• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa - USD Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR

PINGGANG-PINGGUL TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fatrisia Vivi

NIM : 088114143

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada :

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orang tua dan adikku tercinta yang selalu mendukungku

(5)
(6)

vi

PRAKARTA

Syukur puji Tuhan atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dengan Kadar Glukosa Darah Puasa”. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan guna memperoleh gelar

Sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada:

1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M.Sc., selaku rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

2. Ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

3. Dekan Fakultas Farmasi, Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

4. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., selaku dosen pembimbing atas bimbingan serta bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. dan Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji.

6. Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama penulis berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

(7)

vii

metode statistika. Terimakasih banyak atas ilmu-ilmu serta masukan yang telah diberikan.

8. Semua dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Laboratorium Parahita Yogyakarta yang telah membantu dalam proses pemeriksaan darah responden.

10.Bapak Mukminin, Bapak Narto, Mas Dwi sekretariat Fakultas farmasi yang selalu bersedia membantu dalam mengurus administrasi penelitian ini.

11.Ayah, ibu, dan adik penulis atas dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

12.Teman-teman payung terkasih Pika, Popo, Mb.ju, Gartoy, Ao, Andin, mbak Vita, Ela, Lia, Icha dalam kerjasamanya selama ini. Terutama terima kasih kepada Pika, Mb.ju, Popo, Ao, Gartoy atas bantuannya yang luar biasa.

13.Sahabat-sahabat tercinta, keluarga Tongkol (Ipon, Gitong, Cici, Acik, Aben, Lius, Ngkong, Ao, Yumswit, Aga, cik Wen, Dini, Nency), Dian, Chan2, keluarga Salmon, dan keluarga Sarden.

14.Seluruh keluarga besar FKK B 2008 “The Phylosopher” dan kelas C angkatan 2008 atas kebersamaan yang menggilakan selama kuliah.

(8)

viii

16.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberi dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Penulis mohon saran dan kritik yang membangun guna perbaikan selanjutnya. semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat.

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN...………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v

PRAKARTA………....…….... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ix

DAFTAR ISI... x

1. Perumusan Masalah... 4

2. Keaslian Penelitian... 4

3. Manfaat... 7

B. Tujuan... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 8

(11)

xi

B. Diabetes Melitus... 9

C. Resistensi Insulin Terkait Obesitas... 12

D. Metode Antropometri... 15

E. Landasan Teori... 17

F. Hipotesis... 19

BAB III. METODE PENELITIAN... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 20

B. Variabel Penelitian... 20

C. Definisi Operasional... 21

D. Responden Penelitian... 22

E. Lokasi Penelitian... 23

F. Ruang Lingkup... 24

G. Teknik Sampling... 25

H. Instrumen Penelitian... 26

I. Tata Cara Penelitian... 26

1. Observasi awal... 26

2. Permohonan izin dan kerja sama... 26

3. Pencarian responden... 27

4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian... 28

5. Pengukuran parameter... 29

6. Pembagian hasil pemeriksaan... 30

J. Teknik Analisis Data Statistik... 30

(12)

xii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

A. Karakteristik Responden... 33

1. Jenis kelamin... 33

2. Usia... 34

3. Lingkar pinggang... 35

4. Rasio lingkar pinggang-pinggul... 35

5. Glukosa darah puasa... 36

B. Perbandingan Rerata Glukosa Darah Puasa pada LP <80 cm dan LP ≥80 cm... 38

C. Perbandingan Rerata Glukosa Darah Puasa pada RLPP <0,85 dan RLPP >0,85... 39

D. Korelasi antara LP dan RLPP terhadap Glukosa Darah Puasa... 40

1. Korelasi LP dan glukosa darah puasa... 40

2. Korelasi RLPP dan glukosa darah puasa... 43

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 46

A. Kesimpulan... 46

B. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA... 47

LAMPIRAN... 52

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Perbedaan antara DM Tipe I dan DM Tipe II... 10 Tabel II Kriteria DM... 12 Tabel III. Lingkar Pinggang Berdasarkan Etnis... 16 Tabel IV. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan

Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi... 31 Tabel V. Karakteristik Responden... 33 Tabel VI. Profil Glukosa Darah Responden... 37

Tabel VII. Perbandingan Rerata Glukosa Darah pada LP <80cm

dan LP ≥80cm... 38

Tabel VIII. Perbandingan Rerata Glukosa Darah Puasa pada RLPP<0,85 dan RLPP>0,85... 39 Tabel IX. Korelasi LP dan RLPP dengan Glukosa Darah Puasa... 40

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul... 17

Gambar 2. Skema Responden Penelitian... 23

Gambar 3. Histogram Sebaran Data Usia... 34

Gambar 4. Histogram Sebaran Data LP... 35

Gambar 5. Histogram Sebaran Data RLPP... 36

Gambar 6. Histogram Sebaran Data Glukosa Darah Puasa... 37

Gambar 7. Diagram Sebar Korelasi LP dengan Glukosa Darah Puasa... 41

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearence... 54

Lampiran 2. Inform Consent... 55

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian (Dekan)... 56

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian (WR I Universitas Sanata Dharma)... 57

Lampiran 5. Surat Peminjaman Ruang... 58

Lampiran 6. Blangko Pengisian Data Pengukuran Antropometri dan Tekanan Darah... 59

Lampiran 7. Leaflet... 60

Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Darah dari Laboratorium Parahita... 61

Lampiran 9. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia... 62

Lampiran 10. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang... 63

Lampiran 11. Deskriptif dan Uji Normalitas RLPP... 64

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Glukosa Darah Puasa... 65

Lampiran 13. Uji Korelasi Spearman LP dan RLPP dengan Glukosa Darah Puasa... 66

(16)

xvi

INTISARI

Obesitas pada dasarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan kalori yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Obesitas abdominal dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif, salah satunya yaitu diabetes mellitus tipe 2 yang dicirikan dengan adanya resistensi insulin. Pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) merupakan metode antropometri yang dapat digunakan untuk menilai obesitas abdominal. Kadar glukosa darah puasa merupakan indikator terhadap penyakit diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mencari adanya korelasi antara LP dan RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

non-randomized sampling dengan jenis purposive sampling. Pengukuran yang

dilakukan dalam penelitian ini meliputi LP, RLPP, dan kadar glukosa darah puasa. Responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 57 responden. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu, wanita premenopause, usia 30-50 tahun, staf Universitas Sanata Dharma. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu, memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, penyakit hati akut maupun kronis, hamil, perokok, dan menggunakan obat-obatan kontrasepsi.

Uji statistik korelasi Spearman antara LP terhadap glukosa darah puasa menunjukkan adanya korelasi yang tidak bermakna (r=0,261; p=0,05) dan antara RLPP terhadap glukosa darah puasa menunjukkan adanya korelasi yang bermakna (r=0,354; p=0,007).

(17)

xvii ABSTRACT

Obesity is basically caused by an imbalance between the intake of calories and energy expended. Abdominal obesity can lead to various degenerative diseases, one of which is diabetes mellitus type 2 characterized by the presence of insulin resistance. Measurement of waist circumference (WC) and waist-hip circumference ratio (WHR) is an anthropometric method to measure excess of abdominal obesity. Fasting blood glucose levels is an indicator of diabetes mellitus. This study aims to find a correlation between WC and WHR with fasting blood glucose.

This study was observational analytical with cross-sectional method design. The sampling technique used was non-randomized with purposive sampling type. Measurement has been done in this study include WC, WHR, and fasting blood glucose level. Respondents involved in this study amounted to 57. Inclusion criteria in this study were premenopause female, aged 30-50 years old, staff in Sanata Dharma University, and willingness to cooperate and meet the inclusion and exclusion criteria. This study were done in Sanata Dharma University Yogyakarta.

Spearman statistical test showed no significant correlation between WC and fasting blood glucose (r=0.261; p=0.05), between RLPP and fasting blood glucose showed significant correlation (r=0.354; p=0.007).

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 memperkirakan

sebanyak 1,5 milyar orang dewasa mengalami overweight dan 500 juta mengalami obesitas (WHO, 2011). Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), prevalensi obesitas di Indonesia pada usia ≥15 tahun adalah 10,3% yaitu laki-laki 13,9% dan

perempuan 23,8%. Prevalensi obesitas sentral sendiri pada usia >15 tahun adalah 18,8%. Prevalensi obesitas umum di Yogyakarta pada laki-laki sebesar 14,6% dan perempuan 22,5%, sedangkan prevalensi obesitas sentral pada usia >15 tahun adalah 18,4%. Prevalensi obesitas sentral yang disertai diabetes mellitus (DM) secara umum adalah sebesar 9,7%.

Obesitas terjadi bila makanan yang dimakan mengandung energi melebihi kebutuhan tubuh, sehingga kelebihan energi tersebut akan disimpan tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak yang mengakibatkan seseorang menjadi gemuk (Flier, 2001). Bila makan berlebih dalam jangka waktu lama, cadangan lemak yang ditimbun menjadi lebih banyak lagi sehingga seseorang menjadi obesitas (Hellerstein dan Parks, 2004).

(19)

yaitu obesitas sentral dan obesitas perifer. Obesitas sentral dikenal juga dengan istilah obes tipe android, dimana pada obes tipe ini terjadi penimbunan lemak di abdomen. Pada obesitas perifer atau obes tipe ginoid, penimbunan lemak cenderung terjadi di daerah gluteofemoral atau subkutan (Hellerstein dan Parks, 2004).

Obesitas sentral lebih berhubungan erat dengan kejadian resistensi insulin bila dibandingkan dengan obesitas perifer (Kumar et al., 2007). Hal ini dikarenakan lemak pada daerah abdomen lebih aktif secara lipolitik sehingga dapat menyebabkan peningkatan asam lemak bebas (Free Fatty Acid). Free Fatty Acid (FFA) menyebabkan pelepasan beberapa sitokin seperti Tumor Necrosis

Factor-alpha (TNF-α), interleukin-6 (IL-6), dan resistin yang dapat memicu terjadinya resistensi insulin (Berrgren, Hulver, Houmard, 2005). Sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak ini memiliki efek proinflamasi yang dapat mengganggu fungsi dari GLUT-4 sebagai transporter glukosa, berakibat pada ketidakmampuan GLUT-4 untuk memasukkan glukosa ke dalam sel (Nurtanio dan Wangko, 2007). Hal ini dapat menyebabkan kenaikan glukosa dalam darah, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya DM tipe 2.

(20)

dapat digunakan untuk mendeteksi penimbunan lemak pada bagian abdominal dibanding IMT yang lebih menggambarkan distribusi lemak pada seluruh bagian tubuh (Dalton, Cameron, Zimet, Shaw, Jolley, Dunstan et al., 2003). Dwipayana, Suastika, Saraswati, Gotera, Budhiarta, Sutanegara, dkk. (2011) menyatakan adanya korelasi antara lingkar pinggang (LP) dengan glukosa darah puasa (r=0,088; p<0,001) pada pria dan wanita. Sulistianingrum (2010) menemukan pula adanya korelasi antara rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) dengan glukosa darah puasa (r=0,791; p<0,05) pada wanita dan pria. Pada penelitian Putrawan dan Suastika (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif bermakna antara LP dan resistensi insulin (r=0,361; p<0,001). Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui korelasi lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) dengan kadar glukosa darah puasa.

(21)

1. Perumusan Masalah

Apakah terdapat korelasi LP dan RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa pada staf wanita premenopause usia 30-50 tahun di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka peneliti, belum ditemukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, namun terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain :

a. Hubungan Resistensi Insulin Dengan Kadar Nitric Oxide Pada Obesitas Abdominal (Cahjono dan Budhiarta, 2007). Penelitian dilakukan terhadap 67 subyek peneitian yaitu pada laki-laki berusia 18-59 tahun dengan lingkar pinggang ≥90 cm dan perempuan usia 18 tahun sampai sebelum mengalami

menopause dengan lingkar pinggang ≥80 cm. Penelitian menggunakan desain

cross sectional. Hasil penelitian ditemukan terdapat hubungan antara

resistensi insulin dengan LP (r=0,511; p=0,001).

b. Waist Circumference and Waist-Hip Ratio as Predictors of Type 2 Diabetes Mellitus in The Nepalese Population of Kavre District (Shah, Bhandary, Malik,

Risal, Koju, 2009). Penelitian ini melibatkan subyek sebanyak 100 orang pria

dan wanita di wilayah Nepal. Sebanyak 65 orang diantaranya diketahui

mengidap penyakit diabetes dan 35 orang lainnya tidak. Hasil penelitian

ditemukan bahwa pada wanita, prediktor terkuat terjadinya diabetes,

(22)

pria adalah LP (87,0%), RLPP (81,6%), dan BMI (68,5%). Hasil tersebut

menggunakan area di bawah kurva ROC (Receiver Operating Characteristic),

yang digunakan untuk menentukan nilai cut-off yang optimum.

c. Lingkar Pinggang, Kadar Glukosa Darah, Trigliserida dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Jalal dkk., 2008). Penelitian dilakukan pada subyek uji sebanyak 92 orang dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian terdapat korelasi positif bermakna antara LP dengan kadar glukosa (r =0,667; p=0,000).

d. Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas 2007 (Soetiarto, Roselinda, Suhardi, 2007). Penelitian dilakukan dengan mengambil dan menganalisis subset database Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007. Subjek penelitian yang digunakan berumur ≥15 tahun, berjumlah 655.250 orang. Hasil penelitian didapatkan obesitas sentral berdasarkan LP lebih berperan sebagai faktor risiko DM dibandingakan dengan obesitas umum berdasarkan indeks massa tubuh (IMT).

e. Comparison of Body Mass Index and Waist Circumference in Predicting Incident Diabetes (Humayum dan Shah, 2010). Penelitian ini dilakukan

terhadap 475 subyek wanita dan pria. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-square dengan interval kepercayaan 95% menunjukkan bahwa Lingkar

(23)

f. Evaluation of The Relationship Between Insulin Resistance and Plasma Tumor Necrosis Factor-Alpha, Interleukin-6 and C-Reactive Protein Level in

Obese Women (Bal, Adas, Helvaci, 2010). Penelitian dilakukan terhadap 60 subyek wanita. Hasil penelitian menemukan bahwa kadar glukosa darah puasa lebih tinggi pada wanita obesitas dibandingkan yang tidak obes (p<0,0001), serta kadar serum TNF-α dan IL-6 meningkat pada wanita yang mengalami obesitas (p<0,05).

g. Prevalensi Sindroma Metabolik Pada Populasi Penduduk Bali, Indonesia (Dwipayana dkk.,2011). Penelitian dilakukan terhadap 1840 subyek pria dan wanita. Hasil penelitian menyatakan adanya korelasi antara lingkar pinggang (LP) dengan glukosa darah puasa (r=0,088; p<0,001).

h. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dengan Kadar Glukosa Darah Puasa (Sulistianingrum, 2010). Penelitian dilakukan terhadap 42 subyek pria dan wanita. Hasil penelitian menemukan adanya korelasi antara rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) dengan glukosa darah puasa (r=0,791; p<0,05).

(24)

3. Manfaat

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi obesitas dengan kadar glukosa darah puasa pada staf wanita premenopause dengan usia 30-50 tahun di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran awal kadar glukosa dalam darah melalui pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) sehingga dapat digunakan sebagai deteksi dini untuk DM tipe 2 bagi pasien dengan masalah obesitas. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan untuk membantu tenaga kesehatan di Rumah Sakit yang belum memiliki peralatan yang canggih.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi positif bermakna antara LP dan RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa pada staf wanita Universitas Sanata Dharma.

2. Tujuan Khusus

(25)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak, baik di seluruh atau terlokalisasi pada bagian tertentu misalnya didaerah perut yang lebih sering disebut obesitas sentral atau obesitas abdominal (Ganong, 2003).

Pada kondisi normal, pria dewasa muda memiliki 10-20% massa lemak dari berat badannya, sedangkan pada wanita memiliki 20-30% dari berat badannya. Lain halnya dengan individu yang mengalami obesitas, individu dengan obesitas mempunyai 50% massa lemak dari berat badan (Dullo et al., 2002). Berdasarkan karakteristik distribusi lemak, terdapat 2 jenis bentuk tubuh yaitu :

1. Bentuk pir (Gynoid)

Bentuk tubuh jenis ini cenderung dimiliki oleh wanita, sering pula disebut obes perifer, di mana pada obes tipe ini, penimbunan lemak cenderung terjadi disekitar pinggul dan bokong (gluteofemoral) (Hellerstein dan Parks, 2004). Risiko terhadap penyakit pada tipe ini kecil, kecuali terhadap risiko penyakit arthritis dan varises vena (Wajchenberg, 2000).

2. Bentuk apel (Android)

(26)

Dikatakan lemak subkutan apabila penimbunan lemak terjadi didaerah bawah kulit, sedangkan lemak intra abdominal bila penimbunannya di daerah omentum dan mesenterik. Risiko terhadap penyakit, pada tipe android lebih

besar dibanding tipe Gynoid (Hellerstein dan Parks, 2004).

Berdasarkan patogenesisnya maka obesitas dapat dibagi menjadi dua macam yaitu regulatory obesity dan metabolic obesity. Pada regulatory obesity gangguan primer terletak pada pusat mengatur makanan (central mechanism regulating food intake). Metabolic obesity terjadi karena terdapat kelainan pada

metabolisme lemak dan karbohidrat. Pada dasarnya patogenesis obesitas adalah gangguan pada pengaturan asupan makanan dan kelainan pada metabolisme tubuh khususnya lemak dan karbohidrat (Solihin,2002).

B. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. (Inzuchi, 2003).

1. Diabetes Mellitus Tipe I (insulin-dependent diabetes mellitus)

Diabetes mellitus tipe I disebabkan karena adanya kerusakan pada sel β pankreas. Kerusakan sel β pankreas ini dapat disebabkan suatu mekanisme

(27)

2. Diabetes Mellitus Tipe II (non-insulin dependent diabetes mellitus)

Diabetes mellitus tipe II memiliki hubungan yang lebih erat terkait faktor genetik dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe I. Kebanyakan individu dengan diabetes tipe II mengalami obesitas sentral, dapat disertai hipertensi, dislipidemia (Triplitt, Reasney, Isley, 2005). Umumnya DM tipe ini timbul pada usia di atas 40 tahun. Diabetes tipe ini ditandai dengan terjadinya resistensi insulin, di mana kadar insulin plasma seringkali normal atau meningkat (Ganong, 2003). Perbedaan antara DM tipe I dan DM tipe II dapat dilihat pada tabel I.

3. Diabetes Gestational

Toleransi glukosa mulai timbul atau diketahui selama pasien hamil. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya sekresi berbagai hormon disertai pengaruh metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan tersebut merupakan keadaan diabetogenik (McPhee dan Ganong, 2007).

Tabel I. Perbedaan antara DM tipe I dan DM tipe II (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia, 2006)

Diabetes Mellitus Tipe I Diabetes Mellitus Tipe II Mudah terjadi ketoasidosis

Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4

Pengobatan tidak harus dengan insulin Tidak ada antibodi sel islet

Tiga puluh persen ada riwayat diabetes pada keluarga

(28)

Menurut Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2006), faktor risiko DM dibagi menjadi dua faktor, yaitu :

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (unmodifiable risk factors)

Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi yaitu meliputi ras dan etnik dari masyarakat yang diperiksa, umur (kategori umur dalam hal ini adalah semua masyarakat yang berumur 20 tahun keatas), riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan (BB) lahir > 4000 gram atau riwayat pernah menderita diabetes gestasional/kehamilan dengan DM, riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (<2500 gram)

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifable risk factors)

Berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh/IMT >25 kg/m2), obesitas abdominal/sentral (lingkar perut untuk pria >90 cm, wanita >80 cm), kurangnya aktifitas fisik, hipertensi, dislipidemia-kadar lipid (kolesterol HDL=35 mg/dL dan atau trigliserida 250 g/dL), diet tak seimbang, merokok.

Gejala umum yang sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

1. Polidipsia disebabkan karena meningkatnya kadar gula dalam darah, menyebabkan terjadinya dehidrasi sel (air secara osmotik akan ditarik keluar sel, mengakibatkan dehidrasi intrasel serta merangsang rasa haus di hipotalamus).

(29)

bisa direasorbsi oleh tubulus ginjal, menyebabkan terbuangnya glukosa diikuti dengan terbuangnya sejumlah air di dalam urin.

3. Polifagia disebabkan oleh kekurangan atau habisnya simpanan karbohidrat, lemak dan protein di dalam sel mengakibatkan terjadinya kelaparan sel dan mengikuti meningkatnya rasa lapar.

4. Kehilangan berat badan, terjadi karena hilangnya cairan sebagai akibat dari diuresis osmotik dan hilangnya sejumlah jaringan tubuh seperti lemak dan energi yang digunakan untuk menghasilkan energi (Huether dan McCance, 2008). Kriteria diabetes mellitus berdasarkan profil kadar glukosa darah puasa dapat dilihat pada tabel II di bawah ini.

Tabel II. Kriteria DM (ADA, 2006)

Tes Klasifikasi Rentang Kadar

Glukosa plasma puasa Glukosa puasa normal Glukosa Puasa Terganggu Diabetes mellitus

<100 mg/dL 100-<126 mg/dL ≥126 mg/dL

C. Resistensi Insulin Terkait Obesitas

(30)

yang membawa glukosa dan sifatnya sensitif terhadap insulin (Khan dan Flier, 2000). Pada saat ditransportasikan masuk ke dalam sel, glukosa dapat digunakan segera untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen. Pada saat glukosa masuk ke dalam sel, kadar glukosa dalam darah akan menurun, sehingga menurunkan stimulasi pelepasan insulin lebih lanjut (McPhee dan Ganong, 2007).

Resistensi insulin merupakan suatu keadaan di mana jaringan target gagal merespon insulin secara normal sehingga terjadi penurunan ambilan glukosa pada otot, penurunan glikolisis, dan ketidakmampuan menekan produksi glukosa hepatik. Resistensi terhadap jaringan dengan insulin bisa disebabkan menurunnya jumlah reseptor insulin, atau jumlah reseptor cukup namun kualitas kerja reseptor insulin menurun sehingga ikatannya dengan insulin tidak efektif (Merentek, 2006).

Jaringan adiposa berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak dan sebagai organ endokrin. Pada obesitas, jumlah lemak yang disimpan di dalam jaringan adiposa meningkat sehingga menyebabkan semakin meningkatnya jumlah Free Fatty Acid (FFA). FFA yang tinggi dalam plasma berperan dalam terjadinya resistensi insulin baik pada otot, hepar, maupun pankreas (Berrgren et al., 2005). Peningkatan FFA pada jaringan intraseluler menyebabkan banyaknya

(31)

insulin untuk mengaktifkan reseptor insulin (Kumar et al., 2010). Pada organ hati, resistensi insulin menyebabkan peningkatan glukoneogenesis, sedangkan pada jaringan otot hal ini menyebabkan penurunan pemakaian atau penyimpanan glukosa (Mattson dan Matfin, 2009).

Pemaparan FFA jangka panjang pada pankreas akan merusak fungsi dari sel β. Kondisi ini disebut dengan lipotoksisitas yang berakibat pada terjadinya

resistensi insulin. Resistensi insulin ini memacu pankreas bekerja lebih keras dalam menghasilkan insulin dengan jumlah lebih banyak agar dapat menurunkan kadar glukosa yang tinggi dalam darah. Hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan kegagalan dari sel β pankreas yang disebut dengan glukotoksisitas (Perseghin, Petersen, Shulman, 2003). Peningkatan FFA pada individu obesitas umumnya terjadi karena proses lipolisis jaringan adiposa lebih sering dibandingkan dengan individu normal. Pada obesitas abdominal, risiko terjadinya resistensi insulin semakin tinggi karena lemak intra-abdominal (viseral) aktif secara lipolitik (Kumar et al., 2010).

(32)

D. Metode Antropometri

Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya. Metode antropometri yang lazim digunakan untuk mengukur obesitas sentral saat ini meliputi pengukuran lingkar pinggang serta perbandingan lingkar pinggang dan pinggul (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

1. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang dapat memberikan gambaran jelas mengenai jumlah lemak total dalam tubuh, dan lemak di rongga perut. Lingkar pinggang yang semakin besar akan meningkatkan risiko untuk terkena penyakit diabetes, kolesterol, hipertensi, dan sesak nafas (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Lingkar pinggang adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal, berkolerasi dengan Body Mass Index dan rasio lingkar pinggang-pinggul (WHO, 2008).

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dengan meletakkan pita meteran secara horizontal, kira-kira pada titik tengah antara tulang rusuk terakhir dan puncak krista illiac. Pembacaan pita pengukur rapat tetapi tidak menekan kulit dan sejajar dengan lantai. Pengukuran dilakukan pada pengeluaran nafas normal yang terakhir. Kriteria obesitas sentral bila LP ≥90 cm untuk laki-laki dan LP ≥80 cm untuk perempuan (WHO, 2008).

(33)

sehingga Internasional Diabetes Federation (IDF) (2006) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis yang ditampilkan pada tabel III.

Tabel III. Lingkar Pinggang Berdasarkan Etnis(IDF, 2006)

Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas

Eropa Pria >94

Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik

Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Timur Tangah Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

2. Rasio Lingkar Pinggang–Pinggul

Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Ukuran yang umum digunakan untuk menentukan distribusi lemak pada daerah abdominal adalah rasio lingkar pinggang-pinggul (Scott, 2008). Menurut WHO (2008) termasuk kategori obesitas bila nilai RLPP untuk wanita >0,85 dan untuk pria >0,90.

(34)

Simon (2007)

Gambar 1. Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul

E. Landasan Teori

Pada dasarnya obesitas merupakan ketidakseimbangan antara jumlah gizi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan, di mana pada individu dengan obesitas terjadi penimbunan lemak baik di seluruh tubuh maupun abdominal. Pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) dapat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi lemak di daerah abdomen, sehingga dapat ditentukan apakah individu tersebut mengalami obesitas abdominal. Menurut Lofgren, Herron, Zern, West, Patalay, Shachter, et al. (2004) pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk menilai obesitas abdominal.

(35)

reseptor insulin. Hal ini berakibat pada meningkatnya kadar glukosa dalam darah yang mengarah pada terjadinya DM tipe 2.

Putrawan dan Suastika (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif bermakna antara LP dan resistensi insulin (r=0,361; p<0,001). Dwipayana dkk. (2011) menyatakan pula adanya korelasi positif bermakna antara LP dengan glukosa darah puasa (r=0,088; p<0,001). Sulistianingrum (2010) menemukan pula adanya korelasi antara RLPP dengan glukosa darah puasa (r=0,791; p<0,05) pada wanita dan pria. Penelitian Bal et al. (2010) menemukan bahwa kadar glukosa darah puasa lebih tinggi pada wanita obesitas dibandingkan yang tidak obes (p<0,0001), serta kadar serum TNF-α dan IL-6 meningkat pada wanita yang mengalami obesitas (p<0,05). Menurut Odom (2006), peningkatan LP dan RLPP mengindikasikan terjadinya adipositas sentral, yang mana adipositas sentral ini memiliki hubungan terhadap kejadian resistensi insulin. Pada penelitian Dwipayana dkk. (2011), didapatkan korelasi antara LP dengan glukosa darah puasa (r=0,088; p<0,001) pada wanita dan pria.

Pada kondisi normal, wanita dewasa muda memiliki massa lemak 20-30% dari berat badan sedangkan pada pria dewasa muda massa lemaknya yaitu 10-20% dari berat badan (Dullo et al., 2002). Hal ini mengindikasikan bahwa massa lemak tubuh wanita lebih besar daripada pria. Individu dikatakan mengalami obesitas bila massa lemak tubuhnya 50% dari berat badan, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa wanita lebih mudah terkena obesitas.

Berdasarkan pernyataan dan hasil penelitian-penelitian yang terkait,

(36)

glukosa darah puasa pada responden wanita premenopause usia 30-50 tahun di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

H. Hipotesis

(37)

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang dilakukan dengan pengamatan terhadap variabel subyek menurut apa adanya keadaan yang terjadi, tanpa ada intervensi dari peneliti. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis korelasi antara faktor risiko dan efek (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini, yang menjadi faktor risiko adalah lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) dan kadar glukosa darah puasa merupakan efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara statistik untuk mengetahui korelasi antara LP dan RLPP terhadap kadar glukosa darah puasa.

Rancangan penelitian secara cross-sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) hanya dilakukan satu kali dan pada satu saat (Notoatmodjo, 2002).

B. Variabel Penelitian

(38)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : usia dan jenis kelamin

b. Variabel pengacau tak terkendali : patologi, aktivitas dan gaya hidup responden.

C. Definisi Operasional

1. Responden adalah staf wanita kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta usia 30-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi dalam penelitian ini adalah usia dari responden. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-pinggul. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti yaitu kadar glukosa darah puasa.

3. Lingkar pinggang adalah lingkar tersempit yang diukur di area antara tulang rusuk terakhir dan puncak sacroiliac (WHO, 2008).

4. Rasio lingkar pinggang-pinggul adalah ukuran dari lingkar pinggang (cm) tanpa menarik perut dibagi ukuran bagian terlebar dari pinggul (cm) (Clark, Lucett,

Corn, 2008).

(39)

6. Standar yang digunakan meliputi :

a. Lingkar pinggang menurut IDF (2006) wanita >80 cm (modifikasi untuk orang Asia Selatan).

b. Rasio lingkar pinggang-pinggul wanita >0,85 (WHO,2008).

D. Responden Penelitian

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini memenuhi kriteria inklusi yaitu wanita premenopause, usia 30-50 tahun, bekerja di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan bersedia untuk bekerjasama dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi responden yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, penyakit hati akut maupun kronis, perokok, hamil, mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan atau menaikkan kadar glukosa darah, dan mengkonsumsi obat kontrasepsi.

(40)

Gambar 2. Skema Responden Penelitian

E. Lokasi Penelitian

(41)

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul “Korelasi Parameter Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar hs-CRP, Glukosa Darah

dan Tekanan Darah sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular Pada Staf

Wanita di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji adanya korelasi antara pengukuran antropometri dengan profil lipid, kadar hs-CRP dan glukosa darah serta tekanan darah. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 11 orang dengan kajian yang berbeda-beda untuk diteliti.

Kajian dari penelitian ini meliputi:

1. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah.

2. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Kadar Glukosa dalam Darah.

3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Kadar LDL/HDL dalam Darah.

4. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.

5. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Kadar Kolesterol dalam Darah.

(42)

7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL dalam Darah.

8. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar LDL/HDL dalam Darah.

9. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.

10.Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar Glukosa dalam Darah

11.Korelasi Pengukuran Body Mass Index, Abdominal Skinfold Thickness, Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul terhadap Tekanan Darah.

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-pinggul terhadap kadar glukosa darah puasa.

G. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-random sampling (pengambilan sampel secara tidak acak) dengan jenis purposive

sampling. Teknik non-random sampling merupakan teknik pengambilan sampel

(43)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini adalah meteran Butterfly®, leaflet, dan informed concent. Meteran Butterfly® digunakan untuk mengukur lingkar pinggang dan pinggul. Untuk pemeriksaan darah dilakukan oleh laboratorium Parahita Utama ®.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi Awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah staf wanita kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta usia 30-50 tahun dibagian personalia Universitas Sanata Dharma.

2. Permohonan Izin dan Kerja Sama

(44)

antropometri dan pengambilan darah diajukan kepada Kepala BAU Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Pencarian Responden

Pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma. Surat izin penelitian diberikan kepada Dekan Fakultas Kampus I, II, dan III, para Kepala Program Studi Kampus I, II, dan III, Kepala Perpustakaan, Kepala BAPSI, Kepala Urusan Rumah Tangga, dan Kepala BAU Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk meminta izin melibatkan staf (dosen dan karyawan) dalam penelitian ini.

Pencarian responden yang masuk sebagai sampel dari populasi dilaksanakan secara berpasangan (sebanyak 2 orang) dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta pentingnya penelitian yang dilakukan kepada calon responden. Penjelasan yang lebih mendalam mengenai penelitian melalui pemberian leaflet “Obesitas dan Pemeriksaan Antropometri: Prediksi kesehatan masa Kini dan Masa Depan” kepada calon responden. Isi leaflet meliputi definisi

obesitas, tipe obesitas, risiko obesitas, dan pengukuran antropometri serta standar nilai antropometri (BMI, skinfold thickness, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-pinggul) dan pemeriksaan glukosa, profil lipid, hs-CRP dan tekanan darah.

(45)

dan alamat pada informed consent serta menandatangani informed consent setelah mendapatkan kejelasan penuh dari peneliti. Informed consent yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi standar dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Sehari sebelum pengukuran antropometri dan pengambilan darah dilakukan, responden dihubungi via short message system (sms) dan via telepon bila responden tidak membalas sms dari peneliti. Hal ini dilakukan untuk memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran parameter dan persyaratan yang harus dilakukan sebelum pengukuran, yaitu berpuasa selama 8-10 jam sebelum pengukuran dilaksanakan. Pada saat responden hadir untuk pemeriksaan, responden dikonfirmasi lagi mengenai puasa tidaknya responden pada malam harinya. Responden yang belum hadir saat pelaksanaan pengukuran parameter, dihubungi kembali melalui telepon untuk mengkonfirmasi kehadirannya. Responden dapat membatalkan kesediaan untuk ikut serta dalam penelitian tanpa harus memberikan alasan mengenai pembatalan ikut serta dalam penelitian sesuai yang tertera di dalam informed consent.

4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian

(46)

sama (Sugiyono, 2008). Menurut Subdit Bina Pelayanan Patologi dan Toksikologi Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, DepKes Republik Indonesia, alat kesehatan dikatakan baik bila koefisien variasi (CV) ≤ 5%. Pengujian reliabilitas instrumen meteran “penjahit” untuk mengukur

lingkar pinggang dan pinggul dilakukan dengan menghitung hasil pengukuran dari instrumen sebanyak 5 kali. Koefisien variasi yang dihasilkan pada validasi meteran untuk mengukur LP adalah sebesar 0,18% dan RLPP sebesar 0,08%. Berdasarkan nilai koefisien variasi yang dihasilkan, penelitian ini memiliki nilai presisi yang baik.

5. Pengukuran parameter

Parameter yang diukur adalah lingkar pinggang, lingkar pinggul (untuk menghitung rasio lingkar pinggang-pinggul) dan kadar glukosa darah puasa. Pengambilan darah pada responden yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan oleh tenaga ahli dari laboratorium Parahita®. Cara pengambilan darah mula-mula yaitu pemasangan ikatan pembendungan (torniquet) pada lengan atas. Lokasi penusukan pada lipatan siku dalam. Mula-mula responden disapukan kapas yang dibasahi disinfektan (alkohol) pada lipatan siku dalam. Kemudian spuit injeksi disuntikkan dengan posisi 45º ke pembuluh vena yang terdapat pada lipatan siku dalam. Darah diambil perlahan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Toniquet dilepas, kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang

(47)

Pengukuran antropometri pada penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti. Responden diminta untuk membuka atau mengangkat baju serta membuka dan menurunkan sedikit celana maupun rok yang digunakan untuk mengukur lingkar pinggang dan pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul dilakukan dengan melingkarkan meteran pada pinggang dan pinggul responden.

6. Pembagian hasil pemeriksaan

Pembagian hasil pemeriksaan diberikan secara langsung oleh peneliti kepada responden secara berpasangan atau berkelompok dan peneliti memberikan kejelasan makna hasil pemeriksaan dan memberikan saran-saran untuk menjaga kesehatan jika ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak normal. Pada kesempatan ini pula, tim peneliti melakukan wawancara terkait kondisi responden saat melakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Tujuan dari dilakukannya wawancara ini adalah untuk memastikan kondisi kesehatan responden, apakah responden benar-benar dalam keadaan sehat (tidak mengalami salah satu dari kriteria eksklusi penelitian) pada saat dilakukannya pengukuran antropometri maupun pemeriksaan laboratorium. Hasil wawancara ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan responden yang memenuhi syarat penelitian.

J. Teknik Analisis Data Statistik

(48)

Selanjutnya, data diuji perbandingan rerata kadar glukosa darah puasa pada individu obesitas (LP≥80 cm dan RLPP>0,85) dan non-obesitas (LP<80 cm dan

RLPP<0,85). Uji perbandingan rerata dilakukan dengan uji Independent-Sample t bila data terdistribusi normal dan menggunakan uji Mann-Whitney jika data terdistribusi tidak normal.

Pengujian data selanjutnya adalah uji korelasi antara LP dengan glukosa darah puasa dan RLPP dengan glukosa darah puasa. Uji statistik korelasi menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila data tidak terdistribusi normal. Taraf kepercayaan yang

digunakan sebesar 95%. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi (p) < 0,05. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi (Dahlan, 2009)

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan Korelasi

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

3. Arah Korelasi + (positif)

- (negatif)

(49)

K. Kesulitan Penelitian

(50)

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 57 orang wanita premenopause dengan rentang usia 30-50 tahun yang merupakan staf Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta bersedia untuk memenuhi persyaratan dalam kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini yaitu berpuasa selama 8-10 jam sebelum melakukan pengukuran darah. Karakteristik responden ditunjukkan pada tabel V berikut.

Tabel V. Karakteristik Responden

(51)

digunakan responden wanita pada penelitian ini, di mana obesitas berhubungan erat dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 (resistensi insulin).

2. Usia

Peningkatan massa lemak tubuh secara signifikan terjadi di atas usia 30 tahun (Jalal dkk., 2008), sehingga pada penelitian ini melibatkan responden dengan rentang usia 30-50 tahun. Asumsinya pada umur tersebut terjadi peningkatan massa lemak tubuh yang signifikan pada wanita yang berisiko pada peningkatan kadar glukosa dalam darah.

Responden yang terlibat dalam penelitian berusia 39±5 tahun. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95% memberikan nilai signifikansi 0,200 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data usia terdistribusi normal. Bila dilihat dari gambar histogram sebaran data usia, data menyebar di setiap kategori usia. Profil sebaran data usia responden dapat dilihat pada histogram gambar 3.

(52)

3. Lingkar Pinggang

Seorang wanita dikategorikan mengalami obesitas abdominal bila LP >80cm (IDF, 2006). Pengukuran LP ini dilakukan oleh 1 orang anggota tim peneliti dari awal hingga akhir pengukuran untuk mengurangi bias yang disebabkan penglihatan. Alat yang digunakan untuk mengukur lingkar pinggang adalah pita meteran tidak elastis.

Rerata dan standar deviasi LP responden yaitu 75,2+8,1 cm. Uji distribusi secara statistik menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa sebaran data LP terdistribusi secara normal dengan nilai signifikansi (p) yaitu 0,099. Histogram sebaran data lingkar pinggang dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Histogram Sebaran Data Lingkar Pinggang

4. Rasio Lingkar Pinggang Pinggul

(53)

didapatkan rasio lingkar pinggang-pinggul. Rerata dan standar deviasi RLPP responden adalah 0,82+0,04. Hasil pengujian statistik distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai signifikansi 0,200, yang menunjukkan sebaran data RLPP terdistribusi normal. Profil sebaran data RLPP dapat dilihat pada histogram gambar 5.

Gambar 5. Histogram Sebaran Data Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul

5. Glukosa Darah Puasa

(54)

Tabel VI. Profil Glukosa Darah Responden Rentang Glukosa Darah Puasa (mg/dL) Jumlah Glukosa puasa normal

Glukosa puasa terganggu Diabetes mellitus

54 1 2

Kadar glukosa darah responden adalah antara 67-234 mg/dL dengan nilai median glukosa darah yaitu 79 mg/dL. Hasil pengujian data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smmirnov memberikan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data glukosa darah puasa tidak normal. Berdasarkan gambar 6, data terlihat hanya berkumpul di sebelah kiri saja sehingga memberikan gambaran profil glukosa darah puasa yang terkumpul pada daerah normal saja dan hanya terdapat sedikit data yang berada pada bagian kanan histogram sehingga sangat jelas terlihat dari gambar histogram bahwa distribusi data glukosa darah puasa tidak merata.

(55)

B. Perbandingan Rerata Glukosa Darah pada LP<80 cm dan LP>80 cm

Berdasarkan kategori IDF (2005), data responden dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu LP<80 cm dan LP>80 cm. Uji statistik Shapiro-Wilk dilakukan antara kelompok yang memiliki LP<80 cm dan LP>80 cm untuk mengetahui normalitas sebaran atau distribusi data kedua kelompok tersebut, kemudian data diuji perbandingannya dengan menggunakan uji Mann-Whitney bila data berdistribusi tidak normal.

Hasil dari uji statistik Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data glukosa darah puasa kelompok LP <80 cm dan LP ≥80 cm terdistribusi tidak normal dengan nilai signifikansi pada LP <80 cm sebesar 0,089 dan pada LP ≥80 cm sebesar 0,000. Nilai median, maksimum, minimum serta signifikansi uji Mann-Whitney (p<0,05) ditampilkan pada tabel VII. Hasil uji Mann-Whitney

menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara rerata glukosa darah pada kedua kelompok LP, yang berarti bahwa profil glukosa darah puasa pada kelompok obes abdominal (LP ≥80 cm) dan kelompok non-obes abdominal (LP <80 cm) hampir sama.

Tabel VII. Perbandingan Rerata Glukosa Darah Puasa pada LP<80 dan LP ≥80

Karakteristik Lingkar Pinggang (LP) p

<80 cm ≥80 cm

Glukosa darah puasa 80,0 (72,0-98,0) 82,0 (70,0-234,0) 0,212* * tidak signifikan

(56)

dikarenakan distribusi glukosa darah puasa yang tidak normal dalam penelitian ini, sedangkan pada penelitian Budhiarta (2008) glukosa darah puasa berdistribusi normal.

C. Perbandingan rerata glukosa darah pada RLPP<0,85 dan RLPP>0,85

Menurut WHO (2008), kategori RLPP dibagi menjadi 2 yaitu RLPP <0,85 yang mengindikasikan berat badan normal dan RLPP >0,85 yang mengindikasikan obesitas. Uji statistik Shapiro-Wilk dilakukan antara kelompok yang memiliki RLLP<0,85 dan RLLP>0,85 untuk mengetahui normalitas sebaran atau distribusi data kedua kelompok tersebut, kemudian data diuji perbandingannya dengan menggunakan uji t bila data berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney bila data berdistribusi tidak normal.

Hasil uji statistik Shapiro-Wilk menunjukkan nilai glukosa darah puasa pada kelompok RLPP <0,85 dan RLPP >0,85 terdistribusi tidak normal dengan nilai signifikansi pada RLPP <0,85 sebesar 0,115 dan RLPP >0,85 sebesar 0,000. Nilai median (minimum dan maksimum) serta nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel VIII berikut ini.

Tabel VIII. Perbandingan Rerata Glukosa Darah Puasa pada RLPP <0,85 dan RLPP >0,85

Karakteristik Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) p <0,85 >0,85

Glukosa darah Puasa 79,5 (70,0-98,0) 80,5 (70,0-234,0) 0,294* * tidak signifikan

(57)

kelompok dengan RLPP <0,85 dan RLPP >0,85. Hal ini berarti bahwa profil glukosa darah puasa antara kelompok RLPP <0,85 dan RLPP >0,85 hampir sama.

Penelitian Sulistianingrum (2010) yang membandingkan glukosa darah puasa pada RLPP obes dan non obes menemukan adanya perbedaan bermakna antara RLPP dan glukosa darah puasa (p=0,000). Berbedanya hasil yang diperoleh dipenelitian Sulistianingrum (2010) dan penelitian ini dapat disebabkan oleh glukosa darah puasa yang terdistribusi tidak normal, dimana pada penelitian Sulistianingrum (2010) memiliki glukosa darah puasa yang terdistribusi normal.

D. Korelasi LP dan RLPP dengan Glukosa Darah Puasa

Uji korelasi Spearman dilakukan apabila salah satu data atau kedua data berdistribusi tidak normal. Berikut merupakan tabel nilai koefisien korelasi (r) dan signifikansi (p) antara LP dan RLPP terhadap glukosa darah puasa.

Tabel IX. Korelasi LP dan RLPP dengan Glukosa Darah Puasa

Variabel r p

Lingkar Pinggang (LP)

Rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP)

0,261 0,354

0,050 0,007* * signifikan

1. Korelasi LP dan glukosa darah puasa

(58)

Gambar 7. Diagram Sebar Korelasi LP dengan Glukosa Darah Puasa Kadar glukosa darah responden mayoritas berada pada rentang 67-98 mg/dL dan data LP responden mayoritas berkisar antara 62-80 cm. Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa data dengan LP>80 cm, namun hanya sedikit yang memiliki kadar glukosa puasa yang tinggi atau melebihi normal. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa mayoritas distribusi data LP dan glukosa darah puasa kebanyakan berada pada rentang nilai LP dan kadar glukosa darah puasa normal. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan hasil korelasi positif tidak bermakna antara LP dan glukosa darah puasa.

(59)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Misra, Endemann, dan Ayer (2006) dengan menggunakan subyek penelitian sebanyak 70 orang, ditemukan pula hasil yang berbeda, di mana pada penelitian Misra et al. (2006) didapatkan korelasi positif bermakna antara LP dan glukosa darah puasa pada wanita (r=0,400; p<0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Mellati, Mousavinasab, Sokhanvar, Kazemi, Esmailli, Dinmohamadi (2009) pada 1458 wanita berusia 25-54 tahun juga memberikan hasil yang berbeda yaitu terdapat korelasi positif bermakna antara LP dan glukosa darah puasa (r=0,100; p<0,0001). Knowles, Paiva, Sanchez, Revilla, Lopez, Yasuda, dkk. (2010) yang melakukan penelitian pada 952 subyek wanita berusia <24->65 tahun, menyatakan bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara LP dan kadar gukosa darah puasa (r=0,301; p<0,001).

Penelitian yang dilakukan oleh Badaruddoza, Gill, Sandhu (2011) yang dilakukan pada 616 subyek wanita dan pria usia 25-60 tahun pada daerah perkotaan. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara LP dan glukosa darah puasa (r=0,017; p<0,05). Penelitian Dwipayana dkk. (2011), yang dilakukan pada 1840 subyek (972 laki dan 868 wanita) usia 35-60 tahun didapatkan korelasi positif bermakna antara LP dan glukosa darah (r=0,088; p<0,001).

(60)

didapatkan korelasi yang tidak bermakna antara LP dan glukosa darah puasa, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, LP tidak dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya peningkatan glukosa darah puasa.

Bila dibandingkan hasil korelasi LP dan RLPP dengan glukosa darah puasa dalam penelitian ini memberikan hasil yang berbeda, dimana pada korelasi RLPP dengan kadar glukosa darah puasa diperoleh nilai p yang bermakna. Berdasarkan data yang didapatkan, peneliti berasumsi bahwa kemungkinan hal tersebut disebabkan karena RLPP merupakan bentuk rasio yaitu hasil bagi antara lingkar pinggang dan pinggul, dimana data yang dihitung menjadi bentuk rasio ini lebih memberikan suatu pola peningkatan yang sebanding dengan peningkatan glukosa darah puasa bila dibandingkan dengan data LP yang didapatkan dalam penelitian ini.

2. Korelasi RLPP dan glukosa darah puasa

(61)

Gambar 8. Diagram Sebar Korelasi RLPP dengan Glukosa Darah Puasa Kadar glukosa darah puasa responden mayoritas berada pada rentang 67-98 mg/dL dan data RLPP responden mayoritas berkisar antara 0,740-0,850. Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa data dengan RLPP>0,85, namun hanya sedikit yang memiliki kadar glukosa puasa yang tinggi atau melebihi normal. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan lemahnya korelasi antara RLPP dan glukosa darah puasa.

(62)

pria dan wanita daerah perkotaan juga mendapakan hasil yang sama yaitu terdapat korelasi positif bermakna antara RLPP dan glukosa darah puasa (r=0,216; p<0,001). Didukung pula oleh penelitian Knowles et al. (2010) pada 952 subyek wanita yang menemukan adanya korelasi positif bermakna antara RLPP dan glukosa darah (r=0,107; p<0,001).

(63)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Lingkar pinggang memiliki korelasi berkekuatan lemah namun tidak bermakna dengan glukosa darah puasa. Rasio lingkar pinggang-pinggul memiliki korelasi berkekuatan lemah dan bermakna dengan glukosa darah puasa.

B. Saran

1. Penelitian serupa dilakukan terhadap wanita yang telah mengalami menopause untuk membandingkan hasil korelasi antara LP dan RLPP dengan glukosa darah pada wanita premenopause dan menopause.

(64)

Daftar Pustaka

Adam, J. M. F., 2006, Obesitas dan Diabetes Mellitus Tipe 2, Bandung, pp.9-10.

American Diabetes Association, 2006, Standar of Medical Care in Diabetes,http://care.diabetesjournals.org/content/29/suppl_1/s4.full.p+ html, diakses 9 Maret 2011.

Badaruddoza, Gill, K., Sandhu, P.K., 2011, Factor Analysis of Anthropometric, Physiometric and Metabolic Risk Traits Associated with Cardiovascular Diseases in North Indian Punjabi Adults, J Applied Sci, 11(15), 2843-2848.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 13, 20-22.

Balai Pelatihan dan Pengembangan Kesehatan RI, 2007, Laporan Hasil Kesehatan Dasar, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 6.

Bal, Y., Adas, M., Helvaci, A., 2010, Evaluation of The Relationship Between Insulin resistance and Plasma Tumor Necrosis Factor-Alpha, Interleukin-6 and C-Reactive Protein Levels in Obese Woman, Bratisl Lek Listy, 111(4), 200-204.

Bell, G.K., Popkin, B.M., 2001, Weight gain and its predictors in Chinese adults,

IntJ Nationed Metabolism Disorder, 25:1079-1086.

Berrgren, J.R., Hulver, M.W., Houmard, J.A., 2005, Fat as an endocrine organ : influence of exercise, J Appl Physiol, 54.

Budhiarta, A.A.G., 2008, Peran Penurunan Berat Badan Terhadap Kadar Plasminogen Activator-1 pada Obesitas Abdominal, J Peny Dalam, 7(3), 162-167.

Cahjono, H., Budhiarta, A.A.G., 2007, Hubungan Resistensi Insulin dengan Kadar Nitric Oxide pada Obesitas Abdominal, J Peny Dalam, 8(1), 24-32.

(65)

Dahlan, M.S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 4, Salemba Medika, Jakarta, pp.155-165.

Dalton, M., Cameron, A.J., Zimmet, P.Z., Shaw, J.E., Jolley, D., Dunstan, D.W., et al., 2003, Waist Circumference, Waist-hip ratio and Body Mass Index and Their Correlation with Cardiovascular Disease Risk Factors in Australian Adult, J Intern Med, 254(6), 63-68.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Uji Fungsi Alat Kimia

Klinis dan

Hematologi,http://www.depkes.go.id/downloads/yandu/uji_fungsi_alat _kimia_klinis_hematologi.pdf, diakses tanggal 25 maret 2011.

Dullo, A.G., Antic, V., Montani, J.P., 2002, Preface :Patogenesis of the Worst Lullers of the 21th Century, Int J Obes Relat Metab Disorder, 26:51-52.

Dwipayana, M.P., Suastika, K., Saraswati, IMR., Gotera, W., Budhiarta, AAG., Gunadi, S.IGN., dkk., 2011, Prevalensi Sindroma Metabolik Pada Populasi Penduduk Bali, Indonesia, J Peny Dalam, 12(1), 3-4. Flier, J.S., 2001, Obesity: in Harrison’s Principles of Internal Medicine, 15th

ed., The McGraw-Hill Companies, New York, pp.81-99.

Ganong, W.F., 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh Djauhari W., EGC, pp.328-50.

Gibson, R.S., 2005, Principles of Nutritional Assessment, Oxford University Press, USA, pp.233-281.

Hellerstein, M.K., Parks, E.J., 2004, Obesity and Overweight, in Greenspan, F.S., Gardner, D.G., (Ed.), McGraw-Hill, Newyork, pp.749-759. Huether, S.E., McCance, K.L., 2008, Understanding Phatophysiology, 4th

Ed., Mosby Inc., St.Louis, Missouri, pp.461-466.

Humayum, A., Shah, A.S., 2010, Circumference in Predicting Incident Diabetes, Pak J Physiol, 6(1), 47-48.

International Diabetes Federation, 2006, The IDF Consensus Worldwide

Definition of the Metabolic Syndrome,

http://www.idf.org/webdata/docs/MetS_def_update2006.pdf, diakses tanggal 12 Maret 2011.

(66)

Jalal, F., Lipoeto, N.I., Susanti, N., Oenzil, F., 2008, Lingkar Pinggang, M.B., et al., 2010, Waist Circumference, Body Mass Index, and Other Measures of Adiposity in Predicting Cardiovaskular Disease Risk Factors among Peruvian Adults, International Journal of Hypertension, 4-6.

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Aster, J.C., 2010, Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 8th ed., Elsevier inc., Philadelphia, pp.1136-1138.

Lipoeto, N.I., Yerizel, E., Eward, Z., Widuri, I., 2010, Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah, Medika, 23-28.

Lofgren, I., Herron, K., Zern, T., West, K., Patalay, M., Shachter, N.S., et al., 2004, Waist Circumference Is a Better Predictor than Body Mass Index of Coronary Heart Disease Risk in Overweight Premenopausal Women, JN-The Journal of Nutrition, 134, 1071-1076.

Mattson, C., Matfin, G., 2009, Pathophysiology: Concept of Altered Health State, Lippincott William & Wilkins, Newyork, pp.1057-1059.

McPhee, S.J, Ganong, W.F., 2007, Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis, Edisi 5, EGC, Jakarta, pp.557-562.

Mellati, A.A., Maousavinasab, S.N., Sokhanvar, S., Kazemi, S.A.N., Esmailli, M.H., Dinmohamadi, H., 2009, Correlation of Anthropometric Indices with Common Cardiovaskular Risk Factor in an Urban Adult Population of Iran: data from Zanjan Healthy Heart Study, Asia Pac J Clin Nutr, 18(2), 219-222.

Merentek, E., 2006, Resistensi Insulin Pada Diabetes Melitus Tipe 2, Cermin Dunia Kedokteran, 150, 38-40.

(67)

Narbuko, C. dan Achmadi, A., 2007, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hal.114.

Notoadmojo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 88-89.

Nurtanio, N., dan Wangko, S., 2007, Resistensi Insulin pada Obesitas Sentral, BIK Biomed, 3 (3), 91-94.

Odom, J.N., 2006, Overweight and Obesity in Woman : a Literature Review, The University of Arizona, Arizona.

Perseghin, G., Petersen, K., Shulman, G.I., 2003, Cellular Mechanism of Insulin Resistance: Potential Link with Inflammation, International Journal of Obesity, 27, 6-11.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 di Indonesia, PB.PERKENI, Jakarta.

Putrawan, I.B.P., Suastika, K., 2009, Hubungan Antara Kadar Adiponektin Plasma dan Resistensi Insulin pada Penduduk Asli Desa Tenganan Pegringsingan-Karangasem, J Peny Dalam, 10(3), 190-196.

Scott, J.R., 2008, Waist-to-hip Ratio,

http\;//weighloss.about.com/od/glossary/g/whr.htm, diakses 6 April 2011.

Soetiarto, F., Roselinda, Suhardi, 2007, Hubungan Diabetes mellitus dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas, Bul Penelit Kesehat, 38(1), 36-42.

(68)

Sulistianingrum, N.D., 2010, Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dengan Kadar Gula Darah Puasa, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 54-56.

Triplitt, C.L., Reasner, C.A., and Isley, W.L., 2005, Pharmacoterapy A Pathophysiology Approach, Sixth Edition, Mc-Graw Hill Companies, United States, 1333-1337.

Wajchenberg, B.L., 2000, Subcutaneous and Visceral Adipose Tissue: Their Relation to The Metabolic Syndrome, Endocrine Reviews, 21(6), 697-738.

World Health Organization, 2011, Obesity and Overweight, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/, diakses tanggal 14 Maret 2011.

(69)

52

(70)
(71)
(72)

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian (Dekan)

Surat Persetujuan

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Usia : Alamat : Menyatakan bahwa :

1. Saya telah mendapatkan penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian “Korelasi Parameter Antropometri Terhadap Profil Lipid, Kadar hs-CRP, Kadar Glukosa Darah dan Tekanan Darah sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular pada Staf Wanita di Universitas Sanata Dharma”.

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, bersedia ikut dalam penelitian ini dengan kondisi:

a. Secara sukarela bersedia untuk berpuasa selama 8-10 jam dan diambil darahnya serta digunakan catatan mediknya guna kepentingan penelitian.

b. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah

c. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa menyampaikan alasan apapun.

Demikian pernyataan ini saya buat sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada saya sebagai suatu tindakan deteksi dini untuk kesehatan pribadi diri saya.

Yogyakarta, ……… Saksi Yang membuat pernyataan

(………..) (………)

(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)

Lampiran 9. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia

Std. Deviation 5.19597

Minimum 30.00

Maximum 49.00

Range 19.00

Interquartile Range 9.00

(79)

Lampiran 10. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang

Interquartile Range 10.2

(80)

Lampiran 11. Deskriptif dan Uji Normalitas RLPP

Std. Deviation .040771

Minimum .745

Maximum .927

Range .182

Interquartile Range .062

Skewness .177 .316

Gambar

Tabel I.        Perbedaan antara DM Tipe I dan DM Tipe II......................... 10
Gambar 1.    Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul........................ 17
Tabel I. Perbedaan antara DM tipe I dan DM tipe II (Perhimpunan Endokrinologi
Tabel II. Kriteria DM (ADA, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul, sebagai parameter obesitas sentral, terhadap rasio kadar LDL/HDL

Peneliti berharap dengan penelitian yang dilakukan ini, terdapat korelasi positif yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul

Permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HbA1c pada

Konsumsi softdrink , lingkar pinggang dan aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita dewasa, tetapi konsumsi

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adanya korelasi antara pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP),

Perlu dilakukan uji statistik lebih lanjut untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna nilai koefisien korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul dengan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL