• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sloanea sigun (Blume) K. Schumann - Elaeocarpaceae

Pouteria duclitan (Blanco) Baehni A. Penampang lintang, skala 200 mikron

28. Sloanea sigun (Blume) K. Schumann - Elaeocarpaceae

a

b

Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -Elaeocarpaceae

Ciri Anatomi

Lingkaran tumbuh tidak jelas.

Pembuluh baur; pengelompokan bergabung radial 2-4. Diameter berkisar antara 50-100 mikron. Frekuensi 5–20 buah/mm2. Bidang perforasi sederhana; ceruk antar pembuluh berhadapan, ukuran kecil antara 4-7 mikron. Ceruk antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang jelas, ukuran dan bentuk serupa dengan ceruk antar pembuluh serta ber-halaman sempit, ceruk bulat, horisontal atau vertikal.

Parenkim aksial apotrakea tersebar dan pita sempit ≤3 lapis sel.

Jari-jari 1-6 seri. Komposisi sel baring dengan 1-4 jalur sel tegak atau sel bujursangkar marjinal. Frekuensi 4-12 buah/mm. Tinggi lebih dari 1 mm.

Nama Botanis

Sloanea sigun (Blume) K. Schumann -Elaeocarpaceae.

Sinonim: Echinocarpus sigun Blume Nama Perdagangan

Sloanea Nama Daerah

Beleketebe, ki somang (Sunda), landakan (Jawa), sibala kayu (Batak Karo, Sum

Nama di Negara Lain

Carabeen (Inggris), ko rian, ngoh pa, sati ton (Thailand), sala (Filipina).

Daerah Persebaran

Assam (India), Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

Morfologi

Pohon tinggi 30 m. Batang utama silindris, tegak, diameter 40-60 cm. Permukaan pepagan berwarna abu-abu hingga kehitaman, licin dan berlentisel.

Daun tunggal, kedudukan spiral atau menyebar. Helaian jorong atau bulat telur terbalik, berukuran 12-14 cm x 5-6 cm, mengertas, ujung meluncip, pangkal meluncip atau tumpul, tepi rata, pertulangan sekunder berjumlah 5-6 pasang. Tangkai silindris, tidak berbulu, panjang 2-2,5 cm atau 5 cm.

Perbungaan majemuk tandan, pada ketiak daun.

Ciri Umum

Warna kayu teras cokelat kekuningan dipisahkan secara jelas dengan kayu gubal yang cokelat agak kemerahan.

Corak polos. Tekstur halus. Arah serat lurus. Kilap agak mengkilap. Kesan raba licin. Kekerasan agak keras.

a. Kayu ( ) b. Kulit ( )

wood bark

Buah berbentuk kapsul, berduri, terbagi menjadi 3-4 bagian, dengan aril dan biji berkulit licin serta keras, aril berwarna merah atau orange. Dalam tiap kapsul terdapat 4-5 biji.

140 ATLAS KAYUINDONESIA(JILID IV) Keteguhan belah (kg/cm) Radial (b) 32 (k) 42 Tangensial (b) 37 (k) 53 Keteguhan tarik sejajar arah serat

Tegangan maksimum (kg/cm2)

Radial (b) 570

(k) 704

Tangensial (b) 510

(k) 623 Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)

Radial (b) 15 (k) 18 Tangensial (b) 21 (k) 31 Sifat Kimia Kadar Holoselulosa 79,00% Lignin 27,66% Pentosan 15,02% Abu 0,59% Silika 0,55% Kelarutan Alkohol-benzena 2,58% Air 2,95% Air panas 4,33% NaOH 1% 12,67%

Nilai kalor 4.416 kal/g

Keawetan

Kayu ini masuk ke dalam kelas awet V (Oey, 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.) kelas II,

dan terhadap rayap tanah (Coptotermes

curvignathus Holmgren)kelas V.

Ketahanan terhadap jamur Dacryopinax

spathularia kelas IV, Polyporus sp. kelas III, Pycnoporus sanguineus kelas V dan

Schizophyllum commune kelas IV.

Ketahanan terhadap organisme perusak

kayu di laut termasuk kelas V.

Keterawetan

Masuk kelas I (mudah) Pengeringan

Pengeringan alami Belum ada data

Pengeringan dalam dapur pengering konvensional

Belum ada data Serat memiliki ceruk berhalaman yang jelas.

Panjang 1.868 ± 71 mikron, diameter 32 ± 3 mikron, lebar lumen 28 ± 3 mikron, dan dinding tipis sampai tebal dengan tebal 2,4 ± 0,3 mikron.

Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam sel tegak dan sel baring, namun lebih banyak pada sel tegak.

Ciri lain sel seludang ditemui. Sifat Fisis

Berat jenis 0,56 dan kelas kuat III-II (Oey, 1990) Penyusutan (%)

Penyusutan dari basah sampai kering udara 2,7 (R) ; 6,4 (T)

Penyusutan dari basah sampai kering oven 4,3 (R) ; 9,5 (T)

Sifat Mekanis

Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh berdasarkan pengukuran pada contoh kayu dengan berat jenis basah (b) 0,66 pada kadar air 68%,dan berat jenis kering udara (k) 0,82 pada kadar air 12%.

Keteguhan lentur statis

Tegangan pada batas proporsi (kg/cm2) (b) 405 (k) 445 Tegangan pada batas patah (kg/cm2)

(b) 584 (k) 796 Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (b) 99,7 (k) 120,5 Keteguhan pukul (kg/dm3) Radial (b) 29 (k) 25 Tangensial (b) 33 (k) 25 Keteguhan tekan sejajar serat

Tegangan maksimum (kg/cm2)

(b) 356 (k) 675 Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)

(b) 119 (k) 437 Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Ujung (b) 416 (k) 555 Sisi (b) 381 (k) 505 Keteguhan geser (kg/cm2) Radial (b) 66 (k) 53 Tangensial (b) 73 (k) 57

Venir dan Kayu Lapis Venir

Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 91° untuk tebal 1,5 mm.

Kayu Lapis

Perekatan venir kayu ini dengan urea formaldehida cair menghasilkan kayu lapis tahan air yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Jerman (DIN) No. 68705-1983.

Pemesinan

Sifat pemesinan Bebas cacat

% Kelas

Penyerutan 74 Baik (II)

Pembentukan 85 Baik (II)

Pembubutan 78 Baik (II)

Pemboran 72 Baik (II)

Pengampelasan 83 Sangat baik (I)

Kegunaan

Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan konstruksi yang tidak berhubungan dengan tanah, papan lantai, mebel, moulding, kotak pembungkus, pegangan sikat, mainan anak-anak dan tangkai korek api. Kayu ini juga dapat digunakan sebagai venir dan kayu lapis.

Silvikultur Tempat tumbuh

Secara alami tumbuh di hutan primer dan hutan sekunder dataran tinggi, pada ketinggian 2.000-2.800 m.dpl.

Permudaan

Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji. Biji berkecambah dengan cepat dan viabilitas singkat. Buah sebaiknya dipanen langsung dari pohon pada saat masak untuk menghindari serangan hama. Aril dan kapsul dimaserasi serta dibersihkan sebelum dikecambahkan untuk meningkatkan perkecambahan. Tipe perkecambahan epigeal, dengan kotiledon tetap dan berdaging. Jenis ini belum dikembangkan secara luas. Secara alami biji kayu ini disebarkan oleh burung dan kelelawar.

142

Daun dan buahSloanea sigun (Blume) K. Schumann

A

C D

B

Sloanea sigun (Blume) K. Schumann

A. Penampang lintang

B. Penampang lintang, skala 200 mikron C. Penampang radial, skala 200 mikron D. Penampang tangensial, skala 200 mikron

144 ATLAS KAYUINDONESIA(JILID IV)

29. Sterculia cordata Blume - Sterculiaceae

Nama Botanis

Sterculia cordata Blume-Sterculiaceae

Sinonim: Sterculia montana Merr., Sterculia borneensis Ridl., Sterculia javanica R.Br. Nama Perdagangan

Kelumpang Nama Daerah

Gelumpang padang (Bangka), hantap heulang (Sunda), kayu binong (Jawa), pimpin bulan (Kalimantan Timur).

Nama di Negara Lain

Kalumpang, tuntun, pelajau (Malaysia), tapinag-bundok (Filipina), letkok saw-byu (Myanmar), samrong, samrang (Kamboja), pho-kanun, samrong (Thailand), tr[oo]m (Vietnam),

Daerah Persebaran

Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua

Morfologi

berbanir kuncup, tinggi 1 m. Permukaan pepagan berwarna abu-abu kecokelatan, halus. Ranting abu-abu kecokelatan, berbulu bintang. Daun tunggal, kedudukan berselang-seling atau mengumpul pada ujung ranting, bentuk helaian bulat telur atau bulat telur terbalik, jorong hingga lonjong, berukuran 8-19(-30) cm x 7-9 (-19) cm, permukaan bawah berbulu putih kekuningan, ujung meluncip atau tumpul, pangkal bulat atau bentuk jantung, pertulangan sekunder 8-12 pasang. Panjang tangkai 1,5-4(-9) cm berbulu bintang.

Perbungaan malai, panjang 10-27 cm, pada ketiak daun atau dekat ujung ranting, mahkota berwarna merah muda pucat.

Buah bentuk kapsul, berukuran 83 mm, warna merah kecokelatan, buah kering merekah dengan 5-10 biji, aril warna cokelat kehitaman. Ciri Umum

Warna kayu teras putih kecokelatan, sukar dibedakan dari kayu gubalnya.

Corak polos. Tekstur kasar.

Arah serat lurus sampai berpadu. Kilap permukaan kayu kusam. Kesan raba kesat.

Kekerasan agak keras.

a

b

Sterculia cordata Blume - Sterculiaceae a. Kayu (wood)

b. Kulit (bark)

Ciri Anatomi

Lingkaran tumbuh tidak jelas.

Pembuluh baur, bidang perforasi sederhana. Diameter berkisar antara 100-200 mikron, frekuensi 5 buah/mm2atau kurang. Ceruk antar pembuluh berhadapan, berukuran sangat kecil dan berumbai. Percerukan pembuluh dan jari-jari ada dua ciri, dengan halaman yang jelas, serupa dalam ukuran dan ceruk antar pembuluh, serta dengan halaman yang sempit sampai sederhana, ceruk horisontal atau vertikal.

Parenkim paratrakea jarang dan apotrakea pita sempit <3 lapis sel. Panjang 3-4 sel per untai. Jari-jari dengan dua ukuran yang jelas. Jari-jari yang sempit uniseriate, sedang jari-jari yang lebar umumnya >10 seri. Komposisi jari-jari dengan 1 hingga 4 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar marjinal.

Serat bersekat dijumpai. Ceruk antar serat dengan ceruk sederhana sampai berhalaman sangat kecil. Panjang serat 1.903 ± 296 mikron, diameter 30,0 ± 3,3 mikron, lebar lumen 22,7 ± 4,2 mikron, dinding serat tipis sampai tebal 3,7 ± 0,8 mikron. Kualitas serat untuk bahan baku pulp dan kertas: Kelas I.

Inklusi mineral kristal prismatik dijumpai dalam parenkim aksial tak berbilik serta berderet radial dalam sel baring.

Ciri lain terdapat susunan bertingkat dari parenkim atau unsur serat. Ada sel seludang. Sifat Fisis

Berat jenis 0,40 dan kelas kuat III-I (Oey, 1990) Penyusutan (%)

Penyusutan dari basah sampai kering udara 1,0 (R) ; 2,9 (T)

Penyusutan dari basah sampai kering oven 2,5 (R) ; 5,5 (T)

Sifat Mekanis

Data sifat mekanis di bawah ini diperoleh berdasarkan pengukuran pada contoh kayu dengan berat jenis basah (b) 0,27 pada kadar air 178%, dan berat jenis kering udara (k) 0,32 pada kadar air 12%.

Keteguhan lentur statis

Tegangan pada batas proporsi (kg/cm2) (b) 75 (k) 170 Tegangan pada batas patah (kg/cm2)

(b) 203 (k) 268 Modulus Elastisitas (1.000 kg/cm2) (b) 37,4 (k) 43,1 Keteguhan pukul (kgm/dm3) Radial (b) 14 (k) 15 Tangensial (b) 14 (k) 16 Keteguhan tekan sejajar serat

Tegangan maksimum (kg/cm2)

(b) 135 (k) 155 Keteguhan tekan tegaklurus serat (kg/cm2)

(b) 27 (k) 30 Kekerasan (JANKA), kg/cm2 Ujung (b) 160 (k) 160 Sisi (b) 85 (k) 110 Keteguhan geser (kg/cm2) Radial (b) 28 (k) 28 Tangensial (b) 32 (k) 31 Keteguhan belah (kg/cm) Radial (b) 17 (k) 15 Tangensial (b) 22 (k) 23 Keteguhan tarik sejajar arah serat

Tegangan maksimum (kg/cm2)

Radial (b) 211

(k) 266

Tangensial (b) 202

(k) 336 Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm2)

Radial (b) 7 (k) 8 Tangensial (b) 12 (k) 11 Sifat Kimia Kadar Holoselulosa 80,6% Lignin 21,9% Pentosan 18,2% Abu 1,7% Silika 0,7% Kelarutan Alkohol-benzena 3,5% Air dingin 4,2% Air panas 7,0% NaOH 1% 19,4%

Nilai kalor 4.341 kal/g

Keawetan

Keterawetan

Masuk kelas I (mudah) Pengeringan

Pengeringan alami

Kayu cepat mengering (7 hari) dari kadar air 50% hingga mencapai kadar air kering udara (15%) dengan mutu agak baik sampai baik. Pengeringan dalam dapur pengering konve-sional

Kayu ini dimasukkan ke dalam kelas awet V (Oey, 1990). Ketahanan terhadap rayap kayu kering

( Light.) kelas V,

dan terhadap rayap tanah Holmgren) kelas V. Ketahanan terhadap jamur

kelas II, sp. kelas IV, kelas IV dan kelas IV.

Ketahanan terhadap organisme perusak kayu di laut termasuk kelas V.

Cryptotermes cynocephalus (Coptotermes curvignathus Dacryopinax spathularia Polyporus Pycnoporus sanguineus Schizophyllum commune

146 ATLAS KAYUINDONESIA(JILID IV) Kayu disarankan dikeringkan dengan suhu

50-70°C dan Rh 80-23%. Venir dan Kayu Lapis Venir

Kayu ini dapat dibuat venir dengan hasil baik tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 91°30’ untuk tebal 1,5 mm.

Kayu Lapis

Perekatan venir kayu ini dengan urea formaldehida cair menghasilkan kayu lapis tahan air yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-5008.2-2000, Jepang (JAS) No. JPIC-EW.SE03-01.2003 dan Jerman (DIN) No. 68705-1983.

Pemesinan

Sifat pemesinan Bebas cacat

% Kelas

Penyerutan 79 Baik (II)

Pembentukan 69 Baik (II) Pembubutan 57 Sedang (III)

Pemboran 76 Baik (II)

Pengampelasan 82 Sangat baik (I)

Kegunaan

Kayu ini digunakan untuk konstruksi ringan di bawah atap, peti pengepak, venir dan kayu lapis, cetakan beton, hak sepatu, dan perahu. Kayu ini baik juga untuk dibuat pulp dan kertas. Silvikultur

Tempat tumbuh

Secara alami tumbuh di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggain 700 m.dpl. Umumnya dijumpai di sepanjang sempadan sungai dan perbukitan pada tanah berpasir dan tanah liat. Di hutan sekunder, merupakan salah satu jenis pohon yang tersisa (tidak ditebang).

Permudaan

Permudaan alami dapat dijumpai di hutan primer dan sekunder. Perbanyakan dilakukan dengan biji.

148

A B

C D

Sterculia cordata Blume

Dokumen terkait