• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung - USD Repository"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yeni Natalia Susanti NIM : 108114161

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: istilah tehnis pola lingkar pada pemangkasan adalah

(2)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yeni Natalia Susanti NIM : 108114161

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku Kuat Bukan Karena Hebatku

Tapi Karena

YESUS

Menopangku

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhanku Yesus Kristus,

Seluruh keluarga besarku,

Albertus dimas,

Teman-teman seperjuangan dan

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas segala berkat, kasih setia, dan tuntunan-Nya yang sangat hebat dan luar biasa

diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Terhadap

Tekanan Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung”

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam karena telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan nasihat-nasihat yang membangun serta

semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi penopang di saat terjatuh, kekuatan

saat lemah, pembimbing, penasehat, dan sahabat setiaku

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

berdiskusi dalam penyusunan skripsi ini

4. Phebe Hendra, M.Si, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas saran dan

dukungan yang membangun

5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas saran dan

(9)

viii

6. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung yang telah

memberikan ijin dalam pengambilan data di rumah sakit

7. Keluarga Om Sunarko dan Tante Ana yang berkenan memberikan

penginapan kepada penulis dan teman-teman selama di Temanggung

8. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M. Sc., selaku dosen statistik yang telah

membantu dalam pengolahan data statistik

9. Keluarga besarku ayah, ibu, kak Icha, kak Nana, kak Yuyun, kak Iin, kak

Yati, adikku Martha dan Christo, keponakan-keponakanku,

abang-abangku, yang senantiasa memberi motivasi dan menjadi motivasiku

dalam menghadapi kehidupan dalam kesederhanaan yang takut akan

Tuhan

10. Albertus Dimas Aji Putra yang setia meluangkan waktu, memberi

dukungan dan semangat

11. Teman-teman skripsi payung Inez, Lily, Isabella, Indri, Gisella, Ollie,

Padma, Ambar, Siska, Dela, Jonas, Anwar, dan Reza yang berjuang

bersama dalam proses pembuatan skripsi

12. Teman-teman seperjuangan Gilda, Hilda, Mirsha, Bundo, Ocha, Rani,

Ivan, Nover, Suryo, Tian, Aji, Indri, Nita, Widya, serta seluruh angkatan

2010 semangat kalian menjadi semangatku di Farmasi

13. dan seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu

(10)

ix

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi membangun sempurnanya skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat

menjadi salah satu sumbangan untuk ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 26 Februari 2014

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Pernyataan Keaslian Karya ... v

(12)

xi

H. Resistensi Insulin, Obesitas, dan Hipertensi ... 22

(13)

xii

1. Observasi Awal ... 33

2. Permohonan Ijin dan Kerjasama ... 33

3. Pembuatan Informed Consent dan Leaflet ... 34

4. Pencarian Calon Responden ... 35

5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 36

6. Pengukuran Antropometri dan Tekanan Darah ... 36

7. Pembagian Hasil Pemeriksaan ... 37

8. Pengolahan Data ... 37

J. Analisis Data Penelitian ... 37

K. Kesulitan Penelitian ... 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Karakteristik Responden Penelitian ... 39

1. Usia ... 40 Pinggang - Panggul terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik ... 46

(14)

xiii

a. Tekanan Darah Sistolik ... 47

b. Tekanan Darah Diastolik ... 48

2. Komparatif Rasio Lingkar Pinggang-Panggul <0,90

cm dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ≥0,90 cm

terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah

Diastolik Responden Pria ... 49

a. Tekanan Darah Sistolik ... 49

b. Tekanan Darah Diastolik ... 50

3. Komparatif Lingkar Pinggang <80 cm dan Lingkar

Pinggang ≥80 cm terhadap Tekanan Darah Sistolik

dan Tekanan Darah Diastolik Responden Wanita ... 51

a. Tekanan Darah Sistolik ... 51

b. Tekanan Darah Diastolik ... 52

4. Komparatif Rasio Lingkar Pinggang-Panggul <0,85

cm dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ≥0,85 cm

terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah

Diastolik Responden Wanita ... 53

a. Tekanan Darah Sistolik ... 53

b. Tekanan Darah Diastolik ... 54

C. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 55

1. Korelasi Lingkar Pinggang terhadap Tekanan Darah

(15)

xiv

a. Responden Pria ... 56

b. Responden Wanita ... 57

2. Korelasi Lingkar Pinggang terhadap Tekanan Darah Diastolik Responden Pria dan Wanita ... 59

a. Responden Pria ... 59

b. Responden Wanita ... 60

3. Korelasi Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Tekanan Darah Sistolik Responden Pria dan Wanita ... 61

a. Responden Pria ... 61

b. Responden Wanita ... 62

4. Korelasi Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Tekanan Darah Diastolik Responden Pria dan Wanita ... 64

a. Responden Pria ... 64

b. Responden Wanita ... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

Daftar Pustaka ... 68

Lampiran ... 74

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ... 10

Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Menurut JNC VII ... 18

Tabel III. Kriteria Ukuran Lingkar Pinggang Berdasarkan Negara atau Etnis ... 20

Tabel IV. Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ... 38

Tabel V. Karakteristik Demografi Responden Pria ... 41

Tabel VI. Karakteristik Demografi Responden Wanita ... 40

Tabel VII. Distribusi Lingkar Pinggang DM 2 Responden Pria ... 42

Tabel VIII. Distribusi Lingkar Pinggang DM 2 Responden Wanita ... 42

Tabel IX. Distribusi Rasio Lingkar Pinggang – Panggul DM 2 Responden Pria ... 44

Tabel X. Distribusi Rasio Lingkar Pinggang-Panggul DM 2 Responden Wanita ... 44

Tabel XI. Distribusi Tekanan Darah Sistolik DM 2 Responden Pria ... 45

Tabel XII. Distribusi Tekanan Darah Sistolik DM 2 Responden Wanita ... 45

(17)

xvi

Tabel XIV. Distribusi Tekanan Darah Diastolik DM 2

Responden Wanita ... 46

Tabel XV. Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Berdasarkan

Lingkar Pinggang pada Responden Pria ... 47

Tabel XVI. Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan

Lingkar Pinggang pada Responden Pria ... 48

Tabel XVII. Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Berdasarkan

Rasio Lingkar Pinggang Panggul pada Responden Pria ... 49

Tabel XVIII. Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Berdasarkan

Rasio Lingkar Pinggang-Panggul pada Responden

Wanita ... 50

Tabel XIX. Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Berdasarkan

Lingkar Pinggang pada Responden Wanita ... 51

Tabel XX. Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan

Lingkar Pinggang pada Responden Wanita ... 52

Tabel XXI. Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Berdasarkan

Rasio Lingkar Pinggang-Panggul pada Responden

Wanita ... 53

Tabel XXII. Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan

Rasio Lingkar Pinggang-Panggul pada Responden

(18)

xvii

Tabel XXIII. Korelasi Pengukuran LP dan RLPP terhadap Tekanan

Darah Pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 di

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Efek Insulin terhadap Jaringan Lemak, Hati, dan Otot

Rangka ... 9

Gambar 2. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus ... 11

Gambar 3. Definisi Sindroma Metabolik ... 13

Gambar 4. Pengukuran Tekanan Darah ... 17

Gambar 5. Pengukuran Lingkar Pinggang ... 19

Gambar 6. Ringkasan Hubungan antara Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Risiko Penyakit ... 21

Gambar 7. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ... 21

Gambar 8. Mekanisme dan Sistem Hormonal yang Terlibat Dalam Hipertensi yang Berhubungan dengan Obesitas ... 22

Gambar 9. Skema Responden ... 30

Gambar 10. Grafik Korelasi antara Lingkar Pinggang dan Tekanan Darah Sistolik Responden Pria ... 56

Gambar 11. Grafik Korelasi antara Lingkar Pinggang dan Tekanan Darah Sistolik Responden Wanita ... 57

Gambar 12. Grafik Korelasi antara Lingkar Pinggang dan Tekanan Darah Diastolik Responden Pria ... 59

(20)

xix

Gambar 14. Grafik Korelasi antara Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul dan Tekanan Darah Sistolik Responden Pria ... 61

Gambar 15. Grafik Korelasi antara Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul dan Tekanan Darah Sistolik Responden

Wanita ... 62

Gambar 16. Grafik Korelasi antara Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul dan Tekanan Darah Diastolik Responden Pria ... 64

Gambar 17. Grafik Korelasi antara Rasio Lingkar Pinggang-

Panggul dan Tekanan Darah Diastolik Responden

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ... 75

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian RSUD Kabupaten Temanggung ... 76

Lampiran 3. Informed Consent ... 77

Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 78

Lampiran 5. Leaflet ... 79

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 81

Lampiran 7. Sphygmomanometer ... 82

Lampiran 8. Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul ... 83

Lampiran 9. Validasi Instrumen Pengukuran (Butterfly®) ... 84

Lampiran 10. Penggunaan Obat Hipertensi ... 85

Lampiran 11. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Pria ... 89

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas LP Responden Pria ... 90

Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas RLPP Responden Pria ... 91

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik Responden Pria ... 92

Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Diastolik Responden Pria ... 93

Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita ... 94

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas LP Responden Wanita ... 95

(22)

xxi

Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik

Responden Wanita ... 97

Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Diastolik

Responden Wanita ... 98

Lampiran 21. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik

pada LP< 90 cm dan LP ≥90 cm Responden Pria ... 99

Lampiran 22. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Diastolik

pada LP <90 cm dan LP ≥90 cm Responden Pria ... 100

Lampiran 23. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik

pada RLPP <0,90 cm dan RLPP ≥0,90 cm Responden

Pria ... 101

Lampiran 24. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Diastolik

pada RLPP <0,90 cm dan RLPP ≥0,90 cm Responden

Pria ... 102

Lampiran 25. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik

pada LP <80 cm dan LP ≥80 cm Responden Wanita ... 103

Lampiran 26. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Diastolik

pada LP <80 cm dan LP ≥80 cm Responden Wanita ... ` 104

Lampiran 27. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik

pada RLPP <0,85 cm dan RLPP ≥0,85 cm Responden

(23)

xxii

Lampiran 28. Deskriptif dan Uji Normalitas Tekanan Darah Diastolik

pada RLPP <0,85 cm dan RLPP ≥0,85 cm Responden

Wanita ... 106

Lampiran 29. Uji Komparatif Tekanan Darah Sistolik terhadap LP

<90 cm dan LP ≥90 cm Responden Pria ... 107

Lampiran 30. Uji Komparatif Tekanan Darah Diastolik terhadap LP

<90 cm dan LP ≥90 cm Responden Pria ... 108

Lampiran 31. Uji Komparatif Tekanan Darah Sistolik terhadap RLPP

<0,90 cm dan RLPP ≥0,90 cm Responden Pria ... 109

Lampiran 32. Uji Komparatif Tekanan Darah Diastolik terhadap

RLPP <0,90 cm dan RLPP ≥0,90 cm Responden Pria ... 110

Lampiran 33. Uji Komparatif Tekanan Darah Sistolik terhadap LP

<80 cm dan LP ≥80 cm Responden Wanita ... 111

Lampiran 34. Uji Komparatif Tekanan Darah Diastolik terhadap LP

<80 cm dan LP ≥80 cm Responden Wanita ... 112

Lampiran 35.Uji Komparatif terhadap Tekanan Darah Sistolik

ter-hadap RLPP <0,85 cm dan LP ≥0,85 cm Responden

Wanita ... 113

Lampiran 36. Uji Komparatif terhadap Tekanan Darah Diastolik

ter-hadap RLPP <0,85 cm dan LP ≥0,85 cm Responden

Wanita ... 114

Lampiran 37. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang terhadap

(24)

xxiii

Lampiran 38. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang terhadap

Te-kanan Darah Siatolik Responden Wanita ... 115

Lampiran 39. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang terhadap

Tekanan Darah Diastolik Responden Pria ... 116

Lampiran 40. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang terhadap

Tekanan Darah Diastolik Responden Wanita ... 116

Lampiran 41. Uji Korelasi Spearman Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Tekanan Darah Sistolik Responden

Pria ... 117

Lampiran 42. Uji Korelasi Spearman Rasio Lingkar Pinggang-

Panggul terhadap Tekanan Darah Sistolik Responden

Wanita... 117

Lampiran 43. Uji Korelasi Spearman Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Tekanan Darah Diastolik Responden

Pria ... 118

Lampiran 44. Uji Korelasi Spearman Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Tekanan Darah Diastolik Responden

(25)

xxiv

INTISARI

Prevalensi diabetes melitus tipe 2 di dunia terus mengalami peningkatan. Diabetes melitus tipe 2 dapat meningkatkan risiko cardiovascular disease akibat kondisi lemak berlebih pada abdominal dan memiliki risiko hipertensi. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan teknik antropometri dalam menentukan timbunan lemak abdominal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.

Penelitian berupa observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Pengambilan sampel secara non-random, jenis purposive sampling, terhadap 42 responden pria dan 58 responden wanita. Pengukuran meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, dan tekanan darah. Data dianalisis dengan uji normalitas Shapiro-Wilk untuk pria dan Kolmogorov-Smirnov untuk wanita, uji komparatif Man-Whitney, serta uji korelasi Spearman taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian terdapat korelasi positif dan tidak bermakna antara lingkar pinggang terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pria (p=0,104, r=0,255; p=0,148, r=0,227), lingkar pinggang terhadap tekanan darah diastolik wanita (p=0,956; r=0,007), rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah diastolik pria (p=0,321; r=0,157), dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah sistolik responden pria dan wanita (p=0,453, r=0,119; p=0,610, r=0,068). Korelasi negatif dan tidak bermakna antara lingkar pinggang terhadap tekanan darah sistolik (p=0,658; r=-0,059) dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah diastolik (p=0,419; r=-0,108) responden wanita.

(26)

xxv

ABSTRACT

Prevalence of type 2 diabetes mellitus in the world are increase. This disease can increase cardiovascular disease risk because of abdominal obesity and have a risk to become hypertension. Waist circumference and waist hip ratio is an anthropometric technique to describe abdominal fat. This study aim to determine the correlation of waist circumference and waist hip ratio on blood pressure in type 2 Diabetes Mellitus in RSUD KabupatenTemanggung.

This study was an observational analytic with cross-sectional approach and sampling techniques was non-random, purposive sampling types on 42 male respondents and 58 female respondents. Measurements include waist circumference, waist hip ratio, and blood pressure. Data were analyzed with Shapiro-Wilk Normality test for men and Kolmogorov-Smirnov for women, Mann-Whitney comparative test, and Spearman correlation test with a confidence level of 95%.

The results showed there were positive correlation and no significant between waist circumference and diastolic-sistolic blood pressure in the men (p=0.104, r=0.255; p=0.148, r=0.227), waist hip ratio and diastolic blood pressure in the women (p=0.956, r=0.007), waist hip ratio and diastolic blood pressure in the men (p=0.321, r=0.157), and waist hip ratio and sistolic blood pressure in the men and women (p=0.453, r=0.119; p=0.610, r=0.068) respondents. Negative correlation and no significant between waist circumference and sistolic blood pressure (p=0.658, r=-0.059), and waist hip ratio and diastolic blood pressure (p=0.419, r=-0.108) in the women repondents.

(27)

1

BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu sindroma kronik gangguan

metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat insufisiensi sekresi insulin

atau resistensi insulin pada jaringan sehingga kadar glukosa dalam darah

meningkat (Dorland 2010). Prevalensi diabetes melitus di seluruh dunia

diperkirakan 2,8% (171 juta) pada tahun 2000 dan akan menjadi 4,4% (366 juta)

pada tahun 2030 mendatang. Data World Health Organization (WHO)

menyebutkan angka kejadian diabetes melitus di Indonesia mendekati 4,6%. Pada

tahun 2003 diperkirakan pasien diabetes di Indonesia berjumlah 13,7 juta jiwa.

Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penyandang diabetes

melitus, sedangkan urutan diatasnya adalah India, China dan Amerika Serikat

(Suyono, 2009).

Diabetes melitus tipe 2 merupakan satu dari golongan utama diabetes

melitus, yang ditandai dengan beberapa gejala gangguan metabolik akibat adanya

intoleransi glukosa (Dorland, 2010). Diabetes melitus tipe 2 menyerang

masyarakat yang berada pada usia produktif yaitu sekitar 40 (Yuliasih dan

Wirawani, 2009). Prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada bangsa kulit putih

berkisar 3-6%. Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat nomor 5

sedunia dengan jumlah penyandang diabetes melitus tipe 2 sebanyak 12,4 juta

(28)

Indonesia, dalam jangka waktu 30 tahun peningkatan jumlah pasien diabetes

melitus tipe 2 akan jauh lebih besar yaitu 86-138% (Suyono, 2009).

Faktor risiko penyakit kardiovaskuler pada penyandang diabetes melitus

meliputi obesitas, hipertensi, overweight, dan dislipidemia. Indikator overweight

adalah Body Mass Index (BMI) = 25,0-29,9 kg/m2 dan indikator obesitas adalah

BMI ≥ 30 kg/m2

(WHO, 2013). Berdasarkan status gizi (Rahajeng dan Tuminah,

2009), proporsi responden yang obesitas dan overweight lebih tinggi pada

kelompok hipertensi. Secara bermakna, besarnya risiko hipertensi pada kelompok

obesitas meningkat 2,79 kali dan overweight 2,15 kali dibandingkan dengan

kelompok yang kurus. Obesitas abdominal juga mempunyai risiko hipertensi

secara bermakna (Odd Ratio 1,40). Risiko kejadian hipertensi meningkat sampai

2,6 kali pada subyek pria obese dan meningkat 2,2 kali pada subyek wanita obese

dibandingkan subyek dengan berat badan normal (Lilyasari, 2007). Menurut

American Diabetes Assotiation (ADA) tahun 2012, tekanan darah yang terkontrol

dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler pada penyandang diabetes

sebesar 33-50%, dan mengurangi komplikasi mikrovaskuler sebesar 33%.

Peningkatan prevalensi sindroma metabolik diiringi dengan kejadian

obesitas. Peningkatan tekanan darah merupakan salah satu kriteria dari sindrom

metabolik yang sering disebut dengan istilah hipertensi. Orang yang memiliki

riwayat hipertensi lebih berisiko terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan orang

yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya di Amerika yang menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi 2,5

(29)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan tingginya

prevalensi hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama sebesar 31,7%

(Depkes RI, 2008).

Metode antropometri merupakan salah satu cara mengukur distribusi

lemak dalam tubuh. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna

untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait. Hasil

penelitian Jalal, Lipoeto, Susanti, dan Oenzil (2010), memperlihatkan pengukuran

lingkar pinggang merupakan salah satu indikator penting penanda sindroma

metabolik. Ditemukan korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dengan

tekanan darah pada etnis Minang. Pada penelitian Wang dan Hoy (2004)

didapatkan bahwa lingkar pinggang merupakan faktor risiko penyakit

kardiovaskular yang paling menentukan.

Metode antropometri yang lain yang dapat diukur adalah rasio lingkar

pinggang-panggul (RLPP). Rasio lingkar pinggang-panggul dapat memperkirakan

jumlah lemak abdominal pada individu. Apabila perbandingan lingkar

pinggang-panggul semakin besar maka semakin besar pula lemak abdominal individu

tersebut. Penelitian menurut Pongsatha, Morakot, Sangchun, dan Chaovisitsaree

(2011) menyatakan bahwa tekanan darah berkorelasi bermakna dengan lingkar

pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul pada wanita Thailand usia rata-rata

54 tahun (p<0,05).

Data penelitian (lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul dan

tekanan darah) diambil dari responden penyandang diabetes melitus tipe 2 di

(30)

Temanggung merupakan rumah sakit umum kelas B dan sebagai rumah sakit

rujukan bagi masyarakat di daerah Temanggung. Jumlah penyandang diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung meningkat dari tahun ke tahun

dalam 5 tahun terakhir. Penyandang DM tipe 2 RSUD Kabupaten Temanggung

mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2013 dan menduduki peringkat

jumlah penyandang diabetes melitus tipe 2 terbanyak dibandingkan dengan tipe

diabetes melitus yang lain. Data penelitian di RSUD Kabupaten Temanggung

melaporkan bahwa belum pernah dilakukan penelitian observasional dengan

responden penyandang diabetes melitus tipe 2 RSUD Kabupaten Temanggung

Meningkatnya kasus hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, dengan

pertimbangan meningkatkan usia harapan hidup maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian ini, dengan kajian korelasi lingkar pinggang dan rasio

lingkar pinggang-panggul sebagai metode antropometri terhadap tekanan darah

pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada penyandang diabetes melitus tipe

2 di RSUD Kabupaten Temanggung?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu :

a. Korelasi Pengukuran Antropometrik dengan Tekanan Darah Pada

Laki Laki Dewasa Sehat di Kampus I Dan III Universitas Sanata Dharma

(31)

30-50 tahun, dengan jenis penelitian cross-sectional. Hasil menunjukkan bahwa

adanya korelasi yang bermakna antara pengukuran RLPP dengan tekanan darah

sistolik berkekuatan lemah (r=0,279; p=0,020), sedangkan korelasi RLPP dengan

tekanan darah diastolik terdapat korelasi positif lemah yang bermakna (r=0,234;

p=0,052).

b. Korelasi antara Body Mass Index (BMI), Lingkar Pinggang, Rasio

Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP), dan Abdominal Skinfold Thickness Terhadap

Tekanan Darah pada Staff Wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Mukti,

2011). Penelitian dilakukan pada staf wanita di USD, usia 30-50 tahun, dengan

jenis penelitian cross-sectional. Hasil menunjukkan bahwa antara antropometri

dengan tekanan darah berkorelasi tidak bermakna. Nilai korelasi antara lingkar

pinggang dengan tekanan darah sistolik dan diastolik r=0,091; p=0,501 dan

r=0,179; p=0,183, RLPP dengan tekanan darah sistolik dan diastolik r=0,247;

p=0,064 dan r=0,246; p=0,065.

c. Waist circumference (WC) and waist-hip ratio as predictors of type 2

diabetes mellitus in Nepalese population of Kavre District (Shah, Bhandary,

Malik, Risal and Koju, 2009). Penelitian dilakukan di Nepal (daerah Kavre)

dengan jumlah responden 65 penyandang DM tipe 2 dan 35 orang non-diabetes,

dengan rata-rata usia diatas 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan WC dari

subjek wanita penyandang diabetes 82,89±29,68 cm lebih tinggi daripada wanita

non-diabetes 76,95±22,44 cm namun hasilnya tidak bermakna (p>0,05). Pada pria

diabetes memiliki WC 87,11±22,30 cm dan non-diabetes sebesar 77,53±11,80 cm

(32)

d. Can Body Mass Index, Waist Circumference, Waist-Hip Ratio and

Waist-Height Ratio Predict The Presence of Multiple Metabolic Risk Factors in

Chinese Subjects? (Liu, et al., 2011). Penelitian menyimpulkan bahwa lingkar

pinggang dan waist-hip-ratio secara signifikan berasosiasi dengan tekanan darah

(p<0,05). Obesitas berkorelasi dengan faktor risiko metabolisme yang akan

mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler.

e. Correlation Between Waist Circumference and Other Factors in

Menopausal Women in Thailand (Pongsatha, Morakot, Sangchun, and

Chaovisitsaree, 2011). Hasil penelitian dengan uji korelasi Pearson menunjukkan

bahwa adanya korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang terhadap tekanan

darah sistolik dan diastolik (p=0,000; p=0,002) dan rasio lingkar

pinggang-panggul dengan tekanan darah sistolik dan diastolik (p=0,001; p=0,012) pada

wanita Thailand usia rata-rata 54 tahun dan WC ≥80 cm.

Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, belum terdapat

penelitian yang meneliti mengenai korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada penyandang diabetes melitus tipe

(33)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktis. Data yang diperoleh dari pengukuran lingkar

pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada

diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung diharapkan mampu

memberikan informasi dan gambaran obesitas sentral yang berhubungan dengan

faktor risiko terjadinya hipertensi sehingga dapat menjadi deteksi dini akan

kemungkinan adanya komplikasi terkait risiko penyakit kardiovaskuler pada

penyandang diabetes melitus tipe 2.

b. Manfaat teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul yang

berkaitan dengan profil tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD

Kabupaten Temanggung.

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi lingkar pinggang dan

rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada penyandang diabetes

(34)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A.Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan (siphon).

Melitus berasal dari bahasa latin yang berarti manis atau madu. Diabetes melitus

dikenal juga dengan nama kencing manis. Peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) menyebabkan pengeluaran glukosa melalui urin, sehingga urin

menjadi manis. Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kelainan kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan

beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah

(Purnamasari, 2009).

Pada metabolisme glukosa, karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk

dimulai dari gula yang paling sederhana (monosakarida) hingga yang paling

kompleks unit-unit kimianya seperti disakarida dan polisakarida. Karbohidrat

yang sudah masuk ke dalam tubuh akan dicerna sehingga menjadi bentuk

monosakarida dan diasorpsi terutama oleh duodenum dan jejunum proksimal.

Setelah diabsorpsi, kadar glukosa darah akan meningkat yang kemudian

keseimbangannya akan diatur oleh beberapa organ dalam tubuh seperti hepar dan

jaringan otot yang menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Dalam mengatur

jumlah glukosa dalam darah ternyata dapat ditemukan peranan dari beberapa

(35)

hormon peptida yang berfungsi menurunkan kadar glukosa dalam darah yang

dibentuk dari sel-sel beta pulau Langerhans. Ketika kadar glukosa dalam darah

meningkat, insulin akan dilepaskan dari pankreas untuk menormalkan kadar

glukosa (Price dan Wilson, 2002).

Insulin yang berikatan dengan reseptor insulin akan mengangkut glukosa

dari darah ke dalam sel. Insulin memperantarai metabolisme pada otot, hepar, dan

lemak (adiposa). Di otot, insulin dapat meningkatkan penyerapan glukosa, sintesis

glikogen, dan merangsang sintesis protein. Di hepar, insulin menstimulasi sintesis

dan penyimpanan glikogen (glikogenesis), penguraian glikogen (glikogenolisis),

dan menghambat produksi glukosa hepatik (glukoneogenesis). Pada sel lemak

(adiposit), insulin dapat menstimulasi lipogenesis dangan mengaktifkan

lipoprotein lipase yang merupakan enzim yang menghidrolisis trigliserida menjadi

asam lemak, kemudian diangkut dalam VLDL ke jaringan adiposa untuk di

simpan. Insulin menghambat lipolisis yang mencegah pelepasan asam-asam

lemak untuk pembentukan badan keton dalam hepar. Peningkatan penyerapan

glukosa akibat peningkatan transporter GLUT-4 yang juga dapat membantu

penyimpanan lemak dalam bentuk trigliserida (Ganong dan McPhee, 2006).

(36)

Berdasarkan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada

tahun 2011, diagnosis diabetes melitus dapat ditemukan dari keluhan seperti di

bawah ini:

a. Keluhan klsik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidap dapat dijelaskan sebabnya

b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Penegakan diagnosis diabetes melitus berdasarkan

Kriteria diagnosis diabetes melitus berdasarkan PERKENI pada tahun

2011 dapat dilihat pada tabel I.

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (PERKENI, 2011)

1. Gejala klasik DM + kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, atau

2. Gejala klasik DM + kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam, atau

3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)

≥200 mg/dL (11,1 mmol/L)

Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 menjadi salah satu kriteria

diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi

dengan baik.

Klasifikasi diabetes melitus (PERKENI, 2011) yaitu DM tipe 1 (destruksi

sel beta sehingga menyebabkan defisiensi insulin absolut), DM tipe 2 (defisiensi

insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama

(37)

dan DM gestasional (muncul pada masa kehamilan yang umumnya bersifat

sementara tetapi dapat menjadi faktor risiko DM 2).

Gambar 2. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (PERKENI, 2011)

B.Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus

/NIDDM) merupakan keadaan resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin

ataupun keduanya (Dorland, 2010). Patogenesis DM tipe 2 adalah kombinasi

antara resistensi insulin dengan defisiensi sekresi insulin. Resistensi insulin di

gambarkan sebagai berkurangnya sensitivitas terhadap efek dari insulin, keadaaan

ini bisa diturunkan maupun dapatan (acquired) akibat obesitas, proses penuaan

maupun akibat pengobatan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan

ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebih dan kadar glukosa dipertahankan

pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β

pankreas tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka

kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe 2 (cit. Siswanto,

(38)

Gejala awal yang pada umumnya terjadi pada DM tipe 2 berhubungan

dengan peningkatan kadar gula darah dan jumlah glukosa yang dikeluarkan

melalui urin. Tingginya jumlah glukosa dalam urin akan meningkatkan ekskresi

urin (poliuria) sehingga dapa menyebabkan dehidrasi. Kemudian dehidrasi akan

meningkatkan rasa haus dan peningkatan konsumsi air (polidipsia).

Ketidakmampuan insulin untuk bekerja secara normal akan mempengaruhi

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Insulin merupakan hormon yang

membantu penyimpanan lemak dan protein. Otot adalah pengguna glukosa yang

paling banyak sehingga adanya resistensi insulin mengakibatkan kegagalan

pengambilan glukosa oleh otot. Defisiensi insulin akan menyebabkan kehilangan

berat badan, meskipun nafsu makan meningkat (polifagia) (cit, Siswanto, 2010).

Yuliasih dan Wirawanni (2009) melaporkan penyandang diabetes melitus tipe 2 di

Indonesia cenderung dialami pada usia produktif lebih dari 40 tahun sehingga

juga sering disebut sebagai diabetes onset-dewasa.

Pada individu obesitas dengan diabetes melitus tipe 2, terjadinya

dislipidemia diabetik menyebabkan risiko dalam perkembangan komplikasi

makrovaskuler. Komplikasi pada diabetes melitus tipe 2 terutama berhubungan

dengan vaskulopati diabetik yang dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu

mikrovaskuler (retinopati, neuropati, dan nefropati) dan makrovaskuler

(menyebabkan peningkatan risiko CVD pada penyandang diabetes) (Rizvi dan

(39)

C.Sindrom metabolik

Sindrom metabolik merupakan kondisi yang terjadi secara bersamaan di

dalam satu individu dan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler.

Kondisi tersebut adalah intoleransi glukosa, hipertensi, dislipidemia, dan obesitas

sentral (Soegondo dan Purnamasari, 2009). Obesitas sentral dan resistensi insulin

merupakan faktor penyebab yang penting dari sindroma metabolik.

Obesitas sentral berkaitan erat dengan masing-masing kriteria pada

definisi sindroma metabolik dan merupakan faktor risiko prasyarat yang harus ada

dalam diagnosis sindroma metabolik. Obesitas sentral dapat diketahui dengan

metode yang sederhana, yaitu Body Mass Index (BMI) dan waist circumference

(lingkar pinggang) (IDF, 2006).

Gambar 3. Kriteria Sindroma Metabolik (IDF, 2006)

Kondisi sindrom metabolik berupa resistensi insulin menimbulkan

kerusakan respon insulin pada otot rangka, hati, adiposa, dan jaringan jantung.

Resistensi insulin ini dapat disebabkan karena genetik, gaya hidup yang kurang

baik dan obesitas sentral. Sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) akan

(40)

dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) di adiposit, otot

skeletal, dan jaringan jantung pada individu yang mengalami obesitas. Hal ini

dapat memicu peningkatan stres oksidatif yang dapat menyebabkan disfungsi

endotelial dan atherogenesis. Pada kondisi hipertensi, vasokonstriksi dapat

diperburuk dengan penurunan produksi nitrit oxide (NO) sehingga terjadi

resistensi insulin. Aktivasi sympathetic nervous system (SNS) dan reabsorpsi

natrium di ginjal juga meningkatkan resistensi insulin. Akumulasi LDL yang

teroksidasi di arteri menyebabkan elastisitas arteri menurun dan resistensi

periferal vaskuler meningkat. Peningkatan LDL yang teroksidasi memungkinkan

terjadinya hipertensi (Stump, Clark, dan Sowers, 2005).

D.Obesitas

Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi batas

kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat adanya akumulasi lemak berlebihan

dalam tubuh (Dorland, 2010). Pada obesitas, jumlah lemak yang tersimpan dalam

tubuh lebih besar daripada yang dikeluarkan. Obesitas merupakan suatu penyakit

multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan di jaringan

adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan

jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah

berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian

jumlahnya bertambah banyak. Diperkirakan bahwa faktor genetik sangat

berpengaruh dalam perkembangannya. Obesitas merupakan faktor risiko utama

(41)

Obesitas memiliki kaitan dengan sindroma metabolik. Obesitas dapat

mengganggu homeostatis metabolik akibat distribusi lemak dan menyebabkan

timbulnya faktor risiko terkait resistensi insulin dan hiperlipidemia (Soegondo dan

Purnamasari, 2009).

Berdasarkan bentuk tubuh, obesitas dikelompokkan dalam 2 bentuk

yaitu obesitas sentral atau bentuk Android dan obesitas perifer atau bentuk

Gynoid. Bentuk Android biasanya lebih sering terjadi pria dimana lemak

tertumpuk disekitar perut. Risiko kesehatan pada bentuk ini lebih tinggi dan

umumnya akan timbul penyakit jantung koroner, diabetes, dan stroke. Bentuk

Gynoid cenderung dimiliki oleh wanita yaitu lemak yang menumpuk disekitar

pinggul, perut, dan bokong. Risiko terhadap penyakit pada tipe ini umumnya jauh

lebih kecil dibandingkan tipe android (Supriyanto, 2014).

E.Tekanan Darah

Tekanan darah dapat ditentukan dengan cara curah jantung (cardiac

output) dikali dengan Total Peripheral Resistance (TPR) (Tortora dan Derricson,

2009). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir

di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia

(Gunawan, 2001). Ketika mengukur tekanan darah, ada dua hal yang terukur yaitu

tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah

tekanan darah yang dicapai ketika jantung berkontraksi memompa darah ke

seluruh tubuh. Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah yang dicapai ketika

(42)

Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia,

kejadian hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah berumur 45

tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukkan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah

berangsur-angsur bisa mengalami penyempitan. Jenis kelamin, tekanan darah pria cenderung

lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Efek perlindungan dari adanya estrogen

pada wanita dianggap sebagai penjelasan yang dapat meningkatkan imunitas.

Genetik, adanya faktor genetik pada keluarga tertentu menjadi faktor risiko akan

terjadinya hipertensi. Aktivitas fisik yang berlebihan dan stress psikis yang dapat

berhubungan dengan ekonomi, kelas sosial maupun karakteristik personal dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah. Stress dapat meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas

saraf simpatis. Makanan yang mengandung kadar sodium dan asam lemak jenuh

dapat meningkatkan tekanan darah. Kadar sodium yang baik dikonsumsi tidak

lebih dari sekitar 2,4 gram atau tidak lebih dari 6 gram garam perhari (cit.

Oviyanti, 2010).

American Heart Association (AHA), pengukuran tekanan darah

dilakukan dengan memasang manset, yang merupakan bagian dari alat

sphygmomanometer. Pengukuran dapat dimulai setelah pasien beristirahat 5

menit. Manset di pasang di lengan atas dan kemudian memompanya dengan

menggunakan pompa tangan kecil. Pada arteri tepat di bawah manset,

ditempelkan stetoskop untuk mendengar tekanan suara tekanan darah. Saat

(43)

dari tekanan darah, di mana keadaan ini membuat suara denyut nadi menghilang.

Ketika sebagian udara dari manset dikeluarkan, tekanan udara dalam manset akan

mengalami penurunan. Pada fase 1 Korotkoff merupakan bunyi pertama yang

terdengar jelas. Angka yang menunjukkan bunyi pertama yang terdengar dicatat

sebagai tekanan darah sistolik. Ketika tekanan perlahan mulai menurun, angka

yang menunjukkan bunyi pertama sampai suara denyut tidak terdengar pada fase

5 Korotkoff dicatat sebagai tekanan darah diastolik (Dipiro, Talbert, Yee, Wells,

and Posey, 2008).

Gambar 4. Pengukuran Tekanan Darah (Anonim, 2013)

F. Hipertensi

Tekanan darah tinggi biasanya sering disebut dengan istilah hipertensi.

Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan darah arteri. Dikatakan

hipertensi jika pada saat duduk tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya (Ilyas,

2013).

Berdasarkan bentuknya, ada hipertensi sistolik (isolated systolic

(44)

tekanan diastolik, umumnya ditemukan pada usia lanjut. Pada hipertensi sistolik

terisolasi, tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan

darah diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran

normal. Hipertensi diastolik (diastolik hypertension) yaitu peningkatan tekanan

diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada

anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan

darah pada sistolik dan diastolik (Gunawan, 2001).

Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder. Hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya, terdapat kurang lebih 90% penderita hipertensi ini.

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara

lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, dan kasus atau

gejala lain yang masih belum diidentifikasi (Depkes RI, 2006).

Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Menurut JNC VII (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2004)

Blood Pressure

Prehypertension 120-139 or 80-89

Stage 1 Hypertension 140-159 or 90-99

Stage 2 Hypertension ≥160 or ≥100

G.Antropometri

Antropometri adalah studi pengukuran dimensi tubuh manusia yang

meliputi tulang, otot dan jaringan adiposa. Kata antropometri diturunkan

dari bahasa Yunani “anthropo” yang berarti “manusia” dan “metron” yang

berarti pengukuran. Ruang lingkup antropometri meliputi bermacam-macam

(45)

(stature), skinfold thickness, lingkar (kepala, pinggang), lebar (bahu,

pergelangan) merupakan contoh dari pengukuran antropometri. Antropometri

merupakan teknik tunggal yang paling praktis, dapat diaplikasikan secara

universal, murah, dan non-invasif untuk mengetahui ukuran, proporsi, dan

komposisi tubuh manusia (WHO, 2008). Menurut Gibson (cit. Meilaningrum,

2013), pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul

merupakan teknik antropometri yang paling baik dalam menentukan timbunan

lemak abdomen atau obesitas sentral.

1. Lingkar pinggang

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara

costa terakhir yang teraba bagian atas dari crista illiaca. Saat pengukuran, subjek

diminta untuk berdiri dengan kedua kaki sedekat mungkin antara satu sama lain,

dan kedua tangan berada pada sisi tubuh. Subjek diukur pada saat akhir dari

normal ekspirasi, namun pernapasan yang dilakukan haruslah senormal mungkin

dan pasien diminta untuk berada dalam keadaan yang sangat rileks dan

diusahakan agar pasien memakai pakaian yang tidak terlalu tebal (WHO, 2008).

(46)

Peningkatan lingkar pinggang berkaitan dengan sindroma metabolik di

antaranya adalah diabetes melitus tipe 2, toleransi glukosa normal dengan

resistensi insulin, dan peningkatan tekanan darah. Kelebihan ukuran lingkar

pinggang erat hubungannya dengan kenaikan risiko DM tipe 2 (NHLBI, 2007).

Tabel III. Kriteria Ukuran Lingkar Pinggang Berdasarkan Negara atau Etnis

(International Diabetes Foundation , 2006)

Negara atau Etnis Pria Wanita

Europid ≥94 cm ≥80 cm

Asia Selatan, Cina, dan Jepang ≥90 cm ≥80 cm

Prevalensi hipertensi pada orang dewasa akan semakin meningkat seiring

dengan bertambahnya ukuran lingkar pinggang. Pada penelitian Wang dan Hoy

(2004) didapatkan bahwa lingkar pinggang merupakan faktor risiko penyakit

kardiovaskuler yang paling menentukan dibandingkan dengan pengukuran Indeks

Massa Tubuh (IMT).

2. Rasio lingkar pinggang-panggul

Rasio lingkar pinggang-panggul adalah salah satu metode antropometri

yeng menunjukkan status obesitas, terutama obesitas sentral. Kriteria ukuran rasio

lingkar pinggang-panggul yaitu ≤0,90 cm untuk pria dan ≤0,85 cm untuk wanita.

Peningkatan ukuran akan menjadi faktor risiko komplikasi sindrom metabolik.

Rasio lingkar pinggang-panggul, menunjukkan terjadinya akumulasi lemak pada

daerah abdomen, dapat menggambarkan beberapa komplikasi metabolik seperti

dislipidemia, hiperinsulinemia, serta peningkatan resiko penyakit kardiovaskular.

Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan dengan

peningkatan risiko pada semua penyebab kematian pada orang dewasa (WHO,

(47)

Hubungan : + ke ++++ = hubungan positif, dari sedang ke kuat.

*Bukti kekuatan : berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan

Gambar 6. Ringkasan Hubungan antara Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang-Panggul dengan Risiko Penyakit (WHO, 2008)

Formula dari rasio lingkar pinggang-panggul yaitu lingkar pinggang (cm)

dibagi dengan lingkar panggul (cm), skala pengukuran adalah rasio. Lingkar

panggul merupakan salah satu indeks antropometri yang merupakan diameter

terbesar dari tubuh dibawah pinggang atau lebih tepatnya dibawah tonjolan dari

crista illiaca. Cara pengukuran lingkar pinggul dapat dilakukan dengan meminta

subjek berdiri tegak dengan kedua kaki serapat mungkin dan kedua tangan di

kedua sisi tubuh. Pita yang digunakan dilingkarkan secara horizontal tepat

dibawah tonjolan crista illiaca (Depkes RI, 2006). Proquest, 2009 (cit.

Meilaningrum, 2013), pada wanita usia 70-80 tahun setiap peningkatan 0,1 inchi

pada rasio lingkar pinggang-panggul dapat menjadi faktor predisposisi

peningkatan kematian sebesar 28%.

(48)

H.Resistensi Insulin, Obesitas, dan Hipertensi

Resistensi insulin adalah suatu keadaan terjadinya gangguan respon

metabolik terhadap kerja insulin, akibatnya untuk kadar glukosa plasma tertentu

dibutuhkan kadar insulin yang lebih banyak daripada „normal‟ untuk

mempertahankan keadaan normoglikemi. Dalam penelitian prospektif, resistensi

insulin adalah prediktor terbaik untuk timbulnya diabetes di masa depan (Kumar

dkk., 2009). Sensitivitas insulin adalah kemampuan insulin menurunkan

konsentrasi glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di

jaringan otot dan lemak, dan menekan produksi glukosa oleh hati. Resistensi

insulin merupakan keadaan sensitivitas insulin berkurang. Resistensi insulin

sebagai sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik dan lingkungan yang

berperan penting pada perkembangannya. Resistensi insulin tidak hanya berkaitan

dengan kegemukan, terutama gemuk di perut, tetapi sindrom ini juga dapat terjadi

pada orang yang tidak gemuk. Faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik,

makanan mengandung lemak, juga dinyatakan berkaitan dengan perkembangan

terjadinya kegemukan dan resistensi insulin (Merentek, 2006).

(49)

Penjelasan gambar 8, adanya peningkatan Free Fatty Acid (FFA),

peningkatan insulin, peningkatan leptin, aldosteron dan peningkatan aktivitas

renin angiotensin akan menstimulasi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis.

Peningkatan sistem saraf simpatis, leptin, aldosteron, aktivitas sistem renin

angiotensin (RAS) menyebabkan retensi cairan dan natrium yang mengakibatkan

hipertensi. Peningkatan aldosteron dan aktivasi renin angiotensin, serta

peningkatan Endotelin-1 dan penurunan aktivitas NO akan menimbulkan

vasokontriksi yang kemudian akan mempredisposisi terjadinya hipertensi

(Lilyasari, 2007).

Resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa terjadi akibat

peningkatan berat badan dan obesitas. Peningkatan FFA (free fatty acid) dialami

hampir pada semua individu obese sehingga dapat menyebabkan terjadinya

resistensi insulin (Guyton dkk., 2006; Qatanani dan Lazar, 2007). Individu dengan

obesitas mempunyai kandungan FFA yang tinggi, karena adiposa viseral

mempunyai aktivitas lipolisis yang tinggi sehingga meningkatkan pelepasan FFA.

Kelebihan FFA selanjutnya akan dihantarkan ke hati mengakibatkan aktivasi

simpatis dan resistensi insulin. Aktivasi simpatis jangka panjang dapat

meningkatkan tekanan darah dengan cara vasokonstriksi perifer dan peningkatan

reabsorbsi natrium (Na) di tubulus ginjal (Lilyasari, 2007).

Peningkatan jumlah adiposa pada subyek dengan obesitas juga

meningkatkan produksi substansi yang kemungkinan menimbulkan resistensi

insulin. Jaringan adiposa mensekresikan resistin, adiponektin, visfatin, TNF-α,

(50)

peningkatan sekresi leptin, resistin, TNF-α, dan interleukin-6 yang berkorelasi

dengan resistensi insulin dan perkembangan inflamasi (Wang dan Scherer, 2007).

I. RSUD Kabupaten Temanggung

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung terletak di Jalan

Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. RSUD Kabupaten

Temanggung merupakan jenis rumah sakit umum dengan kelas/tipe B yang dapat

menjadi rumah sakit pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.

Jumlah tenaga medis 362 orang dan sebagai rumah sakit rujukan bagi masyarakat

di daerah Temanggung (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Berdasarkan data di RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2010-2013,

diabetes melitus tipe 2 menempati peringkat pertama apabila dibandingkan

dengan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lainnya. Pasien diabetes melitus

tipe 2 tercatat sebanyak 6319 pasien, dan 42 pasien diabetes melitus tipe 1, serta

3300 pasien diabetes melitus tipe lain.

J. Landasan Teori

Diabetes melitus tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus

/NIDDM) merupakan keadaan resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin

ataupun keduanya. Diabetes melitus tipe 2 cenderung dialami oleh orang dewasa

dan dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi mikrovaskuler atau

makrovaskuler. Obesitas menjadi salah satu faktor risiko terjadinya diabetes

(51)

Hipertensi merupakan kelainan sistem metabolisme yang terjadi pada

manusia yang disebabkan oleh penyakit lain terkait hipertensi maupun tanpa

sebab yang jelas. Resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa terjadi

akibat peningkatan berat badan dan obesitas. Pada obesitas, jumlah lemak yang

tersimpan dalam tubuh lebih besar daripada yang dikeluarkan sehingga terjadi

penumpukkan lemak dalam tubuh. Peningkatan Free Fatty Acid (FFA),

peningkatan insulin, peningkatan leptin, aldosteron dan peningkatan aktivitas

renin angiotensin akan menstimulasi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis

yang mengakibatkan hipertensi. Peningkatan jumlah adiposa pada subyek dengan

obesitas juga meningkatkan produksi substansi yang kemungkinan menimbulkan

resistensi insulin.

Perkiraan jumlah lemak yang terakumulasi di dalam tubuh dapat diukur

dengan metode antropometri yang salah satunya adalah dengan pengukuran

lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul. Hasil dari pengukuran

metode antopometri dapat digunakan dalam melakukan evaluasi kesehatan, risiko

penyakit dan perubahan komposisi tubuh. Peningkatan komplikasi sindrom

metabolik terjadi bila lingkar pinggang pada pria ≥90 cm, dan pada wanita ≥80

cm berdasarkan kriteria ukuran untuk Asia Selatan, sedangkan RLPP pada pria

(52)

K.Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat korelasi yang bermakna

antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan

darah pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten

(53)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

rancangan penelitian berupa cross-sectional (potong lintang). Penelitian

observasional analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Melakukan analisis korelasi antara faktor efek dan

faktor risiko. Faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya

suatu efek, sedangkan faktor efek adalah akibat dari adanya faktor risiko.

Penelitian cross-sectional merupakan jenis penelitian yang pengukuran

variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada waktu yang sama (Notoatmodjo,

2002).

Penelitian observasional analitik yang dilakukan adalah korelasi antara

lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul sebagai faktor risiko

terhadap tekanan darah sebagai faktor efek pada penderita diabetes melitus tipe 2

di RSUD Kabupaten Temanggung. Data penelitian yang diperoleh diolah dengan

statistik untuk dilakukan analisis korelasi antara faktor risiko dan faktor efek.

B.Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar pinggang-panggul (cm)

2. Variabel tergantung

(54)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia dan kondisi puasa sebelum

pengambilan data.

b. Variabel tak terkendali: aktivitas, gaya hidup responden, pola makan,

kondisi patologis, dan obat-obat yang dikonsumsi.

C.Definisi Operasional

1. Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten

Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian.

2. Karakteristik penelitian yaitu karakteristik demografi meliputi usia dan

pengukuran antropometri meliputi pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio

lingkar pinggang-panggul (RLPP) serta pengukuran tekanan darah sistolik

(mmHg) dan tekanan darah diastolik (mmHg).

3. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah costa terakhir

yang teraba bagian atas dari crista illiaca (WHO, 2008). Lingkar pinggang

dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm). Kriteria lingkar pinggang

menggunakan standar IDF tahun 2006 bagi populasi Asia Selatan.

4. Pengukuran lingkar panggul menggunakan pita pengukur yang dilingkarkan

secara horizontal tepat dibawah tonjolan crista illiaca yang merupakan diameter

terbesar dari tubuh dibawah pinggang (WHO, 2008). Lingkar panggul dinyatakan

dalam satuan sentimeter (cm). Rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) adalah

perbandingan lingkar pinggang (cm) dengan lingkar panggul (cm). Kriteria rasio

(55)

5. Standar hipertensi yang digunakan adalah menurut The Seventh Report of The

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Traetment of

High Blood Presurre (JNC VII) tahun 2004 yaitu tekanan darah sistolik ≥140

mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.

D.Responden Penelitian

Responden dalam penelitian yaitu penyandang diabetes melitus tipe 2 di

RSUD Kabupaten Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yaitu pria dan wanita penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD

Kabupaten Temanggung dengan usia lebih dari 40 tahun, bersedia berpuasa 8-10

jam sebelum pengambilan data, dan menandatangani informed consent. Kriteria

eksklusi yaitu penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten

Temanggung dengan penyakit penyerta seperti stroke, gangren, gagal ginjal, dan

penyakit jantung koroner pada saat pemeriksaan, serta tidak hadir pada saat

(56)

Gambar 9. Skema Responden

Jumlah total responden dalam penelitian payung ini adalah 106

responden dengan jumlah responden wanita sebanyak 61 dan jumlah responden

pria yang sebanyak 45 responden. Jumlah data yang digunakan dalam judul

penelitian ini sebanyak 100 responden. Total data responden pria sebanyak 42

responden dan total data responden wanita sebanyak 58 responden. Hal ini

dikarenakan ada data yang direduksi yaitu sebanyak 6 data. Data yang direduksi

yaitu 1 data responden pria masuk dalam kriteria eksklusi, 1 data responden pria

(57)

2 data ganda pada responden pria dan wanita. Jumlah minimum sampel dalam

penelitian untuk korelasi yaitu 30 orang (Spiegel and Stephens, 2007).

E.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung yang berlokasi di

Jalan Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. Penelitian

berlangsung pada bulan Agustus-Oktober 2013.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri

Terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah pada

Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung”. Penelitian dilakukan

berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 14 orang dengan kajian yang

berbeda-beda untuk diteliti yaitu:

1. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Kadar Trigliserida.

2. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Rasio Kadar Kolesterol

Total/HDL.

3. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Rasio Kadar LDL/HDL.

4. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Tekanan Darah.

5. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar

(58)

6. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar

Kolesterol Total/HDL.

7. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar

LDL/HDL.

8. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Tekanan Darah.

9. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Kadar Trigliserida.

10. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL.

11. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Rasio Kadar LDL/HDL.

12. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Tekanan Darah.

13. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa.

14. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa.

G.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) dilakukan secara non-random

dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara

non-random, karena setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama

(59)

purposive sampling, pemilihan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan

subjektif peneliti, yaitu responden dapat memberikan informasi sesuai dengan

tujuan penelitian (Sastroasmoro, 2010).

H.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita pengukur

Butterfly® untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul responden serta

alat pengukur tekanan darah atau sphygmomanometer merkuri Nova

Presameter®.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi dilakukan dengan tujuan mencari informasi mengenai jumlah

penyandang diabetes melitus tipe 2 yang melakukan pemeriksaan di rawat jalan

pada poliklinik penyakit dalam RSUD Kabupaten Temanggung. Observasi juga

dilakukan dalam menentukan tempat yang digunakan untuk wawancara serta

pengukuran antropometri.

2. Permohonan ijin dan kerja sama

Permohonan ijin ditujukan kepada Bagian Penelitian dan Pengembangan

(Litbang) RSUD Kabupaten Temanggung. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan

kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

(60)

Permohonan ijin ini dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dengan

menggunakan sampel darah manusia, dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

Permohonan kerja sama diajukan kepada Laboratorium RSUD

Kabupaten Temanggung sebagai laboratorium yang mengambil dan mengolah

darah responden penelitian. Penawaran kerja sama ditujukan kepada penyandang

diabetes melitus tipe 2 yang telah bersedia dengan sukarela mengisi dan

menandatangani informed consent untuk mengikuti penelitian ini.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat memenuhi standar yang ditetapkan oleh

Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Informed consent sebagai bukti tertulis

yang menyatakan responden bersedia dengan sukarela untuk ikut serta dalam

penelitian. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi

mengenai gambaran umum dan penjelasan tentang penelitian. Leaflet yang

diberikan kepada responden berjudul „Type 2 Diabetes‟. Isi leaflet meliputi

penjelasan mengenai pengukuran antropometri (Body Mass Index, skinfold

thicknesses, lingkar pinggang, dan lingkar panggul) serta pemeriksaan

laboratorium yang meliputi profil lipid, kadar glukosa darah puasa, dan tekanan

darah, yang dapat digunakan sebagai metode yang sederhana untuk deteksi dini

berbagai gangguan kesehatan yang mungkin muncul pada penyandang diabetes

Gambar

Tabel XIV.
Tabel XXIII. Korelasi Pengukuran LP dan RLPP terhadap Tekanan
Gambar 14. Grafik Korelasi antara Rasio Lingkar Pinggang-
Gambar 2. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (PERKENI, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

43 Total regulatory adjustments to Additional Tier 1 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) terhadap AT1. 44 Additional Tier 1 capital (AT1) Jumlah AT 1 setelah

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu implementasi kebijakan UMKM di Kabupaten Sragen ternyata belum efektif, dilihat dari 13 variabel kebijakan yang

Secara sempit konflik politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk memenangkan kebijakan umum dan pelaksanaannya, juga

[r]

Hasil Perancangan ini adalah Mesin Pelurus Kawat, dengan kapasitas mesin yang dirancang adalah 30 cm/s kawat lurus.. Rancangan menggunakan

Dari analisa permasalahan di temukan bahwa penggunaan kartu dalam pembuatan data pasien dan rekam medik, serta tidak terintegrasinya sistem administrasi yang ada

Dengan menggunakan Metode Cost-Plus Dengan Pendekatan Full-Costing, yang dapat dijalankan melalui beberapa cara tentang Penentuan Harga Jual Perusahaan yaitu Total Biaya Variable