KORELASI PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR HS-CRP
DALAM DARAH PADA STAF WANITA DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Agatha Novita Ika Hayuningtyas
NIM : 078114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KORELASI PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR HS-CRP
DALAM DARAH PADA STAF WANITA DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Agatha Novita Ika Hayuningtyas
NIM : 078114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2011
iv
Kupersembahkan karya ini untuk
Yesus Kristus sebagai ucapan syukurku,
kedua orang tuaku sebagai tanda baktiku,
Yosep dan Clara sebagai tanda cintaku,
adik-adik dan keluargaku,
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan sehingga penyusunan skripsi yan
berjudul “ Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggnag
Panggul dengan Kadar hs-CRP dalam Darah pada Staf Wanita di Universitas
Sanata Dharma” dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini:
1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma dan Ibu Fr. Ninik Yudianti, M. Acc., QIA. selaku Wakil Rektor I
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di Universitas Sanata Dharma,
2. Bapak Ipang Djunarko, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang membantu dalam perijinan penelitian,
3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, semangat, dorongan, waktu, saran dan kritik
dalam penyusunan skripsi,
4. Segenap staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu perijinan dan penyusunan skripsi,
5. Segenap staf wanita Universitas Sanata Dharma yang rela membantu
dalam penelitian,
viii
6. Laboratorium Parahita yang telah membantu dalam pengambilan darah
dan data laboratorium,
7. Bapak Ch. Suparja dan Ibu F. Eni Prihatiningsih selaku orang tua penulis
atas doa, dukungan, dan bantuan yang diberikan selama penyusunan
skripsi,
8. Keluarga penulis, Yosep, dan Clara atas doa, dukungan dan bantuan yang
diberikan selama penyusunan skripsi,
9. Segenap personalia penelitian, yaitu Marcella Pradita, Prisma Andini
Mukti, Natalia Endah Utami, Fransischa Soembarwati, Gary
Ranteta’dung, Sisca Devi, Carolina Ester Daat, Fatrisia Vivi, Desi
Natalia dan Pika atas kerja sama, bantuan, dan dukungan yang diberikan
selama penelitian dan penyusunan skripsi,
10. Teman-teman terdekat di Fakultas Farmasi yang telah membantu, dan
memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi,
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan atas bantuan dan dukungan
dalam penyusunan kripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penulisan ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu kesehatan dan
masyarakat.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi
PRAKATA ... vii
x
A.Penelaahan Pustaka ... 8
1. Pengukuran antropometri ... 8
a. Lingkar pinggang ... 8
b. Rasio lingkar pinggang panggul ... 10
2. Jaringan adiposa, inflamasi dan atherosklerosis ... 11
3. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) ... 14
B.Landasan Teori ... 17
C.Hipotesis ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19
B.Variabel Penelitian ... 19
C.Definisi Operasional ... 20
D.Responden Penelitian ... 21
E. Lokasi Penelitian ... 22
F. Ruang Lingkup ... 22
G.Teknik Pengambilan Sampel ... 24
H.Instrumen Penelitian ... 24
I. Tata Cara Penelitian ... 25
J. Kesulitan Penelitian ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
A.Karakteristik Responden ... 30
1. Umur ... 31
xi
3. Rasio lingkar pinggang panggul ... 33
4. Kadar hs-CRP ... 35
a. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan lingkar pinggang ... 36
b. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan lingkar pinggang panggul ... 36
B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Lingkar Pinggang < 80 cm dengan Lingkar Pinggang ≥ 80 cm ... 37
C.Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul < 0,85 dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul ≥ 0,85 ... 38
D.Korelasi Lingkar Pinggang dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah ... 38
E. Korelasi Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A.Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 49
BIOGRAFI ... 70
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi Overweight dan Obesitas dengan menggunakan
BMI, lingkar pinggang dan hubungan dengan risiko penyakit 10
Tabel II. Klasifikasi konsentrasi hs-CRP berdasarkan American Heart
Association ... 16
Tabel III. Karakteristik data responden ... 30
Tabel IV. Hasil analisis uji Shapiro-Wilk ... 31
Tabel V. Jumlah responden berdasarkan umur ... 31
Tabel VI. Jumlah responden berdasarkan lingkar pinggang ... 32
Tabel VII. Jumlah responden berdasarkan nilai rasio lingkar pinggang panggul ... 34
Tabel VIII. Jumlah responden berdasarkan kadar hs-CRP menurut klasifikasi American Heart Association ... 35
Tabel IX. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada lingkar pinggang < 80 cm dengan kadar hs-CRP pada lingkar pinggang ≥ 80 cm... 37
Tabel X. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dengan kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul ≥ 0,85 ... 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengukuran lingkar pinggang ... 9
Gambar 2. Pengukuran lingkar panggul ... 11
Gambar 3. Skema responden ... 22
Gambar 4. Sebaran data usia responden ... 32
Gambar 5. Sebaran data lingkar pinggang responden ... 33
Gambar 6. Sebaran data rasio lingkar pinggang panggul responden ... 34
Gambar 7. Sebaran data kadar hs-CRP responden ... 36
Gambar 8. Grafik korelasi lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah ... 39
Gambar 9. Grafik korelasi rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah ... 42
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 50
Lampiran 2. Surat Permohonan Ethical Clearance ... 51
Lampiran 3. Ethical Clearance ... 52
Lampiran 4. Surat Peminjaman Ruang ... 53
Lampiran 5. Surat Permohonan Perubahan Jadwal Acara ... 54
Lampiran 6. Surat Persetujuan (Informed Consent) ... 55
Lampiran 7. Leaflet ... 56
A.Halaman depan ... 56
B.Halaman belakang ... 57
Lampiran 8. Kartu Pemeriksaan Responden ... 58
Lampiran 9. Dokumentasi Instrumen, Pengukuran Lingkar Pinggang, dan Pengambilan Darah ... 59
1.Instrumen yang digunakan (meteran) ... 59
2.Pengukuran lingkar pinggang ... 59
3.Pengukuran lingkar panggul ... 59
4.Pengambilan darah oleh Laboratorium Parahita®... 60
Lampiran 10. Form Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 61
Lampiran 11. Analisis Statistik ... 62
A.Normalitas karakteristik responden ... 62
B.Grafik distribusi karakteristik responden ... 63
xv
dengan lingkar pinggang < 80 cm dan lingkar pinggang
≥ 80 cm ... 65
D.Uji beda Mann-Withney kadar hs-CRP pada responden
dengan pengelompokkan berdasarkan lingkar pinggang 66
E.Uji normalitas kadar hs-CRP pada kelompok responden
dengan rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dan rasio
lingkar pinggang panggul ≥ 0,85 ... 66
F.Uji beda Mann-Withney kadar hs-CRP pada responden
dengan pengelompokkan berdasarkan lingkar pinggang 67
G.Uji korelasi Spearman lingkar pinggang dan rasio
lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam
darah ... 68
H.Grafik korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah 68
1. Korelasi lingkar pinggang terhadap kadar hs-CRP
dalam darah... 68
2. Korelasi lingkar pinggang panggul terhadap kadar
hs-CRP dalam darah ... 69
xvi
INTISARI
Antropometri merupakan teknik pengukuran komposisi dan distribusi lemak, otot, serta tulang yang mudah dilakukan, murah dan tidak invasif. Jenis pengukuran antropometri untuk mengukur jaringan adiposa abdominal adalah lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul. Jaringan adiposa abdominal berhubungan dengan inflamasi sistemik yang memicu pembentukan plak atherosklerosis dan dapat dideteksi dengan kadar hs-CRP (high sensitivity C reactive protein). Penelitian ini ditujukan untuk menggali informasi tentang korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP sehingga pengukuran tersebut dapat menjadi gambaran awal kadar hs-hs-CRP.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong silang. Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak dengan jenis purposive dan melibatkan 46 responden wanita berusia 30 hingga 50 tahun. Pengukuran yang dilakukan adalah lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul dan kadar hs-CRP. Data yang diperoleh dianalisis secara komputerisasi dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data. Data diuji korelasinya menggunakan analisis korelasi Spearman. Taraf kepercayaan yang digunakan 95%.
Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r = 0,655; p < 0,001) dan terdapat korelasi tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP (r = 0,134; p = 0,375).
xvii
ABSTRACT
Anthropometry is a measurement method to measure composition and distribution of fat, muscle, and bone which is easy, cheap and non invasive. Anthropometry measurement types to measure abdominal adipose tissue are waist circumference and waist-to-hip ratio. Abdominal adipose tissue has association with systemic inflammation which can induce atherogenesis and can be detected with hs-CRP level (high sensitivity C reactive protein). The aim of the study was to explore the information about correlation of waist circumference and waist-to-hip ratio to hs-CRP level, so both of the measurements can be used as a predictor of hs-CRP level.
An observational analysis study with cross sectional method is included 46 woman aged 30 to 50 years old. Sampling is done by purposive non random sampling. The study measure waist circumference, waist-to-hip ratio, and hs-CRP levels. The data were analyzed by Shapiro-Wilk test to see the data distribution. Then, the correlation was analyzed by Spearman correlation with 95% confidence interval.
The result is the significant positive correlation of waist circumference to hs-CRP levels (r = 0.655; p < 0.001), and no significant correlation of waist-to-hip ratio to hs-CRP levels (r = 0.134; p = 0.375).
Key words: waist circumference, waist-to-hip ratio, hs-CRP
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Antropometri merupakan teknik pengukuran proporsi dan komposisi
tubuh manusia yang mudah dilakukan, murah dan tidak invasif. Pengukuran ini
sering digunakan untuk mengukur status gizi, tumbuh kembang dan kesehatan
pada bayi, balita dan anak-anak. Pengukuran ini juga dapat digunakan untuk orang
dewasa, terutama untuk mengukur status kesehatan yang berhubungan dengan
komposisi lemak tubuh (World Health Organization, 1995).
Antropometri merupakan pengukur komposisi tubuh yang dibagi menjadi
pengukuran lemak tubuh dan pengukuran massa tubuh yang bebas lemak.
Pengukuran ini terdiri dari tinggi badan, berat badan, skinfold thickness, lingkar
lengan, lingkar pinggang dan lingkar panggul (Narendra, 2006; National Health
and Nutrition Examination Survey, 2007).
Lingkar pinggang merupakan pengukuran antropometri yang terbaik
untuk memprediksi jaringan adiposa pada bagian abdominal. Rasio lingkar
pinggang panggul merupakan pengukuran antropometri yang dapat digunakan
untuk memprediksi resiko penyakit kardiovaskular pada orang dewasa. Kedua
pengukuran ini merupakan pengukuran antropometri yang paling mudah, murah,
dan sederhana yang dapat dilakukan tanpa bantuan tenaga ahli (Scottish
Intercollegiate Guidelines Network, 2010; de Koning, Merchant, Pogue, dan
2
Peningkatan jaringan adiposa pada tubuh dapat mengakibatkan beberapa
perubahan yang mempengaruhi pembuluh darah, antara lain : perubahan tekanan
darah, kadar glukosa darah, metabolisme lipid atau lipoprotein, dan munculnya
peradangan sistemik. Selain itu, zat yang diekskresikan oleh jaringan lemak
mempengaruhi homeostasis dari dinding pembuluh darah dengan cara
mempengaruhi fungsi sel endotelium, sel otot polos arteri, dan makrofag dalam
pembuluh darah. Jaringan adiposa sentral lebih mengakibatkan terjadinya risiko
kardiometabolik daripada jaringan lemak bagian perifer (Fantuzzi dan Mazzone,
2007).
Penumpukan lemak berlebih dalam jaringan adiposa abdominal
mengakibatkan inflamasi sistemik tingkat rendah akibat pelepasan interleukin-6
dan akhirnya akan memicu sintesis CRP (C-Reactive Protein) yang dapat
memprediksikan terjadinya komplikasi kardiovaskular. Pengukuran hs-CRP (High
Sensitive C-Reactive Protein) dapat digunakan untuk memprediksi infark
miokardia, stroke, dan kematian akibat penyakit vaskular (Bastard, dkk., 2006;
Blake dan Ridker, 2001).
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010),
prevalensi penduduk wanita berumur lebih dari 18 tahun yang mengalami
kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia adalah 11,4% dan 15,5%,
sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, prevalensi penduduk wanita berumur
lebih dari 18 tahun yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas adalah
9,8% dan 15,7%. Berdasarkan penelitian Fox, dkk. (2007), tempat akumulasi
lemak pada jaringan adiposa antara pria dan wanita berbeda. Akumulasi lemak
pada wanita cenderung pada jaringan adiposa subkutan daripada jaringan adiposa
abdominal, sedangkan pada pria lebih banyak pada jaringan adiposa abdominal
daripada jaringan adiposa subkutan. Walaupun demikian, jaringan adiposa
abdominal pada wanita mempunyai kemungkinan lebih besar menyebabkan
sindrom metabolik daripada jaringan adiposa perut pada pria.
Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul
mempunyai hubungan erat dengan jaringan adiposa pada bagian abdominal.
Akumulasi lemak pada jaringan adiposa abdominal mempunyai hubungan dengan
inflamasi dan merupakan faktor risiko penyakit kronis, terutama penyakit
kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular dapat dideteksi dini dengan mengukur
kadar hs-CRP dalam darah.
Ganwarin (2010) melakukan penelitian serupa dengan subjek penelitian
laki-laki berusia 30 hingga 50 tahun dan memperoleh hasil bahwa terdapat
korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam
darah (r = 0,263; p = 0,028), dan korelasi positif tidak bermakna antara rasio
lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah (r = 0,038; p =
0,753). Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar
hs-CRP dalam darah pada wanita.
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, permasalahan yang diangkat
4
antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar
hs-CRP pada staf wanita sehat dengan rentang usia 30 hingga 50 tahun di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pencarian informasi yang terkait dengan penelitian tentang
korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul, terdapat beberapa
penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut antara
lain:
a. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
Terhadap Kadar hs-CRP Dalam Darah. Penelitian ini dilakukan oleh
Ganwarin pada tahun 2010 dengan judul Korelasi Lingkar Pinggang dan
Rasio Lingkar Pinggang Panggul Terhadap Kadar hs-CRP Dalam Darah.
Subjek penelitian ini adalah 70 pria yang sudah memenuhi kriteria
eksklusi dan inklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan non-random
sampling. Hasil penelitian yang didapat adalah ditemukan perbedaan tidak
bermakna pada perbandingan antara rata-rata kadar hs-CRP dengan
lingkar pinggang ≥ 90 cm dan dengan lingkar pinggang < 90 cm (p =
0,075). Ditemukan korelasi positif yang bermakna antara lingkar
pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah (r = 0,263; p = 0,028),
sedangkan pada rasio lingkar pinggang panggul ditemukan korelasi positif
yang tidak bermakna terhadap kadar hs-CRP (r = 0,038; p = 0,753).
b. The Relationship of High Sensitivity C-Reactive Protein to Percent Body
Fat Mass, Body Mass Index, Waist-to-Hip Ratio, and Waist
Circumference in Taiwanese Population. Penelitian ini dilakukan oleh
Lin, dkk. (2010) melibatkan 1669 orang yang terdiri dari 807 pria dan 862
wanita yang berusia 40 hingga 88 tahun di kota Taichung. Hasil penelitian
yang didapat adalah persentase massa lemak (AUC = 0,67; p < 0,01)
merupakan satu-satunya indikator obesitas yang secara kuat berasosiasi
dengan hs-CRP level tinggi pada pria. Semua indikator obesitas
(persentase massa lemak tubuh (AUC = 0,68), BMI (AUC = 0,65), rasio
lingkar pinggang panggul (AUC = 0,64), dan lingkar pinggang (AUC =
0,65)) berasosiasi dengan hs-CRP level tinggi pada wanita.
c. Association of High Sensitive C-reactive protein (hs-CRP) with
Established Cardiovascular Risk Factors in the Indian Population.
Penelitian ini dilakukan oleh Jeemon, dkk. (2011). Subjek penelitian ini
adalah 305 pria dan 295 wanita dari populasi yang mewakili Dehli,
Trivandrum, Nagpur, dan Dibrugarh. Pemilihan sampel dilakukan dengan
random sampling. Hasil penelitian yang didapat adalah pengukuran klinis
adiposa (BMI dan obesitas abdominal) mempunyai korelasi yang baik dan
dapat dihubungkan dengan tingkat inflamasi sistemik tiap individu. Dari
data didapat bahwa korelasi antara hs-CRP dengan lingkar pinggang
6
d. Waist Circumference and BMI in Relation to Serum High Sensitivity
C-Reactive Protein (hs-CRP) in Cuban Americans With and Without Type 2
Diabetes. Penelitian ini dilakukan oleh Huffman, Whisner, Zarini dan
Nath (2010) dengan melibatkan 226 wanita dan 129 pria. Hasil penelitian
yang didapat bahwa lingkar pinggang mempunyai hubungan yang
signifikan dengan ln hs-CRP (r = 0,406; p = 0,001) pada wanita tanpa
diabetes.
e. Serum High Sensitivity C-reactive Protein in Different Grades of Obesity.
Penelitian ini dilakukan oleh Arumalla dan Kathyaini (2011) dengan
menggunakan 200 orang yang terdiri atas 122 pria dan 78 wanita dengan
rentang usia antara 20 hingga 50 tahun. Hasil penelitian yang didapat
adalah terdapat korelasi positif antara kadar hs-CRP dengan BMI (r =
0,853), lingkar pinggang (r = 0,558), dan rasio lingkar pinggang panggul
(r = 0,128) dan hubungan antara hs-CRP dengan pengukuran antropometri
lebih kuat pada BMI dan lingkar pinggang daripada rasio lingkar
pinggang panggul.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan
informasi tentang korelasi jaringan adiposa abdominal yang diukur
menggunakan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul
terhadap kadar hs-CRP pada wanita sehat dengan rentang usia 30-50
tahun, sehingga dapat mendukung penelitian-penelitian terdahulu.
b. Manfaat praktis. Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul diharapkan mampu memberikan gambaran awal kadar hs-CRP
dalam darah.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Memperoleh informasi tentang korelasi lingkar pinggang dan rasio
lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP pada staf wanita sehat dengan
rentang usia 30-50 tahun di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
Mengetahui ada tidaknya korelasi antara lingkar pinggang dan rasio
lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP pada staf wanita sehat dengan
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penelaahan Pustaka 1. Pengukuran antropometri
Antropometri berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari kata
anthropo yang berarti manusia dan metron yang berarti ukur. Antropometri
merupakan pengukuran tubuh manusia yang terdiri dari massa tulang, otot, dan
jaringan adiposa (lemak). Pengukuran jaringan adiposa sangat penting karena
individu yang memiliki nilai jaringan adiposa yang besar dapat meningkatkan
resiko terjadinya hipertensi, diabetes mellitus onset dewasa, penyakit
kardiovaskular, batu empedu, arthritis, dan penyakit lainnya serta pembentukan
kanker (National Health and Nutrition Examination Survey, 2007).
Pengukuran antropometri dibagi menjadi 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan
komposisi tubuh. Pengukuran komposisi tubuh dibagi menjadi pengukuran lemak
tubuh dan pengukuran massa tubuh bebas lemak (Narendra, 2006).
a. Lingkar pinggang. Lingkar pinggang merupakan jarak keliling pinggang.
Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur lemak pada bagian
abdominal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran.
Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey (2007),
pengukuran lingkar pinggang dilakukan tepat di atas tulang panggul,
sedangkan berdasarkan World Health Organization (2008), pengukuran
ini dilakukan pada bagian tengah antara tulang rusuk terakhir dengan
tulang panggul. Meteran harus dalam posisi paralel dengan lantai, dan
tidak boleh longgar, tetapi tidak ditekan. Subjek berdiri dengan kaki yang
saling berdekatan, lengan di samping, dan harus santai. Pengukuran
dilakukan pada akhir ekspirasi normal (National Health and Nutrition
Examination Survey, 2007; World Health Organization, 2008).
Gambar 1. Pengukuran lingkar pinggang (National Institute for Health and Welfare, 2001)
Pada orang Eropa, bila BMI lebih besar dari 25 kg/m2, maka
lingkar pinggangnya kurang dari 35 inch (88 cm) untuk wanita. Pada
orang Asia, bila BMI lebih besar dari 25 kg/m2, maka lingkar
pinggangnya kurang dari 80 cm untuk wanita (World Health
10
Tabel I. Klasifikasi Overweight dan Obesitas dengan menggunakan BMI, lingkar pinggang dan hubungan dengan risiko penyakit (World Health Organization, 2004)
Resiko penyakit* (relatif untuk berat badan normal dan lingkar
pinggang)
Overweight 25,0 – 29,9 Meningkat Tinggi
Obesitas 30,0 – 34,9 I Tinggi Sangat tinggi * Resiko penyakit seperti diabetes tipe 2, hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
+ Peningkatan lingkar pinggang juga dapat dijadikan sebagai tanda peningkatan resiko, walaupun berat badan normal
b. Rasio lingkar pinggang panggul. Rasio lingkar pinggang pinggul adalah
perbandingan lingkar pinggang dengan lingkar pinggul. Pengukuran
antropometri ini dapat digunakan untuk memprediksi penyakit akibat
obesitas. Pengukuran ini menggambarkan perbandingan jaringan adiposa
subkutan dan intraabdominal (Scottish Intercollegiate Guidelines
Network, 2010; World Health Organization, 2008).
Sebelum menghitung rasio lingkar pinggang panggul, harus
diukur dulu lingkar pinggang dan panggul. Pengukuran lingkar panggul
dilakukan dengan meteran dengan cara mengukur lingkar terbesar pada
daerah panggul di sekeliling pelvis. Perhitungan rasio lingkar pinggang
panggul dilakukan dengan cara membagi nilai lingkar pinggang dengan
nilai lingkar panggul. Nilai normal rasio lingkar pinggang panggul pada
wanita adalah kurang dari 0,85 (Lin dkk., 2010; World Health
Organization, 2008).
Gambar 2. Pengukuran lingkar panggul (National Institute for Health and Welfare, 2001)
2. Jaringan adiposa, inflamasi dan atherosklerosis
Jaringan adiposa merupakan jaringan penyimpan energi dalam tubuh
yang berbentuk lemak. Jaringan ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu jaringan adiposa
putih dan adiposa coklat. Jaringan adiposa putih mempunyai fungsi untuk
membentuk, menyimpan dan melepaskan lemak, sedangkan jaringan adiposa
coklat berfungsi untuk mengeluarkan energi melalui proses respirasi mitokondria
(Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, dan Posey, 2008).
Akumulasi lemak dalam jaringan adiposa, terutama pada jaringan
adiposa putih terjadi bila terdapat ketidakseimbangan energi, yaitu energi yang
12
dalam tubuh pun akan besar. Penumpukan lemak ini menyebabkan naiknya berat
badan dan terjadi obesitas (Dipiro dkk., 2008).
Jaringan adiposa dibagi menjadi dua yaitu jaringan adiposa sentral dan
jaringan adiposa perifer. Jaringan adiposa sentral (abdomen) mempunyai risiko
menimbulkan penyakit kardiovaskular lebih tinggi daripada jaringan adiposa
perifer (subkutan). Klein (cit., Fantuzzi dan Mazzone, 2007) menjelaskan bahwa
penghilangan lemak subkutan tidak menurunkan sensitifitas insulin, tidak
mengubah konsentrasi CRP dalam lasma, IL-6, tumor necrosis factor-α atau
adiponektin, serta tidak mengubah tekanan darah, kadar glukosa dalam plasma,
insulin atau konsentrasi lipid secara bermakna, sedangkan pengurangan lemak
abdominal berhubungan dengan peningkatan sensitifitas insulin, kolesterol HDL,
dan penurunan trigliserida dan tekanan darah.
Distribusi jaringan adiposa mempengaruhi pengukuran terhadap penyakit
makrovaskular. Jaringan adiposa perifer memberikan efek antiatherogenik pada
wanita. Ferreira dkk. (cit., Fantuzzi dan Mazzone, 2007) menyatakan bahwa
lemak sentral berhubungan dengan kekakuan karotid dan femoral arteri. Penelitian
lain menunjukkan bahwa ketebalan karotid intima/media meningkat pada wanita
yang mengalami obesitas. Jaringan adiposa abdominal juga menghasilkan
beberapa faktor yang berperan dalam penyakit kardiovaskular, seperti IL-6, IL-8,
MCP-1, vascular endothelial growth factor, dan plasminogen activator inhibitor
-1 dalam kadar yang lebih besar dibandingkan dengan jaringan adiposa subkutan
(Fantuzzi dan Mazzone, 2007).
Jaringan adiposa abdominal yang berlebihan (obesitas abdominal)
ditandai dengan produksi adipokin yang abnormal dan aktivasi beberapa agen
pro-inflamasi akan memicu pro-inflamasi level rendah yang berperan dalam atherogenesis.
Inflamasi pada jaringan adiposa dimulai dengan adanya infiltrasi makrofag ke
dalam jaringan adiposa. Infiltrasi ini bertanggung jawab pada produksi tumor
necrosis factor-α (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6). IL-6 akan menstimulasi
produksi protein fase akut, seperti protein C-reaktif (CRP). (Bastard, dkk., 2006;
Libby, Ridker, dan Maseri, 2002; Packard dan Libby, 2008).
Interleukin-6 merupakan sitokin yang diproduksi oleh beberapa sel,
seperti fibroblas, sel endotel dan monosit, serta jaringan adiposa. Saat terjadi
inflamasi akut dalam obesitas, 15 hingga 30% IL-6 berasal dari jaringan adiposa.
Sekresi IL-6 pada jaringan adiposa abdominal lebih besar daripada jaringan
adiposa subkutan karena ekspresi mRNA IL-6 lebih tinggi pada jaringan adiposa
abdominal. IL-6 dapat menginduksi produksi CRP pada hati, yang dikenal sebagai
penanda risiko mayor komplikasi kardiovaskular. Induksi ini dapat terjadi karena
jaringan adiposa abdominal terhubung dengan hati melalui sistem vena portal. Hal
tersebut dapat menjelaskan hubungan antara akumulasi lemak pada jaringan
adiposa sentral (abdominal) dengan risiko kardiovaskular pada manusia (Bastard,
dkk., 2006).
Atherosklerosis merupakan penyakit progresif yang muncul akibat
kombinasi disfungsi endotel dan inflamasi. Homeostasis vaskular tergantung pada
keseimbangan faktor relaksasi dan kontraksi dari sel endotelium. Adanya
14
Disfungsi endotelial akan menurunkan produksi dan keberadaan nitrit oksida
(NO), meningkatkan faktor kontraksi endotelium, seperti endothelin-1 dan
angiotensin yang menginduksi inflamasi dan atherogenesis. CRP mempunyai
peran dalam seluruh bagian atherogenesis saat CRP muncul dalam lesi
atherosklerosis (Verma, Szmitko, dan Ridker, 2005).
3. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP)
Protein C-reaktif merupakan protein pentamer yang terdiri dari lima
struktur identik dan terhubung secara non kovalen. Protein C-reaktif merupakan
komponen penting dalam sistem imun. Protein C-reaktif merupakan sebuah
kompleks protein yang dibentuk oleh tubuh saat mengalami infeksi mayor atau
trauma. CRP diproduksi oleh hati dan sel otot polos arteri koroner untuk
merespon stimulus inflamasi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara CRP dengan kejadian atherosklerosis karena atherosklerosis merupakan
gangguan inflamasi yang terjadi dalam pembuluh darah. Inflamasi merupakan
proses penting dalam segala fase penyakit jantung, termasuk terjadinya plak
atherosklerosis dalam arteri, pecahnya plak secara akut yang menyebabkan
serangan jantung hingga kematian. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
penanda dalam darah yang merefleksikan proses inflamasi meningkat pada
individu yang mempunyai resiko tinggi mengalami penyakit jantung pada masa
yang akan datang. CRP, yang dulunya dikenal sebagai salah satu protein fase akut,
sekarang lebih dikenal sebagai penanda inflamasi sistemik yang sensitif untuk
memprediksi keadaan dan kejadian pada sistem vaskular yang disebut high
sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) (Albert dan Ridker, 2006; Black, Kushner,
dan Samols, 2004; Ridker, 2003).
CRP mempunyai efek langsung pada proses atherosklerosis dan
inflamasi sel endotel. CRP akan menurunkan traskripsi mRNA endotelial NO
sintase (eNOS) sehingga menurunkan nitrit oksida. CRP juga menurunkan
produksi vasodilator prostasiklin. CRP meningkatkan regulasi nuclear factor ҡB
yang menstimulasi ekspresi dari molekul adhesi sel endotel, seperti intercellular
adhesion molecule-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1),
dan E-selectin yang memediasi interaksi monosit-endotelial. CRP juga
menginduksi produksi monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) yang
memfasilitasi migrasi monosit ke dalam endotel. CRP juga menginduksi
endothelin-1 (ET-1) yang merupakan vasokonstriktor. Hal ini menyebabkan
perubahan keseimbangan yang berakibat pada disfungsi endotel. Migrasi monosit
dalam dinding arteri menyebabkan respon inflamasi yang dimediasi oleh TNF-α
dan interleukin-1 yang menyebabkan oksidasi lipid. Oksidasi lipid ini
menghasilkan formasi plak atherosklerosis. CRP juga memberikan efek
proatherogenik dengan menstimulasi migrasi otot polos vaskular, proliferasi dan
formasi neointimal. CRP juga berperan dalam pecahnya plak atheroma dengan
menstimulasi matriks metalloprotteinase yang mendegradasi kolagen dan matriks
protein lain yang melindungi atheroma. CRP juga menghalangi fibrinolisis dengan
mensintesis plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) (Verma, Szmitko, dan
16
Pengukuran hs-CRP dapat mendeteksi CRP dalam kadar yang sangat
kecil dengan menggunakan immunoturbidimetri dengan sensitivitas yang tinggi
(mencapai 0,01 mg/L). Pengukuran ini digunakan untuk memperkirakan resiko
penyakit kardiovaskular (Fischbach dan Dunning, 2004).
Tabel II. Klasifikasi konsentrasi hs-CRP berdasarkan American Heart Association
(Ridker, 2003)
Resiko kardiovaskular Kadar hs-CRP (mg/L)
Rendah (Low) < 1
Sedang(Moderate) 1-3
Tinggi (High) > 3
Pengukuran CRP merupakan pengukuran yang memiliki ketangguhan
paling baik dibandingkan dengan penanda inflamasi lainnya, karena tidak
terpengaruh oleh keberadaan makanan dan irama sirkadian, mempunyai waktu
paruh yang panjang dibandingkan penanda yang lain, seperti interleukin-6; mudah
diukur, protein ini stabil karena pengujian pada protein ini memberikan hasil yang
mirip baik pada plasma yang baru diambil, disimpan, bahkan dibekukan (Packard
dan Libby, 2008).
Komponen metabolik sindrom seperti obesitas sentral, peningkatan
trigliserida, penurunan kolesterol HDL, hipertensi dan peningkatan kadar glukosa
darah berkorelasi dengan peningkatan kadar hs-CRP, dan hs-CRP memberikan
kontribusi dalam memprediksi risiko penyakit pada orang yang mengalami
sindrom metabolik (Packard dan Libby, 2008).
B. Landasan Teori
Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul merupakan jenis
pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur jaringan adiposa
abdominal. Peningkatan lemak dalam jaringan adiposa abdominal akan memicu
pengeluaran beberapa metabolit, sitokin, dan hormon, terutama asam lemak bebas,
interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-α (TNF-α). IL-6 akan menuju ke
hati melalui sirkulasi portal dan memicu pengeluaran protein fase akut, seperti
protein C reaktif. Peningkatan protein C reaktif ini disertai dengan perubahan
komposisi dan jumlah lipoprotein, peningkatan peradangan sistemik dan faktor
pembekuan yang memicu peningkatan deposisi lemak, faktor pembekuan,
molekul adhesi, produksi sitokin pada pembuluh darah, stres oksidatif dan
vasokonstriksi. Peningkatan-peningkatan ini akan menyebabkan pembentukan
plak pada pembuluh darah (atherosklerosis). Pengukuran hs-CRP digunakan
sebagai prediktor penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner
karena terdapat hubungan antara protein C reaktif dengan pembentukan plak
atherosklerosis yang berhubungan erat dengan penyakit jantung koroner.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ganwarin (2010) dengan
melibatkan 70 pria dengan rentang usia 30 hingga 50 tahun memberikan hasil
bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar
hs-CRP dalam darah (r = 0,263; p = 0,028), dan terdapat korelasi positif tidak
bermakna antara rasio lingkar inggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah
(r = 0,038; p = 0,753). Akumulasi lemak dalam jaringan adiposa antara pria dan
18
abdominal daripada subkutan, sedangkan penyimpanan lemak wanita cenderung
pada jaringan lemak subkutan. Akan tetapi, jaringan adiposa abdominal wanita
lebih memberikan dampak pada sindrom metabolik.
C. Hipotesis
Terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dan rasio
lingkar pinggang panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada staf wanita
sehat dengan rentang usia 30 hingga 50 tahun di Universitas Sanata Dharma.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan rancangan secara potong silang/cross-sectional. Penelitian
observasional analitik berarti penelitian yang diarahkan untuk menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Studi cross-sectional
mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya, baik
variabel risiko (variabel bebas) maupun variabel akibatnya (variabel tergantung)
dilakukan sekaligus pada suatu saat. Kemudian dilakukan analisis korelasi antara
fenomena, baik antara faktor risiko dan faktor efek, antar faktor risiko maupun
antar faktor efek. Penelitian ini menganalisis korelasi antara lingkar pinggang dan
rasio lingkar pinggang panggul sebagai faktor risiko terhadap peningkatan kadar
hs-CRP dalam darah sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah
secara komputerisasi untuk mengetahui korelasi dari data-data penelitian.
(Notoatmodjo, 2010).
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul
2. Variabel tergantung : Kadar hs-CRP dalam darah
3. Variabel pengacau
20
b. Variabel pengacau tak terkendali : patologi, aktivitas, dan gaya hidup
responden
C. Definisi Operasional
1. Responden penelitian adalah staf wanita Kampus I, II, III, dan IV Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta usia 30-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi pada penelitian ini.
2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometri dan hasil
pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi umur responden.
Pengukuran antropometri meliputi pengukuran lingkar pinggang dan lingkar
lingkar pinggang panggul. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah
kadar hs-CRP.
3. Pengukuran lingkar pinggang adalah pengukuran jarak keliling pinggang yang
dilakukan menggunakan meteran pada bagian tengah di antara tulang rusuk
paling bawah dan tulang panggul bagian atas. Nilai normal lingkar pinggang
pada wanita Asia adalah kurang dari 80 cm.
4. Pengukuran rasio pinggang panggul adalah hasil perhitungan pembagian nilai
lingkar pinggang oleh nilai lingkar pinggul. Lingkar panggul diukur pada
bagian terbesar dari panggul. Nilai normal rasio lingkar pinggang pinggul pada
wanita adalah kurang dari 0,85.
5. High sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) adalah kadar CRP dalam
kuantitas kecil yang diukur dengan metode yang sangat sensitif. Kadar hs-CRP
didapat dari data laboratorium. Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) dan American Heart Association (AHA) menginterpretasikan bahwa
nilai hs-CRP < 1 mg/L mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko
sedang, dan > 3 mg/L mempunyai risiko tinggi.
D. Responden Penelitian
Respoden penelitian adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi,
antara lain : wanita, premenopause, rentang usia 30-50 tahun, bekerja Universitas
Sanata Dharma, serta bersedia untuk diajak bekerjasama dalam penelitian ini.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain yang sedang menderita
penyakit jantung koroner, demam, edema, penyakit hati akut maupun kronis,
penyakit peradangan akut dan kronis, hamil, merokok, dan menggunakan obat
kontrasepsi hormonal.
Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 46 orang
(Gambar 3). Tujuh puluh responden bersedia mengikuti penelitian, tetapi hanya
59 responden yang hadir pada saat penelitian, dan data yang digunakan hanya data
dari 46 responden karena 6 responden mempunyai kadar hs-CRP lebih dari 10
mg/L, 1 responden merokok sebelum pelaksanaan penelitian, 1 responden sedang
dalam masa penyembuhan penyakit tipes, 2 responden mengidap diabetes
mellitus, 1 responden mengalami sinusitis dan 2 responden mengalami radang
tenggorokan pada saat pelaksanaan penelitian. Jumlah tersebut sudah memenuhi
jumlah minimum sampel untuk penelitian korelasi sebesar 30 orang (Kasjono dan
22
Gambar 1. Skema responden
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus I, II, dan III Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Obsverasi awal dan pencarian responden dilakukan di
Kampus I, II dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Observasi dan
pencarian responden dilakukan mulai bulan Mei sampai Agustus 2011.
Pengambilan data penelitian dilaksanakan di Kampus II yang terletak di Mrican
dan Kampus III yang terletak di Paingan pada awal bulan Agustus 2011.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul Korelasi
Parameter Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar hs-CRP, Glukosa Darah
dan Tekanan Darah sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular Pada Staf
Wanita di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bertujuan untuk mengkaji
adanya korelasi antara pengukuran antropometri dengan profil lipid, kadar
hs-CRP dan glukosa darah serta tekanan darah. Penelitian ini dilakukan secara
berkelompok dengan jumlah anggota 11 orang dengan kajian yang berbeda-beda
untuk diteliti.
Kajian dari penelitian ini meliputi:
1. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah.
2. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL dalam Darah.
3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio Kadar LDL/HDL dalam Darah.
4. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.
5. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Kadar Kolesterol dalam Darah.
6. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar Trigliserida dalam Darah.
7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL dalam Darah.
8. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Rasio Kadar LDL/HDL dalam Darah.
9. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar hs-CRP dalam Darah.
10.Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
24
11.Korelasi Pengukuran Body Mass Index, Abdominal Skinfold Thickness,
Lingkar Pinggang, dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap Tekanan
Darah.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah
secara non-random sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis
purposive sampling. Pengambilan sampel secara non random sampling karena
yang digunakan sebagai subyek pada penelitian ini hanya mereka yang memenuhi
kriteria inklusi, sehingga tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama
untuk dijadikan sebagai subyek penelitian. Purposive sampling didasarkan pada
teknik pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian
peneliti menetapkan sampel berdasarkan pertimbangan pribadi peneliti
(Notoatmodjo, 2010).
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa meteran Butterfly®,
leaflet, surat persetujuan (informed consent) dan alat pengukur kadar hs-CRP
dengan metode Pureauto SS-Type® milik laboratorium Parahita®. Meteran
digunakan untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul.
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah staf
wanita Universitas Sanata Dharma yang berusia 30-50 tahun memalui Biro
Personalia. Pengambilan sampel secara tidak acak (non-random sampling) dengan
jenis purposive sebanyak 70 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
penelitian.
2. Permohonan izin dan kerja sama
Permohonan izin diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika
penelitian menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah. Selain itu,
permohonan ijin diajukan kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma,
Ketua Jurusan JP MIPA, Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Kepala
Urusan Rumah Tangga Paingan, Kepala BAPSI, para Dekan Fakultas Kampus I,
II, III dan IV Universitas Sanata Dharma. Permohonan izin juga diajukan ke
Bagian Rumah Tangga USD sebagai penyedia lokasi. Permohonan kerja sama
diajukan ke calon responden dan Laboratorium Parahita®. Permohonan kerja sama
kepada calon responden menggunakan surat persetujuan (informed consent).
3.
Pencarian respondenPencarian responden dilakukan setelah mendapatkan surat izin penelitian
dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma. Surat izin penelitian diberikan
kepada Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Kepala Urusan Rumah
26
Universitas Sanata Dharma untuk meminta izin melibatkan dosen dan karyawan
di dalam penelitian ini.
Pencarian responden yang masuk sebagai sampel dari populasi
dilaksanakan secara berpasangan (sebanyak 2 orang) dengan menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian serta pentingnya penelitian yang dilakukan kepada calon
responden. Penjelasan yang lebih mendalam mengenai penelitian melalui
pemberian leaflet kepada calon responden. Isi leaflet berupa penjelasan mengenai
obesitas, risiko obesitas, pengukuran antropometri, nilai normal beberapa
pengukuran antropometri (BMI, skinfold thickness, lingkar pinggang, rasio lingkar
pinggang panggul) dan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium.
Calon responden yang bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian
akan menandatangani informed consent sebagai pernyataan kesediaan untuk ikut
dalam penelitian ini secara sukarela. Responden yang bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian akan mencantumkan nama, usia, alamat dan nomor
telepon serta menandatangani informed consent setelah mendapatkan kejelasan
penuh dari peneliti. Informed consent yang digunakan dalam penelitian telah
memenuhi standar dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Responden akan dihubungi satu hari sebelum pengukuran parameter
untuk memberikan konfirmasi ulang mengenai tempat pelaksanaan pengukuran
parameter dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pengukuran
parameter yaitu berpuasa selama 8-10 jam melalui short message system (sms)
dan telepon jika responden tidak membalas sms dari peneliti. Responden yang
belum hadir pada saat pengukuran parameter akan dikonfirmasi untuk
kehadirannya melalui telepon. Responden dapat membatalkan kesediaannya untuk
ikut serta dalam penelitian tanpa harus memberikan kejelasan mengenai
pembatalan ikut serta dalam penelitian seperti yang tercantum dalam informed
consent.
4. Validitas dan reliabilitas instrumen
Reliabilitas instrumen dilakukan untuk menjamin keajegan data yang
didapat sehingga validitas data terpenuhi. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul masing-masing sebanyak lima
kali. Setelah pengukuran dilakukan perhitungan koefisien variasi untuk
mengetahui presisi dari alat. Menurut Subdit Bina Pelayanan Patologi dan
Toksikologi Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, Ditjen Bina Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), alat kesehatan yang
dikatakan baik jika koefisien variasi (CV) ≤ 5%. Dari hasil pengukuran lingkar
pinggang dan lingkar panggul sebanyak lima kali, didapat nilai koefisien variasi
masing-masing 0,18% dan 0,08%. Hasil pengukuran tersebut masuk dalam
kriteria presisi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sehingga
dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan memenuhi kriteria
reliabilitas sehingga dapat menjamin validitas pengukuran.
5. Pengukuran parameter
Parameter yang diukur secara khusus oleh peneliti adalah lingkar
pinggang dan lingkar panggul (untuk menghitung rasio lingkar pinggang
28
yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan oleh tenaga ahli dari laboratorium
Parahita®. Cara pengambilan darah yaitu memasang ikatan pembendungan
(torniquet) pada lengan atas. Lokasi penusukan pada lipatan siku dalam responden
diberi disinfektan (alkohol) kemudian spuit injeksi disuntikkan dengan posisi 45º
ke pembuluh vena yang terdapat pada lipatan siku dalam. Darah diambil perlahan
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Toniquet dilepas, kemudian
jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol.
Tempat bekas suntikan ditekan dengan kapas alkohol dan ditutup dengan plester.
Darah kemudian dibawa ke laboratorium Parahita® oleh petugas laboratorium.
Pengukuran antropometeri dilakukan oleh tim peneliti. Pengukuran
lingkar pinggang dan lingkar panggul dilakukan pada responden dalam posisi
tegak dan keadaan santai. Responden diminta untuk melepas baju pada saat
pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pengukuran dilakukan pada
akhir ekspirasi normal.
6. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu
menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian
dilakukan interpretasi. Cara pengolahan data dilakukan secara komputerisasi.
7. Teknik analisis data penelitian
Data yang diperoleh diolah secara komputerisasi. Langkah awal adalah
dilakukan uji normalitas (Shapiro-Wilk) untuk melihat distribusi normal suatu
data. Suatu data dikatakan normal bila nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0,05. Data
kemudian dianalisis perbandingan rerata kadar hs-CRP antara lingkar pinggang
kurang dari 80 cm dengan lingkar pinggang lebih dari sama dengan 80 cm serta
antara rasio lingkar pinggang panggul kurang dari 0,85 dengan rasio lingkar
pinggang panggul lebih dari sama dengan 0,85 menggunakan uji Mann-Whitney
karena distribusi data tidak normal. Data kemudian diuji korelasinya
menggunakan analisis Spearman karena data tidak terdistribusi normal. Hipotesis
korelatif diterima bila nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05. Taraf kepercayaan
yang digunakan 95%. (Dahlan, 2009).
8. Pembagian hasil pemeriksaan dan wawancara
Pembagian hasil pemeriksaan diberikan secara langsung kepada
responden secara berpasangan dan peneliti memberikan kejelasan makna hasil
pemeriksaan dan memberikan saran-saran untuk menjaga kesehatan jika
ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak normal. Wawancara dilakukan kepada
responden yang memiliki nilai hs-CRP di antara 3 hingga 10 mg/L untuk
mengetahui penyebab tingginya kadar hs-CRP. Bila responden mengalami demam
atau inflamasi sistemik dan alergi pada saat pelaksanaan penelitian, maka
responden dieksklusi dari penelitian.
J. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang ditemui dalam penelitian ini antara lain penolakan
kerjasama dari responden yang memenuhi kriteria inklusi tanpa alasan (sudah
tercantum dalam informed consent) yang menyebabkan kurangnya jumlah
responden yang dibutuhkan, dan penetapan waktu penelitian karena
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan 70 staf wanita Universitas Sanata Dharma
berusia 30-50 tahun dengan populasi 141 orang. Data responden yang dapat
dianalisis hanya 46 orang karena 11 responden tidak hadir saat pelaksanaan
penelitian, 1 responden merokok sebelum pelaksanaan penelitian, 6 responden
memiliki kadar hs-CRP lebih dari 10 mg/L, dan setelah wawancara 1 responden
sedang dalam masa penyembuhan penyakit tipes, 2 responden mengidap diabetes
mellitus, 1 responden mengalami sinusitis dan 2 responden mengalami radang
tenggorokan pada saat pelaksanaan penelitian.
Karakteristik responden meliputi data demografi, hasil pengukuran
antropometri dan hasil laboratorium. Data demografi meliputi umur responden.
Pengukuran antropometri meliputi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang
panggul. Pengukuran laboratorium meliputi kadar hs-CRP. Karakteristik data
dapat dilihat pada tabel III.
Tabel I. Karakteristik data responden
Karakteristik Rerata ± SD (n=46)
Umur (tahun) 40 ± 5
Lingkar pinggang (cm) 74,4 ± 6,5
Rasio lingkar pinggang panggul 0,82 ± 0,04
Hs-CRP (mg/L) 2,42 (1,24 - 6,57)*
* rerata (nilai minimum dan maksimum)
Analisis distribusi data dilakukan untuk melihat normalitas distribusi
data. Analisis ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data kurang dari
50. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai p > 0,05. (Dahlan, 2009). Hasil
analisis Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil analisis uji Shapiro-Wilk
Variabel p
Usia 0,149*
Lingkar pinggang 0,560*
Rasio lingkar pinggang panggul 0,129*
Hs-CRP 0,000*
Hs-CRP pada lingkar pinggang < 80 cm 0,000*
Hs-CRP pada lingkar pinggang ≥ 80 cm 0,083*
Hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 0,000* Hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul ≥ 0,85 0,022*
* data terdistristribusi normal bila p > 0,05 (Dahlan, 2009)
1. Umur
Responden dalam penelitian ini berjumlah 46 orang dengan jenis
kelamin wanita dan rerata usianya 39,8 tahun. Pengukuran kadar hs-CRP dapat
dilakukan pada usia 30 hingga 40 tahun untuk melihat kenaikan kadar hsCRP
yang dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular, sehingga dapat
digunakan sebagai tindakan pencegahan terhadap kejadian serangan jantung
dan stroke (Ridker, 2003). Jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat
pada tabel V.
Tabel II. Jumlah responden berdasarkan umur
Umur (tahun) Jumlah responden
30-39 23
40-50 23
Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)
sebesar 0,149; sehingga dapat disimpulkan bahwa data usia terdistribusi
32
Gambar 1. Sebaran data usia responden
2. Lingkar pinggang
Rerata lingkar pinggang pada penelitian ini adalah 74,42 cm dengan
rentang antara 62,7 cm hingga 91,1 cm. Lingkar pinggang menunjukkan
komposisi jaringan adiposa terutama pada bagian abdominal. Jumlah
responden berdasarkan lingkar pinggan dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Jumlah responden berdasarkan lingkar pinggang
Lingkar pinggang (cm) Jumlah responden
< 80 37
≥ 80 9
Lingkar pinggang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular
dan sindrom metabolik selain untuk mengetahui komposisi jaringan adiposa
pada bagian abdominal. Lingkar pinggang normal adalah lingkar pinggang
dengan ukuran kurang dari 80 cm, sedangkan lingkar pinggang yang
mempunyai peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan sindrom
metabolik adalah lingkar pinggang dengan ukuran lebih dari sama dengan 80
cm. Dari data dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki lingkar
pinggang normal, yaitu 37 orang, dan hanya 9 responden yang mempunyai
peningkatan risiko mengalami penyakit kardiovaskular atau sindrom
metabolik.
Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai p sebesar 0,560;
sehingga dapat disimpulkan bahwa data lingkar pinggang terdistribusi normal.
Histogram sebaran data lingkar pinggang dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 2. Sebaran data lingkar pinggang responden
3. Rasio lingkar pinggang panggul
Rasio lingkar pinggang panggul pada penelitian ini berkisar antara
0,75 hingga 0,90. Rasio lingkar pinggang panggul digunakan untuk
menunjukkan penyebaran jaringan adiposa pada bagian intraabdominal dan
subkutan. Semakin besar nilai rasio lingkar pinggang panggul, semakin besar
pula jaringan adiposa intraabdominal. Berdasarkan penelitian Fox dkk. (2007),
jaringan adiposa sentral (abdominal) mempunyai kemungkinan lebih besar
menyebabkan sindrom metabolik, sehingga semakin besar nilai rasio lingkar
pinggang panggul, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi sindrom
34
kurang dari 0,85, sedangkan rasio lingkar pinggang panggul yang
menunjukkan terjadi peningkatan risiko sindrom metabolik maupun penyakit
kardiovaskular bila nilainya lebih dari sama dengan 0,85 (World Health
Organization, 2008). Jumlah responden berdasarkan nilai rasio lingkar
pinggang panggul dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel III. Jumlah responden berdasarkan nilai rasio lingkar pinggang panggul
Rasio lingkar pinggang panggul Jumlah responden
< 0,85 34
≥ 0,85 12
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 34
responden mempunyai nilai rasio lingkar pinggang panggul normal, sedangkan
12 responden memiliki peningkatan risiko mengalami sindrom metabolik atau
penyakit kardiovaskular.
Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)
sebesar 0,126; sehingga dapat disimpulkan bahwa data rasio lingkar pinggang
panggul terdistribusi normal. Histogram sebaran data rasio lingkar pinggang
panggul dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 3. Sebaran data rasio lingkar pinggang panggul responden
4. Kadar hs-CRP
Kadar hs-CRP dalam penelitian ini berkisar antara 1,24 hingga 6,57
mg/L dengan rerata 2,42 mg/L. Kadar hs-CRP yang tinggi (>10 mg/L) dapat
disebabkan karena inflamasi sistemik, merokok, infeksi dan luka. Hal ini
menyebabkan kadar hs-CRP tidak dapat digunakan sebagai prediktor penyakit
kardiovaskular. Oleh karena itu, responden dengan kadar hs-CRP lebih dari 10
mg/L dieksklusi. Bila kadar hs-CRP lebih dari 10 mg/L, maka harus dilakukan
pengukuran kadar hs-CRP ulang setelah tiga minggu sejak pengukuran kadar
hs-CRP pertama untuk memastikan kadar hs-CRP yang sebenarnya dan
mengetahui prediksi penyakit kardiovaskular (Ridker, 2003). Jumlah
responden berdasarkan nilai kadar hs-CRP menurut American Heart
Association dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel IV. Jumlah responden berdasarkan kadar hs-CRP menurut klasifikasi
American Heart Association
Kadar hs-CRP (mg/L) Jumlah responden
< 1 0
1-3 34
> 3 12
Berdasarkan tabel jumlah reponden berdasarkan kadar hs-CRP, tidak
ada responden yang mempunyai risiko rendah mengalami penyakit
kardiovaskular, sedangkan 34 orang mempunyai risiko sedang mengalami
penyakit kardiovaskular dan 12 orang mempunyai risiko tinggi terkena
penyakit kardiovaskular.
Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)
36
terdistribusi normal karena sebagian besar responden memiliki kadar hs-CRP
dengan rentang 1 hingga 3 mg/L. Histogram sebaran data kadar hs-CRP dapat
dilihat pada gambar 7.
Gambar 4. Sebaran data kadar hs-CRP responden
a. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan lingkar pinggang. Uji
normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p) sebesar
0,000 pada responden yang memiliki lingkar pinggang kurang dari 80
cm, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kadar hs-CRP pada
kelompok responden tersebut tidak terdistribusi normal. Nilai
signifikansi kadar hs-CRP pada responden yang memiliki lingkar
pinggang lebih dari sama dengan 80 cm adalah 0,083; sehingga dapat
disimpulkan data tersebut terdistribusi normal.
b. Distribusi data kadar hs-CRP berdasarkan rasio lingkar pinggang
panggul. Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi (p)
sebesar 0,000 pada responden yang memiliki rasio lingkar pinggang
panggul kurang dari kurang dari 0,85; sehingga dapat disimpulkan bahwa
data kadar hs-CRP pada kelompok tersebut tidak terdistribusi normal.
Nilai signifikansi kadar hs-CRP pada responden yang memiliki rasio
lingkar pinggang panggul lebih dari sama dengan 0,85 adalah 0,022;
sehingga dapat disimpulkan data tersebut tidak terdistribusi normal.
B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Lingkar Pinggang < 80 cm
dengan Lingkar Pinggang ≥ 80 cm
Perbandingan rerata kadar hs-CRP berdasarkan ukuran lingkar pinggang
dianalisis menggunakan uji beda Mann-Withney. Hasil perbandingan rerata kadar
hs-CRP dapat dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada lingkar pinggang < 80 cm dengan kadar hs-CRP pada lingkar pinggang ≥ 80 cm
Variabel Lingkar pinggang
< 80 cm
Lingkar pinggang
≥ 80 cm p
Hs-CRP (mg/L) 2,04 ± 0,86 3,98 ± 1,46 <0,001*
* terdapat perbedaan yang signifikan bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan rerata
kadar hs-CRP yang bermakna pada lingkar pinggang < 80 cm dengan lingkar
pinggang ≥ 80 cm. Penelitian Lapice, dkk. (2009), menyatakan bahwa terdapat
perbandingan rerata hs-CRP yang bermakna antara responden yang mengalami
obesitas abdominal dengan responden yang tidak mengalami obesitas abdominal
38
C. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP antara Rasio Lingkar Pinggang
Panggul < 0,85 dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul ≥ 0,85
Perbandingan rerata kadar hs-CRP berdasarkan rasio lingkar pinggang
panggul dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil perbandingan rerata
kadar hs-CRP dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Perbandingan rerata kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dengan kadar hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul ≥ 0,85
Variabel Rasio lingkar
pinggang panggul
* terdapat perbedaan yang signifikan bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa berdasarkan rasio lingkar
pinggang panggul ditemukan perbandingan rerata tidak bermakna antara kadar
hs-CRP pada rasio lingkar pinggang panggul < 0,85 dengan kadar hs-hs-CRP pada rasio
lingkar pinggang panggul ≥ 0,85.
D. Korelasi Lingkar Pinggang dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah
Korelasi antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Korelasi dinyatakan
bermakna bila nilai p < 0,05. Hasil analisis korelasi Spearman dapat dilihat pada
tabel XI.
Tabel XI. Korelasi lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah
Variabel Koefisien korelasi (r) P
Lingkar pinggang 0,655 <0,001*
* terdapat korelasi yang signifikan bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)
Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman, dapat dilihat bahwa
terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar hs-CRP
dalam darah. Korelasi positif ini termasuk korelasi positif kuat (r = 0,655). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar lingkar pinggang seseorang, maka semakin
besar pula kadar hs-CRP dalam darah. Berdasarkan grafik korelasi lingkar
pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah, korelasi positif kuat terlihat dari
banyaknya titik yang berada di sekitar garis korelasi.
Gambar 5. Grafik korelasi lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah
Adanya korelasi positif bermakna antara pengukuran lingkar pinggang
terhadap kadar hs-CRP dalam darah dapat dihubungkan dengan mekanisme
munculnya CRP yang dipengaruhi oleh jaringan adiposa abdominal. Jaringan
adiposa abdominal dapat menghasilkan agen proinflamasi (sitokin) yaitu
interleukin-6 (IL-6). IL-6 akan memasuki aliran darah portal menuju hepar
sehingga merangsang pengeluaran protein fase akut C-reaktif (CRP). Oleh karena
40
abdominal, sehingga semakin meningkat pula kadar hs-CRP dalam darah.
(Bastard, dkk., 2006; Snodgrass, dkk., 2007).
Hasil analisis ini sesuai dengan beberapa penelitian yang sudah
dilakukan. Arumalla dan Kathyaini (2011) menemukan bahwa terdapat korelasi
positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r = 0,558; p <
0,001) pada 122 pria dan 78 wanita dengan rentang usia 20 hingga 50 tahun.
Ganwarin (2010) menemukan korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang
dengan kadar hs-CRP (r = 0,263; p =0,028) pada 70 pria dengan rentang usia 30
hingga 50 tahun. Huffman dkk. (2010) menemukan bahwa terdapat korelasi
positif bermakna antara lingkar pinggang dan ln hs-CRP (r = 0,406; p = 0,001)
pada 116 wanita tanpa diabetes. Jeemon dkk. (2011) menemukan bahwa terdapat
korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan loge hs-CRP (r = 0,470;
p <0,001). Sodgrass dkk. (2007) juga menemukan bahwa terdapat korelasi positif
bermakna antara lingkar pinggang dengan log hs-CRP (r = 0,487; p <0,001) pada
84 wanita dengan rerata usia 32,3 ± 11,4 tahun. Warnberg dkk. (2006)
menemukan korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan ln hs-CRP
(r = 0,220; p = 0,01) pada 224 remaja putri berusia 13 hinggaa 18,5 tahun.
Mahajan dkk. (2009) juga menemukan hasil bahwa terdapat korelasi positif
bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP (r = 0,29; p = 0,001)
pada 985 orang. Garcia-Lorda, Bullo, Balanza, dan Salas-Salvado (2006) juga
menemukan adanya korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan log
hs-CRP (r = 0,34; p < 0,001) pada 652 wanita dan 505 pria Mediterania. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya
bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar
hs-CRP dalam darah.
E. Korelasi Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Kadar Hs-CRP dalam Darah
Korelasi antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP
dalam darah dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis
korelasi Spearman dapat dilihat pada tabel XII.
Tabel XII. Korelasi rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah
Variabel Koefisien korelasi (r) p
Rasio lingkar pinggang panggul 0,134 0,375*
* terdapat korelasi yang bermakna bila nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009)
Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa nilai rasio lingkar pinggang
panggul memiliki korelasi positif yang sangat lemah karena nilai r berada antara
0,000 hingga 0,150. Korelasi ini juga merupakan korelasi positif tidak bermakna
karena nilai p > 0,05 (Dahlan, 2009). Berdasarkan grafik korelasi rasio lingkar
pinggang panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah, dapat dilihat bahwa korelasi
positif sangat lemah ditunjukkan dengan sedikitnya titik yang berada di sekitar
garis korelasi. Hal ini menandakan terdapat hubungan antara rasio lingkar
pinggang panggul dengan kadar hs-CRP, tetapi kenaikan rasio lingkar pinggang