KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
Oleh:
Ni Putu Padmaningsih NIM : 108114009
INTISARI
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan karena berkurangnya kualitas maupun sekresi insulin. Pada diabetes melitus tipe 2 terjadi gangguan metabolisme lipid yang menyebabkan peningkatan berat badan hingga obesitas. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan metode antropometri untuk menilai obesitas sentral. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada pria maupun wanita.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian adalah penyandang Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung dengan jumlah responden yaitu 39 responden pria dan 59 responden wanita, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, dan kadar glukosa darah puasa. Data dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov kemudian dilakukan uji hipotesis komparatif Mann-Whitney dan analisis korelasi Spearman
dengan taraf kepercayaan 95%.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan korelasi negatif tidak bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa (r=-0,186; p=0,256), serta rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa (r=-0,071; p=0,665) pada pria. Korelasi positif tidak bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa (r=0,084; p=0,526), serta rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa (r=0,096; p=0,460) pada wanita.
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by elevated levels of glucose in the blood due to reduced quality and insulin secretion. Diabetic mellitus type 2 on disruption of lipid metabolism causing weight gain to obesity. Waist circumference and waist hip ratio is an anthropometric method for assessing central obesity. The objective of this study is to determine the correlation between waist circumference and waist-hip ratio with fasting blood glucose levels in men and women.
This kind of research is an observational analytic using a cross-sectional design. This research respondens is diabetes mellitus type 2 individuals in RSUD Kabupaten Temanggung with 39 male respondents and 59 female respondents which are chosen using a purposive sampling technique. Measurements were done through waist circumference, hip circumference, and triglyceride. The data was analyzed using a Kolmogorov-Smirnov normality test which then was tested by Mann-Whitney comparative hypothesis and Spearman analysis correlation with 95% confidence intervals.
The conclusion shows that there were negative correlation between waist circumference on levels of fasting blood glucose (r=-0,186, p=0,256), and waist-to-hip circumference ratio on fasting blood glucose levels (r =-0,071, p = 0,665) in men. Positive correlation between waist circumference on fasting blood glucose levels (r =0,084, p = 0,526), and waist-to-hip circumference ratio on fasting blood glucose levels (r = 0,096, p = 0,460) in women. There were insignificant and very weak correlations in this study.
KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ni Putu Padmaningsih
NIM : 108114009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ni Putu Padmaningsih
NIM : 108114009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Sang Hyang Widhi
Bapak, Ibu, Adikku,
Sahabat-sahabatku,
Teman-teman seperjuanganku, dan
vi PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa “Sang
Hyang Widhi” atas berkat dan penyertaan Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang dengan judul “Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSUD Kabupaten Temanggung” untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan yang
telah diberikan, baik waktu maupun tenaga, hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing utama skripsi, yang telah
mendampingi penulis dengan segala kesabaran, selalu mendukung, memotivasi,
dan memberi masukan dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi.
2. Phebe Hendra, M.Si, Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji yang sealu memberikan dukungan serta saran yang membangun.
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas saran dan
vii
4. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma atas dukungan dan saran yang membangun.
5. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
6. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung sebagai tempat
dilakukannya penelitian.
7. Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah memberikan ilmu dan bimbingan
kepada penulis.
8. Pak Narto yang telah membantu membuat surat perijinan dalam berlangsungnya
penelitian.
9. Bapak (I Made Rita), Ibu (Ni Wayan Suriantini, S.H), Adik (I Made Jayaningrat)
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan baik moril
maupun materiil. Doa dan motivasi kalian selalu menjadi sumber semangat
penulis.
10. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2010 yang telah berjuang bersama
dalam suka dan duka masa perkuliahan dan praktikum, khususnya teman-teman
FSM A dan FKK A yang senantiasa memberikan dukungan.
11. Rita Della Valentini, Francisca Devi Permata, Paulina Ambarsari M.N.H., Rotua
viii
senantiasa memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan
skripsi.
12. Jonas, Rita Della Valentini, Francisca Devi Permata, Paulina Ambarsari Mawar
Ning Hadi, Oswaldine Heraolia Pramesthi, Ines Permata Putri, Reza Pahlevi
Adisaputra, Liliany Inamtri Ludji, Gabriela Indria Putri Sabatera K.W., Yeni
Natalia Susanti, Isabela Anjani, Gissela Haryuningtiyas, Djanuar Davidzon Pah
yang telah berjuang bersama untuk bertukar pikiran dalam mengolah data dan
memberikan dukungan.
13. I Kadek Agus Riki Gunawan, yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan
doa kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Dukungan kalian berharga untuk penulis hingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran yang
membangun menjadi pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik. Semoga
skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan perhatian masyarakat terhadap kesehatan.
Yogyakarta, November 2013
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI………. v
PRAKATA………... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… ix
DAFTAR ISI……….. x
DAFTAR TABEL……….. xv
DAFTAR GAMBAR……….…… xvi
DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii
INTISARI……….. xix
xi
BAB I PENGANTAR……….... 1
A. Latar Belakang………... 1
1. Perumusan masalah……….. 4
2. Keaslian penelitian………... 4
3. Manfaat penelitian………... 7
B. Tujuan Penelitian……..………... 7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……… 8
A. Diabetes Melitus tipe 2……….. 8
B. Obesitas……….. 8
1. Obesitas sentral……… 9
2. Obesitas perifer……… 9
C. Antropometri………. 10
1. Lingkar pinggang……… 11
2. Rasio lingkar pinggang-panggul………. 12
D. Jaringan Adiposa, Obesitas dan Resistensi Insulin……….. 13
E. Kadar Glukosa Darah………... 15
F. RSUD Kabupaten Temanggung………... 16
G. Landasan Teori………. 17
H. Hipotesis……….. 18
xii
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……… 19
B. Variabel Penelitian……… 19
1. Variabel bebas………. 19
2. Variabel tergantung………... 19
3. Variabel pengacau……… 20
C. Definisi Operasional……….. 20
D. Responden Penelitian……….…………... 21
E. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 24
F. Ruang Lingkup Penelitian……….. 24
G. Teknik Pengambilan Sampel.……… 25
H. Instrument Penelitian………. 26
I. Tata Cara Penelitian………... 26
1. Observasi awal……….… 26
2. Permohonan ijin dan kerjasama………... 26
3. Pembuatan informed consent dan leaflet………. 27
4. Pencarian calon responden dan penawaran kerja sama kepada calon responden penlitian……….. 28
5. Validitas dan realibilitas instrumen penelitian…………. 29
6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri…….. 30
xiii
8. Pengolahan data………... 31
J. Teknik Analisis Data Statistik………... 31
K. Kesulitan Penelitian………... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………... 34
A. Karakteristik Responden………. 34
1. Usia……… 36
2. Lingkar pinggang……….. 36
3. Rasio lingkar pinggang-panggul……… 36
4. Kadar glukosa darah puasa………... 37
B. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria dengan Lingkar Pinggang ≤90 cm dan Lingkar Pinggang >90 cm………... 37
C. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Wanita dengan Lingkar Pinggang ≤80 cm dan Lingkar Pinggang >80 cm…... 39
D. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Pria dengan RLPP ≤0,90 dan RLPP >0,90…... 41
E. Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden Wanita dengan RLPP ≤0,85 dan RLPP >0,85... 42
xiv
Pinggang-Panggul Responden Pria dan Wanita terhadap
Kadar Glukosa Darah Puasa………... 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………... 53
A. Kesimpulan... . 53
B. Saran... 53
DAFTAR PUSTAKA……….. 55
LAMPIRAN……….... 61
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Perbedaan
Etnis………... 12
Tabel II. Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p,
dan Arah Korelasi... 32
Tabel III. Profil Karakteristik Responden Pria... 35
Tabel IV. Profil Karakteristik Responden Wanita... . 35
Tabel V. Uji Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa pada
Responden Pria berdasarkan Lingkar Pinggang... . 38
Tabel VI. Uji Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa pada
Responden Wanita berdasarkan Lingkar Pinggang.... 40
Tabel VII. Uji Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa pada
Responden Pria berdasarkan RLPP... 41
Tabel VIII. Uji Komparatif Kadar Glukosa Darah Puasa
pada Responden Wanita berdasarkan RLPP………. . 43 Tabel IX. Korelasi Lingkar Pinggang (cm) dan RLPP
terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden
Pria... 44
Tabel X. Korelasi Lingkar Pinggang (cm) dan RLPP
terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Responden
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengukuran Lingkar Pinggang ……….…... . 11 Gambar 2. Rasio Lingkar Pinggang –Panggul……... . 13 Gambar 3. Mekanisme Resistensi Insulin
oleh Asam Lemak... 14
Gambar 4. Skema Responden Penelitian... . 23
Gambar 5. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang (cm)
terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL)
pada Responden Pria... 45
Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada Responden Pria.. 46
Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang
terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) pada
Responden Wanita... 50
Gambar 8. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian………. 62
Lampiran 2. Ethical Clearance……….. . 63
Lampiran 3. Informed Consent... . 64
Lampiran 4. Panduan Wawancara... . 65
Lampiran 5. Leaflet... 66
A. Halaman depan... 66
B. Halaman belakang... . 67
Lampiran 6. Hasil Tes Laboratorium... . 68
Lampiran 7. Validasi Instrument Pengukuran... 69
Lampiran 8. Analisis Statistik... .. 70
A. Normalitas karakteristik umur, lingkar pinggang, RLPP, dan kadar glukosa darah puasa responden pria…………. 71
B. Normalitas karakteristik umur, lingkar pinggang, RLPP, dan kadar glukosa darah puasa responden wanita………. 74
C. Uji normalitas kadar glukosa darah puasa pada responden pria berdasarkan lingkar pinggang…………. . 79
D. Uji normalitas kadar glukosa darah puasa pada responden wanita berdasarkan lingkar pinggang……….. 80
xviii
F. Uji normalitas kadar glukosa darah puasa pada
responden wanita berdasarkan RLPP……… 84
G. Uji perbandingan rerata glukosa darah puasa
responden pria berdasarkan lingkar pinggang………….. 85 H. Uji perbandingan rerata glukosa darah puasa
responden wanita berdasarkan lingkar pinggang………. 86 I. Uji perbandingan rerata glukosa darah puasa
responden pria berdasarkan RLPP……… 87
J. Uji perbandingan rerata glukosa darah puasa responden
wanita berdasarkan RLPP……… 87
K. Uji korelasi lingkar pinggang dan RLPP terhadap kadar
glukosa darah puasa pada responden pria………. 88 L. Uji korelasi lingkar pinggang dan RLPP terhadap kadar
xix INTISARI
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan karena berkurangnya kualitas maupun sekresi insulin. Pada diabetes melitus tipe 2 terjadi gangguan metabolisme lipid yang menyebabkan peningkatan berat badan hingga obesitas. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan metode antropometri untuk menilai obesitas sentral. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada pria maupun wanita.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian adalah penyandang Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung dengan jumlah responden yaitu 39 responden pria dan 59 responden wanita, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, dan kadar glukosa darah puasa. Data dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov kemudian dilakukan uji hipotesis komparatif Mann-Whitney dan analisis korelasi Spearman
dengan taraf kepercayaan 95%.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan korelasi negatif tidak bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa (r=-0,186; p=0,256), serta rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa (r=-0,071; p=0,665) pada pria. Korelasi positif tidak bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah puasa (r=0,084; p=0,526), serta rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa (r=0,096; p=0,460) pada wanita.
xx ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by elevated levels of glucose in the blood due to reduced quality and insulin secretion. Diabetic mellitus type 2 on disruption of lipid metabolism causing weight gain to obesity. Waist circumference and waist hip ratio is an anthropometric method for assessing central obesity. The objective of this study is to determine the correlation between waist circumference and waist-hip ratio with fasting blood glucose levels in men and women.
This kind of research is an observational analytic using a cross-sectional design. This research respondens is diabetes mellitus type 2 individuals in RSUD Kabupaten Temanggung with 39 male respondents and 59 female respondents which are chosen using a purposive sampling technique. Measurements were done through waist circumference, hip circumference, and triglyceride. The data was analyzed using a Kolmogorov-Smirnov normality test which then was tested by Mann-Whitney comparative hypothesis and Spearman analysis correlation with 95% confidence intervals.
The conclusion shows that there were negative correlation between waist circumference on levels of fasting blood glucose (r=-0,186, p=0,256), and waist-to-hip circumference ratio on fasting blood glucose levels (r =-0,071, p = 0,665) in men. Positive correlation between waist circumference on fasting blood glucose levels (r =0,084, p = 0,526), and waist-to-hip circumference ratio on fasting blood glucose levels (r = 0,096, p = 0,460) in women. There were insignificant and very weak correlations in this study.
1
dunia. Setiap tahunnya terdapat 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh
diabetes melitus. Menurut Munadi dan Ardinata (2008), prevalensi diabetes
melitus di dunia diperkirakan akan mengalami peningkatan dalam kurun waktu 24
tahun kedepan (1996-2020) hingga mencapai 150 juta. Penyandang diabetes
melitus di Indonesia secara epidemiologi diperkirakan prevalensinya pada tahun
2030 akan mencapai 21,3 juta orang. Indonesia merupakan negara urutan keempat
dengan jumlah perkiraan penderita DM di dunia (Wild, Roglic, Green, Scicree
and King, 2004). Data dari dinas kesehatan Jawa Tengah menunjukkan bahwa, dari tahun 2007-2009 DM tipe 2 menempati urutan kedua dari lima besar penyakit
tidak menular di Jawa Tengah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009).
Menurut Tjekyan (2007), di Kotamadya Palembang penyakit diabetes
melitus tipe 2 menyerang pada usia diatas 40 tahun dengan komplikasi serius.
Penelitian yang dilakukan Trisnawati dan Setyorogo (2013) di puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat, menyatakan peningkatan risiko diabetes
terjadi seiring dengan bertambahnya umur khususnya pada usia >40 tahun.
mata, gangguan fungsi hati, luka yang lama sembuh yang dapat mengakibatkan
infeksi sehingga akhirnya harus diamputasi. Diabetes melitus merupakan penyakit
kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2011). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
deteksi dini pada DM adalah antropometri (Cogill, 2003).
Antropometri adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk
memprediksi kesehatan individu. Metode antropometri banyak digunakan karena
biayanya yang terjangkau serta non-invasif yang dapat digunakan untuk menggambarkan status gizi secara umum dari suatu individu maupun populasi
(Cogill, 2003). Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul
merupakan salah satu pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur
obesitas sentral serta sindrom metabolik. Pengukuran lingkar pinggang dan rasio
lingkar pinggang-panggul lebih sering digunakan karena mempunyai ketepatan
pengukuran yang cukup tinggi dibandingkan Body Mass Index (BMI) (WHO,
2008).
Menurut Lipoeto, Yerizel, Edward dan Widuri (2007), nilai antropometri
seperti nilai Indeks Masa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang (LP), dan Rasio
Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) mempunyai hubungan erat dengan kadar gula
darah. Pengukuran LP dan RLPP merupakan pengukuran antropometri yang
paling sering digunakan untuk menilai obesitas sentral yang berkaitan dengan
komplikasi metabolik (Khairani, 2007). Kriteria lingkar pinggang kaum Asia
untuk pria adalah >90 cm dan untuk wanita >80 cm dapat meningkatkan risiko
Menurut Lipoeto, dkk., (2007), nilai antropometri lingkar pinggang (LP) dan rasio
lingkar pinggang panggul (RLPP) menggambarkan distribusi lemak di daerah
abdomen.
Dari hasil penelitian Jalal, dkk., (2006), ditemukannya korelasi positif
antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa plasma kadar trigliserida dan
tekanan darah. Hal ini juga didukung oleh penelitian Pongsatha, Morakot,
Sangchun dan Chaovisitsare (2012) di Thailand pada wanita menopause yang
menyatakan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan
dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Temanggung yang digunakan sebagai model penelitian. Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Temanggung merupakan rumah sakit tipe B dan
sebagai rumah sakit rujukan bagi masyarakat di kabupaten Temanggung.
Prevalensi diabetes melitus di RSUD Kabupaten Temanggung 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan dan menduduki urutan ketiga sebagai penyakit dengan
prevalensi terbanyak.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada
penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi dan membantu penyandang DM tipe
2 untuk tetap menjaga serta mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi agar
kadar glukosa darah tetap terkontrol dan dapat menurunkan risiko terjadinya
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian yang telah tercantum dalam latar belakang diatas,
maka permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa pada penyandang DM tipe2 di RSUD
Kabupaten Temanggung?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, beberapa
penelitian yang telah dilaksanakan terkait dengan korelasi antara lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa antara
lain:
a. Hubungan antara Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah
(Lipoeto, dkk., 2007). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman
dengan jumlah responden sebanyak 70 orang penduduk dewasa yang berusia di
atas 20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penderita obesitas
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) (lebih dari 25 kg/m2) sebanyak 34,3%,
lingkar pinggang (LP) berjumlah 38,6% dan rasio lingkar pinggang panggul
(RLPP) berjumlah 24,4%. Hasil analisa korelasi didapatkan nilai korelasi (r) kadar
glukosa darah dengan LP sebesar 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP adalah sebesar
0,186 (p>0,05).
subset database Riskesdas tahun 2007. Hasil penelitian menyatakan obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang lebih berperan sebagai faktor risiko diabetes
mellitus dibandingkan obesitas umum berdasarkan BMI.
c. Waist Circumference and Waist-hip Ratio as predictors of Type 2 Diabetes Mellitus in the Nepalese Population of Kavre District ( Shah, Bhandary, Malik, Risal dan Koju, 2009). Penelitian dilakukan di Nepal yaitu di daerah
Kavre, dengan jumlah responden 65 orang penderita diabetes tipe 2 dan 35 orang
non-diabetik, dengan rata-rata usia diatas 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
WC dari subjek wanita penderita diabetes 82,89 ± 29,68 cm lebih tinggi daripada
wanita non-diabetik (76,95 ± 22,44 cm) namun hasilnya tidak signifikan (p>0,05).
Sedangkan pada pria diabetik memiliki WC 87,11 ± 22,30 cm dan non-diabetik
sebesar 77,53 ± 11,80 cm dan hasilnya sangat signifikan.
d. Waist Circumference, Waist-hip Ratio and Body Mass Index and Their Correlation with Cardiovascular Disease Risk Factors in Australian Adults
(Dalton, dkk., 2003). Desain penelitian adalah survey cross-sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 11.427 orang Australia dengan umur ≥25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang positif yang bermakna antara WC dengan
Fasting Blood Glucose (r = 0,248) dan WHR dengan Fasting Blood Glucose ( r =0,240) pada pria dengan nilai p < 0,001.
e. Incidence of Type 2 Diabetes in Individuals with Central Obesity in Rural Japanese Population (Ohnishi, et al., 2006). Penelitian ini dilakukan dengan populasi dalam penelitian ini sebanyak 348 pria dan 523 wanita
bahwa risiko diabetes melitus tipe dua secara signifikan lebih tinggi di dalam
kelompok obesitas sentral dibanding di dalam kelompok normal (15,6% vs 5,8%; p<0,0001).
f. Comparison Of Body Mass Index and Waist Circumference In Predicting Incident Diabetes (Humayun, Anjum, Shah, Arbab, dan Sher, 2010). Penelitian dilakukan di Khyber Medical College, Peshawar dengan jumlah responden 475 pria dan wanita dewasa, dan dikategorikan berdasarkan BMI.
Hasilnya menyatakan bahwa ada hubungan antara BMI dan Lingkar Pinggang
terhadap diabetes mellitus. Uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan 2 sisi signifikansi diabetesmelitus dengan WC yaitu 0,016 dan BMI
0,082. Pada hasil menunjukkan kecenderungan diabetes lebih tinggi pada pria
yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 40 inci (100 cm) dan untuk wanita
dengan lingkar pinggang lebih besardari 35 inci (87,5 cm) yang juga ditunjukkan
dengan BMI yang lebih besar.
g. Waist Circumference, Body Mass Index, Hip Circumference and Waist-To-Hip Ratio in type 2 diabetes patients in Gorgan, Iran (Marjani, dan Abdoljalal 2011). Penelitian ini melibatkan 200 pasien diabetes melitus tipe 2 di Iran, yang
terdiri dari 122 wanita dan 78 pria. Hasil menunjukkan korelasi positif antara
lingkar pinggang pada pasien diabetes wanita (r = 0,449, p < 0,05) dan korelasi
positifserta signifikan antara rasio lingkar pinggang-panggul pada pasien diabetes
wanitadan pria (r= 0,280, p<0,05).
merupakan penelitian cross sectional yang dilaksanakan di Thailand dengan subjek 400 wanita sehat menopause. Hasil menunjukkan korelasi positif WC dan
WHR dengan FBG (p <0,05).
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, belum terdapat
penelitian yang meneliti mengenai korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul
terhadap kadar glukosa darah puasa pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Kabupaten Temanggung.
b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran awal kadar glukosa darah puasa pada penyandang diabetes melitus tipe
2.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah pada
8 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya kualitas insulin, sekresi insulin ataupun keduanya (Munadi dan
Ardinata, 2008). Diabetes melitus tipe 2 umumnya bersifat asimptomatik. Pada
diabetes melitus tipe 2 juga terjadi gangguan metabolisme lipid yang
menyebabkan peningkatan berat badan hingga obesitas (Kurniawan, 2010).
Terjadinya diabetes melitus terkait pada tiga kelainan yaitu (1) terjadi
resistensi insulin di jaringan perifer terutama pada otot, liver dan lemak, (2)
adanya kelainan pada sekresi insulin terutama dalam merespon rangsangan
glukosa dan (3) meningkatnya produksi glukosa oleh liver (Sargowo dan
Andarini, 2011). Diabetes melitus juga dapat terjadi akibat kerja glukagon yang
abnormal serta terjadinya defisiensi kerja insulin. Gangguan metabolik ini terjadi
akibat dari derajat penurunan kerja insulin. Ketidak seimbangan kerja glukagon
dan insulin atau rasio glukagon-insulin yang tinggi mengakibatkan terjadinya
kondisi yang tidak dapat mempertahankan homeostatis dari bahan bakar normal
pada tubuh ( Munadi dan Ardinata, 2008).
B. Obesitas
Obesitas merupakan keadaan yang disebabkan adanya kelebihan lemak
tempat–tempat tertentu misalnya pada daerah perut (Jalal, dkk., 2006). Menurut Haris dan Tambunan (2009), obesitas terjadi karena ketidak seimbangan antara
asupan gizi dan luaran energi. Karena asupan energi yang tinggi serta luaran
energi yang rendah maka kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Obesitas dapat diukur oleh indeks yang disebut indeks masa tubuh (IMT)
atau Body mass index (BMI). Seseorang dikatakan obesitas apabila BMInya lebih besar atau sama dengan 30 (WHO, 2008). Obesitas terbagi menjadi dua tipe yaitu:
1. Obesitas sentral
Obesitas sentral disebut juga obesitas tipe buah apel (Retnaningsih,
2010). Pada obesitas sentral terjadi penumpukan lemak yang berlebih di daerah
perut yang disebut sebagai lemak viseral atau sering disebut dengan penumpukan
lemak di daerah abdominal. Penumpukan lemak di dareah abdominal berisiko
mengalami sindroma metabolik (Haris dan Tambunan, 2009). Obesitas sentral
berhubungan dengan faktor resiko yang disebabkan oleh obesitas yaitu hipertensi,
penyakit jantung koroner dan diabetes melitus (Janghorbani, et al., 2008). 2. Obesitas perifer
Obesitas perifer sering disebut obesitas general atau obesitas tipe buah
pear. Pada obesitas perifer terjadi penumpukan lemak yang menumpuk pada
pinggul dan paha atau disebut daerah gluteo-femoral . Penumpukan jaringan lemak pada daerah abdominal maupun viseral berkaitan erat dengan risiko
terjadinya sindroma metabolik dan penyakit kardiovaskular (Retnaningsih, 2010).
Sebagian kasus obesitas dilaporkan berkaitan dengan resistensi leptin.
Leptin menekan nafsu makan sehingga menurunkan konsumsi makanan dan
mendorong penurunan berat badan. Pada orang yang mengalami obesitas, pusat
pusat di hipotalamus yang berperan dalam homestatis energi “disetel lebih tinggi”. Defek reseptor leptin yang tidak berespon terhadap tingginya kadar leptin di darah
yang berasal dari jaringan lemak yang banyak. Karena itu otak tidak mendeksi
leptin sebagai sinyal untuk menurunkan nafsu makan. Hal ini yang menyebabkan
orang dengan kelebihan berat badan cenderung mempertahankan berat badannya
tetapi dengan tingkat yang lebih tinggi daripada orang normal (Sherwood, 2007).
C. Antropometri
Antropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu “antropo” dan “metron”.
Antropo artinya manusia dan metron yang berarti pengukuran. Pengukuran
antropometri mencangkup bermacam-macam pengukuran pada tubuh manusia
diantaranya berat badan, tinggi badan pada saat berdiri (stature), skinfold thickness, lingkar pinggang, lingkar kepala, recumbent length, lebar bahu dan lebar pergelangan (National Health and Nutrition Examination Survey, 2007).
Antropometri biasanya digunakan sebagai indikator kesehatan serta
status gizi seseorang (Dioum, Gartner, Bernard, Delpeuch and Wade, 2005). Menurut International Diabetes Federation (2006), akumulasi lemak pada obesitas sentral dapat digambarkan dengan lingkar pinggang (LP) dan rasio
lingkar pinggang-panggul (RLPP).
Distribusi lemak dalam tubuh dapat diukur menggunakan antropometrik,
pinggang-panggul. Penumpukan lemak pada daerah abdomen dapat digambarkan
dengan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul (Siani, et al., 2002). Peningkatan lingkar pinggang menggambarkan terjadinya peningkatan masa
lemak tubuh total dan lemak viseral, sedangkan peningkatan lingkar panggul
berhubungan dengan pengurangan lemak viseral dan menggambarkan terjadinya
peningkatan lemak subkutan di daerah panggul (Seidell, Perusse, Depes, dan
Bouchard, 2001).
1. Lingkar pinggang
Pengukuran lingkar pinggang merupakan salah satu pengukuran
antropometri yang biasanya digunakan sebagai indikator untuk menentukan
diabetes. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara tulang
rusuk terbawah dan tepi atas tulang panggul dengan posisi subjek berdiri dengan
kaki rapat, lengan rapat pada kedua sisi tubuh, menggunakan pakaian yang tipis
serta dalam kondisi akhir ekspirasi normal, seperti pada gambar 1 (WHO, 2008).
Peningkatan ukuran lingkar pinggang merupakan faktor risiko sindroma
metabolik (National Obesity Forum, 2006). Menurut International Diabetes Federation (2006), pengukuran lingkar pinggang dapat mengukur obesitas sentral dengan menggunakan guideline seperti pada tabel I yang dibedakan berdasarkan etnis dan jenis kelamin.
Tabel I. Kriteria lingkar Pinggang berdasarkan Perbedaan Etnis oleh International Diabetes Federation, 2006.
2. Rasio lingkar pinggang-panggul
Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) merupakan salah satu
pengukuran antropometri yang dapat menggambarkan obesitas sentral pada
individu, apabila perbandingan antara lingkar pinggang dan panggul semakin
besar maka semakin besar pula lemak abdominal pada individu tersebut
(International Chair on Cardiometabolic Risk, 2011). Pada pengukuran lingkar pinggang-panggul diukur dari titik tengah antara batas bawah tulang rusuk yang
dapat teraba dan pada bagian atas dari tulang panggul. Lingkar panggul
merupakan daerah atau diameter terbesar dari tubuh yang terletak di bawah
pinggang. Rasio lingkar pinggang-panggul dihitung dari lingkar pinggang (cm)
(2008), kriteria diagnosis sindrom metabolik dengan nilai rasio lingkar pinggang
panggul > 0,90 untuk pria dan > 0,85 untuk wanita.
Gambar 2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (Rodrigues, 2011)
Penelitian Odenigbo, Odennigbo, Oguejiotor, dan Adogu (2011)
menyatakan bahwa, pengukuran lingkar pinggang lebih kuat dalm memprediksi
obesitas pada wanita dibandingkan pada pria. Populasi Asia memiliki jaringan
adiposa viseral yang lebih banyak dibandingkan dengan populasi Eropa ( Lear,
Humphries, Kohli, Chockalingam, Frohlich dan Birmingham, 2007).
D. Jaringan Adiposa, Obesitas dan Resistensi Insulin
Jaringan adiposa merupakan suatu organ endokrin yang paling peka
terhadap kerja dari insulin. Jaringan adiposa mensekresikan adipositokin yang
salah satu perannya adalah dalam patogenesis insulin (Windutama, Adam dan
Adam, 2009). Rendahnya aktivitas insulin dapat menyebabkan terjadinya
penekanan pada lipolisis dan peningkatan penyimpanan lemak. Adiposit
organ terbesar pada tubuh manusia. Hal ini menyebabkan jumlah keseluruhan
adipositokin berdampak pada fungsi tubuh. Pembesaran ukuran dari adiposit
menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan aktivitas dari lipolitik yang berperan
dalam pelepasan asam lemak bebas melalui sirkulasi portal yang menuju ke hati
(Setiawan, 2009).
Resistensi insulin disebut juga gangguan sekresi insulin pada sel β yang merupakan kelainan primer pada diabetes melitus tipe 2. Resistensi insulin
merupakan kondisi terjadinya kegagalan organ target yang secara normal
merespon aktivitas dari hormon insulin lemak dilihat pada gambar 3 (Savage,
Petersen and Shulman, 2005). Resistensi insulin terkait obesitas adalah risiko utama dari diabetes melitus tipe 2. Karakteristik dari terjadinya resistensi ini
adalah berkurangnya kemampuan dari insulin untuk menghambat pengeluaran
glukosa dari hati serta menurunnya kemampuan insulin dalam pengambilan
glukosa pada lemak dan otot (Park, et al., 2006).
Mekanisme resistensi insulin terkait obesitas disebabkan karena
peningkatan produksi asam lemak bebas yang terakumulasi di jaringan
(Sulistyoningrum, 2010). Grundy (2004) menyatakan, adanya asam lemak bebas
yang terakumulasi pada jaringan dan otot dapat menyebabkan tubuh lebih banyak
menggunakan asam lemak bebas tersebut sebagai sumber energi dan dapat
menghambat oksidasi glukosa. Adiposit mengeluarkan beberapa hormon, secara
kolektif dinamai adipokin yang berperan penting dalam keseimbangan energi dan
metabolisme (Sherwood, 2007). Hormon adipokin meliputi leptin, adiponektin,
resistin, TNF-α, interleukin-6, steroid dan prostaglandin. Resistin dapat menyebabkan resistensi insulin di lemak otot dan faktor nekrosis tumor (TNF)
juga dapat menyebabkan terjdinya resistensi insulin dengan merangsang dan
mengaktifkan fosforilasi protein penghambat reseptor insulin (Eid, 2011).
E. Kadar Glukosa Darah
Glukosa darah puasa merupakan kadar glukosa pada darah setelah puasa
lebih kurang 8-10 jam sebelum dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah tetapi
diperbolehkan untuk minum air putih (Departemen Kesehatan, 2008). Hannon,
Rao dan Arslanian (2005) menyatakan, kadar glukosa puasa pada orang normal
adalah <100 mg/dL, sedangkan seseorang dengan kadar glukosa puasa 100 dan
125 mg/dL dikatakan menderita glukosa puasa terganggu. Seseorang dengan
F. RSUD Kabupaten Temanggung
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung terletak di Jalan
Dr. Sutomo no 67 Temanggung, Jawa Tengah. RSUD Kabupen Temanggung ini
merupakan rumah sakit tipe B. Perizinan Rumah Sakit tipe B yaitu mendapatkan
Izin Mendirikan dan Izin Operasional yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi setelah mendapat rekomendasi dari pejabat berwenang di bidang
kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Rumah Sakit Umum tipe B adalah
rumah sakit yang dapat menjadi rumah sakit pendidikan apabilah telah memenuhi
persyaratan dan standar yang telah ditetapkan (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010).
Rumah Sakit Umum diklasifikasikan berdasarkan perbedaan
kemampuan pelayanan kesehatan, ketenagaan atau sumber daya manusia, fisik
serta peralatan yang dapat disediakan dan berpengaruh terhadap beban kerja.
Rumah Sakit Umum dapat diklasifikasikan menjadi rumah sakit kelas A, B, C dan
D. Rumah sakit tipe B merupakan rumah sakit dengan fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang
medik, 8 spesialis lainnya dan 2 subspesialis dasar (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010).
Data rekam medik di RSUD Kabupaten Temanggung menunjukkan dari
tahun 2010-2013 tercatat sebanyak 6319 pasien menderita DM tipe 2. Jumlah
penyandang diabetes melitus tipe2 selalu melangami peningkatan tiap tahunnya.
Pada tahun 2013, di bulan Januari terdapat 95 orang, di bulan Februari sebanyak
RSUD Kabupaten Temanggung menduduki peringkat ketiga, sebagai penyakit
tidak menular yang banyak terjadi (Pemerintah Kabupaten Temanggung, 2012).
G. Landasan Teori
Diabetes melitus merupakan salah satu sindrom metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa pada darah. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya kualitas insulin (resistensi insulin), sekresi insulin ataupun
keduanya (Munadi dan Ardinata, 2008). Resistensi insulin adalah berkurangnya
kemampuan dari insulin untuk menghambat pengeluaran glukosa dari hati serta
menurunnya kemampuan insulin dalam pengambilan glukosa pada lemak dan otot
(Park, et al., 2006).
Orang dengan diabetes melitus tipe 2 cenderung mengalami obesitas
sentral. Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak berlebih pada daerah
perut sebagai lemak viseral yang biasanya disebut penumpukan lemak di daerah
abdominal. Penumpukan lemak di daerah abdomen berisiko mengalami sindrom
metabolik salah satunya diabetes melitus (Haris dan Tambunan, 2009).
Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan
pengukuran antropometri sebagai indikator distribusi lemak pada daerah
abdomen, yang dapat mengetahui obesitas sentral (WHO, 2008). Menurut IDF
(2006), risiko dapat meningkat pada lingkar pinggang ≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita. Menurut WHO (2008), peningkatan risiko terjadi pada rasio
Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2006, peningkatan kadar glukosa plasma (Fasting Plasma Glucose ≥ 100 mg/dL)
merupakan salah satu faktor seseorang dikatakan mengalami sindroma metabolik.
Glukosa darah puasa merupakan kadar glukosa pada darah setelah puasa lebih
kurang 8-10 jam sebelum dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah tetapi
diperbolehkan untuk minum air putih (Departemen Kesehatan, 2008).
H. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif bermakna
antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar
19 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional analitik merupakan penelitian yang mencoba untuk menggali bagaimana dan
mengapa suatu fenomena kesehatan itu dapat terjadi. Kemudian dilakukan analisis
dinamika korelasi antar suatu fenomena. Pada rancangan penelitian cross sectional dilakukan analisis korelasi antara faktor efek dan faktor risiko. Faktor risiko merupakan suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek atau
pengaruh, sedangkan faktor efek merupakan suatu akibat yang disebabkan karena
adanya faktor risiko (Notoatmojo, 2005).
Analisis korelasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah lingkar
pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) sebagai faktor risiko
terhadap kadar glukosa darah puasa sebagai faktor efek. Data penelitian yang
diperoleh, diolah dengan statistika untuk mengetahui korelasi dari faktor risiko
dan faktor efek.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Ukuran lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar pinggang-panggul
2. Variabel tergantung
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali: usia dan kondisi puasa responden
sebelum pengambilan data
b. Variabel pengacau tak terkendali: aktifitas, gaya hidup, pola makan,
kondisi patologis, dan obat-obatan yang dikonsumsi responden
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini.
2. Karakteristik penelitian meliputi demografi (usia), pengukuran antropometri
(pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul) dan hasil
pemeriksaan yang didapat dari Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung
(kadar glukosa darah puasa).
3. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dengan pita pengukur yang
dilingkarkan pada titik tengah antara tulang rusuk terbawah dan tepi atas tulang
panggung (WHO, 2008). Lingkar pinggang dinyatakan dalam satuan sentimeter
(cm).
4. Pengukuran lingkar panggul dilakukan menggunakan pita pengukur yang
diposisikan pada lingkar terlebar dari panggul (WHO, 2008). Lingkar panggul
dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm)
5. Persyaratan teknis pada saat pengukuran yaitu, responden berdiri dengan kaki
rapat, lengan pada kedua sisi tubuh, dan dalam kondisi akhir ekspirasi normal.
Pita pengukur pada posisi horizontal, sejajar dengan lantai dan tidak menekan
6. Rasio lingkar pinggang-panggul diperoleh dengan menghitung perbandingan
antara lingkar pinggang dengan lingkar panggul (WHO, 2008).
7. Kadar glukosa darah puasa diukur di laboratorium RSUD Kabupten
Temanggung dengan kondisi responden puasa 8-10 jam sebelum dilakukan
pengambilan darah. Kadar glukosa dinyatakan dalam satuan mg/dL.
8. Kriteria lingkar pinggang menggunakan standar International Diabetes Federation (IDF) tahun 2006 bagi populasi di Asia Selatan.
9. Kriteria lingkar pinggang-panggul menggunakan standar WHO tahun 2008
bagi populasi Asia.
10.Standar kadar glukosa darah puasa menggunakan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2006.
D. Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah penyadang diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Kabupaten Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu penyandang DM tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung pada pria dan wanita dengan usia lebih dari 40 tahun,
bersedia berpuasa 8-10 jam sebelum pengambilan data dan menandatangani
informed consent.
Kriteria eksklusi yaitu penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung dengan penyakit penyerta seperti stroke, gangren, gagal ginjal dan penyakit jantung koroner pada saat pemeriksaan, serta tidak hadir saat
pengambilan data serta responden dengan data yang tidak lengkap. Jumlah
pria 39 orang dan responden wanita 59 orang. Jumlah minimum sampel untuk
penelitian korelasi sebesar 30 subyek (Spigel dan Stephens, 2007).
Pengambilan data dilakukan selama 6 minggu dan dilaksanakan di
RSUD Kabupaten Temanggung. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 18
Agustus sampai tanggal 28 September 2013. Jumlah responden yang hadir pada
minggu pertama adalah 16 orang responden yang terdiri dari 8 orang responden
pria dan 8 orang responden wanita. Pada minggu kedua jumlah responden yang
hadir sebanyak 10 orang responden dengan jumlah responden pria sebanyak 8
orang dan responden wanita sebnayak 2 orang. Jumlah responden yang hadir pada
minggu ketiga adalah 16 orang responden yang terdiri dari 8 orang responden
pria dan 8 orang responden wanita. Jumlah responden yang hadir pada minggu
keempat adalah 14 orang responden yang terdiri dari 5 orang responden pria dan 9
orang responden wanita. Jumlah responden yang hadir pada minggu kelima adalah
15 orang responden yang terdiri dari 6 orang responden pria dan 9 orang
responden wanita. Jumlah responden yang hadir pada minggu keenam adalah 35
orang responden yang terdiri dari 10 orang responden pria dan 25 orang
responden wanita.
Jumlah keseluruhan responden pada penelitian ini adalah 106 responden.
Dari 106 responden tersebut dilakukan eksklusi sebanyak 8 responden karena
ketidakhadiran responden dan ketidaklengkapan data hasil uji laboratorium yang
digunakan pada penelitian ini yaitu kaar glukosa darah puasa (data miss). Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 98 responden, terdiri dari
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung yang berlokasi
di Jalan Dr. Sutomo No 67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Agustus-September 2013.
F. Ruang Lingkup Penelitan
Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri
terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah pada
Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung” yang telah mendapat
izin dari Komisi Etik Kedokteran. Penelitian payung ini bertujuan untuk mengkaji
korelasi antara pengukuran antropometri terhadap profil lipid, kadar glukosa
darah puasa, dan tekanan darah. Penelitian dilakukan berkelompok dengan
anggota sebanyak 14 orang anggota dengan kajian penelitian yang berbeda.
Penulis mengkaji korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul
terhadap kadar glukosa darah puasa. Kajian yang diteliti dalam payung ini adalah :
a. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Kadar Trigliserida b. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL
c. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Rasio Kadar HDL/LDL
e. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida
f. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL
g. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar HDL/LDL
h. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Tekanan Darah i. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
j. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Kadar Trigliserida
k. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL
l. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio HDL/LDL
m.Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap
Tekanan Darah
n. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap
Kadar Glukosa Darah Puasa
G. Teknik Pengambilan Sampel
purposive sampling, responden dipilih berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti yaitu responden tersebut dapat memberikan informasi yang sesuai dengan
tujuan dari penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2010). Pertimbangan tersebut
dibuat oleh peneliti berdasarkan karakteristik dari populasi yang telah diketahui
sebelumnya.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita pengukur
berupa meteran Butterfly®, yang digunakan untuk mengukur lingkar pinggang dan panggul responden. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa responden
dilakukan oleh Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung menggunakan
Sysmex Chemix-180 (Jepang), seri : 5830-0605.
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah
penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung serta lokasi
di rumah sakit yang tepat untuk melakukan wawancara, pengisian informed consent dan pengukuran antropometri pada responden saat dilakukan pegambilan data.
2. Permohonan izin dan kerjasama
Permohonan izin ditujukan kepada Bagian Penelitian dan Pengembangan
kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearence. Permohonan ijin ini dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan
sampel darah manusia serta hasil penelitian dapat dipublikasikan. Permohonan
kerjasama diajukan kepada Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung yang
mengambil dan mengolah darah responden. Kemudian dilakukan penawaran
kerjasama dengan responden yang bersedia mengikuti penelitian dan bersedia
menandatangani informed consent.
3. Pembuatan informed consent dan leaflet
a. Informed consent. Penggunaan informed consent diajukan sebagai pernyataan tertulis yang menyatakan kesediaan responden dalam
penelitian. Informed consent yang digunakan dalam penelitin ini harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Yogyakarta. Pada informed consent, responden yang bersedia mengikuti penelitian diminta untuk mengisi data seperti nama, dan alamat kemudian
menandatangani informed consent, setelah diberi penjelasan oleh peneliti terkait penelitian yang akan dilakukan.
b. Leaflet. Penggunaan leaflet ditujukan untuk memberi informasi kepada responden mengenai gambaran umum penjelasan tentang penelitian.
Leaflet yang diberikan berbentuk selebaran kertas berukuran A4. Judul
leaflet yang diberikan kepada responden adalah “Korelasi Pengukuran
Tekanan Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung”. Isi leaflet meliputi penjelasan singkat mengenai pentingnya
pengukuran antropometri (BMI, skinfold thickness, lingkar pinggang dan lingkar panggul) dan pemeriksaan laboratorium yaitu profil lipid, kadar
glukosa darah puasa, dan tekanan darah sebagai suatu metode deteksi dini
berbagai masalah kesehatan khususnya mengenai komplikasi DM tipe 2.
4. Pencarian calon responden dan penawaran kerjasama kepada calon responden penelitian
Sebelum dilakukannya pencarian calon responden, peneliti mengurus
perijinan di Litbang RSUD Kabupaten Temanggung. Pencarian calon responden
dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan menunggu penyandang diabetes
melitus tipe 2 yang melakukan chek-up di RSUD Kabupaten Temanggung. Calon responden yang dipilih adalah calon responden yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi peneliti. Apabila calon responden tersebut tidak berpuasa
maka peneliti meminta calon responden tersebut untuk berpuasa terlebih dahulu
(8-10 jam) dan jika calon responden tersebut berkenan calon responden tersebut
diminta datang kembali ke RSUD Kabupaten Temanggung. Selain itu peneliti juga membuat undangan permohonan yang ditujukan kepada penandang DM tipe2
untuk datang ke RSUD Kabupaten Temanggung. Undangan tersebut peneliti
sebarkan kepada penyandang DM tipe 2 di Puskesmas serta Dinas Kesehatan di
Kabupaten Temanggung. Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti
memberikan penjelasan terkait dilakukannya penelitian kepada calon responden.
penelitian, informasi terkait pengukuran antropometri dan manfaatnya, serta
kaitannya dengan kadar glukosa darah puasa, tekanan darah dan profil lipid. Hal
ini diharapkan dapat mendorong calon responden untuk ikut terlibat dalam
penelitian ini. Media sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah leaflet yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri Terhadap Profil Lipid, Kadar
Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung” yang berisi informasi tentang pengukuran antropometri
serta manfaatnya untuk mengetahui distribusi lemak di dalam tubuh, dan berisi
informasi tentang pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui profil
kesehatan. Informasi yang terdapat di dalam leaflet ini disusun secara singkat serta dilengkapi gambar dan ilustrasi sehingga mudah untuk dipahami. Apabila
calon responden bersedia untuk mengikuti penelitian ini, maka calon responden
diminta untuk mengisi dan menandatangani informed consent.
5. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian
Suatu instrument penelitian dikatakan valid apabila instrument tersebut
dapat mengukur variabel yang seharusnya (yang diinginkan oleh peneliti).
Instrument penelitian yang reliabel adalah instrumen penelitian yang
menghasilkan data yang sama ketika digunakan beberapa kali untuk menukur
objek yang sama dalam suatu waktu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2008). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah pita pengukur yang
telah tervalidasi. Validasi dan uji realiabilitas instrumen penelitian dilakukan
dengan mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul satu individu sebanyak
(coefficient of variation) yang diperoleh untuk pengukuran pria adalah 0,065 % untuk lingkar pinggang dan 0,453% untuk rasio lingkar pinggang panggul.
Sedangkan pada pengukuran wanita CV yang diperoleh sebesar 0,069 % untuk
pengukuran lingkar pinggang dan 0,603% untuk pengukuran rasio lingkar
pinggang-panggul. Instrumen penelitian dikatakan reliabel dan mempunyai presisi
yang baik bila nilai CV ≤ 5% (Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011).
6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri
Pengambilan darah responden yang telah menandatangani informed consent dan telah berpuasa 8-10 jam sebelum dilakukannya pengambilan darah serta tidak sakit pada saat pengambilan data. Pengambilan darah dilakukan oleh
Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung. Pengukuran antropometri dilakukan
langsung oleh peneliti yang meliputi pengukuran lingkar pinggang dan lingkar
panggul. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dalam posisi berdiri dan diukur
menggunakan pita pengukur yang diletakan pada titik tengah antara tulang rusuk
terbawah dan tepi atas tulang panggul. Pengukuran lingkar panggul dilakukan
dalam posisi berdiri dan diukur menggunakan pita pengukur yang diposisikan pada
lingkar terbesar dari panggul. Pada saat dilakukannya pengukuran lingkar pinggang
dan lingkar panggul, responden berdiri dengan posisi kaki yang rapat, lengan pada
kedua posisi tubuh, menggunakan pakaian yang tipis dan dalam kondisi akhir
ekspirasi normal. Pita pengukur pada posisi horizontal, sejajar dengan lantai dan
7. Pembagian hasil pemeriksaan darah dan pengukuran antropometri
Hasil pemeriksaan darah dan pengukuran antropometri dibagikan secara
langsung oleh peneliti kepada masing-masing responen. Hasil pemeriksaan
dimasukkan dalam amplop dan peneliti memberikan penjelasan secara langsung
kepada responden agar responden dapat memahami hasil pemeriksaan darah dan
antropometri.
8. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan mengelompokkan data sejenis,
yaitu menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori dan
kemudian dilakukan intepretasi data. Cara pengolahan data dilakukan secara
statistik.
J. Teknik Analisis Data Statistik
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan taraf kepercayaan
95%. Langkah awal yang dilakukan adalah menguji normalitas data dengan uji
Kolmogorov-Smirnov tujuannya untuk mengetahui apakah suatu data tersebut terdistribusi normal. Suatu data dikatakan normal apabila nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0,05. Setelah mengetahui distribusi data, dilakukan uji hipotesis
komparatif antara kedua kelompok data dan uji korelasi.
Dilakukan uji hipotesis komparatif antara rerata kadar glukosa darah
puasa pada wanita dengan kelompok lingkar pinggang ≤ 80 cm dan > 80 cm, pada pria dengan kelompok lingkar pinggang ≤ 90 cm dan > 90 cm serta pada wanita dengan kelompok RLPP ≤ 0,85 dan > 0,85 serta pada pria kelompok
berpasangan, sedangkan jika data terdistribusi tidak normal maka dilakukan uji
Mann-Whitney. Dikatakan terdapat perbedaan bermakna antara dua kelompok data jika nilai p ˂ 0,05 (Dahlan, 2012).
Selanjutnya dilakukan uji korelasi data, pada penelitian ini data
terdistribusi tidak normal maka digunakan analis Spearman. Data dikatakan memiliki korelasi bermakna jika nilai p < 0,05 dan kekuatan korelasi dinyatakan
melalui koefisien korelasi (Dahlan, 2012).
Tabel II. Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ( Dahlan, 2012)
Kesulitan dalam penelitian ini adalah dalam pencarian responden untuk
ikut serta dalam penelitian dikarenakan beberapa hal, seperti tidak bersedia
mengikuti penelitian dan takut dengan jarum suntik, serta kesulitan dalam
memperoleh responden yang telah dalam kondisi berpuasa 8-10 jam pada saat
harus dieksklusi sehingga mengurangi jumlah data untuk diolah secara statistik
34 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Penyandang Diabetes
Melitus Tipe 2 Di RSUD Kabupaten Temanggung merupakan bagian dari
penelitian yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa dan Tekanan Darah pada Diabetes Melitus tipe
2 di RSUD Kabupaten Temanggung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap
kadar glukosa darah pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung.
A. Karaktestik Responden
Pada penelitian ini melibatkan penyandang diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Kabupaten Temanggung dengan jumlah responden 98 orang yang terbagi
menjadi 39 orang responden pria dan 59 orang responden wanita. Responden
dalam penelitian ini merupakan penyandang diabetes melitus tipe2 di RSUD
Kabupaten Temanggung yang telah memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi
penelitian. Karakteristik dari responden penelitian meliputi umur, lingkar
pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP), dan kadar glukosa darah
puasa. Sebelum dilakukannya uji hipotesis (statistik analitis) perlu dilakukan
analisis statistik deskriptif yang digunakan sebagai dasar bagi statistik analitis.
Dari statistik deskriptif dapat diketahui distribusi dari data yang
diperoleh. Distribusi dari data penelitian diuji secara analitis menggunakan uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov jika jumlah data (n) > 50, sedangkan jika jumlah data (n) < 50 digunakan uji Shapiro-Wilk (Dahlan, 2012). Pada penelitian ini responden pria sebanyak 39 orang oleh karena itu untuk mengetahui distribusi
data digunakan uji Shapiro-Wilk, sedangkan responden wanita dalam penelitian ini sebanyak 59 orang oleh karena itu digunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi datanya.
Tabel III. Profil Karakteristik Responden Pria
Karakteristik Pria (n= 39) p
P< 0,05 menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal
Tabel IV. Profil Karakteristik Responden Wanita
Karakteristik Wanita (n= 59) p
1. Usia
Usia responden dalam penelitian ini adalah > 40 tahun. Nilai rerata usia
responden pria adalah 60,5 tahun dengan SD ± 9,8. Nilai median usia pada
responden wanita adalah 58,0 dengan nilai minimum 44,0 dan maksimum 77,0.
Nilai signifikansi usia responden pria yang diperoleh adalah 0,492. Nilai
signifikansi pada responden wanita adalah 0,002. Menurut Dahlan (2012), suatu
data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai signifikansi (p) > 0,05. Dari nilai
signifikansi data responden pria menunjukkan data terdistribusi normal dan pada
wanita menunjukkan data terdistribusi tidak normal.
2. Lingkar pinggang
Pada responden pria, analisis statistik lingkar pinggang menunjukkan
nilai rerata 92,2 cm dengan nilai minimum 73,6 cm dan nilai maksimum 126,0
cm, sedangkan nilai rerata lingkar pinggang pada responden wanita adalah 93,4
cm dengan SD ± 10,5. Nilai signifkansi (p) lingkar pinggang pada responden pria
adalah 0,000 hal ini menunjukkan bahwa lingkar pinggang responden pria
terdistribusi tidak nomal. Nilai signifikansi (p) lingkar pinggang pada responden
wanita adalah 0,181 yang menunjukkan bahwa lingkar pinggang responden
wanita terdistribusi normal.
3. Rasio lingkar pinggang-panggul
Analisis statistik data rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) pada
responden pria memiliki rerata 0,9 cm dengan nilai minimum 0,8 cm dan nilai
maksimum 1,2 cm. Nilai rerata RLPP dari responden wanita adalah 0,9 cm