• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.11 Solusi Alternatif Pengelolaan

Berdasarkan analisis kesesuaian wisata selam dan wisata snorkling, perairan Pulau Hari tergolong cukup sesuai untuk kedua jenis wisata tersebut. Persentase tutupan komunitas karang di perairan Pulau Hari cukup beragam, mulai dari kategori rusak, hingga kategori baik sekali. Namun secara rata-rata, persentase tutupan komunitas karang tersebut diatas 50% (kategori baik).

Berdasarkan kriteria penilaian tingkat kesesuaian, persentase tutupan komunitas karang diatas 50% termasuk dalam kategori cukup sesuai untuk kegiatan wisata selam dan wisata snorkling. Namun apabila komunitas karang tersebut tidak dilestarikan kemungkinan akan mengalami perubahan atau penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas tersebut tentunya akan mengurangi nilai estetika alam bawah laut dan akan mengancam keberlajutan kegiatan wisata.

Untuk mempertahankan kelestarian ekosistem terumbu karang yang ada di perairan Pulau Hari, berbagai upaya dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan, yakni :

1. Melakukan penyadaran terhadap masyarakat sekitar untuk tidak melakukan penangkapan ikan dengan tidak ramah lingkungan.

2. Melakukan kegiatan tansplantasi karang untuk merangsang pertumbuhan komunitas karang.

3. Melakukan pengawasan terhadap jumlah wisatawan agar tidak melebihi daya dukung kawasan, dengan cara membatasi jumlah penjualan tiket masuk, atau dengan cara menerapkan sistem quota dan menetapkan lama tinggal pengunjung di lokasi wisata.

4. Melakukan penyadaran terhadap pengunjung wisata Pulau Hari untuk tidak melakukan kontak dengan komunitas karang, dan tidak mengambil berbagai jenis hewan yang ada. Hal ini dilakukan karena umumnya seorang penyelam melakukan kontak langsung denga komunitas karang, seperti penelitian yang dilakukan oleh Barkers and Roberts (2004) di Santo Lucia menemukan bahwa sejumlah 353 penyelam melakukan kontak dengan komunitas karang, sehingga mengakibatkan kerusakan terhadap komunitas karang.

Jumlah jenis ikan karang di perairan Pulau Hari yang ada di setiap titik pengamatan tergolong sesuai bersyarat untuk pengembangan wisata bahari. Akan tetapi secara keseluruhan jumlah jenis ikan karang yang berhasil diidentifikasi di perairan pulau tersebut terdiri dari 97 jenis (spesies), dengan jumlah 3434 individu. Jumlah jenis tersebut berdasarkan kriteria penilaian tergolong cukup sesuai untuk kegiatan wisata selam dan wisata snorkling. Keberadaan ikan-ikan karang tersebut sangat terkait dengan kondisi komunitas terumbu karang. Jika kondisi terumbu karang rusak, secara ekologis fungsi terumbu karang tidak

berperan dengan baik sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan dan sebagainya.

Hasil analisis multiatribut menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial cukup mendukung kegiatan wisata yang dilakukan di perairan Pulau Hari. Hal ini dapat dilihat dari nilai beberapa parameter sosial yang cukup mendukug pengembangan kegiatan wisata. Namun demikian, juga terdapat parameter yang tidak mendukung, yakni parameter peruntukan kawasan, dimana sampai saat ini dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun Rencana Strategis (RENSTRA) Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan belum menetapkan peruntukan kawasan Pulau Hari untuk jenis kegiatan tertentu. Untuk mendukung pengembangan Pulau Hari sebagai obyek wisata, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan harus menetapkan peruntukan kawasan perairan tersebut kedalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun Rencana Strategis (RENSTRA), sehingga tidak terjadi konflik pemanfaatan.

Persepsi masyarakat khususnya wisatawan yang pernah melakukan kunjungan wisata ke Pulau Hari mendukung pengembangan kegiatan wisata bahari. Hal ini dapat dilihat dari persepsi dominan setiap parameter yang berkaitan kegiatan wisata. Namun demikian, juga terdapat parameter yang kurang/tidak mendukung pengembangan kegiatan wisata menurut persepsi masyarakat. Parameter-parameter tersedbut adalah sarana akomodasi, sarana transportasi laut, ketersediaan air tawar dan dukungan pemerintah. Hasil analisis persepsi setiap variabel disajikan pada Tabel 8 sebagai berikut.

Tabel 8 Persepsi pengunjung terhadap obyek wisata Pulau Hari

No Variabel Persepsi Dominan

1. Tingkat kenyamanan Nyaman

2. Ketersediaan sarana transportasi laut Kurang memadai

3. Akomodasi wisatawan Tidak tersedia

4. Ketersediaan air tawar Tidak tersedia 5. Ketersediaan peralatan wisata Tersedia

6. Keindahan alam Indah

7. Dukungan pemerintah Tidak mendukung

8. Penerimaan masyarakat lokal Menerima

Berdasarkan tabel tersebut diatas, persepsi responden terhadap tingkat kenyamanan, sarana transportasi darat, ketersediaan peralatan wisata, keindahan alam, keterterimaan pengunjung dan biaya perjalanan wisata mendukung pengembangan Pulau Hari sebagai obyek wisata. Sedangkan variabel akomodasi, sarana transportasi laut, ketersediaan air tawar, dan dukungan pemerintah tidak mendukung kegiatan wisata bahari di Pulau Hari. Untuk mengembangkan kawasan tersebut sebagai obyek wisata, diperlukan peningkatan sarana dan prasarana sosial (social infrastructur) untuk mendukung pengembangan kegiatan wisata, yakni :

1. Menyediakan sarana transportasi laut. Sarana transportasi laut merupakan alat angkutan yang digunakan oleh wisatawan yang hendak berkunjung ke Pulau Hari. Ketersediaan alat angkutan tersebut saat ini sangat terbatas, sehingga wisatawan yang hendak berkunjung ke Pulau Hari hanya dapat menggunakan perahu motor milik nelayan dengan sistem carter. Sarana angkutan reguler yang menghubungkan Pulau Hari dengan tempat asal pengunjung (Kota Kendari) tidak didapatkan, melainkan perahu motor milik nelayan yang menghubungkan Desa Baho (daerah mainland) dengan Kota Kendari. Namun demikian, ketersediaannya sangat terbatas dan hanya dilakukan 2 sampai 3 kali pelayaran dalam setiap minggu.

Untuk mengatasi minimnya jumlah sarana angkutan laut yang menghubungkan Pulau Hari dengan Kota Kendari terkait dengan pengembangan kegiatan wisata, maka cara yang dapat ditempuh adalah Pemerintah Daerah menyediakan sarana angkutan khusus untuk wisatawan. Hal ini dapat juga dilakukan bekerjasama dengan pihak swasta yang ingin mengembangkan kegiatan wisata bahari Pulau Hari dengan memberikan insentif, antara lain dapat berupa pengurangan pajak dan lain sebagainya. Upaya tersebut merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap pengembangan kegiatan wisata bahari Pulau Hari. Dengan demikian pengunjung dengan mudah untuk mencapai lokasi tersebut , sehingga jumlah dan intensitas kunjungan akan meningkat.

Untuk meningkatkan jumlah dan intensitas kunjungan wisata, pihak pengelola wisata dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe

Selatan atau Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara maupun pihak swasta dapat juga dilakukan dengan cara melakukan promosi wisata baik secara regional, promosi dalam skala nasional maupun internasional. Promosi tersebut dilakukan untuk memperkenalkan potensi sumberdaya alam berupa komunitas karang dan ikan karang yang dapat menarik minat wisatawan untuk melakukan kunjungan.

2. Akomodasi dan kebutuhan air tawar. Akomodasi adalah sarana yang dapat digunakan wisatawan untuk beristirahat selama melakukan kunjungan wisata. Sarana akomodasi obyek wisata Pulau Hari telah dibangun dan dapat digunakan oleh pengunjung ketika obyek wisata tersebut dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun setelah otonomi daerah, dimana kewenangan pengelolaan berada di tingkat Kabupaten Konawe, sarana akomodasi tersebut kini dalam kondisi rusak dan tidak dapat digunakan. Saat ini jika pengunjung yang melakukan perjalanan wisata ke Pulau Hari dalam beberapa hari, mereka menggunakan rumah-rumah penduduk di daerah mainland (Desa Baho) untuk beristirahat. Hal ini disebabkan karena tidak terdapatnya sarana akomodasi yang dapat digunakan oleh wisatawan. Kondisi seperti ini tentunya kurang mendukung pengembangan obyek wisata Pulau Hari.

Dalam rangka pengembangan Pulau Hari sebagai obyek wisata, sarana akomodasi harus disediakan. Sarana akomodasi yang dimaksud adalah tempat penginapan berupa cottage atau rumah-rumah penginapan lain yang berukuran kecil. Tempat penginapan yang akan dibangun disesuaikan dengan kondisi bentangan alam, dengan kapasitas disesuaikan dengan rata-rata jumlah pengunjung per trip. Pembangunan sarana akomodasi tersebut dapat dilakukan di Desa Baho yang merupakan daerah mainland, karena secara fisik kondisi geomorfologi Pulau Hari adalah pulau berbatu dan sangat tidak memungkinkan untuk didirikan sarana akomodasi.

Selain dapat membangun sarana akomodasi di daerah mainland, ketersediaan air tawar untuk kebutuhan pengunjung sangat mendukung pengembagan kegiatan wisata di Pulau Hari. Air tawar merupakan faktor yang sangat untuk kehidupan, baik sebagai konsumsi air minum maupun

peruntukan lainnya. Sumber air tawar di daerah mainland tersedia secara alami, sehingga jika dibangun akomodasi di daerah tersebut kebutuhan air tawar bukan merupakan faktor pembatas.

3. Dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah adalah tingkat partisipasi pemerintah dalam pengembangan kegiatan wisata. Dukungan pemerintah dibutuhkan sebagai legalitas dalam pengelolaan Pulau Hari sebagai obyek wisata. Dukungan pemerintah tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan kajian atau riset potensi sumberdaya alam dan menentukan kegiatan pemanfaatan yang sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada, sehingga dapat memberikan pendapatan bagi daerah. Selain penyediaan sarana dan prasarana wisata, juga dibutuhkan dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA) tentang pengelolaan sumberdaya pesisir untuk pengembangan kegiatan wisata. Tanpa dukungan dari pemerintah daerah, pengelolaan obyek wisata Pulau Hari termasuk kegiatan yang ilegal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

Variabel-variabel tersebut sangat penting dalam pengembangan kegiatan wisata seperti yang dikemukakan oleh Mc Leod and Cooper (2005) bahwa daya dukung sosial di bidang pariwisata dipengaruhi oleh keberadaan infrastruktur dan norma norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dokumen terkait