggunakan daster atau terusan agar memudahkan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan.

(74)

Lampiran 9. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

“Korelasi Antropometri dan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular Pada Masyarakat Pedesaan”

a. Identitas

Nama : ______________________________________________________ Jenis Kelamin : _______________________________________________ Tempat / Tanggal Lahir : ________________________________________ Umur : ______ tahun

Pekerjaan : ___________________________________________________ b. Kondisi Kesehatan *)

1. Riwayat penyakit a. Tidak ada

b. Ada, sebutkan______________________________________________ 2. Status menopause (Untuk perempuan)

a. Sudah b. Belum

3. Menggunakan KB a. Tidak

b. Ya, sebutkan _______________________________________________ 4. Konsumsi obat-obatan rutin

a. Tidak

b. Ya, sebutkan _______________________________________________ 5. Kondisi hamil (Untuk perempuan)

a. Tidak b. Ya

(75)
(76)
(77)
(78)
(79)

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang

(80)
(81)
(82)

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Lingkar Pinggang ≥80 cm dan <80 cm

Case Processing Summary

KelompokLP Statistic Std. Error

(83)

Range ,90

Interquartile Range ,30

Skewness -,289 ,481

Kurtosis ,702 ,935

Tests of Normality

KelompokLP Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

HBA1C

dim ension1

normal ,177 22 ,071 ,944 22 ,234

obesitas ,181 23 ,049 ,931 23 ,118

(84)

Lampiran 18. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Rasio Lingkar Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0.85

Case Processing Summary

(85)

Interquartile Range ,35

Skewness -,323 ,564 Kurtosis ,795 1,091

Tests of Normality

KelompokRLPP Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. HBA1C normal ,187 29 ,011 ,944 29 ,125

obesitas ,191 16 ,123 ,933 16 ,271 a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 19. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Lingkar Pinggang ≥80 cm dan <80 cm

Group Statistics

KelompokLP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

HBA1C

Variances t-test for Equality of Means

(86)

Lampiran 20. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Rasio Lingkar Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0,85

Group Statistics

KelompokRLPP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

HBA1C

Variances t-test for Equality of Means

(87)

Lampiran 21. Uji Korelasi Pearson Lingkar Pinggang terhadap HbA1c

Correlations

HBA1C LP

HBA1C Pearson Correlation 1 ,275

Sig. (2-tailed) ,068

N 45 45

LP Pearson Correlation ,275 1

Sig. (2-tailed) ,068

N 45 45

Lampiran 22. Uji Korelasi Pearson Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap HbA1c

Correlations

HBA1C RLPP

HBA1C Pearson Correlation 1 ,206

Sig. (2-tailed) ,175

N 45 45

RLPP Pearson Correlation ,206 1

Sig. (2-tailed) ,175

Gambar

Tabel IV. Jumlah Responden dengan LP <80 cm dan LP ≥80 cm ...................... 29
Tabel I. Nilai Ideal Ukuran Lingkar Pinggang (International Diabetes Federation, 2006)
Gambar 1. Posisi pita pengukur dalam pengukuran lingkar pinggang  (National Institute of Health, 2000)
Tabel II. Nilai Ideal Rasio Lingkar Pinggang Panggul (WHO, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul, sebagai parameter obesitas sentral, terhadap rasio kadar LDL/HDL

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG- PANGGUL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN

Pada penelitian ini, nilai LP dan RLPP belum dapat dijadikan skrining untuk memprediksi kadar HbA1c pada obesitas yang merupakan faktor risiko diabetes melitus

Yulniati, E., 2010, Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah, Skripsi , Universitas Sanata

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adanya korelasi antara pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP),

Korelasi Spearman menunjukkan korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,263; p=0,028), sedangkan antara rasio

KESIMPULAN Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan rerata=0,58 berkorelasi positif bermakna dan kekuatan lemah p = 0,038; r = 0,264 dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular

rasio lingkar pinggang panggul dan IMT dengan kadar kolesterol total serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan jenis kelamin dengan kadar kolesterol total