• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

2. SMPN 2 Sumberrejo

83

2. SMPN 2 Sumberrejo

a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki alokasi jam pelajaran di sekolah.

Untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMPN 2 Sumberrejo konselor menggunakan BK pola 17+, hal ini penulis ketahui melalui wawancara berikut :

“Pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling disini menggunakan pola 17+, semua bidang dan layanan sudah terlaksana kecuali alih tangan kasus”.19

Melalui wawancara dengan konselor diatas, beliau telah memberikan pelayanan kepada peserta didik sesuai pada pola yang digunakan yakni pola 17+. Beberapa pelayanan tersebut meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling individu, konseling kelompok, dan bimbingan kelompok. Yang didukung melalui beberapa kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, antara lain himpunan data, aplikasi instrumentasi, kunjungan rumah, dan konferensi kasus. Sedangkan untuk alih tangan kasus, selama ini belum pernah ada di SMPN 2.

Dilihat dari segi dokumen-dokumen bimbingan dan konseling, konselor di SMPN 2 menunjukkan beberapa catatan konseling, laporan kunjungan rumah, satuan layanan dan modul BK yang berisi materi-materi yang akan diberikan kepada peserta didik pada saat klasikal di kelas. Dalam satuan layanan dan modul BK tersebut sudah mencakup

19

Hasil wawancara dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 2 Sumberrejo, 4 Agustus 2016

84

bidang-bidang bimbingan dan konseling dan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling.

Kemudian konselor juga melaksanakan klasikal di kelas ketika jam istirahat dan terkadang meminta jam pelajaran lain agar dapat memberikan materi bimbingan dan konseling kepada peserta didik.20 Hal ini penulis ketahui ketika melakukan observasi di kelas. Penulis juga menjumpai adanya papan struktur BK pola 17+ yang ada di ruang BK.

b) Upaya konselor yang tidak memiliki jam pelajaran bimbingan dan konseling di sekolah

1) Analisis kebutuhan peserta didik

Dalam proses analisis kebutuhan peserta didik yang dilakukan oleh konselor di SMPN 2 adalah dimulai dengan melakukan wawancara dengan peserta didik. Konselor memilih menggunakan wawancara karena hasil dari wawancara diyakini lebih akurat daripada menggunakan angket untuk mengetahui informasi tentang peserta didik. Hal ini agar program yang direncanakan sesuai dengan apa yang dibutuhkan peserta didik. Hal ini senada dengan ungkapan konselor di SMPN 2 :

“Beliau melakukan analisis kebutuhan atau need asessment

peserta didik menggunakan wawancara kepada siswa yang baru masuk”.21

20

Hasil observasi dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 1 Sumberrejo, 18 Juli 2016

85

Dalam penelitian di lapangan penulis menemui salah satu peserta didik dan menanyakan perihal wawancara yang dilakukan konselor pada saat penerimaan siswa baru :

“Saat pertama kali masuk sekolah saya diberi beberapa pertanyaan oleh bapak ibu guru disini”.22

Dari sini dapat diketahui bahwa konselor benar adanya telah melakukan analisis kebutuhan atau need asessment peserta didik menggunakan wawancara. Yang pelaksanaannya dilakukan pada setiap awal tahun ajaran baru dan ditujukan untuk siswa baru di SMPN 2 Sumberrejo.

2) Analisis kebutuhan lingkungan

Dalam proses analisis kebutuhan lingkungan yang dilakukan oleh konselor di SMPN 2, beliau mengamati dan menganalisis kondisi yang ada pada lingkungan sekolah, selain itu beliau juga meminta usualan atau pendapat kepada kepala sekolah terkait dengan perencanaan program-program bimbingan dan konseling. Hal ini sesuai wawancara dengan konselor :

“Beliau melakukan asessment kebutuhan lingkungan dengan cara mengamati dan menganalisis kondisi lingkungan sekolah”.23

Kemudian ketika penulis melakukan wawancara dengan bapak kepala sekolah, beliau menyampaikan bahwa selalu dimintai usulan atau masukan pada saat guru BK membuat perencanaan program

22 Hasil wawancara dengan siswa di SMPN 2 Sumberrejo

23

Hasil wawancara dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 2 Sumberrejo, 4 Agustus 2016

86

bimbingan dan konseling. Hal ini membuktikan bahwa konselor telah melakukan analisis kebutuhan lingkungan sekolah.

3) Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai

Dalam menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, konselor memperhatikan hasil dari analisis kebutuhan peserta didik dan analisis kebutuhan lingkungan sekolah. Selain itu konselor juga mengacu pada petunjuk pelaksanaan kurikulum. Hal ini dilakukan konselor agar tujuan atau hasil yang ingin dicapai menjadi terarah dan sesuai. Berikut ungkapan dari konselor :

“Cara menetapkannya mengacu pada petunjuk pelaksanaan kurikulum, selain itu untuk pengembangannya juga berdasar pada kebutuhan siswa dan kebutuhan lingkungan”.24

Dengan demikian maka tujuan atau hasil yang ditetapkan konselor dalam program bimbingan dan konseling menjadi lebih terarah.

4) Mampu membuat dan menggunakan instrumen

Konselor di sekolah diharapkan mampu membuat dan mempergunakan instrumen dengan baik. Instrumen dibuat dan digunakan oleh konselor untuk mengetahui kebutuhan peserta didik. Dalam pelaksanaannya konselor disini menggunakan wawancara. Sesuai dengan ungkapan konselor :

“Beliau hanya menggunakan wawancara, karena dirasa lebih efektif dan akurat dalam mengumpulkan informasi tentang kebutuhan peserta didik”.25

24

87

Kemudian penulis bertanya kepada salah seorang peserta didik terkait wawancara, dan memang benar adanya bahwa konselor melakukan wawancara kepada peserta didik di kelas saat tahun ajaran baru.26 Namun ketika penulis ingin melakukan dokumentasi terkait instrumen yang digunakan, konselor tidak memiliki catatan wawancara ataupun rekaman wawancara dengan peserta didik. 5) Menetapkan jenis, strategi, kegiatan layanan, dan pendukung

Dalam menetapkan jenis, strategi, kegiatan layanan, dan pendukung, konselor disini mengacu pada hasil dari analisis kebutuhan peserta didik dan hasil dari analisis kebutuhan lingkungan sekolah. Disamping itu konselor juga berpatokan pada petunjuk pelaksanaan kurikulum. Sesuai apa yang diungkapkan konselor :

“Cara menetapkannya berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum, untuk teknisnya waktu dan tempat sifatnya fleksibel. Disamping itu juga memperhatikan hasil dari analisis kebutuhan peserta didik dan analisis kebutuhan lingkungan”.27

Kemudian penulis melakukan dokumentasi dan melihat beberapa satuan layanan yang berisi tentang jenis, strategi, kegiatan layanan, dan pendukung yang digunakan konselor untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling.28

25 Hasil wawancara dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 2 Sumberrejo, 4 Agustus 2016

26 Hasil wawancara dengan siswa di SMPN 2 Sumberrejo

27 Hasil wawancara dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 2 Sumberrejo, 4 Agustus 2016

88

6) Penentuan jadwal kegiatan layanan bimbingan dan konseling

Dalam pelaksanaannya konselor disini tidak memiliki jam pelajaran khusus bagi bimbingan dan konseling. Maka konselor disini melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling diluar jam pembelajaran, yakni saat pagi sebelum jam pertama, jam istirahat, jam kosong dan terkadang meminta jam mata pelajaran lain untuk melaksanakan klasikal di kelas. Sesuai pernyataan dari konselor :

“Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan pada pagi sebelum jam pertama, jam istirahat, jam kosong, dan terkadang meminta jam mata pelajaran lain”.29

Ketika penulis melakukan wawancara dengan Ibu waka kurikulum, beliau juga mengungkapkan hal senada, yakni terkadang jam pelajaran beliau diminta 1 jam oleh konselor untuk mengisi bimbingan dan konseling di kelas. Kemudian ketika masuk jam istirahat penulis menyaksikan konselor sedang melaksanakan klasikal di kelas. Hal ini penulis ketahui melalui observasi di lapangan.

7) Fasilitas dan anggaran dana bimbingan dan konseling

Dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMPN 2 Sumberrejo, pihak sekolah memberikan beberapa fasilitas penunjang kegiatan bimbingan dan konseling kepada konselor, diantaranya ada ruang bimbingan dan konseling, computer, almari

89

untuk menyimpan dokumen-dokumen terkait bimbingan dan konseling.

Disamping itu konselor juga mendapatkan anggaran untuk pelaksanaan kunjungan rumah dan kegiatan MGBK. Sesuai pernyataan dari konselor :

“Menurut konselor di SMPN 2 fasilitas yang digunakan meliputi ruang bimbingan dan konseling, computer, almari/rak serta menetapkan biaya transport untuk home visit dan MGBK”.30

Kemudian ketika penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah, beliau juga senada dengan konselor :

“Pihak sekolah menyediakan ruangan untuk bimbingan dan konseling, computer, serta anggaran untuk kegiatan-kegiatan BK diluar sekolah”.31

8) Tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling

Tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor disini meliputi perencanaan program, pelaksanaan program, evaluasi program, serta tindak lanjut bila diperlukan, hal ini sesuai apa yang diungkapkan konselor :

“Tahap-tahap pelaksanaan program bimbingan dan konseling mulai dari perencanaan, selanjutnya pelaksanaan dilaksanakan pagi sebelum jam pertama, jam istirahat, jam kosong, dan terkadang meminta jam mata pelajaran lain, evaluasi dan tindak lanjut bila diperlukan”.32

Kemudian penulis melihat beberapa dokumen administrasi yang dimiliki konselor seperti program tahunan program semester, serta

30 Hasil wawancara dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 2 Sumberrejo, 4 Agustus 2016

31 Hasil wawancara dengan kepala sekolah SMPN 2 Sumberrejo

32

Hasil wawancara dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 2 Sumberrejo, 4 Agustus 2016

90

program bulanan bimbingan dan konseling. Penulis juga melakukan observasi ketika konselor sedang melaksanakan klasikal di kelas saat jam istirahat.

9) Jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor

Jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor idealnya berjumlah 150 siswa. Dalam pelaksanaannya konselor disini memegang sebanyak 297 siswa yang terdiri dari seluruh kelas 8 dan kelas 9. Hal ini sesuai pernyataan dari konselor :

“Menurut konselor pembagian tugas dan jumlah siswa dilakukan oleh kepala sekolah, saya memegang siswa kelas 8 dan 9 sebanyak 297 siswa dan untuk siswa kelas 7 dipegang oleh Ibu Susilawati”.33

Kemudian hal ini diperkuat oleh kepala sekolah yang juga senada dengan konselor :

“Pembagian jumlah siswa disini saya lakukan bersama dengan guru BK di awal ajaran baru. Untuk pembagiannya Ibu Indhah memegang siswa kelas 8 dan 9. Sedangkan untuk kelas 7 dipegang oleh Ibu Susilawati”.34

Tahun Ajaran Jumlah Pendaftar (Calon Siswa Baru)

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Jumlah (Klas. VII + VIII + IX) Jml Siswa Jumlah Rombel Belajar Jml Siswa Jumlah Rombel Belajar Jml Siswa Jumlah Rombel Belajar Jml Siswa Jumlah Rombel Belajar 2015/ 2016 189 185 6 115 4 182 6 486 10

33 Hasil wawancara dengan Ibu Indhah Sulistyawati S.Psi. konselor SMPN 2 Sumberrejo, 4 Agustus 2016

91

Dokumen terkait