• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap rasio kadar LDL HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap rasio kadar LDL HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Isabela Anjani NIM : 108114164

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

The size of your success is measured by the strength of your

desire, the size of your dream, and how you handle

disappointment along the way. –

Robert Kiyosaki

Whatever you d

o, whether in word or deed, do it all in the name

of the

Lord Jesus, giving thanks to God the Father through Him.

(Colossians 3:17)

(5)

v

(6)

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

(7)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya yang tidak berkesudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL

pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung” dan memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala bimbingan dan motivasi bagi penulis. Terima kasih atas kesabaran dan waktu yang telah disediakan untuk membimbing dan mendampingi penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. Dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji. Terima kasih atas bimbingan dan masukan yang membangun untuk penyusunan skripsi ini.

(8)

viii

4. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung beserta seluruh dokter, perawat, dan staf yang telah bersedia bekerja sama dan banyak membantu selama pengambilan data untuk skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan. 6. Papa (Drs. Oktavianus Zainuddin Mulyoputro, B.E., S.E.) dan Mama (Dra.

Maria Indang Susilawati) atas seluruh dukungan, baik moril maupun materiil, doa, motivasi, dan kasih sayang selama ini, hingga proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

7. Kakak (Theodorus Yoga Mahendraputra, S.T.) dan adik (Ignatia Rosalia Kirana) atas doa dan motivasinya. Terima kasih karena telah menjadi sumber semangat penulis selama ini, terutama dalam proses penyusunan skripsi.

8. Sahabat terbaik dan teman seperjuangan, Gissela Haryuningtiyas dan Rita Della Valentini, yang telah menyediakan waktu untuk membantu dan bertukar pikiran dalam proses penyusunan skripsi ini. Beserta teman-teman seperjuangan, Reza Pahlevi Adisaputra, Yeni Natalia Susanti, Ni Putu Padmaningsih, Gabriela Indria Putri, Liliany Inamtri Ludji, Ines Permata Putri, Djanuar Davidzon Pah, Francisca Devi Permata, Oswaldine Heraolia, Paulina Ambarsari, dan Jonas, atas kebersamaan dan perjuangan selama penyusunan skripsi.

(9)

ix

10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Waktu, bimbingan, dan dukungan kalian sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang dapat menjadi pembelajaran bagi penulis sehingga menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 15 November 2013

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

INTISARI ... xxv

ABSTRACT ... xxvi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A.Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 5

2. Keaslian penelitian... 5

(11)

xi

B.Tujuan Penelitian ... 9

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 10

A.Diabetes Melitus ... 10

B.Diabetes Melitus Tipe 2 ... 11

C.Obesitas ... 12

1. Obesitas sentral ... 12

2. Obesitas perifer ... 13

D.Sindroma Metabolik ... 13

E. Obesitas, Dislipidemia, dan Komplikasi Makrovaskuler pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 ... 15

F. Kolesterol ... 19

1. Low-Density Lipoprotein (LDL)... 19

2. High-Density Lipoprotein (HDL) ... 20

G.Rasio Kadar LDL/HDL ... 21

H.Antropometri ... 22

1. Lingkar Pinggang... 22

2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ... 23

I. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung ... 24

J. Landasan Teori ... 25

K.Hipotesis ... 26

(12)

xii

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27

B.Variabel Penelitian ... 27

1. Variabel bebas ... 27

2. Variabel tergantung ... 27

3. Variabel pengacau ... 28

C.Definisi Operasional ... 28

D.Responden Penelitian ... 29

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

G.Teknik Pengambilan Sampel ... 33

H.Instrumen Penelitian ... 33

I. Tata Cara Penelitian ... 34

1. Observasi awal ... 34

2. Permohonan ijin dan kerja sama ... 34

3. Pembuatan informed consent dan leaflet ... 35

4. Pencarian calon responden ... 36

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ... 37

6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri ... 37

7. Pembagian hasil pemeriksaan ... 38

8. Pengolahan data ... 38

J. Analisis data secara statistik ... 38

(13)

xiii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A.Profil Karakteristik Responden Penelitian ... 41

1. Usia ... 42

2. Lingkar Pinggang... 42

3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ... 43

4. Kadar LDL ... 45

5. Kadar HDL ... 46

6. Rasio Kadar LDL/HDL ... 47

B.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 48

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 49

2. Perbandingan rerata kadar HDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 50

3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 51

C.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 52

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90... 52

(14)

xiv

3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden pria pada RLPP<0,90

dan RLPP≥0,90 ... 54 D.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 55

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden wanita pada LP<80 cm dan LP≥80

cm ... 55

2. Perbandingan rerata kadar HDL responden wanita pada LP<80 cm dan LP≥80

cm ... 56 3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden wanita pada LP<80 cm

dan LP≥80 cm ... 57 E. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 58

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden wanita pada RLPP<0,85 dan

RLPP≥0,85... 58 2. Perbandingan rerata kadar HDL responden wanita pada RLPP<0,85

RLPP≥0,85... 59 3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 60 F. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap

Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Responden Pria ... 61 1. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar

(15)

xv

2. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar

HDL pada responden pria ... 64

3. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada responden pria ... 67

G.Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Responden Wanita ... 70

1. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar LDL pada responden wanita ... 70

2. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HDL pada responden wanita ... 73

3. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada responden wanita ... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A.Kesimpulan ... 81

B.Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 91

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ... 11

Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik ... 14

Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL ... 20

Tabel IV. Klasifikasi Kadar HDL ... 21

Tabel V. Klasifikasi Rasio Kadar LDL/HDL ... 21

Tabel VI. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Etnis ... 23

Tabel VII. Panduan Hasil Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi... 40

Tabel VIII. Profil Karakteristik Responden Pria dan Wanita ... 41

Tabel IX. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 49

Tabel X. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 50

Tabel XI. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 51

Tabel XII. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 52

Tabel XIII. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 53

(17)

xvii

Tabel XV. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada LP<80 cm

dan LP≥80 cm ... 55 Tabel XVI. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanita pada LP<80 cm

dan LP≥80 cm ... 56 Tabel XVII. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 57 Tabel XVIII. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 59 Tabel XIX. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanita pada RLPP<0,85

dan RLPP≥0,85 ... 59 Tabel XX. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 60 Tabel XXI. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 63 Tabel XXII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HDL Responden Pria ... 65 Tabel XXIII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Pria ... 69 Tabel XXIV. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar LDL Responden Wanita .. 72 Tabel XXV. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 74 Tabel XXVI. Korelasi LP dan RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas. ... 19

Gambar 2. Posisi Pengukuran Lingkar Pinggang ... 22

Gambar 3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul... 23

Gambar 4. Skema Responden Penelitian ... 30

Gambar 5. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar LDL Responden Pria 63 Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 63

Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar HDL Responden Pria 66 Gambar 8. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar HDL Responden Pria ... 66

Gambar 9. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 69

Gambar 10. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 69

Gambar 11. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 72

Gambar 12. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 72

Gambar 13. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 75

(19)

xix

Gambar 15. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita... 77 Gambar 16. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ... 92

Lampiran 2. Surat Keterangan Ijin Penelitian ... 93

Lampiran 3. Informed Consent ... 94

Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 95

Lampiran 5. Leaflet ... 96

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 98

Lampiran 7. Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul ... 99

Lampiran 8. Validasi Instrumen Pengukuran... 100

Lampiran 9. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Pria ... 101

Lampiran 10. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita ... 102

Lampiran 11. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Pria ... 103

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Wanita ... 104

Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Responden Pria ... 105

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Responden Wanita ... 106

Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria... 107

Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita ... 108

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria ... 109

(21)

xxi

Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 111 Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita... 112 Lampiran 21. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria pada

LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 113 Lampiran 22. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 114 Lampiran 23. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria pada

LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 115 Lampiran 24. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Wanita pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 116 Lampiran 25. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 117

Lampiran 26. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 118

Lampiran 27. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria pada

RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 119 Lampiran 28. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 120 Lampiran 29. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria pada

(22)

xxii

Lampiran 30. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85. ... 122 Lampiran 31. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 123

Lampiran 32. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 124

Lampiran 33. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada LP<90 cm

dan LP≥90 cm ... 125 Lampiran 34. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada LP<80

cm dan LP≥80 cm ... 125 Lampiran 35. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada LP<90

cm dan LP≥90 cm ... 126 Lampiran 36. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanitaa pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 126 Lampiran 37. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria

pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 127

Lampiran 38. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita

pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 127

Lampiran 39. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada

RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 128 Lampiran 40. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada

(23)

xxiii

Lampiran 41. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada

RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 129 Lampiran 42. Uji Perbandingan Kadar HDL Responden Wanita pada RLPP<0,85

dan RLPP≥0,85 ... 129 Lampiran 43. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria

pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 130

Lampiran 44. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita

pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 130

Lampiran 45. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 131 Lampiran 46. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 132 Lampiran 47. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Kadar HDL Responden Pria... 133 Lampiran 48. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang terhadap Kadar HDL

Responden Wanita ... 134 Lampiran 49. Uji Korelasi Pearson Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap

Kadar HDL Responden Wanita ... 134 Lampiran 50. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

(24)

xxiv

(25)

xxv

INTISARI

Dislipidemia merupakan abnormalitas yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Obesitas sentral merupakan akumulasi lemak pada abdomen, yang berhubungan dengan dislipidemia dan dapat ditandai dengan peningkatan rasio kadar LDL/HDL. Dislipidemia yang terjadi dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler. Obesitas sentral dapat diketahui dengan pengukuran antropometri, seperti lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian adalah 90 penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, kadar LDL, dan kadar HDL. Analisis data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji komparatif Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan, serta uji korelasi Pearson dan Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,127; p=0,462) dan korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah pada responden wanita (r=0,246; p=0,073). Terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,304; p=0,072) dan wanita (r=0,260; p=0,058).

Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, lingkar pinggang, rasio lingkar

(26)

xxvi ABSTRACT

Dyslipidemia is a common abnormality in type 2 diabetes mellitus patients. Central obesity is a condition with fat accumulation in abdomen, associated with dyslipidemia and increase in LDL-c/HDL-c ratio. Dyslipidemia can lead to risk increment in macrovascular complication. Waist circumference and waist-to-hip ratio is a simple anthropometric method that can be used to know the occurrence of central obesity. The aim of this study is to measure the correlation between waist circumference and waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung.

This study is an analytic observational with cross-sectional study design. Those involved were 90 type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung. Non-random and Purposive sampling technique was used to collect the sample of the study. Waist circumference, hip circumference, LDL levels, and HDL levels were measured. Data was analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney and t independent sample test, followed by Pearson and Spearman correlation test with 95% confidence interval.

The conclusion of this study is an insignificant positive correlation with very weak strength between waist circumference to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.127; p=0.462) and insignificant positive correlation with weak strength in women (r=0.246; p=0.073). This study showed insignificant positive correlation with weak strength between waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.304; p=0.072) and women (r=0.260; p=0.058).

Keywords: type 2 diabetes mellitus, waist circumference, waist-to-hip ratio,

(27)

1

BAB I

PENGANTAR

A.Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin dalam jumlah cukup atau insulin di dalam tubuh tidak dapat digunakan secara efektif, yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Pada tahun 2011, 366 juta orang di dunia mengidap diabetes melitus dan akan meningkat hingga 552 juta orang di tahun 2030. Indonesia di tahun 2011 menduduki ranking ke-10 dari negara dengan jumlah orang dengan penyakit diabetes melitus terbanyak (usia 20-79 tahun) yaitu sebesar 7,3 juta orang, dan perkiraan di tahun 2030 akan meningkat sampai 11,8 juta orang. Prevalensi diabetes melitus di Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7% (Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, 2007). Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk penyakit diabetes yang paling umum. Hanya 5-10% dari penyandang diabetes merupakan diabetes melitus tipe 1, sedangkan sisanya adalah diabetes melitus tipe 2 (Jafar, 2004).

Diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor risiko kejadian sindroma metabolik dengan abnormalitas seperti dislipidemia dan dapat berkembang menjadi cardiovascular disease (CVD). Sindroma metabolik merupakan sekelompok faktor

(28)

meningkatkan risiko perkembangan CVD. Berdasarkan penelitian Soewondo, Soegondo, Suastika, Pranoto, Soeatmadji, dan Tjokroprawiro (2010) di beberapa daerah di Indonesia pada 1390 penyandang diabetes melitus tipe 2, 60% diantaranya mengalami kejadian dislipidemia. Hasil penelitian Khan, Yasmeen, Ahmed, Iqbal, dan Uttra (2011) di Pakistan, 80% dari 150 penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami dislipidemia. Dislipidemia yang terjadi pada penyandang diabetes melitus tipe 2 berperan penting dalam menyebabkan aterosklerosis dan dapat meningkatkan risiko CVD (Garg dan Grundy, 1990, cit., Tangvarasittichai, Poonsub, dan Tangvarasittichai 2010). Aterosklerosis merupakan bentuk komplikasi dan penyebab kematian paling umum pada penyandang diabetes melitus (Calder dan Alexander, 2000, cit., Guthrie dan Guthrie, 2004).

(29)

Menurut Russel-Jones (2008), 80-90% penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas. Salah satu jenis obesitas yaitu pada daerah perut, yang lebih sering disebut dengan obesitas sentral. Hasil penelitian Bakari dan Onyemelukwe (2005) di Nigeria pada 40 pasien diabetes melitus tipe 2, 95% diantaranya mengalami obesitas sentral. Penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas sentral dapat meningkatkan terjadinya lipolisis yang menyebabkan peningkatan dalam produksi glukosa di hati dan keluaran kolesterol Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Hal ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan

trigliserida, penurunan kadar HDL, dan peningkatan kadar LDL (Xavier, 2004, cit., Rai dan Jeganthan, 2012). Obesitas berhubungan kuat dengan kejadian dislipidemia (National Health and Nutrition Examination Survey, 2000, cit., Shah, Devrajani, Devrajani, dan Bibi, 2010).

(30)

rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2, rendahnya kadar HDL, dan kadar TG yang tinggi. Penelitian di Sweden menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang-panggul meningkatkan risiko kematian akibat CVD, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Temanggung. RSUD Kabupaten Temanggung digunakan sebagai model untuk penelitian ini, yang merupakan rumah sakit umum kelas B dan sebagai rumah sakit rujukan bagi masyarakat di daerah Temanggung. Diabetes melitus di RSUD Kabupaten Temanggung berada pada urutan ketiga sebagai penyakit yang banyak terjadi. Jumlah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data penelitian di RSUD Kabupaten Temanggung menyatakan bahwa belum pernah terdapat penelitian observasional dengan responden penyandang diabetes melitus. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan oleh kelompok penelitian dengan tema korelasi pengukuran antropometri terhadap profil lipid dan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa-mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(31)

pinggang-panggul dengan rasio kadar LDL/HDL, yaitu risiko komplikasi dislipidemia yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko perkembangan CVD.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

Apakah terdapat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dipublikasi terkait dengan penelitian ini adalah:

a. Correlation of Dyslipidemia with Waist to Height Ratio, Waist Circumference, and Body Mass Index in Iranian Adults (Chehrei, et al., 2007).

Penelitian ini melibatkan 750 responden (580 wanita dan 170 pria). Hasil penelitian menunjukkan korelasi bermakna antara kadar trigliserida dengan rasio lingkar pinggang-tinggi badan (r=0,309, p<0,001) dan lingkar pinggang (r=0,308, p<0,001). Kadar HDL berkorelasi lemah dengan lingkar pinggang (r=0,088, p<0,05).

b. A Study of Correlation between Lipid Profile and Waist to Hip Ratios in Patients with Diabetes Mellitus (Sandhu, Koley, dan Sandhu, 2008). Penelitian

(32)

(r=0,48), LDL (r=0,35), dan trigliserida (r=0,35) pada pria kelompok usia 41-50 tahun, serta trigliserida (r=0,60) pada pria kelompok usia 61+. Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar LDL (r= -0,26) pada wanita kelompok usia 41-50 tahun (p≤0,05).

c. Frequency of Dyslipidemia in Obese versus Non-Obese in Relation to Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR), and Waist Circumference (WC)

(Shah, et al., 2010). Jumlah responden yang terlibat pada penelitian ini sebanyak 200 orang (100 pria dan 100 wanita). Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang bermakna antara BMI, rasio lingkar pinggang-panggul, dan lingkar pinggang terhadap kadar HDL, LDL, dan trigliserida (p<0,05), dan korelasi yang tidak bermakna pada kadar kolesterol total (p>0,05).

d. Association of Serum Lipoprotein Ratios with Insulin Resistance in Type 2 Diabetes Mellitus (Tangvarasittichai, et al., 2010). Jumlah responden pada

penelitian ini sebanyak 132 orang (92 orang penyandang diabetes melitus tipe 2 dan 40 orang sehat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang bermakna pada rasio kolesterol total/HDL, rasio trigliserida/HDL, non-HDL, lingkar pinggang, trigliserida, dan kolesterol total pada penyandang diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan kontrol, dengan p<0,05.

(33)

lingkar pinggang-panggul dan rasio LDL/HDL menunjukkan korelasi tidak bermakna (r=0,250; p=0,064).

f. Non-HDL Cholesterol and LDL-C/HDL-C Ratio in Type II Diabetic Patients (Indumati, et al., 2011). Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak

200 orang, terdiri dari 100 orang sehat (50 pria dan 50 wanita) dan 100 orang penyandang diabetes melitus tipe 2 (50 pria dan 50 wanita). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan bermakna pada kadar kolesterol total, triglserida, HDL, non-HDL (p<0,001), LDL (p<0,01), dan rasio LDL/HDL (p<0,05) pada penyandang diabetes dibandingkan dengan kontrol.

g. Relation between Waist-Hip Ratio and Lipid Profile in Male Type 2 Diabetes Mellitus Patients (Rai dan Jeganthan, 2012). Jumlah responden pada

penelitian ini sebanyak 69 pria penyandang diabetes melitus tipe 2 (38 orang dengan rasio lingkar pinggang-panggul<0,95 dan 31 orang dengan rasio lingkar pinggang-panggul>0,95). Hasil penelitian menunjukkan korelasi bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar kolesterol (r=0,044) dan kadar trigliserida (r=0,048), serta korelasi tidak bermakna antara rasio lingkar piggang-panggul dengan kadar HDL (r=0,299), dengan nilai p<0,05.

(34)

terbalik dan bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar HDL (r=-0,261; p=0,048).

i. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Purbarini, 2013). Penelitian ini melibatkan 129 responden (60 responden pria dan 69 responden wanita). Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang antara lingkar pinggang dengan rasio kadar LDL/HDL (r=0,459; p=0,000) pada pria dan wanita (r=0,455; p=0,000), sedangkan rasio lingkar pinggang-panggul dengan rasio kadar LDL/HDL menunjukkan korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang pada pria (r=0,475; p=0,000) dan lemah pada wanita (r=0,285; p=0,018).

j. A Study of Some Anthropometric Variables and Lipid Profile in Diabetic and Non-Diabetics in Rural Kolar (Reddy, Jayarama, dan Mahesh, 2013).

Penelitian ini melibatkan 500 penyandang diabetes melitus dan 500 individu sehat di India. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar trigliserida dan kadar HDL yang bermakna antara kelompok dengan diabetes melitus dan kelompok individu sehat (p=0,093 untuk kadar trigliserida dan p=0,006 untuk kadar HDL).

(35)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung.

b. Manfaat praktis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran awal rasio kadar LDL/HDL puasa dalam darah sehingga dapat menjadi deteksi dini akan kecenderungan risiko terjadinya komplikasi makrovaskuler pada penyandang diabetes melitus tipe 2

B.Tujuan Penelitian

(36)

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia kronis dengan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang menyebabkan defisiensi sekresi insulin dan kerjanya, ataupun keduanya. Efek penyakit ini dapat berupa disfungsi dan kegagalan beberapa organ, terutama mata, ginjal, hati, dan peredaran darah. Diabetes ditandai dengan beberapa gejala seperti merasa haus, poliuria, penglihatan kabur, penurunan berat badan, dan polifagi, serta beberapa gejala pada tingkat yang lebih lanjut yaitu ketoasidosis atau hiperosmolaritas nonketosis, di mana pada keadaan tidak adanya pengobatan yang efektif dapat menyebabkan pingsan, koma, dan kematian (Joslin, 2005).

Klasifikasi penyakit diabetes melitus berdasarkan American Diabetes Association (ADA) (2013), yaitu diabetes melitus tipe 1 (tipe 1A karena autoimun

dan tipe 1B merupakan idiopatik), diabetes melitus tipe 2, tipe lain yang spesifik

(defek genetik fungsi sel β, defek genetik aksi insulin, penyakit pankreas eksokrin,

(37)

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2010)

Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus 1. HbA1C >6,5 %; atau

2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dL; atau

3. Kadar gula darah 2 jam pp >200 mg/dL pada tes toleransi glukosa oral yang dilakukan dengan 75 g glukosa

4. Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan kadar gula sewaktu >200 mg/dL.

Diabetes dibagi dalam dua kategori etiopatogenesis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus/IDDM), yaitu keadaan ketidakcukupan insulin secara mutlak. Diabetes tipe 1 dapat muncul pada banyak usia, tetapi biasanya pada anak-anak atau remaja. Penyakit ini disebabkan karena kerusakan dari sel β pankreas dan merupakan penyakit diabetes yang membutuhkan insulin untuk mencegah terjadinya ketosis serta untuk kelangsungan hidupnya. Diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus/NIDDM), yaitu keadaan resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin.

Pasien diabetes tipe 2 tidak membutuhkan insulin untuk kelangsungan hidupnya (Addie-Gentle, et al., 2007; Joslin, 2005). Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk diabetes melitus yang paling umum dan paling sering terjadi. Diabetes melitus tipe 2 berjumlah sekitar 90-95% dari seluruh penyandang diabetes melitus, sedangkan hanya 5-10% merupakan penyandang diabetes melitus tipe 1 (Jafar, 2004).

B.Diabetes Melitus Tipe 2

(38)

defisiensi relatif insulin (Addie-Gentle, et al., 2007). Risiko terhadap diabetes melitus tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2013), pada umumnya diabetes melitus tipe 2

terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

Diabetes melitus merupakan kumpulan suatu penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia. Pada diabetes melitus tipe 2 dapat disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin ataupun resistensi insulin. Pada gangguan sekresi insulin, umumnya dapat menimbulkan gangguan pada kadar glukosa dalam darah dan metabolisme lipid. Perkembangan gangguan fungsi sel β pankreas dapat mempengaruhi kontrol kadar glukosa jangka panjang. Pada resistensi insulin, terjadi gangguan pada kerja insulin terhadap organ-organ target, seperti hati dan otot (Kohei, 2010).

C.Obesitas

Obesitas merupakan akumulasi lemak yang abnormal dan berlebihan yang berisiko bagi kesehatan. Obesitas merupakan faktor risiko utama dalam beberapa penyakit kronis seperti diabetes dan CVD. Obesitas tidak hanya menjadi masalah di negara maju, tetapi juga masalah yang serius di negara berpendapatan rendah dan menengah, khususnya di pedesaan (WHO, 2013).

1. Obesitas sentral

(39)

viseral yang disimpan di sekitar organ pada abdomen disebut obesitas sentral. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung (Ibrahim, 2009; Whitney dan Rolfes, 2011).

2. Obesitas perifer

Obesitas perifer atau gluteofemoral merupakan tipe obesitas di mana terdapat akumulasi lemak pada daerah gluteal dan femoral. Obesitas ini banyak terdapat pada wanita dan disebut juga obesitas gynoid (Kopelman, Caterson, dan Dietz, 2010).

D.Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik merupakan sekelompok faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung, meliputi diabetes, peningkatan kadar glukosa darah puasa, obesitas sentral, kadar kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Sindroma metabolik merupakan sekumpulan abnormalitas yang saling berkaitan, meliputi obesitas, dislipidemia, hiperglikemia, dan hipertensi, yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Obesitas sentral dan resistensi insulin merupakan faktor penyebab yang penting dari sindroma metabolik (International Diabetes Federation, 2006; Aganović dan Duŝek, 2007).

Obesitas sentral dapat diketahui dengan metode yang sederhana, yaitu Body Mass Index dan waist circumference (lingkar pinggang). Obesitas sentral

(40)

sentral dan memenuhi dua dari empat faktor yang telah ditetapkan (IDF, 2006), yang dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik (IDF, 2006)

Faktor Kriteria

Obesitas sentral Berdasarkan ukuran lingkar pinggang masing-masing etnis (pada Tabel VI)

Peningkatan trigliserida ≥ 150 mg/dL (1,7 mmol/L)

atau pengobatan spesifik untuk abnormalitas lipid Peningkatan HDL < 40 mg/dL (1,03 mmol/L) pada pria

< 50 mg/dL (1,29 mmol/L) pada wanita

atau pengobatan spesifik untuk abnormalitas lipid Peningkatan tekanan

darah

Tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg

atau didiagnosis hipertensi dan menjalani pengobatan Peningkatan kadar

glukosa darah puasa

Kadar glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L)

atau telah terdiagnosis diabetes melitus tipe 2

(41)

menghasilkan lebih banyak asam lemak, yang selanjutnya dapat menghambat efek

antilipolisis dari insulin (Aganović dan Duŝek, 2007).

E.Obesitas, Dislipidemia, dan Komplikasi Makrovaskuler pada Penyandang

Diabetes Melitus Tipe 2

Sebanyak 90% penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas (Whitmore, 2010). Menurut Kamath, Shivaprakash, dan Adhikari (2011), sebagian besar penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas, dan sebagian besar adalah obesitas sentral. Hasil penelitian Sharma dan Jain (2009) di India menyatakan bahwa 65% kejadian obesitas pada penyandang diabetes melitus tipe 2 merupakan obesitas sentral. Obesitas yang terjadi pada penyandang diabetes melitus tipe 2 dapat memperburuk resistensi insulin.

Individu dengan gangguan pada kadar glukosa darah puasa, termasuk penyandang diabetes melitus tipe 2, cenderung akan mendapatkan lemak viseral secara lebih selektif daripada lemak subkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pada adipogenesis (Kamath, et al., 2011). Lemak viseral merupakan bagian lemak yang aktif secara metabolik. Lemak viseral lebih berbahaya daripada lemak subkutan, karena lemak viseral menghasilkan protein yang berperan pada proses inflamasi, aterosklerosis, dislipidemia, dan hipertensi (Kelly, 2012).

(42)

lemak yang abnormal pada jaringan. Adiposit menghasilkan berbagai hormon dan sitokin, yang disebut adipositokin, yang terlibat dalam metabolisme glukosa (adiponektin dan resistin), metabolisme lemak (cholesterylester transfer protein atau CETP), inflamasi (TNF-α dan IL-6), tekanan darah (angiotensinogen dan angiotensin II), dan asupan makanan (leptin). Hormon-hormon tersebut dapat mempengaruhi metabolisme dan fungsi berbagai organ dan jaringan, meliputi otot, hati, sistem peredaran darah, dan otak (Camp, Ren, dan Leff, 2002; Hajer, van Haeften, dan Visseren, 2008).

Jumlah adipositokin akan meningkat seiring dengan meningkatnya jaringan adiposa dan volume adiposit, kecuali pada jumlah adiponektin yang menurun pada individu dengan obesitas. Adiponektin memiliki efek anti-aterosklerotik dan berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin melalui penghambatan produksi glukosa hepatik dan meningkatkan uptake glukosa di otot, serta meningkatkan oksidasi asam lemak di hati dan otot (Hajer, et al., 2008).

Pada individu obesitas dengan diabetes melitus tipe 2, terjadinya dislipidemia diabetik menyebabkan risiko dalam perkembangan komplikasi makrovaskuler (Joslin, 2005; Rai dan Jeganthan, 2012). Komplikasi pada diabetes melitus tipe 2 terutama berhubungan dengan vaskulopati diabetik yang dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mikrovaskuler (retinopati, neuropati, dan nefropati) dan makrovaskuler (menyebabkan peningkatan risiko CVD pada penyandang diabetes) (Rizvi dan Sanders, 2006).

(43)

darah. Diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan abnormalitas lipid sebagai prediktor penyakit jantung koroner, meliputi penurunan kadar HDL, partikel LDL yang kecil dan padat, dan peningkatan kadar TG (Craig, Neveux, Palomaki, Cleveland, dan Haddow, 1998, cit., Nakhjavani, Esteghamati, Esfahanian, dan Heshmat, 2006).

Komplikasi makrovaskuler berhubungan dengan peredaran darah besar pada jantung, otak, dan kaki. Aterosklerosis pada arteri koronaria merupakan bentuk komplikasi makrovaskuler dan penyebab kematian paling umum pada penyandang diabetes. Risiko terjadinya komplikasi makrovaskuler meningkat pada faktor risiko seperti peningkatan kadar kolesterol dan obesitas (Guthrie dan Guthrie, 2004).

Dislipidemia pada obesitas salah satunya ditandai dengan hipertrigliseridemia. Sumber trigliserida di dalam tubuh berasal dari endogen dan eksogen. Sumber eksogen berasal dari makanan dalam bentuk kilomikron, sedangkan sumber endogen berasal dari hepar dalam bentuk VLDL. Peningkatan fluks asam lemak bebas ke dalam hati akan menyebabkan akumulasi trigliserida. Hal ini menyebabkan peningkatan sintesis VLDL, yang menghambat lipolisis kilomikron yang berasal dari usus. Proses lipolisis pada individu dengan obesitas akan terganggu, yaitu karena berkurangnya tingkat ekspresi mRNA dari lipoprotein lipase pada jaringan adiposa, serta berkurangnya aktivitas lipoprotein lipase pada otot rangka. Tingginya kadar trigliserida tersebut akan menginduksi pertukaran cholesterolester pada HDL dengan trigliserida pada VLDL dan LDL. Pertukaran

(44)

menyebabkan terjadinya penurunan kandungan trigliserida di dalam LDL. Adanya hepatic lipase akan menghilangkan trigliserida dan fosfolipid dari LDL,

menyebabkan terbentuknya partikel small-dense LDL (Klop, Elte, dan Cabezas, 2013).

Keadaan obesitas memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap metabolisme HDL. Hal ini disebabkan oleh jumlah kilomikron dan VLDL yang meningkat karena terjadinya gangguan pada proses lipolisis. Peningkatan jumlah lipoprotein yang mengandung banyak trigliserida menyebabkan peningkatan aktivitas CETP. Dengan adanya CETP tersebut akan menukar kandungan cholesterolester dari HDL dengan trigliserida pada VLDL dan LDL. HDL yang

mengandung banyak trigliserida tersebut akan mengalami lipolisis oleh hepatic lipase, menghasilkan small HDL dengan penurunan afinitas terhadap ApoA-I. Hal

ini akan menyebabkaan disosisi ApoA-I dari HDL, sehingga terjadi penurunan kadar HDL (Klop, et al., 2013).

(45)

Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas (Klop, et al., 2013).

F. Kolesterol

Kolesterol merupakan suatu substansi lemak yang terdapat di dalam sel tubuh. Ada dua jenis sumber kolesterol, yaitu sumber kolesterol dari dalam tubuh dan kolesterol yang berasal dari asupan makanan sehari-hari. Apabila jumlah kolesterol berlebih, maka akan disimpan di arteri dan dapat meningkatkan kemungkinan pembentukan plak yang disebut aterosklerosis. Plak ini kemudian pecah dan dapat membentuk bekuan darah pada permukaan plak. Adanya bekuan darah ini akan menurunkan suplai oksigen melalui aliran darah ke jantung, otak, dan bagian tubuh lain. Jenis lipoprotein, yaitu Low-Density Lipoprotein (LDL), High-Density Lipoprotein (HDL), dan Very Low-Density Lipoprotein (VLDL)

(Birtcher dan Ballantyne, 2004).

1. Low-Density Lipoprotein (LDL)

Low-Density Lipoprotein (LDL) adalah bagian kolesterol yang dikenal

dengan sebutan kolesterol ‘jahat’. Apabila jumlah LDL dalam sirkulasi darah

(46)

adanya plak pada dinding arteri menyebabkan aliran darah melalui arteri menjadi sempit dan arteri tidak fleksibel. Pembentukan plak ini disebut dengan atherosclerosis, yang lebih lanjut dapat mempersempit arteri dan dapat

menyebabkan terjadinya serangan jantung (American Heart Association, 2013). Penyandang diabetes melitus dengan dislipidemia, penurunan kadar LDL yang direkomendasikan adalah <70 mg/dL (American Diabetes Association, 2008). Menurut National Cholesterol Education Program (2002), kadar LDL diklasifikasikan menjadi 5 kategori yang dapat dilihat pada Tabel III.

Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL (National Cholesterol Education Program, 2002)

Kadar LDL (mg/dL) Kategori

<100 Optimal

100-129 Hampir optimal

130-159 Batas atas

160-189 Tinggi

>190 Sangat tinggi

2. High-Density Lipoprotein (HDL)

High-Density Lipoprotein atau HDL dikenal dengan sebutan kolesterol

‘baik’. Kadar HDL yang tinggi di dalam darah diketahui dapat memberikan proteksi

(47)

Tabel IV. Klasifikasi Kadar HDL (NCEP, 2002)

Kadar HDL (mg/dL) Kategori

<40 Rendah

≥60 Tinggi

G.Rasio Kadar LDL/HDL

Rasio kadar LDL/HDL merupakan pengukuran yang lebih kuat dan signifikan sebagai prediktor CVD apabila dibandingkan dengan pengukuran kadar LDL atau HDL saja. Pengukuran rasio kadar LDL/HDL jauh lebih murni apabila dibandingkan dengan pengukuran kolesterol total/HDL. Hal ini dikarenakan kolesterol total merupakan jumlah dari kadar LDL, HDL, dan VLDL (Packard, 2005, cit., Indumati, et al., 2011).

Menurut Millán, Pintó, Muñoz, Zúñiga, Rubiés-Prat, Pallardo, et al. (2009), kriteria rasio kadar LDL/HDL diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu pencegahan primer dan sekunder yang dapat dilihat pada Tabel V. Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum suatu penyakit terjadi. Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan setelah terjadinya penyakit, tetapi sebelum seseorang mengetahui penyakit tersebut (CDC, 2007). Level risiko merupakan kriteria yang menyatakan terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler, sedangkan target menyatakan kriteria yang diharapkan dapat tercapai (dengan adanya lipid-lowering therapy) sehingga meminimalkan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.

Tabel V. Klasifikasi Rasio Kadar LDL/HDL (Millán, et al., 2009)

Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder

Level risiko Target Level risiko Target

(48)

H.Antropometri

Antropometri merupakan suatu studi pengukuran tubuh manusia berdasarkan dimensi tulang, otot, dan jaringan adiposa. Ruang lingkup antropometri meliputi pengukuran bagian tubuh manusia (NHANES, 2007). Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri paling sederhana untuk mengetahui obesitas sentral yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan dislipidemia, sebagai faktor risiko berkembangnya CVD (Chehrei, et al., 2007; Munawar, et al., 2012).

1. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang, yang digunakan untuk menggambarkan jumlah lemak pada bagian abdomen, merupakan pengukuran antropometri yang murah dan mudah dilakukan (Hamdy, et al., 2006).

Gambar 2. Posisi Pengukuran Lingkar Pinggang (McKinley Health Center, 2009)

(49)

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara batas bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas tulang panggul. Pada saat pengukuran, subjek berdiri dengan posisi kaki tertutup rapat, lengan pada sisi tubuh, serta menggunakan pakaian yang tipis. Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi normal (WHO, 2008). Pengukuran lingkar pinggang dapat mengetahui kejadian obesitas sentral. Kriteria ukuran lingkar pinggang individu yang dinyatakan mengalami obesitas sentral dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan etnis (IDF, 2006). Kriteria ukuran lingkar pinggang responden pria dan wanita yang dinyatakan mengalami obesitas sentral pada penelitian ini yaitu kriteria berdasarkan populasi Asia Selatan, dapat dilihat pada Tabel VI.

Tabel VI. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Etnis (IDF, 2006)

Negara/etnis Lingkar pinggang

Asia Selatan Pria ≥ 90 cm

Wanita ≥ 80 cm

2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Rasio lingkar pinggang-panggul menunjukkan terjadinya akumulasi lemak pada daerah abdomen, dapat menggambarkan beberapa komplikasi metabolik seperti dislipidemia dan risiko CVD (Kopelman, Caterson, dan Dietz, 2010).

(50)

Pengukuran lingkar pinggang dengan menggunakan pita pengukur pada titik tengah di antara batas bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas tulang panggul. Pengukuran lingkar panggul dilakukan pada titik terlebar dari bagian panggul. Perhitungan rasio lingkar pinggang-panggul dengan cara membagi hasil pengukuran lingkar pinggang (cm) dengan lingkar panggul (cm) (Munawar, et al., 2012; WHO, 2008).

Pada individu pria dengan rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,90 dan wanita dengan rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,85 terjadi peningkatan risiko komplikasi sindrom metabolik (WHO, 2008). Menurut Siezenga, Shaw, Mallat, de Koning, Nasroe, Rabelink, et al. (2011), pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri yang dapat digunakan sebagai prediktor gangguan kardiovaskuler.

I. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung

(51)

A dan B yang digunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medik (Kementrian Kesehatan RI, 2010; Siregar, 2003).

Berdasarkan data di RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2010 hingga saat ini, diabetes melitus tipe 2 menempati peringkat pertama apabila dibandingkan dengan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lainnya. Pasien diabetes melitus tipe 2 tercatat sebanyak 6319 pasien, dan 42 pasien diabetes melitus tipe 1, serta 3300 pasien diabetes melitus tipe lain. Penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung menempati peringkat ketiga sebagai penyakit yang banyak terjadi.

J. Landasan Teori

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan karena kurangnya produksi insulin atau insulin tidak dapat digunakan secara efektif (Joslin, 2005; Braun dan Anderson, 2007). Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk penyakit diabetes yang paling umum (Jafar, 2004; Joslin, 2005). Indonesia termasuk dalam 10 besar negara di dunia yang memiliki penyandang diabetes melitus terbanyak. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung. Jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung merupakan yang terbanyak daripada diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lain. Data rekam medik di RSUD Kabupaten Temanggung menyatakan bahwa jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan.

(52)

Penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas sentral dapat meningkatkan lipolisis yang menyebabkan peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar HDL, serta peningkatan kadar LDL dan jumlah partikel small-dense LDL (Klop, et al., 2013; Rai dan Jeganthan, 2012; Shah, et al., 2010). Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler dan perkembangan CVD.

Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri sebagai indikator distribusi lemak pada abdomen yang dapat mengetahui obesitas sentral. Peningkatan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan dengan dislipidemia dan CVD (Chehrei, et al., 2007). Menurut IDF (2006), risiko dapat meningkat pada lingkar pinggang ≥90 cm

pada pria dan ≥80 cm pada wanita. Menurut WHO (2008), peningkatan risiko

terjadi pada rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,90 pada pria dan ≥0,85 pada wanita. Rasio kadar LDL/HDL merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap dislipidemia dan CVD apabila dibandingkan dengan kadar LDL atau HDL saja, dan rasio kadar kolesterol total/HDL. Kriteria rasio kadar LDL/HDL menurut Millán, et al. (2009), rasio kadar LDL/HDL>3,0 untuk pria, dan >2,5 untuk wanita

menunjukkan terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.

K.Hipotesis

(53)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional analitik dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Observasional analitik berarti penelitian ini menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi. Penelitian observasional analitik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu masalah kesehatan dan faktor risiko (McKenzie, Pinger, dan Kotecki, 2012). Pada jenis penelitian ini dilakukan analisis korelasi antara faktor risiko dan faktor efek. Rancangan penelitian cross-sectional merupakan penelitian yang pengukurannya terhadap subjek hanya dilakukan satu kali pada waktu yang sama (Bonita, Beaglehole, dan Kjellström, 2006).

Analisis korelasi yang dilakukan adalah lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) sebagai faktor risiko terhadap rasio kadar LDL/HDL sebagai faktor efek.

B.Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar pinggang-panggul. 2. Variabel tergantung

(54)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia dan kondisi puasa responden sebelum penelitian.

b. Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas, pola makan, kondisi patologis, dan obat-obatan yang dikonsumsi.

C.Definisi Operasional

1. Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini. 2. Karakteristik penelitian meliputi demografi (usia), pengukuran antropometri (lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul), dan hasil pemeriksaan laboratorium yang meliputi kadar LDL, HDL, dan rasio kadar LDL/HDL.

3. Pengukuran lingkar pinggang dengan menggunakan pita pengukur pada titik tengah di antara batas bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas tulang panggul (WHO, 2008). Lingkar pinggang dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm). 4. Pengukuran lingkar panggul dilakukan dengan menggunakan pita pengukur pada titik terlebar dari bagian panggul (WHO, 2008). Lingkar panggul dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm).

5. Pada saat pengukuran, responden berdiri dengan kaki tertutup rapat, lengan pada sisi tubuh, dalam keadaan relaks dan keadaan akhir ekspirasi normal. Pita pengukur pada posisi horizontal dan tidak menekan kulit (WHO, 2008).

(55)

7. Pengukuran kadar LDL dan HDL dilakukan oleh Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung. Kadar LDL yang diukur adalah LDL indirek. LDL indirek diperoleh dengan persamaan Friedewald, yaitu: LDL = TC – HDL – (TG/5) (Ahmadi, Boroumand, Moghaddam, Tajik, dan Dibaj, 2008).

8. Kriteria rasio kadar LDL/HDL menurut Millán, Pintó, Muñoz, Zúñiga, Rubiés-Prat, Pallardo, et al. (2009).

9. Kriteria lingkar pinggang berdasarkan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2006 bagi populasi Asia Selatan.

10. Kriteria rasio lingkar pinggang-panggul berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2008 bagi populasi Asia.

D.Responden Penelitian

Responden penelitian yaitu penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu pria dan wanita penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung berusia lebih dari 40 tahun, bersedia berpuasa 8-10 jam sebelum pengambilan data, dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yaitu penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung dengan penyakit penyerta seperti stroke, gangren, gagal ginjal, dan penyakit jantung koroner pada saat pemeriksaan, tidak hadir pada saat pengambilan data, serta pasien dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak lengkap (data miss). Jumlah minimum sampel pada penelitian korelasional yaitu 30 responden

(56)

Gambar 4. Skema Responden Penelitian 4 responden tidak hadir

6 responden dieksklusi (4 tidak hadir dan 2 data miss)

(57)

Pengambilan data dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung selama 6 minggu. Pengambilan data dilaksanakan dari tanggal 18 Agustus 2013 sampai dengan 28 September 2013. Jumlah responden pada minggu pertama sebanyak 16 responden yang terdiri dari 8 responden pria dan 8 responden wanita. Jumlah responden pada minggu kedua adalah 10 responden yang terdiri dari 8 responden pria dan 2 responden wanita. Jumlah responden pada minggu ketiga adalah 16 responden, terdiri dari 8 responden pria dan 8 responden wanita. Jumlah responden pada minggu keempat adalah 14 responden, terdiri dari 5 responden pria dan 9 responden wanita. Jumlah responden pada minggu kelima adalah 15 responden, terdiri dari 6 responden pria dan 9 responden wanita. Jumlah responden pada minggu keenam adalah 35 responden, terdiri dari 10 responden pria dan 25 responden wanita.

Jumlah keseluruhan responden pada penelitian ini adalah 106 responden. Dari 106 responden tersebut dilakukan eksklusi sebanyak 16 responden karena ketidakhadiran responden dan ketidaklengkapan data hasil uji laboratorium yang digunakan pada penelitian ini, meliputi kadar LDL atau HDL (data miss). Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 90 responden, terdiri dari 36 responden pria dan 54 responden wanita.

E.Lokasi dan Waktu Penelitian

(58)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa, dan Tekanan Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 14 orang dengan kajian yang berbeda-beda. Kajian pada penelitian ini adalah:

1. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Kadar Trigliserida.

2. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL.

3. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Rasio Kadar LDL/HDL. 4. Korelasi Pengukuran Body Mass Index terhadap Tekanan Darah.

5. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida. 6. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar

Kolesterol Total/HDL.

7. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar LDL/HDL.

8. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Tekanan Darah. 9. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Kadar Trigliserida.

(59)

11. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL.

12. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Tekanan Darah.

13. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa.

14. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa.

G.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) dilakukan secara non-random dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara non-random, karena setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama

untuk menjadi responden penelitian. Pada pengambilan sampel dengan jenis purposive sampling, pemilihan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan

subjektif peneliti, yaitu responden dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian (Sastroasmoro, 2010).

H.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah pita pengukur Butterfly® untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul responden.

(60)

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

Survei awal dilakukan pada beberapa rumah sakit di Yogyakarta, yaitu RSUD Wirosaban, RSUP Dr. Sardjito, dan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Berdasarkan survei yang dilakukan di RSUD Wirosaban, telah terdapat banyak peneliti yang akan melakukan penelitian di rumah sakit tersebut sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat memulai penelitian. Dari hasil survei di RSUP Dr. Sardjito dan RSUD Panembahan Senopati Bantul, terdapat prosedur pemrosesan proposal penelitian yang lama dan biaya administrasi yang relatif mahal. Berdasarkan hasil survei di beberapa rumah sakit di Yogyakarta dan pertimbangan kelompok penelitian payung, dilakukan survei di rumah sakit yang berada di luar Yogyakarta, yaitu di RSUD Kabupaten Temanggung. Hasil survei di RSUD Kabupaten Temanggung menunjukkan belum banyaknya peneliti yang akan melakukan penelitian di rumah sakit tersebut, serta persyaratan dan prosedur pemrosesan dalam jangka waktu relatif singkat.

Observasi awal dilakukan dengan pencarian informasi mengenai jumlah penyandang diabetes melitus tipe 2 yang melakukan pemeriksaan di rawat jalan pada poliklinik penyakit dalam RSUD Kabupaten Temanggung. Observasi juga dilakukan untuk menentukan tempat yang dapat digunakan untuk wawancara dengan responden serta pengukuran antropometri.

2. Permohonan ijin dan kerja sama

(61)

kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Permohonan ijin ini dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dengan menggunakan sampel darah manusia, dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

Permohonan kerja sama diajukan kepada Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung sebagai laboratorium yang mengambil dan mengolah darah responden penelitian. Penawaran kerja sama juga ditujukan kepada penyandang diabetes melitus tipe 2 sebagai calon responden, yang selanjutnya mengisi dan menandatangani informed consent apabila bersedia mengikuti penelitian ini.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh

Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Informed consent digunakan sebagai bukti tertulis yang menyatakan kesediaan responden untuk ikut serta dalam penelitian. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai gambaran umum dan penjelasan tentang penelitian. Leaflet yang diberikan kepada responden

berjudul ‘Type 2 Diabetes’. Isi leaflet tersebut meliputi penjelasan mengenai

(62)

4. Pencarian calon responden

Pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Litbang RSUD Kabupaten Temanggung. Pencarian responden dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan penyandang diabetes melitus tipe 2 yang menjalani rawat jalan dan kontrol di RSUD Kabupaten Temanggung. Apabila calon responden belum berpuasa, peneliti mengajukan permohonan dan memberikan undangan kepada calon responden untuk datang kembali ke RSUD Kabupaten Temanggung dalam kondisi sudah berpuasa selama 8-10 jam. Selain itu, peneliti meminta nomor telepon calon responden yang dapat digunakan untuk mengingatkan calon responden dan konfirmasi mengenai waktu dan tempat pelaksanaan penelitian. Peneliti juga memberikan undangan untuk ikut serta dalam penelitian kepada penyandang diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Parakan dan Kecamatan Bulu di Kabupaten Temanggung dan Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung.

Calon responden selanjutnya diberi penjelasan oleh peneliti mengenai maksud dan tujuan penelitian. Informasi yang diberikan kepada calon responden adalah penjelasan mengenai pentingnya mengetahui pengukuran antropometri serta korelasinya dengan profil lipid, kadar glukosa darah puasa, dan tekanan darah. Media yang digunakan dalam pemberian informasi adalah leaflet yang berjudul

(63)

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah pita pengukur Butterfly®. Instrumen dalam penelitian dikatakan reliabel dan memiliki presisi

yang baik apabila nilai CV (coefficient of variation) ≤ 5% (Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011). Instrumen yang telah tervalidasi dan reliabel dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul satu responden sebanyak lima kali berturut-turut.

Nilai CV yang diperoleh untuk pengukuran pada responden pria yaitu sebesar 0,065% untuk lingkar pinggang dan 0,453% untuk rasio lingkar pinggang-panggul. Nilai CV untuk pengukuran pada responden wanita yaitu sebesar 0,069% untuk lingkar pinggang dan 0,603% untuk rasio lingkar pinggang-panggul.

6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri

Pengambilan darah responden yang telah menandatangani informed consent dan telah berpuasa 8-10 jam sebelum waktu pengambilan darah serta tidak sakit pada hari yang bersangkutan, dilakukan oleh Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung. Pengukuran antropometri dilakukan oleh peneliti, meliputi lingkar pinggang dan lingkar panggul.

(64)

sisi tubuh, serta dalam keadaan relaks dan keadaan akhir ekspirasi normal. Pita pengukur pada posisi horizontal, sejajar dengan lantai, dan tidak menekan kulit.

7. Pembagian hasil pemeriksaan

Peneliti secara langsung membagikan hasil pemeriksaan laboratorium kepada masing-masing responden dan peneliti juga membantu menjelaskan data hasil laboratorium tersebut kepada responden.

8. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun data yang sejenis, menggolongkannya dalam kategori-kategori, dan melakukan interpretasi. Cara pengolahan data hasil penelitian dilakukan secara statistik dengan komputerisasi

J. Analisis data secara statistik

(65)

Uji normalitas dilanjutkan dengan uji hipotesis komparatif. Uji hipotesis komparatif dilakukan antara kadar LDL, HDL, dan rasio kadar LDL/HDL dengan kelompok lingkar pinggang <90 cm dan ≥90 cm dan rasio lingkar pinggang

-panggul <0,90 dan ≥0,90 untuk pria, serta kelompok lingkar pinggang <80 cm dan

≥80 cm dan rasio lingkar pinggang panggul <0,85 dan ≥0,85 untuk wanita. Menurut

Dahlan (2011), jika data yang diperoleh terdistribusi normal maka untuk menguji komparatif (untuk melihat kebermaknaan) sebaiknya menggunakan uji t tidak berpasangan karena pada penelitian ini terdapat dua variabel dimana keduanya tidak berpasangan satu sama lain, tetapi apabila distribusi data tidak normal maka sebaiknya menggunakan uji Mann-Whitney untuk uji komparatif dengan variabel yang tidak berpasangan. Dikatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data apabila nilai p<0,05. Pada hasil uji normalitas diperoleh data responden wanita terdistribusi tidak normal sehingga dilanjutkan uji hipotesis komparatif dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji normalitas data responden pria menunjukkan hampir semua data terdistribusi normal sehingga digunakan uji hipotesis komparatif dengan uji t tidak berpasangan. Uji Mann-Whitney dilakukan pada data responden pria, yaitu pada perbandingan kadar HDL responden pria

dengan LP<90 cm dan LP≥90 cm karena salah satu data terdistribusi tidak normal.

(66)

Tabel VII. Panduan Hasil Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi (Dahlan, 2011)

No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan antara dua variabel yang diuji.

p > 0,05 Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

3. Arah korelasi + (positif) Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.

- (negatif) Berlawanan arah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

K.Kesulitan Penelitian

Gambar

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2010) Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik (IDF, 2006) Kriteria
Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas (Klop,  et al., 2013).
Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL (National Cholesterol Education Program, 2002) Kadar LDL (mg/dL) Kategori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi tidak terlepas dengan yang namanya komunikasi.serta komunikasi yang baik adalah komunikasi yang

[r]

43 Total regulatory adjustments to Additional Tier 1 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) terhadap AT1. 44 Additional Tier 1 capital (AT1) Jumlah AT 1 setelah

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu implementasi kebijakan UMKM di Kabupaten Sragen ternyata belum efektif, dilihat dari 13 variabel kebijakan yang

Fenomena ini berindikasi posisi spesifik asam stearat tidak sama dengan asam oleat dan atau asam linoleat dalam lemak susu yang dihasilkan oleh sapi dengan pemberian ransum

Prototipe situs web pemberitaan elektronik dengan segmentasi khusus di dunia hiburan yang dapat memenuhi keinginan para pengguna informasi berita industri hiburan

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kandungan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam Kampung dari 2-12 minggu adalah 16% dengan kandungan energi termetabolis sebesar

Hasil Perancangan ini adalah Mesin Pelurus Kawat, dengan kapasitas mesin yang dirancang adalah 30 cm/s kawat lurus.. Rancangan menggunakan