• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar HS-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar HS-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL TERHADAP KADAR HI-CRP DALAM

DARAH PADA NANITA DENASA DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

Grace Shelia Pramitha Putri 128114097

INTISARI

Obesitas sentral adalah faktor risiko dari penyakit kardiovaskular. Obesitas sentral merupakan salah satu penyebab abnormalitas kadar lipid dalam darah, atau sering disebut dengan dislipidemia. Kadar high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) dalam darah berfungsi sebagai penanda inflamasi sistemik pada penyakit kardiovaskular. Metode antropometri adalah metode yang menunjukkan obesitas sentral yang dapat dipakai sebagai metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang terutama terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kolerasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang/cross sectional. Pemilihan responden dilakukan secara non random sampling dengan jenis purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kadar hs-CRP. Analisis data dengan uji komparatif yaitu uji Mann-Whitney. Analisis korelasi menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Taraf kepercayaan yang digunakan 95%.

Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,356 ; p=0,013) dan terdapat korelasi positif tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,107 ; p=0,471).

Kata kunci : lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul, obesitas sentral,

(2)

THE CORRELATION OF WAIST CIRCUMFERENCE AND WAIST TO-HIP RATIO WITH Hs-CRP LEVELS IN THE BLOOD OF ADULT WOMEN IN KEPUHARJO VILLAGE CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

Grace Shelia Pramitha Putri 128114097

ABSTRACT

Central obesity or abdominal obesity is a risk factor of cardiovascular disease. Central obesity is one of the causes of abnormality levels in the blood lipid often referred to dyslipidemia. Levels of high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) in the blood serves as a marker of systemic inflammation in cardiovascular disease. Anthropometric is a method that indicates central obesity which can be used as a simple, easy, and fast method which can indicate the nutritional status and health of a person, especially against the risk of cardiovascular disease. The aim of this study was to determine the correlation of waist circumference and waist-to-hip ratio for hs-CRP levels in the blood of adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This research is an observational analytic study with cross sectional study design. The selection of respondent is a non random sampling with purposive sampling with the measurement of hs-CRP levels. Data analysis with comparative test is the Mann-Whitney test. Correlation analysis used Pearson and Spearman correlation test. The confidence level used is 95%.

The research result obtained is that the correlation between waist circumferences with hs-CRP levels in the blood (r = 0.356; p =0.013) is significant and the correlation between the wasit to-hip ratio with hs-CRP levels in the blood (r = 0.107 ; p = 0.471) is not significant.

(3)

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL TERHADAP KADAR HI-CRP DALAM

DARAH PADA NANITA DENASA DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Grace Shelia Pramitha Putri

NIM : 128114097

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL TERHADAP KADAR HI-CRP DALAM

DARAH PADA NANITA DENASA DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Grace Shelia Pramitha Putri

NIM : 128114097

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN

"PENDIDIKAN MERUPAKAN SENJAKA PALING AMPUH YANG BISA KAMU

GUNAKAN UNKUK MERUBAH DUNIA" (NELSON MANDELA)

“BUKAN KECERDASAN SAJA YANG MEMBAWA SUKSES, TAPI JUGA HASRAT

UNTUK SUKSES, KOMITMEN UNTUK BEKERJA KERAS, DAN KEBERANIAN

UNTUK PERCAYA AKAN DIRIMU SENDIRI.” (JAMIE WINSHII)

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :

(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

"PENDIDIKAN MERUPAKAN SENJAKA PALING AMPUH YANG BISA KAMU

GUNAKAN UNKUK MERUBAH DUNIA" (NELSON MANDELA)

“BUKAN KECERDASAN SAJA YANG MEMBAWA SUKSES, TAPI JUGA HASRAT

UNTUK SUKSES, KOMITMEN UNTUK BEKERJA KERAS, DAN KEBERANIAN

UNTUK PERCAYA AKAN DIRIMU SENDIRI.” (JAMIE WINSHII)

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :

(8)

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas

berkat, bimbingan, perlindungan dan penyertaan-Nya yang berkelimpahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Kadar Hs-CRP dalam

Darah pada Wanita Dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman,

Yogyakarta.” untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan, pengarahan, dukungan, dan semangat dari berbagai pihak. Penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Rasa

terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., selaku dosen pembimbing yang selalu

memberi perhatian dan masukan yang berguna bagi peneliti selama proses

penulisan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh waktu dan kesabaran

yang telah diberikan untuk membimbing dan mendampingi penulis dari

awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm., M.Sc., Apt., dan Ibu Aris Widayati,

M.Si., M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan

bimbingan dan masukan selama proses penulisan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama

(9)

vi

4. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Universitas

Gadah Mada Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian.

5. Kepala Desa Kepuharjo yang bersedia memberikan izin untuk bisa

melaksanakan penelitian di Desa Kepuharjo,Kecamatan Cangkringan,

Yogyakarta

6. Seluruh warga, responden penelitian, dan pihak-pihak lain yang bersedia

meluangkan waktu dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian

ini.

7. Laboratorium Pramita yang telah membantu penulis dalam analisis darah.

8. Bapak, Ibu, dan Adik yang telah membantu penulis baik secara materiil

dan imateriil, serta doa, perhatian, dan kasih sayang yang tak

berkesudahan dari awal proses penyusunan skripsi ini hingga akhir. Cinta

kalian menjadi kekuatan dan semangat bagiku untuk menyelesaikan studi

ini.

9. Teman-teman tim “Skripsi Payungan” : Firmina Maria Septima E.U.,

Novena Adi Y., Rivena Meidina, Kristi Natalia, Risanuri M., Giovani

Anggasta F., Siti Sisca A.G., Patrisia Yosepha J., Lucia Ida A.K., Maria

Magdalena L., Prisca Nadya V.D., Monica Tri I., Angela Priskalina F.

10. Teman-teman dan sahabat-sahabatku di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma dari seluruh angkatan, terutama angkatan 2012, kelas

FSM C 2012 dan FKK B 2012, terutama Rivena Meidina, Adis Pranaya

(10)

vii

Hartini, atas kebersamaan, motivasi, dukungan, doa, cerita-cerita, gosip

fakta dan keceriaannya selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Waktu, bimbingan,

dan dukungan kalian sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini

masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka

terhadap kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadi pembelajaran bagi

penulis sehingga dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berharap skripsi ini

dapat berguna dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 November 2015

(11)
(12)
(13)
(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

HALAMAN PRAKATA……….. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...

2. Keaslian Penelitian……… 5

3. Manfaat Penelitian………. 10

B. Tujuan Penelitian……… 10

(15)

xii

A. Antropometri……… 11

1. Lingkar pinggang………. 11

2. Rasio lingkar pinggang panggul……….. 13

B. Obesitas……… 15

C. High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP)……… 16

D. Penyakit Kardiovaskular………. 21

E. Landasan Teori……… 21

F. Hipotesis……….. 22

BAB III. METODE PENELITIAN……… 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian……….. 23

B. Variabel Penelitian……….. 24

1. Variabel bebas……… 24

2. Variabel tergantung……… 24

3. Variabel pengacau……….. 24

C. Definisi Operasional………... 24

D. Responden Penelitian………. 26

E. Tempat dan Waktu Penelitian……… 27

F. Ruang Lingkup Penelitian………. 28

G. Teknik Sampling……… 29

H. Instrumen Penelitian……….. 30

I. Tata Cara Penelitian………... 30

1. Observasi awal……… 30

2. Permohonan izin dan kerjasama………. 31

(16)

xiii

4. Pencarian responden………... 32

5. Validitas dan reliabilitas insrumen penelitian ……… 33

6. Pengukuran antropometri dan pengambilan darah…………. 34

7. Analisis sampel darah responden……… 35

8. Pembagian hasil pemeriksaan………. 35

9. Pengolahan data……….. 35

J. Analisis Data………. 35

K. Kesulitan Penelitian……….. 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 39

A. Profil dan Karakteristik Responden……….. 39

1. Usia……… 40

2. Lingkar pinggang……….. 41

3. Rasio lingkar pinggang panggul……… 42

4. Kadar hs-CRP dalam darah……… 44

B. Perbedaan Kadar hs-CRP antara Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral……… 46

C. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah……….……... 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 55

A. Kesimpulan……….. 55

B. Saran……… 55

DAFTAR PUSTAKA……… 57

LAMPIRAN……….. 62

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keaslian Penelitian………. 5

Tabel II. Nilai Lingkar Pinggang Ideal Orang Asia……… 12

Tabel III. Ukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul Ideal……….. 14

Tabel IV. Interpretasi Uji Hipotesis Korelatif………. 37

Tabel V. Profil Karakteristik Responden……… 39

Tabel VI. Jumlah Responden berdasarkan Lingkar Pinggang……….. 42

Tabel VII. Jumlah Responden Berdasarkan RLPP……… 43

Tabel VIII. Jumlah Responden Berdasarkan Kadar hs-CRP………. 45

Tabel IX. Perbedaan Kadar hs-CRP antara Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral………... 46

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang……….. 13

Gambar 2. Cara Mengukur Rasio Lingkar Pinggang Panggul……… 14

Gambar 3. Skema Pencarian Responden………. 27

Gambar 4. Skema Pembagian Kajian Penelitian Payung……… 28

Gambar 5. Sebaran data usia responden………. 40

Gambar 6. Sebaran data lingkar pinggang responden………. 41

Gambar 7. Sebaran data rasio lingkar pinggang panggul……… 43

Gambar 8. Sebaran data kadar hs-CRP………... 44

Gambar 9. Sebaran data perbandingan lingkar pinggang obese dan tanpa obese terhadap kadar hs-CRP………... 46 Gambar 10. Sebaran data perbandigan antara dua RLPP terhadap kadar hs-CRP………... 47

Gambar 11. Diagram sebaran korelasi antara lingkar pinggang terhadap kadar hs-CRP……….. 50

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance……… 63

Lampiran 2. Surat Izin Bappeda……….………... 64

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian di Kecamatan Cangkringan………. 65

Lampiran 4. Sertifikat Validasi Instrumen Balai Metrologi (Hal. 1)... 66

Lampiran 5. Sertifikat Validasi Instrumen Balai Metrologi (Hal. 2)... 67

Lampiran 6. Lembar Leaflet Tampak Depan……… 68

Lampiran 7. Lembar Leaflet Tampak Belakang………... 68

Lampiran 8. Lembar Informed Consent ………...………… 69

Lampiran 9. Lembar Pedoman Wawancara……….. 70

Lampiran 10. Form Pemeriksaan Antropometri………... 71

Lampiran 11. Lembar Hasil Pengukuran Kadar hs-CRP……….. 72

Lampiran 12. Foto Pelaksanaan Penelitian ………... 73

Lampiran 13. Uji Deskriptif dan Normalitas Usia Responden………. 77

Lampiran 14. Uji Deskriptif dan Normalitas Lingkar Pinggang ..……… 79

Lampiran 15. Uji Deskriptif dan Normalitas Rasio Lingkar Pinggang Panggul……… Lampiran 16. Uji Deskriptif dan Normalitas Kadar hs-CRP dalam Darah (mg/L)... 81 83 Lampiran 17. Uji Normalitas Komparatif Kadar hs-CRP pada Lingkar Pinggang Obese dan Non Obese………. 85

(20)

xvii

Lampiran 19. Uji Komparatif Mann-Whitney antara Kadar hs-CRP dengan

LP obese dan tanpa obese……… 89

Lampiran 20. Uji Komparatif Mann-Whitney Kadar hs-CRP pada Rasio

Lingkar Pinggang Panggul ≥085 dan <0,85……… 90

Lampiran 21. Uji Korelasi Spearman antara Lingkar Pinggang terhadap

Kadar hs-CRP……….. 91

Lampiran 22. Uji Korelasi Pearson antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul

dan Kadar hs-CRP………... 92

Lampiran 23. Hasil Olahan Perhitungan Statistika dari CE&BU………. 93

Lampiran 24. Pengukuran Reliabilitas Alat (CV)………. 94

Lampiran 25. SOP Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang Panggul………

Lampiran 26. Surat Keterangan Lisensi Statistika CE&BU... 95

(21)

xviii

INTISARI

Obesitas sentral adalah faktor risiko dari penyakit kardiovaskular. Obesitas sentral merupakan salah satu penyebab abnormalitas kadar lipid dalam darah, atau sering disebut dengan dislipidemia. Kadar high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) dalam darah berfungsi sebagai penanda inflamasi sistemik pada penyakit kardiovaskular. Metode antropometri adalah metode yang menunjukkan obesitas sentral yang dapat dipakai sebagai metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang terutama terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kolerasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang/cross sectional. Pemilihan responden

dilakukan secara non random sampling dengan jenis purposive sampling.

Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kadar hs-CRP. Analisis data dengan uji komparatif yaitu uji Mann-Whitney. Analisis korelasi menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Taraf kepercayaan yang digunakan 95%.

Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,356 ; p=0,013) dan terdapat korelasi positif tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah (r=0,107 ; p=0,471).

(22)

xix

ABSTRACT

Central obesity or abdominal obesity is a risk factor of cardiovascular disease. Central obesity is one of the causes of abnormality levels in the blood lipid often referred to dyslipidemia. Levels of high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) in the blood serves as a marker of systemic inflammation in cardiovascular disease. Anthropometric is a method that indicates central obesity which can be used as a simple, easy, and fast method which can indicate the nutritional status and health of a person, especially against the risk of cardiovascular disease. The aim of this study was to determine the correlation of waist circumference and waist-to-hip ratio for hs-CRP levels in the blood of adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This research is an observational analytic study with cross sectional study design. The selection of respondent is a non random sampling with purposive sampling with the measurement of hs-CRP levels. Data analysis with comparative test is the Mann-Whitney test. Correlation analysis used Pearson and Spearman correlation test. The confidence level used is 95%.

The research result obtained is that the correlation between waist circumferences with hs-CRP levels in the blood (r = 0.356; p =0.013) is significant and the correlation between the wasit to-hip ratio with hs-CRP levels in the blood (r = 0.107 ; p = 0.471) is not significant.

(23)

1

Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun 1980

dan 2014 (WHO, 2015). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di

Indonesia, prevalensi penduduk wanita dewasa obesitas pada tahun 2013

sebanyak 32,9 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (14,8%) dan tahun 2010

(7,8%).

Sindrom metabolik merupakan sekumpulan faktor-faktor risiko yang

terdiri dari peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, peningkatan tekanan

darah, peningkatan kadar glukosa darah dan obesitas sentral. Kejadian sindrom

metabolik diperkirakan sekitar 20-25% dari populasi penduduk dewasa di dunia.

Individu dengan sindrom metabolik mempunyai risiko dua kali terjadinya

penyakit kardiovaskular dan stroke dibandingkan dengan individu tanpa sindrom

metabolik (IDF, 2006 ; Grundy, 2004).

Di negara-negara berkembang, prevalensi sindrom metabolik juga

meningkat. Beberapa studi yang melaporkan prevalensi sindrom metabolik

(24)

(33,4%), Brazil (25,4%), Iran (33,7%) and Venezuela (31,2%) (Yu, Guo, Yang,

Zheng, Sun, 2014 ; Misra and Khurana, 2008).

Di negara China, penyakit kardiovaskular menyebabkan peningkatan

angka morbiditas dan mortalitas kira-kira sebesar 41% kematian per tahun,

dan peningkatan angka kematian karena penyakit kardiovaskular lebih besar

kejadiannya pada penduduk pedesaan dibandingkan perkotaan (Hu, et al., 2012).

Kegemukan atau obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak

abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Obesitas

memiliki hubungan yang erat dengan tingginya kejadian penyakit kardiovaskular,

diabetes mellitus, dan penyakit degeneratif. Obesitas dapat meningkatkan kadar

trigliserida yang buruk untuk kesehatan jantung dan menurunkan kadar HDL yang

bersifat kardioprotektif (WHO, 2015).

Metode pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul

merupakan salah satu metode pengukuran antropometri yang menunjukkan status

kegemukan, terutama obesitas sentral. Pengukuran ini dapat mengukur distribusi

lemak dalam tubuh khususnya di perut sehingga berkaitan dengan risiko

terjadinya penyakit kardiovaskular (Indra, 2006). Menurut International Diabetes

Federation Metabolic Syndrome (IDF) (2006) kriteria obesitas sentral untuk

laki-laki dengan lingkar pinggang ≥ 90 cm atau perempuan dengan lingkar pinggang ≥

80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral.

Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum yang menggambarkan

penyakit jantung atau pembuluh darah. Aliran darah ke jantung, otak atau badan

(25)

lemak di dalam arteri yang menyebabkan arteri mengeras dan sempit

(aterosklerosis). Penyakit kardiovaskular merupakan masalah kesehatan besar

pada 10 tahun terakhir. Pada tahun 2011, ada hampir 160.000 kematian akibat

CVD. Sekitar 74.000 kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner

(NHS, 2015).

Pada orang yang mengalami obesitas dapat diperiksa high sensitive-C

reactive protein yang merupakan prediktor risiko penyakit diabetes mellitus tipe

2, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular. Hs-CRP adalah penanda

inflamasi yang mencirikan proses aterosklerotik, sindrom metabolik dikaitkan

dengan resistensi insulin dan inflamasi sistemik. Gangguan ini dapat timbul sejak

usia dini pada orang yang obesitas (Santos, 2005).

C-reactive protein (CRP) adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati,

terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh. Pemeriksaan CRP juga

telah dikembangkan menjadi high-sensitivity CRP sehingga dapat digunakan

untuk memprediksi terjadinya penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung

koroner dan stroke di masa depan (Santos, 2005).

Pemeriksaan kadar hs-CRP pada individu tampak sehat sangat prediktif

untuk melihat kejadian dan risiko masa depan penyakit kardiovaskular. Kadar

hs-CRP sebagai pencegahan primer dalam mendeteksi risiko pada individu yang

belum diketahui mempunyai masalah kesehatan (Ridker, 2003).

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan melihat korelasi lingkar pinggang

dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada

(26)

memprediksi penyakit kardiovaskular. Penelitian ini dilakukan pada wanita

dewasa, belum mengalami menopause, sedang puasa, dan pada rentang usia 40-60

tahun yang merupakan rentang usia produktif berisiko tinggi mengalami penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan penyakit

kardiovaskular lainnya, maka dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu

membantu masyarakat responden wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan

Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang mengalami obesitas sentral untuk

mewaspadai kemungkinan ada penyakit kardiovaskular berdasarkan kadar

hs-CRP.

1. RumuIan MaIalah

Apakah ada korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang dan

rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada wanita

dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta?

2. KeaIlian Penelitian

Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai obesitas

sentral, lingkar pinggang, dan kadar hs-CRP yang pernah dilakukan sebelumnya,

(27)

Tabel I.KeaIlian Penelitian

Judul Penelitian HaIil PerIamaan Perbedaan

Central Obesity

Hasil penelitian ini adalah kadar rata-rata hs-CRP lebih tinggi ketika ada indikasi sindrom metabolik ( 2.34 vs 1.36 ,P<0.001). Kenaikan kadar CRP lebih signifikan pada obesitas sentral (2.45 vs

Hasil penelitian ini adalah kadar hs-CRP lebih tinggi signifikan pada responden dengan obesitas sentral lingkar pinggang (96.4 ± 6.0

dengan obesitas sentral

(28)

Hubungan Asupan nilai koefisien korelasi

(r) pada obesitas

hubungan positif yang

bermakna dengan

peningkatan kadar hs-CRP.

Berdasarkan uji

chi-square diperoleh hasil hubungan rasio lingkar pinggang dan pinggul dengan PJK dengan

(29)

Association of

dengan regresi logistik

didapatkan hasil

Korelasi antara lingkar

(30)

Perbedaan Kadar

Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat

hubungan yang

bermakna antara

obesitas dengan kadar

(31)

Khiew, et al., CRP dengan metabolik sindrom lebih tinggi daripada yang non

metabolik sindrom

(p<0,05)

(32)

3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi dan menambah wawasan pengetahuan mengenai korelasi

pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul

terhadap kadar hs-CRP dalam darah yang merupakan penanda inflamasi

sehingga dapat sebagai prediktor awal terjadinya penyakit kardiovaskular

pada responden wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan

Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

metode dalam menentukan obesitas sentral bagi segala lapisan

masyarakat dan dalam mendeteksi kadar hs-CRP sebagai penanda

penyakit kardiovaskular.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya korelasi

antara pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap

kadar hs-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan

(33)

11

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Antropometri

Antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang

pengukuran tubuh manusia yang meliputi massa tulang, otot, dan jaringan adiposa

(lemak). Pengukuran antropometri contohnya seperti Body Mass Index, lingkar

tubuh (lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul), dan skinfold

thickness guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran tiap individu ataupun

kelompok dan lain sebagainya. Pengukuran jaringan adiposa sangat penting

karena individu yang memiliki nilai jaringan adiposa yang tinggi dapat

meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2,

penyakit kardiovaskular, dan lain sebagainya. Pengukuran antropometri

merupakan salah satu cara yang paling sederhana yang dapat dilakukan untuk

menilai obesitas (Indriati, 2010; Sunarti dan Maryani, 2013).

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan dan tinggi

badan, tekanan darah sistolik dan diastolik, denyut nadi lingkar perut dan

pinggang, lingkar lengan atas, dan gigi permanen (Riskesdas, 2007).

1. Lingkar Pinggang. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul

telah digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Pengukuran lingkar

pinggang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas sentral.

Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit

kardiovaskular dan diabetes mellitus. Meskipun relatif mudah untuk

(34)

pengukuran tersebut harus diukur oleh orang yang terlatih. Penyimpanan

lemak subkutan di daerah perut, dapat berpengaruh dalam peningkatan

pengukuran lingkar pinggang. Perubahan lingkar pinggang karena usia

dikarenakan adanya perubahan dalam kolom vertebral dan truncal

posture. Pengukuran lingkar pinggang dapat diambil dengan tiga

pendekatan pengukuran sesuai definisi International Society for

Advancement Kinanthropometry (ISAK) yaitu diukur pada perut dengan

titik terdekat antara tulang rusuk bawah dan di atas tulang panggul

kemudian di ukur melingkar. (Dolan, Hansen, Fisher, 2012; Marfell, et

al., 2006).

Tabel II. Nilai Lingkar Pinggang Ideal Orang AIia

(IDF Metabolic Syndrome, 2006)

Jenis Kelamin Lingkar Pinggang

Laki-laki <90 cm

(35)

Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang (RiIkeIdaI, 2007)

2. Rasio Lingkar Pinggang Panggul. Rasio lingkar pinggang panggul

merupakan metode untuk membedakan lemak tubuh bagian perut bawah

dan pada bagian perut atas atau pinggang. Bila lemak banyak terdapat di

bagian bawah disebut obesitas gynoid yang banyak terjadi pada wanita,

(36)

maka disebut obesitas android dan lebih banyak terjadi pada laki-laki.

Lemak tubuh yang diukur dengan rasio lingkar pinggang panggul adalah

lemak subkutan dan viseral. Simpanan lemak subkutan banyak terdapat

di bagian panggul (Gibson, 2005).

Tabel III. Ukuran RaIio Lingkar Pinggang Panggul Ideal (WHO, 2008)

Jenis Kelamin Ukuran RLPP Ideal

Laki-laki < 0,90

Perempuan < 0,85

Gambar 2. Cara Mengukur RaIio Lingkar Pinggang Panggul (Lyn, 2009)

Pada apple shape akumulasi lemak berada pada daerah abdominal

dan pear shape distribusi lemak dikonsentrasi pada daerah panggul dan

paha. Lingkar pinggang menunjukkan penanda yang lebih baik untuk

lemak abdominal dan korelasi yang lebih kuat dengan faktor risiko

penyakit kardivaskular dibandingkan dengan rasio lingkar

(37)

B. ObeIitaI

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun

dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi

perluasan ke dalam jaringan organnya, ketidakseimbangan antara tinggi dan berat

badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan

yang melampaui ukuran ideal. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh pola

hidup yang tidak sehat seperti terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya

aktivitas atau latihan fisik. Pengukuran obesitas yang paling mudah biasa

menggunakan Body Mass Index (BMI) dan lingkar pinggang. Obesitas dapat

meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, dan penyakit

penyerta lainnya (Bagchi and Preuss, 2013).

Obesitas sentral adalah suatu keadaan dimana adanya akumulasi lemak

secara intraabdominal dan subkutan di daerah abdomen (perut). Keadaan ini

sering diasosiasikan dengan risiko penyakit kardiovaskular dan pengukuran

lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul, memiliki korelasi positif

terhadap adanya obesitas sentral (Kopelman, Caterson, and Dietz, 2009)

Obesitas sentral dipengaruhi oleh dua macam lemak yaitu lemak viseral

dan lemak subkutan. Lemak viseral merupakan penyebab utama penyakit kronis.

Jaringan adipose viseral melepaskan lebih banyak asam lemak ke dalam darah

daripada jaringan lemak lainnya. Hal ini kemudian mempengaruhi profil lemak di

dalam darah. Lemak subkutan hanya berada di bawah permukaan kulit pada

(38)

C. High Sensitivity C-Reactive Protein (HI-CRP)

High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) adalah kadar dalam

kuantitas kecil yang diukur dengan metode yang sangat sensitif. C-reactive

protein dulunya hanya dikenal sebagai salah satu komponen dari protein fase akut,

namun sekarang dimanfaatkan sebagai penanda inflamasi sistemik yang sensitif

untuk memprediksi keadaan kejadian vaskular (Lawrence, 2005).

Peningkatan pemeriksaan CRP baik pemeriksaan hs-CRP maupun CRP

menyebabkan laboratorium menggunakan kedua pemeriksaan ini untuk

mendapatkan gambaran risiko penyakit kardiovaskular. Metode pemeriksaan CRP

seringkali tidak bermanfaat karena dengan metode ini tidak dapat mendeteksi

kadar CRP di bawah 3 mg/L. Metode pemeriksaan imunologi seperti aglutinasi

dapat mengukur CRP pada kadar 5-20 mg/L, sementara aterosklerosis merupakan

kondisi inflamasi subklinik kronik dengan kadar CRP tidak setinggi pada infeksi

atau inflamasi lain. Pengukuran CRP standar cukup baik untuk mengidentifikasi

inflamasi umumnya dalam tubuh, tetapi tidak cukup sensitif mendeteksi inflamasi

tingkat rendah yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung. Pemeriksan

CRP yang sangat sensitif dikembangkan untuk dapat mendeteksi CRP pada kadar

sangat rendah, yaitu antara 0,5-10,0 mg/L, sehingga pemeriksaan ini disebut high

sensitivity C-reactive protein atau hs-CRP (Deron, 2004 ; Indrati, 2015).

Hs-CRP merupakan suatu biomarker untuk mengetahui adanya inflamasi

pembuluh darah. CRP merupakan komponen penting dari sistem kekebalan tubuh

yang membentuk kompleks jika terjadi infeksi. Hubungan antara konsentrasi

(39)

faktor risiko seperti genetik, gaya hidup, merokok, obesitas, BMI, sindrom

metabolik, diabetes mellitus, hipertensi, usia, jenis kelamin, hiperkolesterolemia

dan penanda inflamasi (Yousuf, et al., 2013).

C-reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis secara

khusus oleh hati di bawah kontrol IL-6. C-reactive protein yang disekresikan ke

dalam aterosklerosis dapat mengaktivasi sel-sel endotelial lokal dan menginduksi

protrombotik dan juga meningkatkan adesif dari leukosit-leukosit pada

endotelium (Kumar, Abbas, Fausto, and Aster, 2010).

Pemeriksaan kadar hs-CRP pada individu tampak sehat sangat prediktif

untuk melihat kejadian dan risiko masa depan penyakit kardiovaskular. Kadar

hs-CRP sebagai pencegahan primer dalam mendeteksi risiko pada individu yang

belum diketahui mempunyai masalah kesehatan. Pengukuran kolesterol dan

hs-CRP dapat memprediksi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, namun analis

tidak dapat memprediksi tingkat hs-CRP atas dasar tingkat kolesterol (dan

sebaiknya) karena masing-masing tes darah ini memiliki komponen berbeda dari

proses suatu penyakit. Hs-CRP merupakan prediktor kuat untuk penyakit jantung

dan stroke daripada kolesterol LDL. Pemeriksaan kadar hs-CRP dan LDL dengan

level tinggi menunjukkan bahwa individu memiliki risiko yang tinggi. Risiko

kejadian rendah, jika kedua kadar hs-CRP dan LDL pada level rendah, namun

individu dikatakan memiliki risiko tinggi jika kadar hs-CRP lebih tinggi dan kadar

LDL rendah dibandingkan dengan individu dengan kadar hs-CRP lebih rendah

dan kadar LDL tinggi. Tanpa evaluasi kadar CRP, individu tersebut akan

(40)

penting untuk mengenali bahwa tinggi kadar kolesterol LDL tetap menjadi faktor

risiko kritis dan bahwa penurunan kolesterol LDL secara agresif adalah tujuan

dasar pencegahan penyakit kardiovaskular. Dengan demikian, rekomendasi

praktik baru-baru ini, pengukuran tingkat kolesterol dan CRP dilakukan

bersama-sama dan untuk memberikan intervensi perubahan gaya hidup untuk mencegah

risiko yang lebih tinggi (Ridker, 2003).

Pengukuran CRP merupakan pengukuran yang memiliki ketangguhan

paling baik dibandingkan dengan penanda inflamasi lainnya, karena tidak

terpengaruh oleh makanan, mempunyai waktu paruh yang panjang dibandingkan

penanda yang lain, seperti IL-6 (Packard and Libby, 2008).

Komponen metabolik sindrom seperti obesitas sentral, peningkatan

trigliserida, penurunan kolesterol HDL, hipertensi dan peningkatan kadar glukosa

darah mempunyai korelasi dengan peningkatan kadar hs-CRP dan berkontribusi

dalam memprediksi risiko penyakit pada orang yang mengalami sindrom

metabolik (Packard and Libby, 2008).

Jaringan adiposa dibagi menjadi dua yaitu jaringan adiposa sentral dan

jaringan adiposa perifer. Jaringan adiposa sentral (abdomen) mempunyai risiko

menimbulkan penyakit kardiovaskular lebih tinggi daripada jaringan adiposa

perifer (subkutan). Penghilangan lemak subkutan tidak menurunkan sensitifitas

insulin, tidak mengubah konsentrasi CRP dalam plasma, IL-6, TNF alfa, insulin,

dan konsentrasi lipid secara bermakna, sedangkan pengurangan lemak abdominal

berhubungan dengan peningkatan sensitifitas insulin, kolesterol HDL, dan

(41)

Distribusi jaringan adiposa mempengaruhi pengukuran terhadap penyakit

makrovaskular. Jaringan adiposa perifer memberikan efek antiaterogenik pada

wanita. Lemak sentral berhubungan dengan kekakuan carotid dan femoral arteri.

Penelitian lain menunjukkan bahwa ketebalan carotid intima atau media

meningkat pada wanita yang mengalami obesitas. Jaringan adiposa abdominal

juga menghasilkan beberapa faktor yang berperan dalam penyakit kardiovaskular,

seperti IL-6, IL-8, MCP-1, vascular endhothelial growth factor, dan plasminogen

activator inhibitor 1 dalam kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan

adiposa subkutan (Fantuzzi and Mazzone, 2007).

Aterosklerosis adalah penyakit inflamasi. High sensitivity C-reactive

protein digunakan untuk memprediksikan kejadian serangan jantung sesudah

penumpukan kolesterol dalam dinding arteri, pengerasan menjadi plak dan

akhirnya mengganggu aliran darah, sehingga jantung tidak mendapat suplai

oksigen yang cukup dan akhirnya memicu serangan jantung. (Deron, 2004).

Plak kolesterol memblok arteri dan menjadi besar dalam dinding

arteri, sistem imun tubuh merespon dengan mengirim sel-sel darah putih untuk

menyerang plak yang terakumulasi dalam arteri. Semua aktifitas sel-sel imun

(42)

Sekali ekspos darah, material ini dengan cepat menyebabkan formasi plak.

Pasien yang sudah diketahui memiliki aterosklerosis, kenaikan kadar CRP

dapat mengindikasikan pertumbuhan plak menjadi tidak stabil (Deron, 2004).

Jaringan adiposa mensekresikan sitokin seperti tumor nekrosis faktor

(TNF), IL-6, IL-1, dan IL-18, chemokines, dan hormon-hormon steroid.

Meningkatnya sekresi sitokin dan chemokines oleh jaringan adiposa pada

penderita obesitas menimbulkan inflamasi sub klinik kronik (asimptomatik) yang

ditandai dengan tingginya kadar CRP (Kumar, Abbas, Fausto, and Aster, 2010).

Konsentrasi IL-6 di dalam plasma adalah proporsional terhadap masa

lemak, jaringan lemak merupakan sumber yang sangat penting dari sitokin. Pada

orang obesitas terjadi peningkatan sel lemak dengan demikian akan menginduksi

ekspresi produksi IL-6 pada sel lemak. Jaringan lemak viseral melepaskan

2-3 kali lebih banyak IL-6 dari pada jaringan lemak subkutan. Isolat sel lemak

viseral juga mengeluarkan lebih banyak IL-6 dari pada cadangan lemak subkutan

yang akan mempengaruhi sintesis protein CRP oleh hati. Saluran dari jaringan

lemak viseral mengalir secara langsung ke dalam hati (Indra, 2006).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan American Heart

Association (AHA) merekomendasikan interpretasi nilai hs-CRP sebagai <1 mg/L

mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko sedang, dan >3

mg/L mempunyai risiko tinggi. Nilai >10 mg/L, jika dilakukan pengukuran

ulang dan tetap tidak dapat dijelaskan tingginya kadar hs-CRP ini, uji-uji

lain seharusnya dipertimbangkan untuk mengeksklusikan karena penyebab

(43)

guideline bahwa pengukuran CRP dilakukan pada orang-orang yang secara

jelas tidak berada dalam kondisi inflamasi atau infeksi dan hasilnya

diinterpretasikan dalam mg/L (Ridker, 2003).

D. Penyakit KardiovaIkular

Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum yang menggambarkan

penyakit jantung atau pembuluh darah (NHS, 2015), yang termasuk kedalam

penyakit kardiovaskular adalah coronary heart, cerebrovascular disease,

peripheral arterial disease, rheumatic heart disease, congenital heart disease,

deep vein thrombosis dan pulmonary embolism (WHO, 2015).

Penyebab dari munculnya penyakit ini adalah ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan jantung akan darah teroksigenasi yang disebabkan adanya

atherosklerosis kronis. Aterosklerosis adalah suatu keadaan dimana menebalnya

lumen pembuluh darah yang disebabkan oleh penumpukan lipid, sehingga aliran

darah yang menyuplai oksigen ke jantung menjadi terhambat (Kumar, Abbas,

Fausto, and Aster, 2010).

E. LandaIan Teori

Pengukuran antropometri merupakan ilmu yang secara khusus

mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia yang paling sederhana dan

mudah dilakukan untuk menilai obesitas (Sunarti dan Maryani, 2013). Obesitas

sentral adalah suatu keadaan dimana adanya akumulasi lemak secara

intraabdominal dan subkutan di daerah abdomen (perut). Keadaan ini sering

(44)

pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul, memiliki korelasi positif terhadap

adanya obesitas sentral (Kopelman, 2009). CRP merupakan suatu biomarker

untuk mengetahui adanya inflamasi pembuluh darah. CRP merupakan komponen

penting dari sistem kekebalan tubuh yang membentuk kompleks jika terjadi

infeksi dan penanda inflamasi sistemik yang sensitif untuk memprediksi keadaan

kejadian vaskular (Deron, 2004). High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP)

merupakan salah satu penanda inflamasi yang penting pada penyakit

kardiovaskular yang digunakan sebagai alat yang potensial untuk memprediksikan

risiko penyakit kardiovaskular. High sensitivity C-reactive protein adalah

biomarker dalam kuantitas yang kecil yang diukur dengan metode yang sangat

sensitif sebagai prediktor dini penyakit kardiovaskular (Ridker, 2003). Penelitian

Lim, et al. (2006) menunjukkan bahwa ada korelasi bermakna antara lingkar

pinggang terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada 5162 responden wanita

dengan rentang usia 40-69 tahun (r=0,206 ; p <0,001).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa obesitas sentral menjadi faktor risiko

terjadinya penyakit kardiovaskular dan kadar hs-CRP dapat menjadi penanda

penyakit kardiovaskular.

F. HipoteIiI

Terdapat korelasi positif yang bermakna antara antara lingkar pinggang

dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada

(45)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JeniI dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik

dengan rancangan potong lintang atau cross sectional. Penelitian observasional

analitik digunakan untuk melihat perbedaan antara faktor risiko dengan faktor

efek. Rancangan penelitian potong lintang atau cross sectional yaitu variabel

sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur

atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan), artinya

penelitian terhadap responden dilakukan satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut

atau pengulangan pengukuran. Pengumpulan data untuk penelitian ini, baik untuk

variabel risiko atau sebab maupun variabel akibat dilakukan secara bersama-sama

atau sekaligus. Rancangan penelitian ini dipilih sebab cocok untuk penelitian

klinis, baik deskriptif maupun analitik (Saryono, 2011; Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai korelasi antara lingkar

pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah

pada wanita dewasa. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul

merupakan faktor risiko, sedangkan hs-CRP merupakan faktor efek. Penelitian

terhadap responden penelitian dilakukan satu kali saja tanpa tindak lanjut atau

pengulangan pengukuran.

Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah mengidentifikasi

variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan faktor

(46)

observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor risiko dan

efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan

data), dan melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar

kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran) (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : ukuran lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar

pinggang panggul

2. Variabel tergantung : kadar hs-CRP dalam darah (mg/L)

3. Variabel pengacau

a. Terkendali : usia, jenis kelamin, dan keadaan puasa

b. Tidak terkendali : gaya hidup atau lifestyle, aktivitas responden,

dan keadaan patologis.

C. DefiniIi OperaIional

1. Responden penelitian adalah wanita dewasa sehat pada umur 40-60 tahun

di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, yang

bersedia ikut dalam penelitian serta telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah ditetapkan

2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil

pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri yaitu pengukuran

lingkar pinggang, lingkar panggul, dan rasio lingkar pinggang panggul.

Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kadar hs-CRP dalam

(47)

3. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada bagian antara tulang rusuk

paling bawah dan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul, lalu

diukur secara horizontal mengelilingi abdomen. Pita pengukur harus

menempel pada kulit, namun tidak sampai menekan. Hasil pengukuran

dinyatakan dalam centimeter (cm).

4. Pengukuran lingkar panggul dapat dilakukan pada bagian terbesar

panggul mengitari bagian terluar pantat. Hasil pengukuran dinyatakan

dalam centimeter (cm).

5. Pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul dilakukan dengan membagi

nilai lingkar pinggang dengan nilai lingkar panggul.

6. Obesitas sentral adalah suatu keadaan dimana adanya akumulasi lemak

intraabdominal dan subkutan di daerah abdomen (perut). Obesitas sentral

diasosiasikan dengan risiko penyakit kardiovaskular.

7. High sensitivity C-reactive protein atau hs-CRP merupakan suatu

biomarker inflamasi sistemik yang sensitif untuk memprediksi keadaan

kejadian vaskular dan sebagai gambaran risiko terjadinya penyakit

kardiovaskular.

8. Kadar hs-CRP diperoleh dari hasil pemeriksaan di Laboratorium Pramita

di Jalan Cik Ditiro Yogyakarta yang dinyatakan dalam mg/L atau mg/dl

9. Standar yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul menurut

(48)

b. Kriteria Hs-CRP menurut Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) dan American Heart Association (2015) merekomendasikan

interpretasi nilai hs-CRP sebagai berikut : < 1 mg/L atau 0,1 mg/dl

mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L atau 0,1-0,3 mg/dl mempunyai

risiko sedang, dan >3 mg/L atau 0,3 mg/dl mempunyai risiko tinggi

terkena penyakit kardiovaskular.

D. ReIponden Penelitian

Responden penelitian yaitu masyarakat pedesaan wanita dewasa sehat di

Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah responden penelitian diperoleh dengan

mengetahui data jumlah keseluruhan warga wanita di desa Kepuharjo. Desa

Kepuharjo terdiri dari pedukuhan Kepuh, Kaliadem, Pagerjurang, Batur, Kopeng,

Petung dan Manggong. Pedukuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pedukuhan Kepuh, Pagerjurang, Kaliadem, Petung dan Batur. Pedukuhan

Manggong dan Kopeng tidak diikutsertakan dalam pengambilan data penelitian

ini, dikarenakan responden dari pedukuhan tersebut sudah digunakan untuk

melakukan validasi kuisioner. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah masyarakat

Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta, wanita dewasa sehat berumur antara 40–60

tahun, tidak ada riwayat penyakit kardiometabolik, tidak dalam keadaan oedem,

tidak mengkonsumsi obat-obatan terkait kardiometabolik, bersedia untuk berpuasa

selama 10–12 jam dan bersedia menandatangani informed consent. Kriteria

eksklusi yang ditetapkan adalah responden tidak hadir saat pengambilan data,

(49)

mengkonsumsi obat-obatan penurun kadar lipid dan kadar glukosa, menopause

dan memiliki kadar hs-CRP yang sangat tinggi yaitu >10 mg/L.

Gambar 3. Skema Pencarian ReIponden

E. Tempat dan Naktu Penelitian

Pengambilan data responden dilakukan sebanyak 3 kali dengan perincian

waktu penelitian sebagai berikut :

1. Tanggal 30 Mei 2015 di Balai Desa Kepuharjo, pukul 09.00-13.00

2. Tanggal 18 Juni 2015 di Balai Desa Kepuharjo, pukul 14.00-16.00

3. Tanggal 19 Juni 2015 di Gedung Serba Guna Huntap Pagerjurang,

pukul 14.00-16.00

Jumlah penduduk Desa Kepuharjo : 2.209 penduduk

Dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan tidak masuk dalam kriteria eksklusi : 120 responden

(50)

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul “Korelasi

Antropometri dan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Masyarakat

Pedesaan” dan telah memperoleh izin dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada. Penelitian payung ini bertujuan untuk memperoleh

korelasi pengukuran antropometri yang paling baik untuk mendeteksi penyakit

kardiovaskular khususnya pada masyarakat pedesaan. Penelitian ini dilakukan

secara berkelompok dengan jumlah anggota 10 orang dengan kajian yang

berbeda-beda. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya mengkaji korelasi

lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP

dalam darah pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Cangkringan,

Sleman, Yogyakarta. Kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini tergambar

(51)

Gambar 4. Skema Pembagian Kajian Penelitian Payung

G. Teknik Sampling

Teknik sampling pada penelitian ini adalah teknik non-random sampling

dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random atau

bukan secara acak merupakan pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas

kemungkinan yang dapat diperhitungan, tetapi semata-mata dan hanya

berdasarkan segi-segi kepraktisan belaka. Purposive sampling yaitu pengambilan

sampel dilakukan atas pertimbangan yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan

identifikasi karakteristik populasi yaitu ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Pengambilan sampel secara non-random dengan jenis purposive

sampling karena responden yang digunakan pada penelitian ini hanya yang

memenuhi kriteria inklusi penelitian, sehingga tidak semua responden memiliki

kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden penelitian. Pada

penelitian korelasi, sampel yang digunakan minimal 30 sampel tiap kelompok

(Lodico, 2010). Oleh karena itu , pada penelitian ini, ditetapkan bahwa sampel

yang dibutuhkan minimal 30 responden yaitu pada penelitian jumlah responden

wanita yang diteliti sebanyak 50 responden.

(52)

H. InItrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pita pengukur atau meteran

merk Butterfly® untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul responden

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah dikalibrasi di

Badan Metrologi di Jalan Sisingamangaraja No. 21, Yogyakarta. Instrumen

pengukur kadar hs-CRP di laboratorium Pramita adalah merk Architect CI8200

dan dengan metode pengukuran Imunoturbidimetri. Instrumen lain yang

digunakan adalah leafleat dan informed consent.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal. Pada observasi awal ini dilakukan pencarian informasi

mengenai jumlah penduduk total dan jumlah penduduk di tiap-tiap desa

di Cangkringan, Yogyakarta serta pencarian tempat pedukuhan yang

tepat untuk dilakukan penelitian. Observasi pada awalnya dilakukan di

Kantor Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta untuk menentukan

desa mana yang bersedia untuk dilakukannya penelitian ini. Desa yang

dipilih peneliti untuk dilakukannya penelitian yaitu Desa Kepuharjo,

alasannya pertimbangan letak dan kondisi geografisnya mewakili

masyarakat pedesaan dan desa Kepuharjo bisa diajak kerjasama untuk

dilakukannya penelitian ini. Penduduk desa Kepuharjo sebagian besar

bekerja sebagai petani. Tahap selanjutnya mencari responden yang sesuai

kriteria inklusi yaitu yang berusia 40-60 tahun di Balai Desa Kepuharjo.

Pencarian ini dibantu oleh perangkat desa di Balai Desa Kepuharjo dan

(53)

Peneliti juga melakukan observasi laboratorium untuk menganalisis

sampel darah responden. Peneliti melakukan observasi berbagai

laboratoium klinik di Yogyakarta. Laboratorium Pramita dipilih dengan

alasan sudah terakreditasi, biaya analisis yang relatif murah, serta hasil

yang didapat juga relatif cepat.

2. Permohonan izin dan kerjasama. Permohonan izin untuk melakukan

penelitian ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

untuk memperoleh ethical clearance. Hal ini bertujuan untuk memenuhi

etika penelitian menggunakan sampel darah dan hasil penelitian dapat

dipublikasikan. Surat ethical clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada pada tanggal 18 Mei 2015 dengan nomor surat

KE/FK/502/EC (Lampiran 1). Permohonan izin kedua ditujukan kepada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di kantor Bappeda

Kabupaten Sleman yang bertujuan untuk memperoleh izin melakukan

penelitian di Kecamatan Cangkringan. Permohonan izin selanjutnya yaitu

memohon izin dari Kantor Kecamatan Cangkringan. Kepala Bappeda

memberikan izin pada tanggal 28 April 2015 dengan nomor surat izin

070/Bappeda/1799/2015 (Lampiran 2). Camat Cangkringan memberikan

izin pada tanggal 5 Mei 2015 dengan nomor surat izin 070/334

(Lampiran 3). Permohonan kerjasama untuk pengambilan dan analisis

(54)

17 Yogyakarta. Permohonan kerjasama juga ditujukan kepada responden

penelitian dengan menggunakan informed consent.

3. Permohonan informed consent dan leaflet. Pembuatan leaflet bertujuan

membantu responden dalam memahami gambaran mengenai penelitian

ini. Konten dari leaflet ini antara lain berisi tujuan penelitian, manfaat

penelitian yang diterima responden, pengukuran antropometri meliputi

pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul-panggul, body fat

percentage, dan body mass index, serta pemeriksaan laboratorium yang

meliputi, profil lipid, yaitu HbA1c, Lipoprotein A dan hs-CRP. Lembar

leaflet terlampir pada Lampiran 6 dan 7. Informed consent ditujukan

sebagai bukti kesediaan calon responden untuk dapat mengikuti

penelitian ini. Pembuatan informed consent ini sesuai dengan standar

yang dikeluarkan Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Lembar

informed consent terlampir pada Lampiran 8.

4. Pencarian responden. Pencarian responden dilakukan setelah mendapat

izin penelitian dari Bappeda Kabupaten Sleman. Izin tersebut diteruskan

ke Kantor Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta untuk meminta

informasi mengenai desa, padukuhan, RW, dan RT. Penduduk di Desa

Kepuharjo ada 2.209 penduduk di Desa Kepuharjo, Cangkringan,

Sleman, Yogyakarta, kemudian mendapat 120 responden dengan cara

door to door yang masuk kriteria inklusi, lalu setelah didapat responden

(55)

tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, dan diingatkan untuk berpuasa

selama 10-12 jam. Selanjutnya, jika calon responden dapat ditemui,

maka calon responden diberi penjelasan mengenai penelitian ini

secara umum, tujuan penelitian dan manfaat yang didapat dari

penelitian ini, dan dijelaskan juga mengenai kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah ditetapkan. Pada tahap ini, beberapa calon

responden menolak mengikuti penelitian ini dikarenakan beberapa

alasan, seperti sudah menopause, takut terhadap jarum suntik, atau

menolak untuk berpuasa selama 10-12 jam. Calon responden yang

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan diberikan informed

consent, yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden

sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini dari awal

sampai akhir.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Validitas merupakan suatu

indeks yang menunjukkan ketepatan pengukuran alat ukur sesuai dengan

yang diukur, sedangkan reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoadmodjo, 2010). Instrumen

pengukur kadar hs-CRP adalah instrumen pengukur merk Architect

CI8200 di laboratorium Pramita Yogyakarta dan instrumen pengukur

lingkar pinggang dan lingkar panggul dan diuji validitas dan

reliabilitasnya adalah pita pengukur merk Butterfly®. Instrumen atau alat

penelitian dikatakan valid jika menunjukkan pengukuran yang

(56)

pengukur ini dilakukan di Balai Metrologi Yogyakarta. Hasil pengujian

validitas instrumen menunjukkan bahwa alat yang digunakan valid

ditunjukkan pada skala ukuran pada instrumen/alat yang sudah tepat dan

sesuai dengan skala yang ditunjukkan. Lembar pengujian instrumen

penelitian terlampir pada Lampiran 4 dan 5. Instrumen dikatakan reliable

jika CV ≤ 5% (Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011). Alat

yang digunakan untuk pengukuran antropometri di kalibrasi di Balai

Metrologi Yogyakarta.

6. Pengukuran antropometri dan pengambilan darah. Parameter yang diukur

oleh peneliti adalah lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang

panggul, sedangkan pengambilan darah responden penelitian untuk

pengukuran nilai hs-CRP dalam darah yang dilakukan oleh tenaga ahli

dari Laboratorium Pramita Yogyakarta.

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara tulang

rusuk paling bawah dan pangkal paha atau panggul, sedangkan untuk

lingkar panggul dilakukan pada bagian terbesar dari panggul mengitari

bagian terluar bagian pantat. Pita pengukur yang dilingkarkan pada tubuh

responden, tidak boleh terlalu ketat, menekan pada kulit, dan membuat

responden tidak nyaman. Kemudian posisi pita pengukur paralel terhadap

lantai, posisi responden berdiri tegak, tangan di samping, dan kaku rapat

(57)

7. Analisis sampel darah responden. Sampel darah responden yang telah

diambil, dibawa ke Laboratorium Pramita Jalan Cik Ditiro No. 17,

Yogyakarta untuk dianalisis kadar hs-CRP.

8. Pembagian hasil pemeriksaan. Hasil analisis darah langsung diberikan

kepada responden setelah peneliti mendapatkan hasil analisis darah dari

Laboratorium Pramita Yogyakarta. Peneliti dan dosen pembimbing juga

membantu menjelas mengenai hasil analisis darah responden disertai

penjelasan mengenai terapi non farmakologi jika ada hasil yang tidak

normal dan responden bisa bertanya jika ada hal yang masih kurang jelas.

9. Pengolahan data. Data diolah awalnya dengan menyusun data yang

sejenis, kemudian digolongkan ke dalam kategori yang sudah ditetapkan,

dan melakukan analisis data menggunakan SPSS.

J. AnaliIiI Data

Program statistik yang digunakan adalah SPSS versi 17 dan lisensi

olahan uji statistika dari Clinical Epidemiology dan Biostatistics Unit (CE&BU)

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan program

statistika SPSS versi 22. Data diolah secara statistik dengan taraf keperayaan

95%. Uji normalitas data dilakukan untuk melihat distribusi normal data dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk, jika sampel ≤ 50 responden. Data yang didapat

dikatakan normal atau tidak dilihat dari nilai sig (p). Suatu data yang memiliki

distribusi normal jika nilai p >0,05. Uji distribusi normal, kemudian dilakukan uji

komparatif tidak berpasangan 2 kelompok, yaitu jika tidak memenuhi syarat

(58)

korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Pearson dan Spearman. Uji korelasi

yang digunakan adalah Pearson bila salah satu variabel berdistribusi normal. Jika

sebaran data tidak normal, gunakan uji korelasi Spearman (Dahlan, 2015).

Koefisien determinasi atau koefisien regresi ditunjukkan dengan nilai R2,

digunakan untuk menunjukkan seberapa besar lingkar pinggang dapat menjadi

prediktor penyakit kardiovaskular yang ditunjukkan dengan pengukuran hs-CRP.

Menurut Gravetter and Wallnau (2009) R2 dengan nilai 0,01 berarti memiliki efek

yang kecil, nilai 0,09 memiliki efek yang sedang, dan nilai 0,25 memiliki efek

yang tinggi.

Pertama yang dilakukan adalah analisis karakteristik dan deskripsi data.

Data yang dianalisis meliputi usia, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang

panggul dan kadar hs-CRP dalam darah. Data tersebut dianalisis dengan

menghitung rata-rata (mean), nilai tengah (median), simpangan deviasi (SD), nilai

minimum dan nilai maksimum. Uji nomalitas yang digunakan adalah uji

Shapiro-Wilk karena jumlah data yang didapat ≤ 50 responden.

Analisis selanjutnya adalah analisis uji komparatif untuk melihat

perbedaan kadar hs-CRP dalam darah pada kelompok obesitas sentral dan tanpa

obesitas sentral. Uji ini dilakukan pengelompokkan data hs-CRP berdasarkan nilai

lingkar pinggang ≥80 cm (obesitas sentral) dan lingkar pinggang <80 cm (tanpa

obesitas sentral). Data selanjutnya diuji normalitasnya, sehingga didapat data

tidak terdistribusi normal, sehingga uji komparatif yang digunakan adalah uji

(59)

Analisis terakhir adalah uji korelasi antara lingkar pinggang dan rasio

lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah. Data yang

didapatkan tidak terdistribusi normal untuk variabel lingkar pinggang dan kadar

hs-CRP, sehingga uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Spearman,

sedangkan untuk variabel data RLPP berdistribusi normal dan kadar hs-CRP tidak

berdistribusi normal dapat digunakan uji korelasi Pearson.

Tabel IV. InterpretaIi Uji HipoteIiI Korelatif (Dahlan, 2015)

No Parameter Nilai Interpretasi

1 Kekuatan korelasi secara statistik

0,0 - <0,2 sangat lemah Negatif semakin rendah variabel B semakin tinggi variabel A

3 Nilai p Nilai p >0,05 Nilai p <0,05 korelasi tidak bermakna korelasi bermakna

K. KeIulitan Penelitian

Kesulitan penelitian ini adalah responden yang telah bersedia

bekerjasama dalam penelitian ini tidak hadir pada saat pengambilan darah

pada waktu yang ditetapkan oleh peneliti sebelumnya sehingga penelitian ini

perlu melakukan penelitian sampai 3 kali sampai responden yang diinginkan

tercapai.

(60)

diinformasikan pada saat penawaran kerjasama penelitian bahwa hal tersebut

dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak menggambarkan kondisi

yang sebenarnya, sehingga responden yang tidak puasa dieksklusi.

Status kesehatan yang dialami oleh responden. Pentingnya status

kesehatan akan sangat mempengaruhi hasil analisis, responden yang sedang

mengalami infeksi, inflamasi, demam, atau sudah memiliki penyakit degeneratif

masuk dalam kriteria ekslusi sehingga perlu wawancara yang lebih mendalam dan

(61)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil KarakteriItik ReIponden

Penelitian ini dilakukan kepada 50 responden wanita dewasa di Desa

Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang memenuhi

kriteria penelitian dengan rentang usia 40-60 tahun. Ada 2 responden yang di

eksklusi karena kadar hs-CRP pada 2 responden tersebut >10 mg/L. Analisis

deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan mengetahui karakteristik data

yang diperoleh. Profil karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia,

lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul, dan kadar hs-CRP dalam darah

seperti yang ditunjukkan pada tabel V. Uji normalitas data yang diperoleh

menggunakan Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah responden penelitian ≤50

(Dahlan, 2013).

Tabel V. Profil KarakteriItik ReIponden

Karakteristik Wanita (n=48) p

Median (Min-Maks)

Usia (tahun) 45 (40-53) 0,016

Lingkar pinggang (cm) 80 (64-109) 0,050

Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul (cm) 0,839 ± 0,060 0,051*

hs-CRP (mg/L) 2,80 (1,20-6,40) 0,001

hs-CRP pada obesitas sentral 3,35 (1,40-6,40) 0,039

hs-CRP tanpa obesitas sentral 2,40 (1,20-5,50) 0,029

hs-CRP pada RLPP ≥ 0,85 2,80 (1,40-6,40) 0,020

hs-CRP pada RLPP < 0,85 2,50 (1,20-5,80) 0,047

(62)

1. Usia

Responden dalam penelitian ini dengan rentang usia 40-60 tahun. Usia

terendah adalah 40 tahun dan usia tertinggi adalah 53 tahun. Data usia responden

diuji normalitasnya dengan metode Shapiro-Wilk pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,016 yang berarti data

usia responden p <0,05 sehingga dapat usia responden tidak terdistribusi normal.

Gambar 5. Sebaran data uIia reIponden

Usia dengan rentang 40-60 tahun pada wanita karena pada usia tersebut

masih mengalami menstruasi atau belum mengalami menopause. Menurut

Santrock (2004) merupakan kategori usia dewasa pertengahan. Pada kategori usia

dewasa pertengahan ini merupakan usia yang rentan mengalami penyakit

degenatif (Santrock, 2004). Menurut penelitian Motamed (2015) yang melibatkan

(63)

lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular, sehingga pengukuran antropometri

dan hs-CRP dapat digunakan untuk memprediksi risiko penyakit kardiovaskular

sebaga tindakan pencegahan terhadap kejadian serangan jantung dan stroke

(Ridker, 2003).

2. Lingkar pinggang

Responden yang ikut dalam penelitian ini adalah baik yang mengalami

obesitas sentral maupun yang tidak mengalami obesitas sentral. Hasil analisis

statistik deskriptif uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf

kepercayaan 95% pada data lingkar pinggang menunjukkan signifikansi <0,05

sehingga data lingkar pinggang pada responden tidak terdistribusi normal. Median

atau nilai tengah untuk data lingkar pinggang adalah 80 cm dan lingkar pinggang

terendah adalah 64 cm dan lingkar pinggang tertinggi adalah 109 cm.

Gambar

Tabel I. KeaIlian Penelitian
Tabel II. Nilai Lingkar Pinggang Ideal Orang AIia
Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang
Tabel III. Ukuran RaIio Lingkar Pinggang Panggul Ideal
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

43 Total regulatory adjustments to Additional Tier 1 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) terhadap AT1. 44 Additional Tier 1 capital (AT1) Jumlah AT 1 setelah

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu implementasi kebijakan UMKM di Kabupaten Sragen ternyata belum efektif, dilihat dari 13 variabel kebijakan yang

Menghirup semprotan (Asam laktat 85%) dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan gejala seperti batuk, tersedak, napas pendek, pusing serta

1. Perhitungan dan analisis rasio keuangan dengan metode time series analysis pada periode 2010 sampai dengan 2012 untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan

Dengan menggunakan Metode Cost-Plus Dengan Pendekatan Full-Costing, yang dapat dijalankan melalui beberapa cara tentang Penentuan Harga Jual Perusahaan yaitu Total Biaya Variable

Hasil Perancangan ini adalah Mesin Pelurus Kawat, dengan kapasitas mesin yang dirancang adalah 30 cm/s kawat lurus.. Rancangan menggunakan

Dari analisa permasalahan di temukan bahwa penggunaan kartu dalam pembuatan data pasien dan rekam medik, serta tidak terintegrasinya sistem administrasi yang ada