• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar HS-CRP dalam darah pada staf wanita di Universitas Sanata Dharma - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar HS-CRP dalam darah pada staf wanita di Universitas Sanata Dharma - USD Repository"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR HS-CRP

DALAM DARAH PADA STAF WANITA DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Agatha Novita Ika Hayuningtyas

NIM : 078114040

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

KORELASI PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR HS-CRP

DALAM DARAH PADA STAF WANITA DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Agatha Novita Ika Hayuningtyas

NIM : 078114040

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2011

(3)
(4)
(5)

iv

Kupersembahkan karya ini untuk

Yesus Kristus sebagai ucapan syukurku,

kedua orang tuaku sebagai tanda baktiku,

Yosep dan Clara sebagai tanda cintaku,

adik-adik dan keluargaku,

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena

berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan sehingga penyusunan skripsi yan

berjudul “ Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggnag

Panggul dengan Kadar hs-CRP dalam Darah pada Staf Wanita di Universitas

Sanata Dharma” dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini:

1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma dan Ibu Fr. Ninik Yudianti, M. Acc., QIA. selaku Wakil Rektor I

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian di Universitas Sanata Dharma,

2. Bapak Ipang Djunarko, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma yang membantu dalam perijinan penelitian,

3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, semangat, dorongan, waktu, saran dan kritik

dalam penyusunan skripsi,

4. Segenap staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membantu perijinan dan penyusunan skripsi,

5. Segenap staf wanita Universitas Sanata Dharma yang rela membantu

dalam penelitian,

(9)

viii

6. Laboratorium Parahita yang telah membantu dalam pengambilan darah

dan data laboratorium,

7. Bapak Ch. Suparja dan Ibu F. Eni Prihatiningsih selaku orang tua penulis

atas doa, dukungan, dan bantuan yang diberikan selama penyusunan

skripsi,

8. Keluarga penulis, Yosep, dan Clara atas doa, dukungan dan bantuan yang

diberikan selama penyusunan skripsi,

9. Segenap personalia penelitian, yaitu Marcella Pradita, Prisma Andini

Mukti, Natalia Endah Utami, Fransischa Soembarwati, Gary

Ranteta’dung, Sisca Devi, Carolina Ester Daat, Fatrisia Vivi, Desi

Natalia dan Pika atas kerja sama, bantuan, dan dukungan yang diberikan

selama penelitian dan penyusunan skripsi,

10. Teman-teman terdekat di Fakultas Farmasi yang telah membantu, dan

memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi,

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan atas bantuan dan dukungan

dalam penyusunan kripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penulisan ini, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis berharap semoga

penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu kesehatan dan

masyarakat.

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

PRAKATA ... vii

(11)

x

A.Penelaahan Pustaka ... 8

1. Pengukuran antropometri ... 8

a. Lingkar pinggang ... 8

b. Rasio lingkar pinggang panggul ... 10

2. Jaringan adiposa, inflamasi dan atherosklerosis ... 11

3. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) ... 14

B.Landasan Teori ... 17

C.Hipotesis ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

B.Variabel Penelitian ... 19

C.Definisi Operasional ... 20

D.Responden Penelitian ... 21

E. Lokasi Penelitian ... 22

F. Ruang Lingkup ... 22

G.Teknik Pengambilan Sampel ... 24

H.Instrumen Penelitian ... 24

I. Tata Cara Penelitian ... 25

J. Kesulitan Penelitian ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A.Karakteristik Responden ... 30

1. Umur ... 31

(12)

xi

3. Rasio lingkar pinggang panggul ... 33

4. Kadar hs-CRP ... 35

a. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan lingkar pinggang ... 36

b. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan lingkar pinggang panggul ... 36

B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Lingkar Pinggang < 80 cm dengan Lingkar Pinggang ≥ 80 cm ... 37

C.Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul < 0,85 dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul ≥ 0,85 ... 38

D.Korelasi Lingkar Pinggang dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah ... 38

E. Korelasi Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A.Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 49

BIOGRAFI ... 70

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Overweight dan Obesitas dengan menggunakan

BMI, lingkar pinggang dan hubungan dengan risiko penyakit 10

Tabel II. Klasifikasi konsentrasi hs-CRP berdasarkan American Heart

Association ... 16

Tabel III. Karakteristik data responden ... 30

Tabel IV. Hasil analisis uji Shapiro-Wilk ... 31

Tabel V. Jumlah responden berdasarkan umur ... 31

Tabel VI. Jumlah responden berdasarkan lingkar pinggang ... 32

Tabel VII. Jumlah responden berdasarkan nilai rasio lingkar pinggang panggul ... 34

Tabel VIII. Jumlah responden berdasarkan kadar hs-CRP menurut klasifikasi American Heart Association ... 35

Tabel IX. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada lingkar pinggang < 80 cm dengan kadar hs-CRP pada lingkar pinggang ≥ 80 cm... 37

Tabel X. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dengan kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul ≥ 0,85 ... 38

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengukuran lingkar pinggang ... 9

Gambar 2. Pengukuran lingkar panggul ... 11

Gambar 3. Skema responden ... 22

Gambar 4. Sebaran data usia responden ... 32

Gambar 5. Sebaran data lingkar pinggang responden ... 33

Gambar 6. Sebaran data rasio lingkar pinggang panggul responden ... 34

Gambar 7. Sebaran data kadar hs-CRP responden ... 36

Gambar 8. Grafik korelasi lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah ... 39

Gambar 9. Grafik korelasi rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah ... 42

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 50

Lampiran 2. Surat Permohonan Ethical Clearance ... 51

Lampiran 3. Ethical Clearance ... 52

Lampiran 4. Surat Peminjaman Ruang ... 53

Lampiran 5. Surat Permohonan Perubahan Jadwal Acara ... 54

Lampiran 6. Surat Persetujuan (Informed Consent) ... 55

Lampiran 7. Leaflet ... 56

A.Halaman depan ... 56

B.Halaman belakang ... 57

Lampiran 8. Kartu Pemeriksaan Responden ... 58

Lampiran 9. Dokumentasi Instrumen, Pengukuran Lingkar Pinggang, dan Pengambilan Darah ... 59

1.Instrumen yang digunakan (meteran) ... 59

2.Pengukuran lingkar pinggang ... 59

3.Pengukuran lingkar panggul ... 59

4.Pengambilan darah oleh Laboratorium Parahita®... 60

Lampiran 10. Form Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 61

Lampiran 11. Analisis Statistik ... 62

A.Normalitas karakteristik responden ... 62

B.Grafik distribusi karakteristik responden ... 63

(16)

xv

dengan lingkar pinggang < 80 cm dan lingkar pinggang

≥ 80 cm ... 65

D.Uji beda Mann-Withney kadar hs-CRP pada responden

dengan pengelompokkan berdasarkan lingkar pinggang 66

E.Uji normalitas kadar hs-CRP pada kelompok responden

dengan rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dan rasio

lingkar pinggang panggul ≥ 0,85 ... 66

F.Uji beda Mann-Withney kadar hs-CRP pada responden

dengan pengelompokkan berdasarkan lingkar pinggang 67

G.Uji korelasi Spearman lingkar pinggang dan rasio

lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam

darah ... 68

H.Grafik korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah 68

1. Korelasi lingkar pinggang terhadap kadar hs-CRP

dalam darah... 68

2. Korelasi lingkar pinggang panggul terhadap kadar

hs-CRP dalam darah ... 69

(17)

xvi

INTISARI

Antropometri merupakan teknik pengukuran komposisi dan distribusi lemak, otot, serta tulang yang mudah dilakukan, murah dan tidak invasif. Jenis pengukuran antropometri untuk mengukur jaringan adiposa abdominal adalah lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul. Jaringan adiposa abdominal berhubungan dengan inflamasi sistemik yang memicu pembentukan plak atherosklerosis dan dapat dideteksi dengan kadar hs-CRP (high sensitivity C reactive protein). Penelitian ini ditujukan untuk menggali informasi tentang korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP sehingga pengukuran tersebut dapat menjadi gambaran awal kadar hs-hs-CRP.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong silang. Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak dengan jenis purposive dan melibatkan 46 responden wanita berusia 30 hingga 50 tahun. Pengukuran yang dilakukan adalah lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul dan kadar hs-CRP. Data yang diperoleh dianalisis secara komputerisasi dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data. Data diuji korelasinya menggunakan analisis korelasi Spearman. Taraf kepercayaan yang digunakan 95%.

Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r = 0,655; p < 0,001) dan terdapat korelasi tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP (r = 0,134; p = 0,375).

(18)

xvii

ABSTRACT

Anthropometry is a measurement method to measure composition and distribution of fat, muscle, and bone which is easy, cheap and non invasive. Anthropometry measurement types to measure abdominal adipose tissue are waist circumference and waist-to-hip ratio. Abdominal adipose tissue has association with systemic inflammation which can induce atherogenesis and can be detected with hs-CRP level (high sensitivity C reactive protein). The aim of the study was to explore the information about correlation of waist circumference and waist-to-hip ratio to hs-CRP level, so both of the measurements can be used as a predictor of hs-CRP level.

An observational analysis study with cross sectional method is included 46 woman aged 30 to 50 years old. Sampling is done by purposive non random sampling. The study measure waist circumference, waist-to-hip ratio, and hs-CRP levels. The data were analyzed by Shapiro-Wilk test to see the data distribution. Then, the correlation was analyzed by Spearman correlation with 95% confidence interval.

The result is the significant positive correlation of waist circumference to hs-CRP levels (r = 0.655; p < 0.001), and no significant correlation of waist-to-hip ratio to hs-CRP levels (r = 0.134; p = 0.375).

Key words: waist circumference, waist-to-hip ratio, hs-CRP

(19)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Antropometri merupakan teknik pengukuran proporsi dan komposisi

tubuh manusia yang mudah dilakukan, murah dan tidak invasif. Pengukuran ini

sering digunakan untuk mengukur status gizi, tumbuh kembang dan kesehatan

pada bayi, balita dan anak-anak. Pengukuran ini juga dapat digunakan untuk orang

dewasa, terutama untuk mengukur status kesehatan yang berhubungan dengan

komposisi lemak tubuh (World Health Organization, 1995).

Antropometri merupakan pengukur komposisi tubuh yang dibagi menjadi

pengukuran lemak tubuh dan pengukuran massa tubuh yang bebas lemak.

Pengukuran ini terdiri dari tinggi badan, berat badan, skinfold thickness, lingkar

lengan, lingkar pinggang dan lingkar panggul (Narendra, 2006; National Health

and Nutrition Examination Survey, 2007).

Lingkar pinggang merupakan pengukuran antropometri yang terbaik

untuk memprediksi jaringan adiposa pada bagian abdominal. Rasio lingkar

pinggang panggul merupakan pengukuran antropometri yang dapat digunakan

untuk memprediksi resiko penyakit kardiovaskular pada orang dewasa. Kedua

pengukuran ini merupakan pengukuran antropometri yang paling mudah, murah,

dan sederhana yang dapat dilakukan tanpa bantuan tenaga ahli (Scottish

Intercollegiate Guidelines Network, 2010; de Koning, Merchant, Pogue, dan

(20)

2

Peningkatan jaringan adiposa pada tubuh dapat mengakibatkan beberapa

perubahan yang mempengaruhi pembuluh darah, antara lain : perubahan tekanan

darah, kadar glukosa darah, metabolisme lipid atau lipoprotein, dan munculnya

peradangan sistemik. Selain itu, zat yang diekskresikan oleh jaringan lemak

mempengaruhi homeostasis dari dinding pembuluh darah dengan cara

mempengaruhi fungsi sel endotelium, sel otot polos arteri, dan makrofag dalam

pembuluh darah. Jaringan adiposa sentral lebih mengakibatkan terjadinya risiko

kardiometabolik daripada jaringan lemak bagian perifer (Fantuzzi dan Mazzone,

2007).

Penumpukan lemak berlebih dalam jaringan adiposa abdominal

mengakibatkan inflamasi sistemik tingkat rendah akibat pelepasan interleukin-6

dan akhirnya akan memicu sintesis CRP (C-Reactive Protein) yang dapat

memprediksikan terjadinya komplikasi kardiovaskular. Pengukuran hs-CRP (High

Sensitive C-Reactive Protein) dapat digunakan untuk memprediksi infark

miokardia, stroke, dan kematian akibat penyakit vaskular (Bastard, dkk., 2006;

Blake dan Ridker, 2001).

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010),

prevalensi penduduk wanita berumur lebih dari 18 tahun yang mengalami

kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia adalah 11,4% dan 15,5%,

sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, prevalensi penduduk wanita berumur

lebih dari 18 tahun yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas adalah

9,8% dan 15,7%. Berdasarkan penelitian Fox, dkk. (2007), tempat akumulasi

lemak pada jaringan adiposa antara pria dan wanita berbeda. Akumulasi lemak

(21)

pada wanita cenderung pada jaringan adiposa subkutan daripada jaringan adiposa

abdominal, sedangkan pada pria lebih banyak pada jaringan adiposa abdominal

daripada jaringan adiposa subkutan. Walaupun demikian, jaringan adiposa

abdominal pada wanita mempunyai kemungkinan lebih besar menyebabkan

sindrom metabolik daripada jaringan adiposa perut pada pria.

Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul

mempunyai hubungan erat dengan jaringan adiposa pada bagian abdominal.

Akumulasi lemak pada jaringan adiposa abdominal mempunyai hubungan dengan

inflamasi dan merupakan faktor risiko penyakit kronis, terutama penyakit

kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular dapat dideteksi dini dengan mengukur

kadar hs-CRP dalam darah.

Ganwarin (2010) melakukan penelitian serupa dengan subjek penelitian

laki-laki berusia 30 hingga 50 tahun dan memperoleh hasil bahwa terdapat

korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam

darah (r = 0,263; p = 0,028), dan korelasi positif tidak bermakna antara rasio

lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah (r = 0,038; p =

0,753). Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui

korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar

hs-CRP dalam darah pada wanita.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, permasalahan yang diangkat

(22)

4

antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar

hs-CRP pada staf wanita sehat dengan rentang usia 30 hingga 50 tahun di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pencarian informasi yang terkait dengan penelitian tentang

korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul, terdapat beberapa

penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut antara

lain:

a. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul

Terhadap Kadar hs-CRP Dalam Darah. Penelitian ini dilakukan oleh

Ganwarin pada tahun 2010 dengan judul Korelasi Lingkar Pinggang dan

Rasio Lingkar Pinggang Panggul Terhadap Kadar hs-CRP Dalam Darah.

Subjek penelitian ini adalah 70 pria yang sudah memenuhi kriteria

eksklusi dan inklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan non-random

sampling. Hasil penelitian yang didapat adalah ditemukan perbedaan tidak

bermakna pada perbandingan antara rata-rata kadar hs-CRP dengan

lingkar pinggang ≥ 90 cm dan dengan lingkar pinggang < 90 cm (p =

0,075). Ditemukan korelasi positif yang bermakna antara lingkar

pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r = 0,263; p = 0,028),

sedangkan pada rasio lingkar pinggang panggul ditemukan korelasi positif

yang tidak bermakna terhadap kadar hs-CRP (r = 0,038; p = 0,753).

(23)

b. The Relationship of High Sensitivity C-Reactive Protein to Percent Body

Fat Mass, Body Mass Index, Waist-to-Hip Ratio, and Waist

Circumference in Taiwanese Population. Penelitian ini dilakukan oleh

Lin, dkk. (2010) melibatkan 1669 orang yang terdiri dari 807 pria dan 862

wanita yang berusia 40 hingga 88 tahun di kota Taichung. Hasil penelitian

yang didapat adalah persentase massa lemak (AUC = 0,67; p < 0,01)

merupakan satu-satunya indikator obesitas yang secara kuat berasosiasi

dengan hs-CRP level tinggi pada pria. Semua indikator obesitas

(persentase massa lemak tubuh (AUC = 0,68), BMI (AUC = 0,65), rasio

lingkar pinggang panggul (AUC = 0,64), dan lingkar pinggang (AUC =

0,65)) berasosiasi dengan hs-CRP level tinggi pada wanita.

c. Association of High Sensitive C-reactive protein (hs-CRP) with

Established Cardiovascular Risk Factors in the Indian Population.

Penelitian ini dilakukan oleh Jeemon, dkk. (2011). Subjek penelitian ini

adalah 305 pria dan 295 wanita dari populasi yang mewakili Dehli,

Trivandrum, Nagpur, dan Dibrugarh. Pemilihan sampel dilakukan dengan

random sampling. Hasil penelitian yang didapat adalah pengukuran klinis

adiposa (BMI dan obesitas abdominal) mempunyai korelasi yang baik dan

dapat dihubungkan dengan tingkat inflamasi sistemik tiap individu. Dari

data didapat bahwa korelasi antara hs-CRP dengan lingkar pinggang

(24)

6

d. Waist Circumference and BMI in Relation to Serum High Sensitivity

C-Reactive Protein (hs-CRP) in Cuban Americans With and Without Type 2

Diabetes. Penelitian ini dilakukan oleh Huffman, Whisner, Zarini dan

Nath (2010) dengan melibatkan 226 wanita dan 129 pria. Hasil penelitian

yang didapat bahwa lingkar pinggang mempunyai hubungan yang

signifikan dengan ln hs-CRP (r = 0,406; p = 0,001) pada wanita tanpa

diabetes.

e. Serum High Sensitivity C-reactive Protein in Different Grades of Obesity.

Penelitian ini dilakukan oleh Arumalla dan Kathyaini (2011) dengan

menggunakan 200 orang yang terdiri atas 122 pria dan 78 wanita dengan

rentang usia antara 20 hingga 50 tahun. Hasil penelitian yang didapat

adalah terdapat korelasi positif antara kadar hs-CRP dengan BMI (r =

0,853), lingkar pinggang (r = 0,558), dan rasio lingkar pinggang panggul

(r = 0,128) dan hubungan antara hs-CRP dengan pengukuran antropometri

lebih kuat pada BMI dan lingkar pinggang daripada rasio lingkar

pinggang panggul.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan

informasi tentang korelasi jaringan adiposa abdominal yang diukur

menggunakan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul

terhadap kadar hs-CRP pada wanita sehat dengan rentang usia 30-50

tahun, sehingga dapat mendukung penelitian-penelitian terdahulu.

(25)

b. Manfaat praktis. Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul diharapkan mampu memberikan gambaran awal kadar hs-CRP

dalam darah.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Memperoleh informasi tentang korelasi lingkar pinggang dan rasio

lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP pada staf wanita sehat dengan

rentang usia 30-50 tahun di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

Mengetahui ada tidaknya korelasi antara lingkar pinggang dan rasio

lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP pada staf wanita sehat dengan

(26)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Penelaahan Pustaka 1. Pengukuran antropometri

Antropometri berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari kata

anthropo yang berarti manusia dan metron yang berarti ukur. Antropometri

merupakan pengukuran tubuh manusia yang terdiri dari massa tulang, otot, dan

jaringan adiposa (lemak). Pengukuran jaringan adiposa sangat penting karena

individu yang memiliki nilai jaringan adiposa yang besar dapat meningkatkan

resiko terjadinya hipertensi, diabetes mellitus onset dewasa, penyakit

kardiovaskular, batu empedu, arthritis, dan penyakit lainnya serta pembentukan

kanker (National Health and Nutrition Examination Survey, 2007).

Pengukuran antropometri dibagi menjadi 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan

komposisi tubuh. Pengukuran komposisi tubuh dibagi menjadi pengukuran lemak

tubuh dan pengukuran massa tubuh bebas lemak (Narendra, 2006).

a. Lingkar pinggang. Lingkar pinggang merupakan jarak keliling pinggang.

Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur lemak pada bagian

abdominal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran.

Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey (2007),

pengukuran lingkar pinggang dilakukan tepat di atas tulang panggul,

sedangkan berdasarkan World Health Organization (2008), pengukuran

ini dilakukan pada bagian tengah antara tulang rusuk terakhir dengan

(27)

tulang panggul. Meteran harus dalam posisi paralel dengan lantai, dan

tidak boleh longgar, tetapi tidak ditekan. Subjek berdiri dengan kaki yang

saling berdekatan, lengan di samping, dan harus santai. Pengukuran

dilakukan pada akhir ekspirasi normal (National Health and Nutrition

Examination Survey, 2007; World Health Organization, 2008).

Gambar 1. Pengukuran lingkar pinggang (National Institute for Health and Welfare, 2001)

Pada orang Eropa, bila BMI lebih besar dari 25 kg/m2, maka

lingkar pinggangnya kurang dari 35 inch (88 cm) untuk wanita. Pada

orang Asia, bila BMI lebih besar dari 25 kg/m2, maka lingkar

pinggangnya kurang dari 80 cm untuk wanita (World Health

(28)

10

Tabel I. Klasifikasi Overweight dan Obesitas dengan menggunakan BMI, lingkar pinggang dan hubungan dengan risiko penyakit (World Health Organization, 2004)

Resiko penyakit* (relatif untuk berat badan normal dan lingkar

pinggang)

Overweight 25,0 – 29,9 Meningkat Tinggi

Obesitas 30,0 – 34,9 I Tinggi Sangat tinggi * Resiko penyakit seperti diabetes tipe 2, hipertensi dan penyakit

kardiovaskular.

+ Peningkatan lingkar pinggang juga dapat dijadikan sebagai tanda peningkatan resiko, walaupun berat badan normal

b. Rasio lingkar pinggang panggul. Rasio lingkar pinggang pinggul adalah

perbandingan lingkar pinggang dengan lingkar pinggul. Pengukuran

antropometri ini dapat digunakan untuk memprediksi penyakit akibat

obesitas. Pengukuran ini menggambarkan perbandingan jaringan adiposa

subkutan dan intraabdominal (Scottish Intercollegiate Guidelines

Network, 2010; World Health Organization, 2008).

Sebelum menghitung rasio lingkar pinggang panggul, harus

diukur dulu lingkar pinggang dan panggul. Pengukuran lingkar panggul

dilakukan dengan meteran dengan cara mengukur lingkar terbesar pada

daerah panggul di sekeliling pelvis. Perhitungan rasio lingkar pinggang

panggul dilakukan dengan cara membagi nilai lingkar pinggang dengan

nilai lingkar panggul. Nilai normal rasio lingkar pinggang panggul pada

(29)

wanita adalah kurang dari 0,85 (Lin dkk., 2010; World Health

Organization, 2008).

Gambar 2. Pengukuran lingkar panggul (National Institute for Health and Welfare, 2001)

2. Jaringan adiposa, inflamasi dan atherosklerosis

Jaringan adiposa merupakan jaringan penyimpan energi dalam tubuh

yang berbentuk lemak. Jaringan ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu jaringan adiposa

putih dan adiposa coklat. Jaringan adiposa putih mempunyai fungsi untuk

membentuk, menyimpan dan melepaskan lemak, sedangkan jaringan adiposa

coklat berfungsi untuk mengeluarkan energi melalui proses respirasi mitokondria

(Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, dan Posey, 2008).

Akumulasi lemak dalam jaringan adiposa, terutama pada jaringan

adiposa putih terjadi bila terdapat ketidakseimbangan energi, yaitu energi yang

(30)

12

dalam tubuh pun akan besar. Penumpukan lemak ini menyebabkan naiknya berat

badan dan terjadi obesitas (Dipiro dkk., 2008).

Jaringan adiposa dibagi menjadi dua yaitu jaringan adiposa sentral dan

jaringan adiposa perifer. Jaringan adiposa sentral (abdomen) mempunyai risiko

menimbulkan penyakit kardiovaskular lebih tinggi daripada jaringan adiposa

perifer (subkutan). Klein (cit., Fantuzzi dan Mazzone, 2007) menjelaskan bahwa

penghilangan lemak subkutan tidak menurunkan sensitifitas insulin, tidak

mengubah konsentrasi CRP dalam lasma, IL-6, tumor necrosis factor-α atau

adiponektin, serta tidak mengubah tekanan darah, kadar glukosa dalam plasma,

insulin atau konsentrasi lipid secara bermakna, sedangkan pengurangan lemak

abdominal berhubungan dengan peningkatan sensitifitas insulin, kolesterol HDL,

dan penurunan trigliserida dan tekanan darah.

Distribusi jaringan adiposa mempengaruhi pengukuran terhadap penyakit

makrovaskular. Jaringan adiposa perifer memberikan efek antiatherogenik pada

wanita. Ferreira dkk. (cit., Fantuzzi dan Mazzone, 2007) menyatakan bahwa

lemak sentral berhubungan dengan kekakuan karotid dan femoral arteri. Penelitian

lain menunjukkan bahwa ketebalan karotid intima/media meningkat pada wanita

yang mengalami obesitas. Jaringan adiposa abdominal juga menghasilkan

beberapa faktor yang berperan dalam penyakit kardiovaskular, seperti IL-6, IL-8,

MCP-1, vascular endothelial growth factor, dan plasminogen activator inhibitor

-1 dalam kadar yang lebih besar dibandingkan dengan jaringan adiposa subkutan

(Fantuzzi dan Mazzone, 2007).

(31)

Jaringan adiposa abdominal yang berlebihan (obesitas abdominal)

ditandai dengan produksi adipokin yang abnormal dan aktivasi beberapa agen

pro-inflamasi akan memicu pro-inflamasi level rendah yang berperan dalam atherogenesis.

Inflamasi pada jaringan adiposa dimulai dengan adanya infiltrasi makrofag ke

dalam jaringan adiposa. Infiltrasi ini bertanggung jawab pada produksi tumor

necrosis factor-α (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6). IL-6 akan menstimulasi

produksi protein fase akut, seperti protein C-reaktif (CRP). (Bastard, dkk., 2006;

Libby, Ridker, dan Maseri, 2002; Packard dan Libby, 2008).

Interleukin-6 merupakan sitokin yang diproduksi oleh beberapa sel,

seperti fibroblas, sel endotel dan monosit, serta jaringan adiposa. Saat terjadi

inflamasi akut dalam obesitas, 15 hingga 30% IL-6 berasal dari jaringan adiposa.

Sekresi IL-6 pada jaringan adiposa abdominal lebih besar daripada jaringan

adiposa subkutan karena ekspresi mRNA IL-6 lebih tinggi pada jaringan adiposa

abdominal. IL-6 dapat menginduksi produksi CRP pada hati, yang dikenal sebagai

penanda risiko mayor komplikasi kardiovaskular. Induksi ini dapat terjadi karena

jaringan adiposa abdominal terhubung dengan hati melalui sistem vena portal. Hal

tersebut dapat menjelaskan hubungan antara akumulasi lemak pada jaringan

adiposa sentral (abdominal) dengan risiko kardiovaskular pada manusia (Bastard,

dkk., 2006).

Atherosklerosis merupakan penyakit progresif yang muncul akibat

kombinasi disfungsi endotel dan inflamasi. Homeostasis vaskular tergantung pada

keseimbangan faktor relaksasi dan kontraksi dari sel endotelium. Adanya

(32)

14

Disfungsi endotelial akan menurunkan produksi dan keberadaan nitrit oksida

(NO), meningkatkan faktor kontraksi endotelium, seperti endothelin-1 dan

angiotensin yang menginduksi inflamasi dan atherogenesis. CRP mempunyai

peran dalam seluruh bagian atherogenesis saat CRP muncul dalam lesi

atherosklerosis (Verma, Szmitko, dan Ridker, 2005).

3. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP)

Protein C-reaktif merupakan protein pentamer yang terdiri dari lima

struktur identik dan terhubung secara non kovalen. Protein C-reaktif merupakan

komponen penting dalam sistem imun. Protein C-reaktif merupakan sebuah

kompleks protein yang dibentuk oleh tubuh saat mengalami infeksi mayor atau

trauma. CRP diproduksi oleh hati dan sel otot polos arteri koroner untuk

merespon stimulus inflamasi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan

antara CRP dengan kejadian atherosklerosis karena atherosklerosis merupakan

gangguan inflamasi yang terjadi dalam pembuluh darah. Inflamasi merupakan

proses penting dalam segala fase penyakit jantung, termasuk terjadinya plak

atherosklerosis dalam arteri, pecahnya plak secara akut yang menyebabkan

serangan jantung hingga kematian. Beberapa penelitian menyatakan bahwa

penanda dalam darah yang merefleksikan proses inflamasi meningkat pada

individu yang mempunyai resiko tinggi mengalami penyakit jantung pada masa

yang akan datang. CRP, yang dulunya dikenal sebagai salah satu protein fase akut,

sekarang lebih dikenal sebagai penanda inflamasi sistemik yang sensitif untuk

memprediksi keadaan dan kejadian pada sistem vaskular yang disebut high

(33)

sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) (Albert dan Ridker, 2006; Black, Kushner,

dan Samols, 2004; Ridker, 2003).

CRP mempunyai efek langsung pada proses atherosklerosis dan

inflamasi sel endotel. CRP akan menurunkan traskripsi mRNA endotelial NO

sintase (eNOS) sehingga menurunkan nitrit oksida. CRP juga menurunkan

produksi vasodilator prostasiklin. CRP meningkatkan regulasi nuclear factor ҡB

yang menstimulasi ekspresi dari molekul adhesi sel endotel, seperti intercellular

adhesion molecule-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1),

dan E-selectin yang memediasi interaksi monosit-endotelial. CRP juga

menginduksi produksi monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) yang

memfasilitasi migrasi monosit ke dalam endotel. CRP juga menginduksi

endothelin-1 (ET-1) yang merupakan vasokonstriktor. Hal ini menyebabkan

perubahan keseimbangan yang berakibat pada disfungsi endotel. Migrasi monosit

dalam dinding arteri menyebabkan respon inflamasi yang dimediasi oleh TNF-α

dan interleukin-1 yang menyebabkan oksidasi lipid. Oksidasi lipid ini

menghasilkan formasi plak atherosklerosis. CRP juga memberikan efek

proatherogenik dengan menstimulasi migrasi otot polos vaskular, proliferasi dan

formasi neointimal. CRP juga berperan dalam pecahnya plak atheroma dengan

menstimulasi matriks metalloprotteinase yang mendegradasi kolagen dan matriks

protein lain yang melindungi atheroma. CRP juga menghalangi fibrinolisis dengan

mensintesis plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) (Verma, Szmitko, dan

(34)

16

Pengukuran hs-CRP dapat mendeteksi CRP dalam kadar yang sangat

kecil dengan menggunakan immunoturbidimetri dengan sensitivitas yang tinggi

(mencapai 0,01 mg/L). Pengukuran ini digunakan untuk memperkirakan resiko

penyakit kardiovaskular (Fischbach dan Dunning, 2004).

Tabel II. Klasifikasi konsentrasi hs-CRP berdasarkan American Heart Association

(Ridker, 2003)

Resiko kardiovaskular Kadar hs-CRP (mg/L)

Rendah (Low) < 1

Sedang(Moderate) 1-3

Tinggi (High) > 3

Pengukuran CRP merupakan pengukuran yang memiliki ketangguhan

paling baik dibandingkan dengan penanda inflamasi lainnya, karena tidak

terpengaruh oleh keberadaan makanan dan irama sirkadian, mempunyai waktu

paruh yang panjang dibandingkan penanda yang lain, seperti interleukin-6; mudah

diukur, protein ini stabil karena pengujian pada protein ini memberikan hasil yang

mirip baik pada plasma yang baru diambil, disimpan, bahkan dibekukan (Packard

dan Libby, 2008).

Komponen metabolik sindrom seperti obesitas sentral, peningkatan

trigliserida, penurunan kolesterol HDL, hipertensi dan peningkatan kadar glukosa

darah berkorelasi dengan peningkatan kadar hs-CRP, dan hs-CRP memberikan

kontribusi dalam memprediksi risiko penyakit pada orang yang mengalami

sindrom metabolik (Packard dan Libby, 2008).

(35)

B. Landasan Teori

Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul merupakan jenis

pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur jaringan adiposa

abdominal. Peningkatan lemak dalam jaringan adiposa abdominal akan memicu

pengeluaran beberapa metabolit, sitokin, dan hormon, terutama asam lemak bebas,

interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-α (TNF-α). IL-6 akan menuju ke

hati melalui sirkulasi portal dan memicu pengeluaran protein fase akut, seperti

protein C reaktif. Peningkatan protein C reaktif ini disertai dengan perubahan

komposisi dan jumlah lipoprotein, peningkatan peradangan sistemik dan faktor

pembekuan yang memicu peningkatan deposisi lemak, faktor pembekuan,

molekul adhesi, produksi sitokin pada pembuluh darah, stres oksidatif dan

vasokonstriksi. Peningkatan-peningkatan ini akan menyebabkan pembentukan

plak pada pembuluh darah (atherosklerosis). Pengukuran hs-CRP digunakan

sebagai prediktor penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner

karena terdapat hubungan antara protein C reaktif dengan pembentukan plak

atherosklerosis yang berhubungan erat dengan penyakit jantung koroner.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ganwarin (2010) dengan

melibatkan 70 pria dengan rentang usia 30 hingga 50 tahun memberikan hasil

bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar

hs-CRP dalam darah (r = 0,263; p = 0,028), dan terdapat korelasi positif tidak

bermakna antara rasio lingkar inggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah

(r = 0,038; p = 0,753). Akumulasi lemak dalam jaringan adiposa antara pria dan

(36)

18

abdominal daripada subkutan, sedangkan penyimpanan lemak wanita cenderung

pada jaringan lemak subkutan. Akan tetapi, jaringan adiposa abdominal wanita

lebih memberikan dampak pada sindrom metabolik.

C. Hipotesis

Terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dan rasio

lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada staf wanita

sehat dengan rentang usia 30 hingga 50 tahun di Universitas Sanata Dharma.

(37)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan rancangan secara potong silang/cross-sectional. Penelitian

observasional analitik berarti penelitian yang diarahkan untuk menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Studi cross-sectional

mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya, baik

variabel risiko (variabel bebas) maupun variabel akibatnya (variabel tergantung)

dilakukan sekaligus pada suatu saat. Kemudian dilakukan analisis korelasi antara

fenomena, baik antara faktor risiko dan faktor efek, antar faktor risiko maupun

antar faktor efek. Penelitian ini menganalisis korelasi antara lingkar pinggang dan

rasio lingkar pinggang panggul sebagai faktor risiko terhadap peningkatan kadar

hs-CRP dalam darah sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah

secara komputerisasi untuk mengetahui korelasi dari data-data penelitian.

(Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul

2. Variabel tergantung : Kadar hs-CRP dalam darah

3. Variabel pengacau

(38)

20

b. Variabel pengacau tak terkendali : patologi, aktivitas, dan gaya hidup

responden

C. Definisi Operasional

1. Responden penelitian adalah staf wanita Kampus I, II, III, dan IV Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta usia 30-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi pada penelitian ini.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometri dan hasil

pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi umur responden.

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran lingkar pinggang dan lingkar

lingkar pinggang panggul. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah

kadar hs-CRP.

3. Pengukuran lingkar pinggang adalah pengukuran jarak keliling pinggang yang

dilakukan menggunakan meteran pada bagian tengah di antara tulang rusuk

paling bawah dan tulang panggul bagian atas. Nilai normal lingkar pinggang

pada wanita Asia adalah kurang dari 80 cm.

4. Pengukuran rasio pinggang panggul adalah hasil perhitungan pembagian nilai

lingkar pinggang oleh nilai lingkar pinggul. Lingkar panggul diukur pada

bagian terbesar dari panggul. Nilai normal rasio lingkar pinggang pinggul pada

wanita adalah kurang dari 0,85.

5. High sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) adalah kadar CRP dalam

kuantitas kecil yang diukur dengan metode yang sangat sensitif. Kadar hs-CRP

didapat dari data laboratorium. Centers for Disease Control and Prevention

(39)

(CDC) dan American Heart Association (AHA) menginterpretasikan bahwa

nilai hs-CRP < 1 mg/L mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko

sedang, dan > 3 mg/L mempunyai risiko tinggi.

D. Responden Penelitian

Respoden penelitian adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi,

antara lain : wanita, premenopause, rentang usia 30-50 tahun, bekerja Universitas

Sanata Dharma, serta bersedia untuk diajak bekerjasama dalam penelitian ini.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain yang sedang menderita

penyakit jantung koroner, demam, edema, penyakit hati akut maupun kronis,

penyakit peradangan akut dan kronis, hamil, merokok, dan menggunakan obat

kontrasepsi hormonal.

Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 46 orang

(Gambar 3). Tujuh puluh responden bersedia mengikuti penelitian, tetapi hanya

59 responden yang hadir pada saat penelitian, dan data yang digunakan hanya data

dari 46 responden karena 6 responden mempunyai kadar hs-CRP lebih dari 10

mg/L, 1 responden merokok sebelum pelaksanaan penelitian, 1 responden sedang

dalam masa penyembuhan penyakit tipes, 2 responden mengidap diabetes

mellitus, 1 responden mengalami sinusitis dan 2 responden mengalami radang

tenggorokan pada saat pelaksanaan penelitian. Jumlah tersebut sudah memenuhi

jumlah minimum sampel untuk penelitian korelasi sebesar 30 orang (Kasjono dan

(40)

22

Gambar 1. Skema responden

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus I, II, dan III Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Obsverasi awal dan pencarian responden dilakukan di

Kampus I, II dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Observasi dan

pencarian responden dilakukan mulai bulan Mei sampai Agustus 2011.

Pengambilan data penelitian dilaksanakan di Kampus II yang terletak di Mrican

dan Kampus III yang terletak di Paingan pada awal bulan Agustus 2011.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul Korelasi

Parameter Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar hs-CRP, Glukosa Darah

dan Tekanan Darah sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular Pada Staf

Wanita di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bertujuan untuk mengkaji

adanya korelasi antara pengukuran antropometri dengan profil lipid, kadar

hs-CRP dan glukosa darah serta tekanan darah. Penelitian ini dilakukan secara

(41)

berkelompok dengan jumlah anggota 11 orang dengan kajian yang berbeda-beda

untuk diteliti.

Kajian dari penelitian ini meliputi:

1. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul

terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah.

2. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul

terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL dalam Darah.

3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul

terhadap Rasio Kadar LDL/HDL dalam Darah.

4. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul

terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.

5. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul

terhadap Kadar Kolesterol dalam Darah.

6. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah.

7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL dalam Darah.

8. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Rasio Kadar LDL/HDL dalam Darah.

9. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.

10.Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness

(42)

24

11.Korelasi Pengukuran Body Mass Index, Abdominal Skinfold Thickness,

Lingkar Pinggang, dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Tekanan

Darah.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah

secara non-random sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis

purposive sampling. Pengambilan sampel secara non random sampling karena

yang digunakan sebagai subyek pada penelitian ini hanya mereka yang memenuhi

kriteria inklusi, sehingga tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama

untuk dijadikan sebagai subyek penelitian. Purposive sampling didasarkan pada

teknik pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian

peneliti menetapkan sampel berdasarkan pertimbangan pribadi peneliti

(Notoatmodjo, 2010).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa meteran Butterfly®,

leaflet, surat persetujuan (informed consent) dan alat pengukur kadar hs-CRP

dengan metode Pureauto SS-Type® milik laboratorium Parahita®. Meteran

digunakan untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul.

(43)

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah staf

wanita Universitas Sanata Dharma yang berusia 30-50 tahun memalui Biro

Personalia. Pengambilan sampel secara tidak acak (non-random sampling) dengan

jenis purposive sebanyak 70 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian.

2. Permohonan izin dan kerja sama

Permohonan izin diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika

penelitian menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah. Selain itu,

permohonan ijin diajukan kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma,

Ketua Jurusan JP MIPA, Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Kepala

Urusan Rumah Tangga Paingan, Kepala BAPSI, para Dekan Fakultas Kampus I,

II, III dan IV Universitas Sanata Dharma. Permohonan izin juga diajukan ke

Bagian Rumah Tangga USD sebagai penyedia lokasi. Permohonan kerja sama

diajukan ke calon responden dan Laboratorium Parahita®. Permohonan kerja sama

kepada calon responden menggunakan surat persetujuan (informed consent).

3.

Pencarian responden

Pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan surat izin penelitian

dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma. Surat izin penelitian diberikan

kepada Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Kepala Urusan Rumah

(44)

26

Universitas Sanata Dharma untuk meminta izin melibatkan dosen dan karyawan

di dalam penelitian ini.

Pencarian responden yang masuk sebagai sampel dari populasi

dilaksanakan secara berpasangan (sebanyak 2 orang) dengan menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian serta pentingnya penelitian yang dilakukan kepada calon

responden. Penjelasan yang lebih mendalam mengenai penelitian melalui

pemberian leaflet kepada calon responden. Isi leaflet berupa penjelasan mengenai

obesitas, risiko obesitas, pengukuran antropometri, nilai normal beberapa

pengukuran antropometri (BMI, skinfold thickness, lingkar pinggang, rasio lingkar

pinggang panggul) dan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium.

Calon responden yang bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian

akan menandatangani informed consent sebagai pernyataan kesediaan untuk ikut

dalam penelitian ini secara sukarela. Responden yang bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian akan mencantumkan nama, usia, alamat dan nomor

telepon serta menandatangani informed consent setelah mendapatkan kejelasan

penuh dari peneliti. Informed consent yang digunakan dalam penelitian telah

memenuhi standar dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Responden akan dihubungi satu hari sebelum pengukuran parameter

untuk memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran

parameter dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pengukuran

parameter yaitu berpuasa selama 8-10 jam melalui short message system (sms)

dan telepon jika responden tidak membalas sms dari peneliti. Responden yang

(45)

belum hadir pada saat pengukuran parameter akan dikonfirmasi untuk

kehadirannya melalui telepon. Responden dapat membatalkan kesediaannya untuk

ikut serta dalam penelitian tanpa harus memberikan kejelasan mengenai

pembatalan ikut serta dalam penelitian seperti yang tercantum dalam informed

consent.

4. Validitas dan reliabilitas instrumen

Reliabilitas instrumen dilakukan untuk menjamin keajegan data yang

didapat sehingga validitas data terpenuhi. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan

mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul masing-masing sebanyak lima

kali. Setelah pengukuran dilakukan perhitungan koefisien variasi untuk

mengetahui presisi dari alat. Menurut Subdit Bina Pelayanan Patologi dan

Toksikologi Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, Ditjen Bina Pelayanan

Medik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), alat kesehatan yang

dikatakan baik jika koefisien variasi (CV) ≤ 5%. Dari hasil pengukuran lingkar

pinggang dan lingkar panggul sebanyak lima kali, didapat nilai koefisien variasi

masing-masing 0,18% dan 0,08%. Hasil pengukuran tersebut masuk dalam

kriteria presisi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sehingga

dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan memenuhi kriteria

reliabilitas sehingga dapat menjamin validitas pengukuran.

5. Pengukuran parameter

Parameter yang diukur secara khusus oleh peneliti adalah lingkar

pinggang dan lingkar panggul (untuk menghitung rasio lingkar pinggang

(46)

28

yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan oleh tenaga ahli dari laboratorium

Parahita®. Cara pengambilan darah yaitu memasang ikatan pembendungan

(torniquet) pada lengan atas. Lokasi penusukan pada lipatan siku dalam responden

diberi disinfektan (alkohol) kemudian spuit injeksi disuntikkan dengan posisi 45º

ke pembuluh vena yang terdapat pada lipatan siku dalam. Darah diambil perlahan

dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Toniquet dilepas, kemudian

jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol.

Tempat bekas suntikan ditekan dengan kapas alkohol dan ditutup dengan plester.

Darah kemudian dibawa ke laboratorium Parahita® oleh petugas laboratorium.

Pengukuran antropometeri dilakukan oleh tim peneliti. Pengukuran

lingkar pinggang dan lingkar panggul dilakukan pada responden dalam posisi

tegak dan keadaan santai. Responden diminta untuk melepas baju pada saat

pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pengukuran dilakukan pada

akhir ekspirasi normal.

6. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu

menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian

dilakukan interpretasi. Cara pengolahan data dilakukan secara komputerisasi.

7. Teknik analisis data penelitian

Data yang diperoleh diolah secara komputerisasi. Langkah awal adalah

dilakukan uji normalitas (Shapiro-Wilk) untuk melihat distribusi normal suatu

data. Suatu data dikatakan normal bila nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0,05. Data

kemudian dianalisis perbandingan rerata kadar hs-CRP antara lingkar pinggang

(47)

kurang dari 80 cm dengan lingkar pinggang lebih dari sama dengan 80 cm serta

antara rasio lingkar pinggang panggul kurang dari 0,85 dengan rasio lingkar

pinggang panggul lebih dari sama dengan 0,85 menggunakan uji Mann-Whitney

karena distribusi data tidak normal. Data kemudian diuji korelasinya

menggunakan analisis Spearman karena data tidak terdistribusi normal. Hipotesis

korelatif diterima bila nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05. Taraf kepercayaan

yang digunakan 95%. (Dahlan, 2009).

8. Pembagian hasil pemeriksaan dan wawancara

Pembagian hasil pemeriksaan diberikan secara langsung kepada

responden secara berpasangan dan peneliti memberikan kejelasan makna hasil

pemeriksaan dan memberikan saran-saran untuk menjaga kesehatan jika

ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak normal. Wawancara dilakukan kepada

responden yang memiliki nilai hs-CRP di antara 3 hingga 10 mg/L untuk

mengetahui penyebab tingginya kadar hs-CRP. Bila responden mengalami demam

atau inflamasi sistemik dan alergi pada saat pelaksanaan penelitian, maka

responden dieksklusi dari penelitian.

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang ditemui dalam penelitian ini antara lain penolakan

kerjasama dari responden yang memenuhi kriteria inklusi tanpa alasan (sudah

tercantum dalam informed consent) yang menyebabkan kurangnya jumlah

responden yang dibutuhkan, dan penetapan waktu penelitian karena

(48)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian ini melibatkan 70 staf wanita Universitas Sanata Dharma

berusia 30-50 tahun dengan populasi 141 orang. Data responden yang dapat

dianalisis hanya 46 orang karena 11 responden tidak hadir saat pelaksanaan

penelitian, 1 responden merokok sebelum pelaksanaan penelitian, 6 responden

memiliki kadar hs-CRP lebih dari 10 mg/L, dan setelah wawancara 1 responden

sedang dalam masa penyembuhan penyakit tipes, 2 responden mengidap diabetes

mellitus, 1 responden mengalami sinusitis dan 2 responden mengalami radang

tenggorokan pada saat pelaksanaan penelitian.

Karakteristik responden meliputi data demografi, hasil pengukuran

antropometri dan hasil laboratorium. Data demografi meliputi umur responden.

Pengukuran antropometri meliputi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang

panggul. Pengukuran laboratorium meliputi kadar hs-CRP. Karakteristik data

dapat dilihat pada tabel III.

Tabel I. Karakteristik data responden

Karakteristik Rerata ± SD (n=46)

Umur (tahun) 40 ± 5

Lingkar pinggang (cm) 74,4 ± 6,5

Rasio lingkar pinggang panggul 0,82 ± 0,04

Hs-CRP (mg/L) 2,42 (1,24 - 6,57)*

* rerata (nilai minimum dan maksimum)

Analisis distribusi data dilakukan untuk melihat normalitas distribusi

data. Analisis ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data kurang dari

(49)

50. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai p > 0,05. (Dahlan, 2009). Hasil

analisis Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil analisis uji Shapiro-Wilk

Variabel p

Usia 0,149*

Lingkar pinggang 0,560*

Rasio lingkar pinggang panggul 0,129*

Hs-CRP 0,000*

Hs-CRP pada lingkar pinggang < 80 cm 0,000*

Hs-CRP pada lingkar pinggang ≥ 80 cm 0,083*

Hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 0,000* Hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul ≥ 0,85 0,022*

* data terdistristribusi normal bila p > 0,05 (Dahlan, 2009)

1. Umur

Responden dalam penelitian ini berjumlah 46 orang dengan jenis

kelamin wanita dan rerata usianya 39,8 tahun. Pengukuran kadar hs-CRP dapat

dilakukan pada usia 30 hingga 40 tahun untuk melihat kenaikan kadar hsCRP

yang dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular, sehingga dapat

digunakan sebagai tindakan pencegahan terhadap kejadian serangan jantung

dan stroke (Ridker, 2003). Jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat

pada tabel V.

Tabel II. Jumlah responden berdasarkan umur

Umur (tahun) Jumlah responden

30-39 23

40-50 23

Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)

sebesar 0,149; sehingga dapat disimpulkan bahwa data usia terdistribusi

(50)

32

Gambar 1. Sebaran data usia responden

2. Lingkar pinggang

Rerata lingkar pinggang pada penelitian ini adalah 74,42 cm dengan

rentang antara 62,7 cm hingga 91,1 cm. Lingkar pinggang menunjukkan

komposisi jaringan adiposa terutama pada bagian abdominal. Jumlah

responden berdasarkan lingkar pinggan dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel VI. Jumlah responden berdasarkan lingkar pinggang

Lingkar pinggang (cm) Jumlah responden

< 80 37

≥ 80 9

Lingkar pinggang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular

dan sindrom metabolik selain untuk mengetahui komposisi jaringan adiposa

pada bagian abdominal. Lingkar pinggang normal adalah lingkar pinggang

dengan ukuran kurang dari 80 cm, sedangkan lingkar pinggang yang

mempunyai peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan sindrom

metabolik adalah lingkar pinggang dengan ukuran lebih dari sama dengan 80

cm. Dari data dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki lingkar

pinggang normal, yaitu 37 orang, dan hanya 9 responden yang mempunyai

(51)

peningkatan risiko mengalami penyakit kardiovaskular atau sindrom

metabolik.

Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai p sebesar 0,560;

sehingga dapat disimpulkan bahwa data lingkar pinggang terdistribusi normal.

Histogram sebaran data lingkar pinggang dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 2. Sebaran data lingkar pinggang responden

3. Rasio lingkar pinggang panggul

Rasio lingkar pinggang panggul pada penelitian ini berkisar antara

0,75 hingga 0,90. Rasio lingkar pinggang panggul digunakan untuk

menunjukkan penyebaran jaringan adiposa pada bagian intraabdominal dan

subkutan. Semakin besar nilai rasio lingkar pinggang panggul, semakin besar

pula jaringan adiposa intraabdominal. Berdasarkan penelitian Fox dkk. (2007),

jaringan adiposa sentral (abdominal) mempunyai kemungkinan lebih besar

menyebabkan sindrom metabolik, sehingga semakin besar nilai rasio lingkar

pinggang panggul, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi sindrom

(52)

34

kurang dari 0,85, sedangkan rasio lingkar pinggang panggul yang

menunjukkan terjadi peningkatan risiko sindrom metabolik maupun penyakit

kardiovaskular bila nilainya lebih dari sama dengan 0,85 (World Health

Organization, 2008). Jumlah responden berdasarkan nilai rasio lingkar

pinggang panggul dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel III. Jumlah responden berdasarkan nilai rasio lingkar pinggang panggul

Rasio lingkar pinggang panggul Jumlah responden

< 0,85 34

≥ 0,85 12

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 34

responden mempunyai nilai rasio lingkar pinggang panggul normal, sedangkan

12 responden memiliki peningkatan risiko mengalami sindrom metabolik atau

penyakit kardiovaskular.

Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)

sebesar 0,126; sehingga dapat disimpulkan bahwa data rasio lingkar pinggang

panggul terdistribusi normal. Histogram sebaran data rasio lingkar pinggang

panggul dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 3. Sebaran data rasio lingkar pinggang panggul responden

(53)

4. Kadar hs-CRP

Kadar hs-CRP dalam penelitian ini berkisar antara 1,24 hingga 6,57

mg/L dengan rerata 2,42 mg/L. Kadar hs-CRP yang tinggi (>10 mg/L) dapat

disebabkan karena inflamasi sistemik, merokok, infeksi dan luka. Hal ini

menyebabkan kadar hs-CRP tidak dapat digunakan sebagai prediktor penyakit

kardiovaskular. Oleh karena itu, responden dengan kadar hs-CRP lebih dari 10

mg/L dieksklusi. Bila kadar hs-CRP lebih dari 10 mg/L, maka harus dilakukan

pengukuran kadar hs-CRP ulang setelah tiga minggu sejak pengukuran kadar

hs-CRP pertama untuk memastikan kadar hs-CRP yang sebenarnya dan

mengetahui prediksi penyakit kardiovaskular (Ridker, 2003). Jumlah

responden berdasarkan nilai kadar hs-CRP menurut American Heart

Association dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel IV. Jumlah responden berdasarkan kadar hs-CRP menurut klasifikasi

American Heart Association

Kadar hs-CRP (mg/L) Jumlah responden

< 1 0

1-3 34

> 3 12

Berdasarkan tabel jumlah reponden berdasarkan kadar hs-CRP, tidak

ada responden yang mempunyai risiko rendah mengalami penyakit

kardiovaskular, sedangkan 34 orang mempunyai risiko sedang mengalami

penyakit kardiovaskular dan 12 orang mempunyai risiko tinggi terkena

penyakit kardiovaskular.

Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)

(54)

36

terdistribusi normal karena sebagian besar responden memiliki kadar hs-CRP

dengan rentang 1 hingga 3 mg/L. Histogram sebaran data kadar hs-CRP dapat

dilihat pada gambar 7.

Gambar 4. Sebaran data kadar hs-CRP responden

a. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan lingkar pinggang. Uji

normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p) sebesar

0,000 pada responden yang memiliki lingkar pinggang kurang dari 80

cm, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kadar hs-CRP pada

kelompok responden tersebut tidak terdistribusi normal. Nilai

signifikansi kadar hs-CRP pada responden yang memiliki lingkar

pinggang lebih dari sama dengan 80 cm adalah 0,083; sehingga dapat

disimpulkan data tersebut terdistribusi normal.

b. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan rasio lingkar pinggang

panggul. Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)

sebesar 0,000 pada responden yang memiliki rasio lingkar pinggang

panggul kurang dari kurang dari 0,85; sehingga dapat disimpulkan bahwa

data kadar hs-CRP pada kelompok tersebut tidak terdistribusi normal.

(55)

Nilai signifikansi kadar hs-CRP pada responden yang memiliki rasio

lingkar pinggang panggul lebih dari sama dengan 0,85 adalah 0,022;

sehingga dapat disimpulkan data tersebut tidak terdistribusi normal.

B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Lingkar Pinggang < 80 cm

dengan Lingkar Pinggang ≥ 80 cm

Perbandingan rerata kadar hs-CRP berdasarkan ukuran lingkar pinggang

dianalisis menggunakan uji beda Mann-Withney. Hasil perbandingan rerata kadar

hs-CRP dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada lingkar pinggang < 80 cm dengan kadar hs-CRP pada lingkar pinggang ≥ 80 cm

Variabel Lingkar pinggang

< 80 cm

Lingkar pinggang

≥ 80 cm p

Hs-CRP (mg/L) 2,04 ± 0,86 3,98 ± 1,46 <0,001*

* terdapat perbedaan yang signifikan bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan rerata

kadar hs-CRP yang bermakna pada lingkar pinggang < 80 cm dengan lingkar

pinggang ≥ 80 cm. Penelitian Lapice, dkk. (2009), menyatakan bahwa terdapat

perbandingan rerata hs-CRP yang bermakna antara responden yang mengalami

obesitas abdominal dengan responden yang tidak mengalami obesitas abdominal

(56)

38

C. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Rasio Lingkar Pinggang

Panggul < 0,85 dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul ≥ 0,85

Perbandingan rerata kadar hs-CRP berdasarkan rasio lingkar pinggang

panggul dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil perbandingan rerata

kadar hs-CRP dapat dilihat pada tabel X.

Tabel X. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dengan kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul ≥ 0,85

Variabel Rasio lingkar

pinggang panggul

* terdapat perbedaan yang signifikan bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa berdasarkan rasio lingkar

pinggang panggul ditemukan perbandingan rerata tidak bermakna antara kadar

hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dengan kadar hs-hs-CRP pada rasio

lingkar pinggang panggul ≥ 0,85.

D. Korelasi Lingkar Pinggang dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah

Korelasi antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Korelasi dinyatakan

bermakna bila nilai p < 0,05. Hasil analisis korelasi Spearman dapat dilihat pada

tabel XI.

Tabel XI. Korelasi lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah

Variabel Koefisien korelasi (r) P

Lingkar pinggang 0,655 <0,001*

* terdapat korelasi yang signifikan bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)

(57)

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman, dapat dilihat bahwa

terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar hs-CRP

dalam darah. Korelasi positif ini termasuk korelasi positif kuat (r = 0,655). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar lingkar pinggang seseorang, maka semakin

besar pula kadar hs-CRP dalam darah. Berdasarkan grafik korelasi lingkar

pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah, korelasi positif kuat terlihat dari

banyaknya titik yang berada di sekitar garis korelasi.

Gambar 5. Grafik korelasi lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah

Adanya korelasi positif bermakna antara pengukuran lingkar pinggang

terhadap kadar hs-CRP dalam darah dapat dihubungkan dengan mekanisme

munculnya CRP yang dipengaruhi oleh jaringan adiposa abdominal. Jaringan

adiposa abdominal dapat menghasilkan agen proinflamasi (sitokin) yaitu

interleukin-6 (IL-6). IL-6 akan memasuki aliran darah portal menuju hepar

sehingga merangsang pengeluaran protein fase akut C-reaktif (CRP). Oleh karena

(58)

40

abdominal, sehingga semakin meningkat pula kadar hs-CRP dalam darah.

(Bastard, dkk., 2006; Snodgrass, dkk., 2007).

Hasil analisis ini sesuai dengan beberapa penelitian yang sudah

dilakukan. Arumalla dan Kathyaini (2011) menemukan bahwa terdapat korelasi

positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r = 0,558; p <

0,001) pada 122 pria dan 78 wanita dengan rentang usia 20 hingga 50 tahun.

Ganwarin (2010) menemukan korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang

dengan kadar hs-CRP (r = 0,263; p =0,028) pada 70 pria dengan rentang usia 30

hingga 50 tahun. Huffman dkk. (2010) menemukan bahwa terdapat korelasi

positif bermakna antara lingkar pinggang dan ln hs-CRP (r = 0,406; p = 0,001)

pada 116 wanita tanpa diabetes. Jeemon dkk. (2011) menemukan bahwa terdapat

korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan loge hs-CRP (r = 0,470;

p <0,001). Sodgrass dkk. (2007) juga menemukan bahwa terdapat korelasi positif

bermakna antara lingkar pinggang dengan log hs-CRP (r = 0,487; p <0,001) pada

84 wanita dengan rerata usia 32,3 ± 11,4 tahun. Warnberg dkk. (2006)

menemukan korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan ln hs-CRP

(r = 0,220; p = 0,01) pada 224 remaja putri berusia 13 hinggaa 18,5 tahun.

Mahajan dkk. (2009) juga menemukan hasil bahwa terdapat korelasi positif

bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r = 0,29; p = 0,001)

pada 985 orang. Garcia-Lorda, Bullo, Balanza, dan Salas-Salvado (2006) juga

menemukan adanya korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan log

hs-CRP (r = 0,34; p < 0,001) pada 652 wanita dan 505 pria Mediterania. Hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya

(59)

bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar

hs-CRP dalam darah.

E. Korelasi Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah

Korelasi antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP

dalam darah dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis

korelasi Spearman dapat dilihat pada tabel XII.

Tabel XII. Korelasi rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah

Variabel Koefisien korelasi (r) p

Rasio lingkar pinggang panggul 0,134 0,375*

* terdapat korelasi yang bermakna bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)

Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa nilai rasio lingkar pinggang

panggul memiliki korelasi positif yang sangat lemah karena nilai r berada antara

0,000 hingga 0,150. Korelasi ini juga merupakan korelasi positif tidak bermakna

karena nilai p > 0,05 (Dahlan, 2009). Berdasarkan grafik korelasi rasio lingkar

pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah, dapat dilihat bahwa korelasi

positif sangat lemah ditunjukkan dengan sedikitnya titik yang berada di sekitar

garis korelasi. Hal ini menandakan terdapat hubungan antara rasio lingkar

pinggang panggul dengan kadar hs-CRP, tetapi kenaikan rasio lingkar pinggang

Gambar

Gambar 1. Pengukuran lingkar pinggang (National Institute for Health
Tabel I. Klasifikasi OverweightOrganization dan Obesitas dengan menggunakan BMI, lingkar pinggang dan hubungan dengan risiko penyakit (World Health , 2004)
Gambar 2. Pengukuran lingkar panggul (National Institute for Health and
Tabel II. Klasifikasi konsentrasi hs-CRP berdasarkan American Heart Association
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahmini, K.S., 2013, Korelasi Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universtas Sanata Dharma

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah mahasiswa dan mahasiswi di kampus III

Kesimpulan yang diperoleh dari uji korelasi dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat korelasi positif bermakna dengan kekuatan lemah antara lingkar

Permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HbA1c pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) terhadap kadar trigliserida dalam darah.. Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adanya korelasi antara pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP),

Penelitian Kusuma (2011) yang dilakukan pada responden pria (n=70) di Universitas Sanata Dharma dengan rentang usia 30-50 tahun menunjukan dimana lingkar pinggang

Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan sedang antara lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida (r = 0,442; p =0,000) dan korelasi yang