KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL TERHADAP KADAR HI-CRP DALAM
DARAH PADA NANITA DENASA DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
Grace Shelia Pramitha Putri 128114097
INTISARI
Obesitas sentral adalah faktor risiko dari penyakit kardiovaskular. Obesitas sentral merupakan salah satu penyebab abnormalitas kadar lipid dalam darah, atau sering disebut dengan dislipidemia. Kadar high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) dalam darah berfungsi sebagai penanda inflamasi sistemik pada penyakit kardiovaskular. Metode antropometri adalah metode yang menunjukkan obesitas sentral yang dapat dipakai sebagai metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang terutama terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kolerasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang/cross sectional. Pemilihan responden dilakukan secara non random sampling dengan jenis purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kadar hs-CRP. Analisis data dengan uji komparatif yaitu uji Mann-Whitney. Analisis korelasi menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Taraf kepercayaan yang digunakan 95%.
Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,356 ; p=0,013) dan terdapat korelasi positif tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,107 ; p=0,471).
Kata kunci : lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul, obesitas sentral,
THE CORRELATION OF WAIST CIRCUMFERENCE AND WAIST TO-HIP RATIO WITH Hs-CRP LEVELS IN THE BLOOD OF ADULT WOMEN IN KEPUHARJO VILLAGE CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
Grace Shelia Pramitha Putri 128114097
ABSTRACT
Central obesity or abdominal obesity is a risk factor of cardiovascular disease. Central obesity is one of the causes of abnormality levels in the blood lipid often referred to dyslipidemia. Levels of high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) in the blood serves as a marker of systemic inflammation in cardiovascular disease. Anthropometric is a method that indicates central obesity which can be used as a simple, easy, and fast method which can indicate the nutritional status and health of a person, especially against the risk of cardiovascular disease. The aim of this study was to determine the correlation of waist circumference and waist-to-hip ratio for hs-CRP levels in the blood of adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
This research is an observational analytic study with cross sectional study design. The selection of respondent is a non random sampling with purposive sampling with the measurement of hs-CRP levels. Data analysis with comparative test is the Mann-Whitney test. Correlation analysis used Pearson and Spearman correlation test. The confidence level used is 95%.
The research result obtained is that the correlation between waist circumferences with hs-CRP levels in the blood (r = 0.356; p =0.013) is significant and the correlation between the wasit to-hip ratio with hs-CRP levels in the blood (r = 0.107 ; p = 0.471) is not significant.
KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL TERHADAP KADAR HI-CRP DALAM
DARAH PADA NANITA DENASA DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Grace Shelia Pramitha Putri
NIM : 128114097
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL TERHADAP KADAR HI-CRP DALAM
DARAH PADA NANITA DENASA DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Grace Shelia Pramitha Putri
NIM : 128114097
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
"PENDIDIKAN MERUPAKAN SENJAKA PALING AMPUH YANG BISA KAMU
GUNAKAN UNKUK MERUBAH DUNIA" (NELSON MANDELA)
“BUKAN KECERDASAN SAJA YANG MEMBAWA SUKSES, TAPI JUGA HASRAT
UNTUK SUKSES, KOMITMEN UNTUK BEKERJA KERAS, DAN KEBERANIAN
UNTUK PERCAYA AKAN DIRIMU SENDIRI.” (JAMIE WINSHII)
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
"PENDIDIKAN MERUPAKAN SENJAKA PALING AMPUH YANG BISA KAMU
GUNAKAN UNKUK MERUBAH DUNIA" (NELSON MANDELA)
“BUKAN KECERDASAN SAJA YANG MEMBAWA SUKSES, TAPI JUGA HASRAT
UNTUK SUKSES, KOMITMEN UNTUK BEKERJA KERAS, DAN KEBERANIAN
UNTUK PERCAYA AKAN DIRIMU SENDIRI.” (JAMIE WINSHII)
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas
berkat, bimbingan, perlindungan dan penyertaan-Nya yang berkelimpahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Lingkar
Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Kadar Hs-CRP dalam
Darah pada Wanita Dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta.” untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, pengarahan, dukungan, dan semangat dari berbagai pihak. Penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Rasa
terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., selaku dosen pembimbing yang selalu
memberi perhatian dan masukan yang berguna bagi peneliti selama proses
penulisan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh waktu dan kesabaran
yang telah diberikan untuk membimbing dan mendampingi penulis dari
awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm., M.Sc., Apt., dan Ibu Aris Widayati,
M.Si., M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama proses penulisan skripsi ini.
3. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama
vi
4. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Gadah Mada Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
penelitian.
5. Kepala Desa Kepuharjo yang bersedia memberikan izin untuk bisa
melaksanakan penelitian di Desa Kepuharjo,Kecamatan Cangkringan,
Yogyakarta
6. Seluruh warga, responden penelitian, dan pihak-pihak lain yang bersedia
meluangkan waktu dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian
ini.
7. Laboratorium Pramita yang telah membantu penulis dalam analisis darah.
8. Bapak, Ibu, dan Adik yang telah membantu penulis baik secara materiil
dan imateriil, serta doa, perhatian, dan kasih sayang yang tak
berkesudahan dari awal proses penyusunan skripsi ini hingga akhir. Cinta
kalian menjadi kekuatan dan semangat bagiku untuk menyelesaikan studi
ini.
9. Teman-teman tim “Skripsi Payungan” : Firmina Maria Septima E.U.,
Novena Adi Y., Rivena Meidina, Kristi Natalia, Risanuri M., Giovani
Anggasta F., Siti Sisca A.G., Patrisia Yosepha J., Lucia Ida A.K., Maria
Magdalena L., Prisca Nadya V.D., Monica Tri I., Angela Priskalina F.
10. Teman-teman dan sahabat-sahabatku di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma dari seluruh angkatan, terutama angkatan 2012, kelas
FSM C 2012 dan FKK B 2012, terutama Rivena Meidina, Adis Pranaya
vii
Hartini, atas kebersamaan, motivasi, dukungan, doa, cerita-cerita, gosip
fakta dan keceriaannya selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Waktu, bimbingan,
dan dukungan kalian sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini
masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka
terhadap kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadi pembelajaran bagi
penulis sehingga dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berharap skripsi ini
dapat berguna dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 20 November 2015
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
HALAMAN PRAKATA……….. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...
2. Keaslian Penelitian……… 5
3. Manfaat Penelitian………. 10
B. Tujuan Penelitian……… 10
xii
A. Antropometri……… 11
1. Lingkar pinggang………. 11
2. Rasio lingkar pinggang panggul……….. 13
B. Obesitas……… 15
C. High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP)……… 16
D. Penyakit Kardiovaskular………. 21
E. Landasan Teori……… 21
F. Hipotesis……….. 22
BAB III. METODE PENELITIAN……… 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……….. 23
B. Variabel Penelitian……….. 24
1. Variabel bebas……… 24
2. Variabel tergantung……… 24
3. Variabel pengacau……….. 24
C. Definisi Operasional………... 24
D. Responden Penelitian………. 26
E. Tempat dan Waktu Penelitian……… 27
F. Ruang Lingkup Penelitian………. 28
G. Teknik Sampling……… 29
H. Instrumen Penelitian……….. 30
I. Tata Cara Penelitian………... 30
1. Observasi awal……… 30
2. Permohonan izin dan kerjasama………. 31
xiii
4. Pencarian responden………... 32
5. Validitas dan reliabilitas insrumen penelitian ……… 33
6. Pengukuran antropometri dan pengambilan darah…………. 34
7. Analisis sampel darah responden……… 35
8. Pembagian hasil pemeriksaan………. 35
9. Pengolahan data……….. 35
J. Analisis Data………. 35
K. Kesulitan Penelitian……….. 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 39
A. Profil dan Karakteristik Responden……….. 39
1. Usia……… 40
2. Lingkar pinggang……….. 41
3. Rasio lingkar pinggang panggul……… 42
4. Kadar hs-CRP dalam darah……… 44
B. Perbedaan Kadar hs-CRP antara Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral……… 46
C. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah……….……... 49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 55
A. Kesimpulan……….. 55
B. Saran……… 55
DAFTAR PUSTAKA……… 57
LAMPIRAN……….. 62
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Keaslian Penelitian………. 5
Tabel II. Nilai Lingkar Pinggang Ideal Orang Asia……… 12
Tabel III. Ukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul Ideal……….. 14
Tabel IV. Interpretasi Uji Hipotesis Korelatif………. 37
Tabel V. Profil Karakteristik Responden……… 39
Tabel VI. Jumlah Responden berdasarkan Lingkar Pinggang……….. 42
Tabel VII. Jumlah Responden Berdasarkan RLPP……… 43
Tabel VIII. Jumlah Responden Berdasarkan Kadar hs-CRP………. 45
Tabel IX. Perbedaan Kadar hs-CRP antara Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral………... 46
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang……….. 13
Gambar 2. Cara Mengukur Rasio Lingkar Pinggang Panggul……… 14
Gambar 3. Skema Pencarian Responden………. 27
Gambar 4. Skema Pembagian Kajian Penelitian Payung……… 28
Gambar 5. Sebaran data usia responden………. 40
Gambar 6. Sebaran data lingkar pinggang responden………. 41
Gambar 7. Sebaran data rasio lingkar pinggang panggul……… 43
Gambar 8. Sebaran data kadar hs-CRP………... 44
Gambar 9. Sebaran data perbandingan lingkar pinggang obese dan tanpa obese terhadap kadar hs-CRP………... 46 Gambar 10. Sebaran data perbandigan antara dua RLPP terhadap kadar hs-CRP………... 47
Gambar 11. Diagram sebaran korelasi antara lingkar pinggang terhadap kadar hs-CRP……….. 50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance……… 63
Lampiran 2. Surat Izin Bappeda……….………... 64
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian di Kecamatan Cangkringan………. 65
Lampiran 4. Sertifikat Validasi Instrumen Balai Metrologi (Hal. 1)... 66
Lampiran 5. Sertifikat Validasi Instrumen Balai Metrologi (Hal. 2)... 67
Lampiran 6. Lembar Leaflet Tampak Depan……… 68
Lampiran 7. Lembar Leaflet Tampak Belakang………... 68
Lampiran 8. Lembar Informed Consent ………...………… 69
Lampiran 9. Lembar Pedoman Wawancara……….. 70
Lampiran 10. Form Pemeriksaan Antropometri………... 71
Lampiran 11. Lembar Hasil Pengukuran Kadar hs-CRP……….. 72
Lampiran 12. Foto Pelaksanaan Penelitian ………... 73
Lampiran 13. Uji Deskriptif dan Normalitas Usia Responden………. 77
Lampiran 14. Uji Deskriptif dan Normalitas Lingkar Pinggang ..……… 79
Lampiran 15. Uji Deskriptif dan Normalitas Rasio Lingkar Pinggang Panggul……… Lampiran 16. Uji Deskriptif dan Normalitas Kadar hs-CRP dalam Darah (mg/L)... 81 83 Lampiran 17. Uji Normalitas Komparatif Kadar hs-CRP pada Lingkar Pinggang Obese dan Non Obese………. 85
xvii
Lampiran 19. Uji Komparatif Mann-Whitney antara Kadar hs-CRP dengan
LP obese dan tanpa obese……… 89
Lampiran 20. Uji Komparatif Mann-Whitney Kadar hs-CRP pada Rasio
Lingkar Pinggang Panggul ≥085 dan <0,85……… 90
Lampiran 21. Uji Korelasi Spearman antara Lingkar Pinggang terhadap
Kadar hs-CRP……….. 91
Lampiran 22. Uji Korelasi Pearson antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul
dan Kadar hs-CRP………... 92
Lampiran 23. Hasil Olahan Perhitungan Statistika dari CE&BU………. 93
Lampiran 24. Pengukuran Reliabilitas Alat (CV)………. 94
Lampiran 25. SOP Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar
Pinggang Panggul………
Lampiran 26. Surat Keterangan Lisensi Statistika CE&BU... 95
xviii
INTISARI
Obesitas sentral adalah faktor risiko dari penyakit kardiovaskular. Obesitas sentral merupakan salah satu penyebab abnormalitas kadar lipid dalam darah, atau sering disebut dengan dislipidemia. Kadar high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) dalam darah berfungsi sebagai penanda inflamasi sistemik pada penyakit kardiovaskular. Metode antropometri adalah metode yang menunjukkan obesitas sentral yang dapat dipakai sebagai metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang terutama terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kolerasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang/cross sectional. Pemilihan responden
dilakukan secara non random sampling dengan jenis purposive sampling.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kadar hs-CRP. Analisis data dengan uji komparatif yaitu uji Mann-Whitney. Analisis korelasi menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Taraf kepercayaan yang digunakan 95%.
Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,356 ; p=0,013) dan terdapat korelasi positif tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,107 ; p=0,471).
xix
ABSTRACT
Central obesity or abdominal obesity is a risk factor of cardiovascular disease. Central obesity is one of the causes of abnormality levels in the blood lipid often referred to dyslipidemia. Levels of high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) in the blood serves as a marker of systemic inflammation in cardiovascular disease. Anthropometric is a method that indicates central obesity which can be used as a simple, easy, and fast method which can indicate the nutritional status and health of a person, especially against the risk of cardiovascular disease. The aim of this study was to determine the correlation of waist circumference and waist-to-hip ratio for hs-CRP levels in the blood of adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
This research is an observational analytic study with cross sectional study design. The selection of respondent is a non random sampling with purposive sampling with the measurement of hs-CRP levels. Data analysis with comparative test is the Mann-Whitney test. Correlation analysis used Pearson and Spearman correlation test. The confidence level used is 95%.
The research result obtained is that the correlation between waist circumferences with hs-CRP levels in the blood (r = 0.356; p =0.013) is significant and the correlation between the wasit to-hip ratio with hs-CRP levels in the blood (r = 0.107 ; p = 0.471) is not significant.
1
Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun 1980
dan 2014 (WHO, 2015). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di
Indonesia, prevalensi penduduk wanita dewasa obesitas pada tahun 2013
sebanyak 32,9 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (14,8%) dan tahun 2010
(7,8%).
Sindrom metabolik merupakan sekumpulan faktor-faktor risiko yang
terdiri dari peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, peningkatan tekanan
darah, peningkatan kadar glukosa darah dan obesitas sentral. Kejadian sindrom
metabolik diperkirakan sekitar 20-25% dari populasi penduduk dewasa di dunia.
Individu dengan sindrom metabolik mempunyai risiko dua kali terjadinya
penyakit kardiovaskular dan stroke dibandingkan dengan individu tanpa sindrom
metabolik (IDF, 2006 ; Grundy, 2004).
Di negara-negara berkembang, prevalensi sindrom metabolik juga
meningkat. Beberapa studi yang melaporkan prevalensi sindrom metabolik
(33,4%), Brazil (25,4%), Iran (33,7%) and Venezuela (31,2%) (Yu, Guo, Yang,
Zheng, Sun, 2014 ; Misra and Khurana, 2008).
Di negara China, penyakit kardiovaskular menyebabkan peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas kira-kira sebesar 41% kematian per tahun,
dan peningkatan angka kematian karena penyakit kardiovaskular lebih besar
kejadiannya pada penduduk pedesaan dibandingkan perkotaan (Hu, et al., 2012).
Kegemukan atau obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak
abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Obesitas
memiliki hubungan yang erat dengan tingginya kejadian penyakit kardiovaskular,
diabetes mellitus, dan penyakit degeneratif. Obesitas dapat meningkatkan kadar
trigliserida yang buruk untuk kesehatan jantung dan menurunkan kadar HDL yang
bersifat kardioprotektif (WHO, 2015).
Metode pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul
merupakan salah satu metode pengukuran antropometri yang menunjukkan status
kegemukan, terutama obesitas sentral. Pengukuran ini dapat mengukur distribusi
lemak dalam tubuh khususnya di perut sehingga berkaitan dengan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskular (Indra, 2006). Menurut International Diabetes
Federation Metabolic Syndrome (IDF) (2006) kriteria obesitas sentral untuk
laki-laki dengan lingkar pinggang ≥ 90 cm atau perempuan dengan lingkar pinggang ≥
80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral.
Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum yang menggambarkan
penyakit jantung atau pembuluh darah. Aliran darah ke jantung, otak atau badan
lemak di dalam arteri yang menyebabkan arteri mengeras dan sempit
(aterosklerosis). Penyakit kardiovaskular merupakan masalah kesehatan besar
pada 10 tahun terakhir. Pada tahun 2011, ada hampir 160.000 kematian akibat
CVD. Sekitar 74.000 kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner
(NHS, 2015).
Pada orang yang mengalami obesitas dapat diperiksa high sensitive-C
reactive protein yang merupakan prediktor risiko penyakit diabetes mellitus tipe
2, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular. Hs-CRP adalah penanda
inflamasi yang mencirikan proses aterosklerotik, sindrom metabolik dikaitkan
dengan resistensi insulin dan inflamasi sistemik. Gangguan ini dapat timbul sejak
usia dini pada orang yang obesitas (Santos, 2005).
C-reactive protein (CRP) adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati,
terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh. Pemeriksaan CRP juga
telah dikembangkan menjadi high-sensitivity CRP sehingga dapat digunakan
untuk memprediksi terjadinya penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung
koroner dan stroke di masa depan (Santos, 2005).
Pemeriksaan kadar hs-CRP pada individu tampak sehat sangat prediktif
untuk melihat kejadian dan risiko masa depan penyakit kardiovaskular. Kadar
hs-CRP sebagai pencegahan primer dalam mendeteksi risiko pada individu yang
belum diketahui mempunyai masalah kesehatan (Ridker, 2003).
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan melihat korelasi lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada
memprediksi penyakit kardiovaskular. Penelitian ini dilakukan pada wanita
dewasa, belum mengalami menopause, sedang puasa, dan pada rentang usia 40-60
tahun yang merupakan rentang usia produktif berisiko tinggi mengalami penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan penyakit
kardiovaskular lainnya, maka dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu
membantu masyarakat responden wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang mengalami obesitas sentral untuk
mewaspadai kemungkinan ada penyakit kardiovaskular berdasarkan kadar
hs-CRP.
1. RumuIan MaIalah
Apakah ada korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang dan
rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada wanita
dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta?
2. KeaIlian Penelitian
Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai obesitas
sentral, lingkar pinggang, dan kadar hs-CRP yang pernah dilakukan sebelumnya,
Tabel I.KeaIlian Penelitian
Judul Penelitian HaIil PerIamaan Perbedaan
Central Obesity
Hasil penelitian ini adalah kadar rata-rata hs-CRP lebih tinggi ketika ada indikasi sindrom metabolik ( 2.34 vs 1.36 ,P<0.001). Kenaikan kadar CRP lebih signifikan pada obesitas sentral (2.45 vs
Hasil penelitian ini adalah kadar hs-CRP lebih tinggi signifikan pada responden dengan obesitas sentral lingkar pinggang (96.4 ± 6.0
dengan obesitas sentral
Hubungan Asupan nilai koefisien korelasi
(r) pada obesitas
hubungan positif yang
bermakna dengan
peningkatan kadar hs-CRP.
Berdasarkan uji
chi-square diperoleh hasil hubungan rasio lingkar pinggang dan pinggul dengan PJK dengan
Association of
dengan regresi logistik
didapatkan hasil
Korelasi antara lingkar
Perbedaan Kadar
Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat
hubungan yang
bermakna antara
obesitas dengan kadar
Khiew, et al., CRP dengan metabolik sindrom lebih tinggi daripada yang non
metabolik sindrom
(p<0,05)
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi dan menambah wawasan pengetahuan mengenai korelasi
pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul
terhadap kadar hs-CRP dalam darah yang merupakan penanda inflamasi
sehingga dapat sebagai prediktor awal terjadinya penyakit kardiovaskular
pada responden wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
metode dalam menentukan obesitas sentral bagi segala lapisan
masyarakat dan dalam mendeteksi kadar hs-CRP sebagai penanda
penyakit kardiovaskular.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya korelasi
antara pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap
kadar hs-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan
11
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang
pengukuran tubuh manusia yang meliputi massa tulang, otot, dan jaringan adiposa
(lemak). Pengukuran antropometri contohnya seperti Body Mass Index, lingkar
tubuh (lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul), dan skinfold
thickness guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran tiap individu ataupun
kelompok dan lain sebagainya. Pengukuran jaringan adiposa sangat penting
karena individu yang memiliki nilai jaringan adiposa yang tinggi dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2,
penyakit kardiovaskular, dan lain sebagainya. Pengukuran antropometri
merupakan salah satu cara yang paling sederhana yang dapat dilakukan untuk
menilai obesitas (Indriati, 2010; Sunarti dan Maryani, 2013).
Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan dan tinggi
badan, tekanan darah sistolik dan diastolik, denyut nadi lingkar perut dan
pinggang, lingkar lengan atas, dan gigi permanen (Riskesdas, 2007).
1. Lingkar Pinggang. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul
telah digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Pengukuran lingkar
pinggang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas sentral.
Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit
kardiovaskular dan diabetes mellitus. Meskipun relatif mudah untuk
pengukuran tersebut harus diukur oleh orang yang terlatih. Penyimpanan
lemak subkutan di daerah perut, dapat berpengaruh dalam peningkatan
pengukuran lingkar pinggang. Perubahan lingkar pinggang karena usia
dikarenakan adanya perubahan dalam kolom vertebral dan truncal
posture. Pengukuran lingkar pinggang dapat diambil dengan tiga
pendekatan pengukuran sesuai definisi International Society for
Advancement Kinanthropometry (ISAK) yaitu diukur pada perut dengan
titik terdekat antara tulang rusuk bawah dan di atas tulang panggul
kemudian di ukur melingkar. (Dolan, Hansen, Fisher, 2012; Marfell, et
al., 2006).
Tabel II. Nilai Lingkar Pinggang Ideal Orang AIia
(IDF Metabolic Syndrome, 2006)
Jenis Kelamin Lingkar Pinggang
Laki-laki <90 cm
Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang (RiIkeIdaI, 2007)
2. Rasio Lingkar Pinggang Panggul. Rasio lingkar pinggang panggul
merupakan metode untuk membedakan lemak tubuh bagian perut bawah
dan pada bagian perut atas atau pinggang. Bila lemak banyak terdapat di
bagian bawah disebut obesitas gynoid yang banyak terjadi pada wanita,
maka disebut obesitas android dan lebih banyak terjadi pada laki-laki.
Lemak tubuh yang diukur dengan rasio lingkar pinggang panggul adalah
lemak subkutan dan viseral. Simpanan lemak subkutan banyak terdapat
di bagian panggul (Gibson, 2005).
Tabel III. Ukuran RaIio Lingkar Pinggang Panggul Ideal (WHO, 2008)
Jenis Kelamin Ukuran RLPP Ideal
Laki-laki < 0,90
Perempuan < 0,85
Gambar 2. Cara Mengukur RaIio Lingkar Pinggang Panggul (Lyn, 2009)
Pada apple shape akumulasi lemak berada pada daerah abdominal
dan pear shape distribusi lemak dikonsentrasi pada daerah panggul dan
paha. Lingkar pinggang menunjukkan penanda yang lebih baik untuk
lemak abdominal dan korelasi yang lebih kuat dengan faktor risiko
penyakit kardivaskular dibandingkan dengan rasio lingkar
B. ObeIitaI
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun
dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi
perluasan ke dalam jaringan organnya, ketidakseimbangan antara tinggi dan berat
badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan
yang melampaui ukuran ideal. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh pola
hidup yang tidak sehat seperti terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik. Pengukuran obesitas yang paling mudah biasa
menggunakan Body Mass Index (BMI) dan lingkar pinggang. Obesitas dapat
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, dan penyakit
penyerta lainnya (Bagchi and Preuss, 2013).
Obesitas sentral adalah suatu keadaan dimana adanya akumulasi lemak
secara intraabdominal dan subkutan di daerah abdomen (perut). Keadaan ini
sering diasosiasikan dengan risiko penyakit kardiovaskular dan pengukuran
lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul, memiliki korelasi positif
terhadap adanya obesitas sentral (Kopelman, Caterson, and Dietz, 2009)
Obesitas sentral dipengaruhi oleh dua macam lemak yaitu lemak viseral
dan lemak subkutan. Lemak viseral merupakan penyebab utama penyakit kronis.
Jaringan adipose viseral melepaskan lebih banyak asam lemak ke dalam darah
daripada jaringan lemak lainnya. Hal ini kemudian mempengaruhi profil lemak di
dalam darah. Lemak subkutan hanya berada di bawah permukaan kulit pada
C. High Sensitivity C-Reactive Protein (HI-CRP)
High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) adalah kadar dalam
kuantitas kecil yang diukur dengan metode yang sangat sensitif. C-reactive
protein dulunya hanya dikenal sebagai salah satu komponen dari protein fase akut,
namun sekarang dimanfaatkan sebagai penanda inflamasi sistemik yang sensitif
untuk memprediksi keadaan kejadian vaskular (Lawrence, 2005).
Peningkatan pemeriksaan CRP baik pemeriksaan hs-CRP maupun CRP
menyebabkan laboratorium menggunakan kedua pemeriksaan ini untuk
mendapatkan gambaran risiko penyakit kardiovaskular. Metode pemeriksaan CRP
seringkali tidak bermanfaat karena dengan metode ini tidak dapat mendeteksi
kadar CRP di bawah 3 mg/L. Metode pemeriksaan imunologi seperti aglutinasi
dapat mengukur CRP pada kadar 5-20 mg/L, sementara aterosklerosis merupakan
kondisi inflamasi subklinik kronik dengan kadar CRP tidak setinggi pada infeksi
atau inflamasi lain. Pengukuran CRP standar cukup baik untuk mengidentifikasi
inflamasi umumnya dalam tubuh, tetapi tidak cukup sensitif mendeteksi inflamasi
tingkat rendah yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung. Pemeriksan
CRP yang sangat sensitif dikembangkan untuk dapat mendeteksi CRP pada kadar
sangat rendah, yaitu antara 0,5-10,0 mg/L, sehingga pemeriksaan ini disebut high
sensitivity C-reactive protein atau hs-CRP (Deron, 2004 ; Indrati, 2015).
Hs-CRP merupakan suatu biomarker untuk mengetahui adanya inflamasi
pembuluh darah. CRP merupakan komponen penting dari sistem kekebalan tubuh
yang membentuk kompleks jika terjadi infeksi. Hubungan antara konsentrasi
faktor risiko seperti genetik, gaya hidup, merokok, obesitas, BMI, sindrom
metabolik, diabetes mellitus, hipertensi, usia, jenis kelamin, hiperkolesterolemia
dan penanda inflamasi (Yousuf, et al., 2013).
C-reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis secara
khusus oleh hati di bawah kontrol IL-6. C-reactive protein yang disekresikan ke
dalam aterosklerosis dapat mengaktivasi sel-sel endotelial lokal dan menginduksi
protrombotik dan juga meningkatkan adesif dari leukosit-leukosit pada
endotelium (Kumar, Abbas, Fausto, and Aster, 2010).
Pemeriksaan kadar hs-CRP pada individu tampak sehat sangat prediktif
untuk melihat kejadian dan risiko masa depan penyakit kardiovaskular. Kadar
hs-CRP sebagai pencegahan primer dalam mendeteksi risiko pada individu yang
belum diketahui mempunyai masalah kesehatan. Pengukuran kolesterol dan
hs-CRP dapat memprediksi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, namun analis
tidak dapat memprediksi tingkat hs-CRP atas dasar tingkat kolesterol (dan
sebaiknya) karena masing-masing tes darah ini memiliki komponen berbeda dari
proses suatu penyakit. Hs-CRP merupakan prediktor kuat untuk penyakit jantung
dan stroke daripada kolesterol LDL. Pemeriksaan kadar hs-CRP dan LDL dengan
level tinggi menunjukkan bahwa individu memiliki risiko yang tinggi. Risiko
kejadian rendah, jika kedua kadar hs-CRP dan LDL pada level rendah, namun
individu dikatakan memiliki risiko tinggi jika kadar hs-CRP lebih tinggi dan kadar
LDL rendah dibandingkan dengan individu dengan kadar hs-CRP lebih rendah
dan kadar LDL tinggi. Tanpa evaluasi kadar CRP, individu tersebut akan
penting untuk mengenali bahwa tinggi kadar kolesterol LDL tetap menjadi faktor
risiko kritis dan bahwa penurunan kolesterol LDL secara agresif adalah tujuan
dasar pencegahan penyakit kardiovaskular. Dengan demikian, rekomendasi
praktik baru-baru ini, pengukuran tingkat kolesterol dan CRP dilakukan
bersama-sama dan untuk memberikan intervensi perubahan gaya hidup untuk mencegah
risiko yang lebih tinggi (Ridker, 2003).
Pengukuran CRP merupakan pengukuran yang memiliki ketangguhan
paling baik dibandingkan dengan penanda inflamasi lainnya, karena tidak
terpengaruh oleh makanan, mempunyai waktu paruh yang panjang dibandingkan
penanda yang lain, seperti IL-6 (Packard and Libby, 2008).
Komponen metabolik sindrom seperti obesitas sentral, peningkatan
trigliserida, penurunan kolesterol HDL, hipertensi dan peningkatan kadar glukosa
darah mempunyai korelasi dengan peningkatan kadar hs-CRP dan berkontribusi
dalam memprediksi risiko penyakit pada orang yang mengalami sindrom
metabolik (Packard and Libby, 2008).
Jaringan adiposa dibagi menjadi dua yaitu jaringan adiposa sentral dan
jaringan adiposa perifer. Jaringan adiposa sentral (abdomen) mempunyai risiko
menimbulkan penyakit kardiovaskular lebih tinggi daripada jaringan adiposa
perifer (subkutan). Penghilangan lemak subkutan tidak menurunkan sensitifitas
insulin, tidak mengubah konsentrasi CRP dalam plasma, IL-6, TNF alfa, insulin,
dan konsentrasi lipid secara bermakna, sedangkan pengurangan lemak abdominal
berhubungan dengan peningkatan sensitifitas insulin, kolesterol HDL, dan
Distribusi jaringan adiposa mempengaruhi pengukuran terhadap penyakit
makrovaskular. Jaringan adiposa perifer memberikan efek antiaterogenik pada
wanita. Lemak sentral berhubungan dengan kekakuan carotid dan femoral arteri.
Penelitian lain menunjukkan bahwa ketebalan carotid intima atau media
meningkat pada wanita yang mengalami obesitas. Jaringan adiposa abdominal
juga menghasilkan beberapa faktor yang berperan dalam penyakit kardiovaskular,
seperti IL-6, IL-8, MCP-1, vascular endhothelial growth factor, dan plasminogen
activator inhibitor 1 dalam kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan
adiposa subkutan (Fantuzzi and Mazzone, 2007).
Aterosklerosis adalah penyakit inflamasi. High sensitivity C-reactive
protein digunakan untuk memprediksikan kejadian serangan jantung sesudah
penumpukan kolesterol dalam dinding arteri, pengerasan menjadi plak dan
akhirnya mengganggu aliran darah, sehingga jantung tidak mendapat suplai
oksigen yang cukup dan akhirnya memicu serangan jantung. (Deron, 2004).
Plak kolesterol memblok arteri dan menjadi besar dalam dinding
arteri, sistem imun tubuh merespon dengan mengirim sel-sel darah putih untuk
menyerang plak yang terakumulasi dalam arteri. Semua aktifitas sel-sel imun
Sekali ekspos darah, material ini dengan cepat menyebabkan formasi plak.
Pasien yang sudah diketahui memiliki aterosklerosis, kenaikan kadar CRP
dapat mengindikasikan pertumbuhan plak menjadi tidak stabil (Deron, 2004).
Jaringan adiposa mensekresikan sitokin seperti tumor nekrosis faktor
(TNF), IL-6, IL-1, dan IL-18, chemokines, dan hormon-hormon steroid.
Meningkatnya sekresi sitokin dan chemokines oleh jaringan adiposa pada
penderita obesitas menimbulkan inflamasi sub klinik kronik (asimptomatik) yang
ditandai dengan tingginya kadar CRP (Kumar, Abbas, Fausto, and Aster, 2010).
Konsentrasi IL-6 di dalam plasma adalah proporsional terhadap masa
lemak, jaringan lemak merupakan sumber yang sangat penting dari sitokin. Pada
orang obesitas terjadi peningkatan sel lemak dengan demikian akan menginduksi
ekspresi produksi IL-6 pada sel lemak. Jaringan lemak viseral melepaskan
2-3 kali lebih banyak IL-6 dari pada jaringan lemak subkutan. Isolat sel lemak
viseral juga mengeluarkan lebih banyak IL-6 dari pada cadangan lemak subkutan
yang akan mempengaruhi sintesis protein CRP oleh hati. Saluran dari jaringan
lemak viseral mengalir secara langsung ke dalam hati (Indra, 2006).
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan American Heart
Association (AHA) merekomendasikan interpretasi nilai hs-CRP sebagai <1 mg/L
mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko sedang, dan >3
mg/L mempunyai risiko tinggi. Nilai >10 mg/L, jika dilakukan pengukuran
ulang dan tetap tidak dapat dijelaskan tingginya kadar hs-CRP ini, uji-uji
lain seharusnya dipertimbangkan untuk mengeksklusikan karena penyebab
guideline bahwa pengukuran CRP dilakukan pada orang-orang yang secara
jelas tidak berada dalam kondisi inflamasi atau infeksi dan hasilnya
diinterpretasikan dalam mg/L (Ridker, 2003).
D. Penyakit KardiovaIkular
Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum yang menggambarkan
penyakit jantung atau pembuluh darah (NHS, 2015), yang termasuk kedalam
penyakit kardiovaskular adalah coronary heart, cerebrovascular disease,
peripheral arterial disease, rheumatic heart disease, congenital heart disease,
deep vein thrombosis dan pulmonary embolism (WHO, 2015).
Penyebab dari munculnya penyakit ini adalah ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan jantung akan darah teroksigenasi yang disebabkan adanya
atherosklerosis kronis. Aterosklerosis adalah suatu keadaan dimana menebalnya
lumen pembuluh darah yang disebabkan oleh penumpukan lipid, sehingga aliran
darah yang menyuplai oksigen ke jantung menjadi terhambat (Kumar, Abbas,
Fausto, and Aster, 2010).
E. LandaIan Teori
Pengukuran antropometri merupakan ilmu yang secara khusus
mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia yang paling sederhana dan
mudah dilakukan untuk menilai obesitas (Sunarti dan Maryani, 2013). Obesitas
sentral adalah suatu keadaan dimana adanya akumulasi lemak secara
intraabdominal dan subkutan di daerah abdomen (perut). Keadaan ini sering
pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul, memiliki korelasi positif terhadap
adanya obesitas sentral (Kopelman, 2009). CRP merupakan suatu biomarker
untuk mengetahui adanya inflamasi pembuluh darah. CRP merupakan komponen
penting dari sistem kekebalan tubuh yang membentuk kompleks jika terjadi
infeksi dan penanda inflamasi sistemik yang sensitif untuk memprediksi keadaan
kejadian vaskular (Deron, 2004). High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP)
merupakan salah satu penanda inflamasi yang penting pada penyakit
kardiovaskular yang digunakan sebagai alat yang potensial untuk memprediksikan
risiko penyakit kardiovaskular. High sensitivity C-reactive protein adalah
biomarker dalam kuantitas yang kecil yang diukur dengan metode yang sangat
sensitif sebagai prediktor dini penyakit kardiovaskular (Ridker, 2003). Penelitian
Lim, et al. (2006) menunjukkan bahwa ada korelasi bermakna antara lingkar
pinggang terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada 5162 responden wanita
dengan rentang usia 40-69 tahun (r=0,206 ; p <0,001).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa obesitas sentral menjadi faktor risiko
terjadinya penyakit kardiovaskular dan kadar hs-CRP dapat menjadi penanda
penyakit kardiovaskular.
F. HipoteIiI
Terdapat korelasi positif yang bermakna antara antara lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JeniI dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik
dengan rancangan potong lintang atau cross sectional. Penelitian observasional
analitik digunakan untuk melihat perbedaan antara faktor risiko dengan faktor
efek. Rancangan penelitian potong lintang atau cross sectional yaitu variabel
sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur
atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan), artinya
penelitian terhadap responden dilakukan satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut
atau pengulangan pengukuran. Pengumpulan data untuk penelitian ini, baik untuk
variabel risiko atau sebab maupun variabel akibat dilakukan secara bersama-sama
atau sekaligus. Rancangan penelitian ini dipilih sebab cocok untuk penelitian
klinis, baik deskriptif maupun analitik (Saryono, 2011; Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai korelasi antara lingkar
pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah
pada wanita dewasa. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul
merupakan faktor risiko, sedangkan hs-CRP merupakan faktor efek. Penelitian
terhadap responden penelitian dilakukan satu kali saja tanpa tindak lanjut atau
pengulangan pengukuran.
Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah mengidentifikasi
variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan faktor
observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor risiko dan
efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan
data), dan melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar
kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran) (Notoatmodjo, 2010).
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : ukuran lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar
pinggang panggul
2. Variabel tergantung : kadar hs-CRP dalam darah (mg/L)
3. Variabel pengacau
a. Terkendali : usia, jenis kelamin, dan keadaan puasa
b. Tidak terkendali : gaya hidup atau lifestyle, aktivitas responden,
dan keadaan patologis.
C. DefiniIi OperaIional
1. Responden penelitian adalah wanita dewasa sehat pada umur 40-60 tahun
di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, yang
bersedia ikut dalam penelitian serta telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditetapkan
2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri yaitu pengukuran
lingkar pinggang, lingkar panggul, dan rasio lingkar pinggang panggul.
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kadar hs-CRP dalam
3. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada bagian antara tulang rusuk
paling bawah dan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul, lalu
diukur secara horizontal mengelilingi abdomen. Pita pengukur harus
menempel pada kulit, namun tidak sampai menekan. Hasil pengukuran
dinyatakan dalam centimeter (cm).
4. Pengukuran lingkar panggul dapat dilakukan pada bagian terbesar
panggul mengitari bagian terluar pantat. Hasil pengukuran dinyatakan
dalam centimeter (cm).
5. Pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul dilakukan dengan membagi
nilai lingkar pinggang dengan nilai lingkar panggul.
6. Obesitas sentral adalah suatu keadaan dimana adanya akumulasi lemak
intraabdominal dan subkutan di daerah abdomen (perut). Obesitas sentral
diasosiasikan dengan risiko penyakit kardiovaskular.
7. High sensitivity C-reactive protein atau hs-CRP merupakan suatu
biomarker inflamasi sistemik yang sensitif untuk memprediksi keadaan
kejadian vaskular dan sebagai gambaran risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular.
8. Kadar hs-CRP diperoleh dari hasil pemeriksaan di Laboratorium Pramita
di Jalan Cik Ditiro Yogyakarta yang dinyatakan dalam mg/L atau mg/dl
9. Standar yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul menurut
b. Kriteria Hs-CRP menurut Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) dan American Heart Association (2015) merekomendasikan
interpretasi nilai hs-CRP sebagai berikut : < 1 mg/L atau 0,1 mg/dl
mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L atau 0,1-0,3 mg/dl mempunyai
risiko sedang, dan >3 mg/L atau 0,3 mg/dl mempunyai risiko tinggi
terkena penyakit kardiovaskular.
D. ReIponden Penelitian
Responden penelitian yaitu masyarakat pedesaan wanita dewasa sehat di
Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah responden penelitian diperoleh dengan
mengetahui data jumlah keseluruhan warga wanita di desa Kepuharjo. Desa
Kepuharjo terdiri dari pedukuhan Kepuh, Kaliadem, Pagerjurang, Batur, Kopeng,
Petung dan Manggong. Pedukuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedukuhan Kepuh, Pagerjurang, Kaliadem, Petung dan Batur. Pedukuhan
Manggong dan Kopeng tidak diikutsertakan dalam pengambilan data penelitian
ini, dikarenakan responden dari pedukuhan tersebut sudah digunakan untuk
melakukan validasi kuisioner. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah masyarakat
Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta, wanita dewasa sehat berumur antara 40–60
tahun, tidak ada riwayat penyakit kardiometabolik, tidak dalam keadaan oedem,
tidak mengkonsumsi obat-obatan terkait kardiometabolik, bersedia untuk berpuasa
selama 10–12 jam dan bersedia menandatangani informed consent. Kriteria
eksklusi yang ditetapkan adalah responden tidak hadir saat pengambilan data,
mengkonsumsi obat-obatan penurun kadar lipid dan kadar glukosa, menopause
dan memiliki kadar hs-CRP yang sangat tinggi yaitu >10 mg/L.
Gambar 3. Skema Pencarian ReIponden
E. Tempat dan Naktu Penelitian
Pengambilan data responden dilakukan sebanyak 3 kali dengan perincian
waktu penelitian sebagai berikut :
1. Tanggal 30 Mei 2015 di Balai Desa Kepuharjo, pukul 09.00-13.00
2. Tanggal 18 Juni 2015 di Balai Desa Kepuharjo, pukul 14.00-16.00
3. Tanggal 19 Juni 2015 di Gedung Serba Guna Huntap Pagerjurang,
pukul 14.00-16.00
Jumlah penduduk Desa Kepuharjo : 2.209 penduduk
Dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan tidak masuk dalam kriteria eksklusi : 120 responden
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul “Korelasi
Antropometri dan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Masyarakat
Pedesaan” dan telah memperoleh izin dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. Penelitian payung ini bertujuan untuk memperoleh
korelasi pengukuran antropometri yang paling baik untuk mendeteksi penyakit
kardiovaskular khususnya pada masyarakat pedesaan. Penelitian ini dilakukan
secara berkelompok dengan jumlah anggota 10 orang dengan kajian yang
berbeda-beda. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya mengkaji korelasi
lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP
dalam darah pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Cangkringan,
Sleman, Yogyakarta. Kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini tergambar
Gambar 4. Skema Pembagian Kajian Penelitian Payung
G. Teknik Sampling
Teknik sampling pada penelitian ini adalah teknik non-random sampling
dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random atau
bukan secara acak merupakan pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas
kemungkinan yang dapat diperhitungan, tetapi semata-mata dan hanya
berdasarkan segi-segi kepraktisan belaka. Purposive sampling yaitu pengambilan
sampel dilakukan atas pertimbangan yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan
identifikasi karakteristik populasi yaitu ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
Pengambilan sampel secara non-random dengan jenis purposive
sampling karena responden yang digunakan pada penelitian ini hanya yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian, sehingga tidak semua responden memiliki
kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden penelitian. Pada
penelitian korelasi, sampel yang digunakan minimal 30 sampel tiap kelompok
(Lodico, 2010). Oleh karena itu , pada penelitian ini, ditetapkan bahwa sampel
yang dibutuhkan minimal 30 responden yaitu pada penelitian jumlah responden
wanita yang diteliti sebanyak 50 responden.
H. InItrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pita pengukur atau meteran
merk Butterfly® untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul responden
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah dikalibrasi di
Badan Metrologi di Jalan Sisingamangaraja No. 21, Yogyakarta. Instrumen
pengukur kadar hs-CRP di laboratorium Pramita adalah merk Architect CI8200
dan dengan metode pengukuran Imunoturbidimetri. Instrumen lain yang
digunakan adalah leafleat dan informed consent.
I. Tata Cara Penelitian
1. Observasi awal. Pada observasi awal ini dilakukan pencarian informasi
mengenai jumlah penduduk total dan jumlah penduduk di tiap-tiap desa
di Cangkringan, Yogyakarta serta pencarian tempat pedukuhan yang
tepat untuk dilakukan penelitian. Observasi pada awalnya dilakukan di
Kantor Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta untuk menentukan
desa mana yang bersedia untuk dilakukannya penelitian ini. Desa yang
dipilih peneliti untuk dilakukannya penelitian yaitu Desa Kepuharjo,
alasannya pertimbangan letak dan kondisi geografisnya mewakili
masyarakat pedesaan dan desa Kepuharjo bisa diajak kerjasama untuk
dilakukannya penelitian ini. Penduduk desa Kepuharjo sebagian besar
bekerja sebagai petani. Tahap selanjutnya mencari responden yang sesuai
kriteria inklusi yaitu yang berusia 40-60 tahun di Balai Desa Kepuharjo.
Pencarian ini dibantu oleh perangkat desa di Balai Desa Kepuharjo dan
Peneliti juga melakukan observasi laboratorium untuk menganalisis
sampel darah responden. Peneliti melakukan observasi berbagai
laboratoium klinik di Yogyakarta. Laboratorium Pramita dipilih dengan
alasan sudah terakreditasi, biaya analisis yang relatif murah, serta hasil
yang didapat juga relatif cepat.
2. Permohonan izin dan kerjasama. Permohonan izin untuk melakukan
penelitian ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
untuk memperoleh ethical clearance. Hal ini bertujuan untuk memenuhi
etika penelitian menggunakan sampel darah dan hasil penelitian dapat
dipublikasikan. Surat ethical clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada pada tanggal 18 Mei 2015 dengan nomor surat
KE/FK/502/EC (Lampiran 1). Permohonan izin kedua ditujukan kepada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di kantor Bappeda
Kabupaten Sleman yang bertujuan untuk memperoleh izin melakukan
penelitian di Kecamatan Cangkringan. Permohonan izin selanjutnya yaitu
memohon izin dari Kantor Kecamatan Cangkringan. Kepala Bappeda
memberikan izin pada tanggal 28 April 2015 dengan nomor surat izin
070/Bappeda/1799/2015 (Lampiran 2). Camat Cangkringan memberikan
izin pada tanggal 5 Mei 2015 dengan nomor surat izin 070/334
(Lampiran 3). Permohonan kerjasama untuk pengambilan dan analisis
17 Yogyakarta. Permohonan kerjasama juga ditujukan kepada responden
penelitian dengan menggunakan informed consent.
3. Permohonan informed consent dan leaflet. Pembuatan leaflet bertujuan
membantu responden dalam memahami gambaran mengenai penelitian
ini. Konten dari leaflet ini antara lain berisi tujuan penelitian, manfaat
penelitian yang diterima responden, pengukuran antropometri meliputi
pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul-panggul, body fat
percentage, dan body mass index, serta pemeriksaan laboratorium yang
meliputi, profil lipid, yaitu HbA1c, Lipoprotein A dan hs-CRP. Lembar
leaflet terlampir pada Lampiran 6 dan 7. Informed consent ditujukan
sebagai bukti kesediaan calon responden untuk dapat mengikuti
penelitian ini. Pembuatan informed consent ini sesuai dengan standar
yang dikeluarkan Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Lembar
informed consent terlampir pada Lampiran 8.
4. Pencarian responden. Pencarian responden dilakukan setelah mendapat
izin penelitian dari Bappeda Kabupaten Sleman. Izin tersebut diteruskan
ke Kantor Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta untuk meminta
informasi mengenai desa, padukuhan, RW, dan RT. Penduduk di Desa
Kepuharjo ada 2.209 penduduk di Desa Kepuharjo, Cangkringan,
Sleman, Yogyakarta, kemudian mendapat 120 responden dengan cara
door to door yang masuk kriteria inklusi, lalu setelah didapat responden
tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, dan diingatkan untuk berpuasa
selama 10-12 jam. Selanjutnya, jika calon responden dapat ditemui,
maka calon responden diberi penjelasan mengenai penelitian ini
secara umum, tujuan penelitian dan manfaat yang didapat dari
penelitian ini, dan dijelaskan juga mengenai kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditetapkan. Pada tahap ini, beberapa calon
responden menolak mengikuti penelitian ini dikarenakan beberapa
alasan, seperti sudah menopause, takut terhadap jarum suntik, atau
menolak untuk berpuasa selama 10-12 jam. Calon responden yang
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan diberikan informed
consent, yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden
sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini dari awal
sampai akhir.
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Validitas merupakan suatu
indeks yang menunjukkan ketepatan pengukuran alat ukur sesuai dengan
yang diukur, sedangkan reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoadmodjo, 2010). Instrumen
pengukur kadar hs-CRP adalah instrumen pengukur merk Architect
CI8200 di laboratorium Pramita Yogyakarta dan instrumen pengukur
lingkar pinggang dan lingkar panggul dan diuji validitas dan
reliabilitasnya adalah pita pengukur merk Butterfly®. Instrumen atau alat
penelitian dikatakan valid jika menunjukkan pengukuran yang
pengukur ini dilakukan di Balai Metrologi Yogyakarta. Hasil pengujian
validitas instrumen menunjukkan bahwa alat yang digunakan valid
ditunjukkan pada skala ukuran pada instrumen/alat yang sudah tepat dan
sesuai dengan skala yang ditunjukkan. Lembar pengujian instrumen
penelitian terlampir pada Lampiran 4 dan 5. Instrumen dikatakan reliable
jika CV ≤ 5% (Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011). Alat
yang digunakan untuk pengukuran antropometri di kalibrasi di Balai
Metrologi Yogyakarta.
6. Pengukuran antropometri dan pengambilan darah. Parameter yang diukur
oleh peneliti adalah lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang
panggul, sedangkan pengambilan darah responden penelitian untuk
pengukuran nilai hs-CRP dalam darah yang dilakukan oleh tenaga ahli
dari Laboratorium Pramita Yogyakarta.
Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara tulang
rusuk paling bawah dan pangkal paha atau panggul, sedangkan untuk
lingkar panggul dilakukan pada bagian terbesar dari panggul mengitari
bagian terluar bagian pantat. Pita pengukur yang dilingkarkan pada tubuh
responden, tidak boleh terlalu ketat, menekan pada kulit, dan membuat
responden tidak nyaman. Kemudian posisi pita pengukur paralel terhadap
lantai, posisi responden berdiri tegak, tangan di samping, dan kaku rapat
7. Analisis sampel darah responden. Sampel darah responden yang telah
diambil, dibawa ke Laboratorium Pramita Jalan Cik Ditiro No. 17,
Yogyakarta untuk dianalisis kadar hs-CRP.
8. Pembagian hasil pemeriksaan. Hasil analisis darah langsung diberikan
kepada responden setelah peneliti mendapatkan hasil analisis darah dari
Laboratorium Pramita Yogyakarta. Peneliti dan dosen pembimbing juga
membantu menjelas mengenai hasil analisis darah responden disertai
penjelasan mengenai terapi non farmakologi jika ada hasil yang tidak
normal dan responden bisa bertanya jika ada hal yang masih kurang jelas.
9. Pengolahan data. Data diolah awalnya dengan menyusun data yang
sejenis, kemudian digolongkan ke dalam kategori yang sudah ditetapkan,
dan melakukan analisis data menggunakan SPSS.
J. AnaliIiI Data
Program statistik yang digunakan adalah SPSS versi 17 dan lisensi
olahan uji statistika dari Clinical Epidemiology dan Biostatistics Unit (CE&BU)
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan program
statistika SPSS versi 22. Data diolah secara statistik dengan taraf keperayaan
95%. Uji normalitas data dilakukan untuk melihat distribusi normal data dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk, jika sampel ≤ 50 responden. Data yang didapat
dikatakan normal atau tidak dilihat dari nilai sig (p). Suatu data yang memiliki
distribusi normal jika nilai p >0,05. Uji distribusi normal, kemudian dilakukan uji
komparatif tidak berpasangan 2 kelompok, yaitu jika tidak memenuhi syarat
korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Pearson dan Spearman. Uji korelasi
yang digunakan adalah Pearson bila salah satu variabel berdistribusi normal. Jika
sebaran data tidak normal, gunakan uji korelasi Spearman (Dahlan, 2015).
Koefisien determinasi atau koefisien regresi ditunjukkan dengan nilai R2,
digunakan untuk menunjukkan seberapa besar lingkar pinggang dapat menjadi
prediktor penyakit kardiovaskular yang ditunjukkan dengan pengukuran hs-CRP.
Menurut Gravetter and Wallnau (2009) R2 dengan nilai 0,01 berarti memiliki efek
yang kecil, nilai 0,09 memiliki efek yang sedang, dan nilai 0,25 memiliki efek
yang tinggi.
Pertama yang dilakukan adalah analisis karakteristik dan deskripsi data.
Data yang dianalisis meliputi usia, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang
panggul dan kadar hs-CRP dalam darah. Data tersebut dianalisis dengan
menghitung rata-rata (mean), nilai tengah (median), simpangan deviasi (SD), nilai
minimum dan nilai maksimum. Uji nomalitas yang digunakan adalah uji
Shapiro-Wilk karena jumlah data yang didapat ≤ 50 responden.
Analisis selanjutnya adalah analisis uji komparatif untuk melihat
perbedaan kadar hs-CRP dalam darah pada kelompok obesitas sentral dan tanpa
obesitas sentral. Uji ini dilakukan pengelompokkan data hs-CRP berdasarkan nilai
lingkar pinggang ≥80 cm (obesitas sentral) dan lingkar pinggang <80 cm (tanpa
obesitas sentral). Data selanjutnya diuji normalitasnya, sehingga didapat data
tidak terdistribusi normal, sehingga uji komparatif yang digunakan adalah uji
Analisis terakhir adalah uji korelasi antara lingkar pinggang dan rasio
lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah. Data yang
didapatkan tidak terdistribusi normal untuk variabel lingkar pinggang dan kadar
hs-CRP, sehingga uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Spearman,
sedangkan untuk variabel data RLPP berdistribusi normal dan kadar hs-CRP tidak
berdistribusi normal dapat digunakan uji korelasi Pearson.
Tabel IV. InterpretaIi Uji HipoteIiI Korelatif (Dahlan, 2015)
No Parameter Nilai Interpretasi
1 Kekuatan korelasi secara statistik
0,0 - <0,2 sangat lemah Negatif semakin rendah variabel B semakin tinggi variabel A
3 Nilai p Nilai p >0,05 Nilai p <0,05 korelasi tidak bermakna korelasi bermakna
K. KeIulitan Penelitian
Kesulitan penelitian ini adalah responden yang telah bersedia
bekerjasama dalam penelitian ini tidak hadir pada saat pengambilan darah
pada waktu yang ditetapkan oleh peneliti sebelumnya sehingga penelitian ini
perlu melakukan penelitian sampai 3 kali sampai responden yang diinginkan
tercapai.
diinformasikan pada saat penawaran kerjasama penelitian bahwa hal tersebut
dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak menggambarkan kondisi
yang sebenarnya, sehingga responden yang tidak puasa dieksklusi.
Status kesehatan yang dialami oleh responden. Pentingnya status
kesehatan akan sangat mempengaruhi hasil analisis, responden yang sedang
mengalami infeksi, inflamasi, demam, atau sudah memiliki penyakit degeneratif
masuk dalam kriteria ekslusi sehingga perlu wawancara yang lebih mendalam dan
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil KarakteriItik ReIponden
Penelitian ini dilakukan kepada 50 responden wanita dewasa di Desa
Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang memenuhi
kriteria penelitian dengan rentang usia 40-60 tahun. Ada 2 responden yang di
eksklusi karena kadar hs-CRP pada 2 responden tersebut >10 mg/L. Analisis
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan mengetahui karakteristik data
yang diperoleh. Profil karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia,
lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul, dan kadar hs-CRP dalam darah
seperti yang ditunjukkan pada tabel V. Uji normalitas data yang diperoleh
menggunakan Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah responden penelitian ≤50
(Dahlan, 2013).
Tabel V. Profil KarakteriItik ReIponden
Karakteristik Wanita (n=48) p
Median (Min-Maks)
Usia (tahun) 45 (40-53) 0,016
Lingkar pinggang (cm) 80 (64-109) 0,050
Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul (cm) 0,839 ± 0,060 0,051*
hs-CRP (mg/L) 2,80 (1,20-6,40) 0,001
hs-CRP pada obesitas sentral 3,35 (1,40-6,40) 0,039
hs-CRP tanpa obesitas sentral 2,40 (1,20-5,50) 0,029
hs-CRP pada RLPP ≥ 0,85 2,80 (1,40-6,40) 0,020
hs-CRP pada RLPP < 0,85 2,50 (1,20-5,80) 0,047
1. Usia
Responden dalam penelitian ini dengan rentang usia 40-60 tahun. Usia
terendah adalah 40 tahun dan usia tertinggi adalah 53 tahun. Data usia responden
diuji normalitasnya dengan metode Shapiro-Wilk pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,016 yang berarti data
usia responden p <0,05 sehingga dapat usia responden tidak terdistribusi normal.
Gambar 5. Sebaran data uIia reIponden
Usia dengan rentang 40-60 tahun pada wanita karena pada usia tersebut
masih mengalami menstruasi atau belum mengalami menopause. Menurut
Santrock (2004) merupakan kategori usia dewasa pertengahan. Pada kategori usia
dewasa pertengahan ini merupakan usia yang rentan mengalami penyakit
degenatif (Santrock, 2004). Menurut penelitian Motamed (2015) yang melibatkan
lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular, sehingga pengukuran antropometri
dan hs-CRP dapat digunakan untuk memprediksi risiko penyakit kardiovaskular
sebaga tindakan pencegahan terhadap kejadian serangan jantung dan stroke
(Ridker, 2003).
2. Lingkar pinggang
Responden yang ikut dalam penelitian ini adalah baik yang mengalami
obesitas sentral maupun yang tidak mengalami obesitas sentral. Hasil analisis
statistik deskriptif uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf
kepercayaan 95% pada data lingkar pinggang menunjukkan signifikansi <0,05
sehingga data lingkar pinggang pada responden tidak terdistribusi normal. Median
atau nilai tengah untuk data lingkar pinggang adalah 80 cm dan lingkar pinggang
terendah adalah 64 cm dan lingkar pinggang tertinggi adalah 109 cm.