• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosial Budaya

Dalam dokumen 11Karo Dalam Angka 2010 (Halaman 46-53)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

A. Sosial Budaya

1. Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu.

Merga Silima yakni:

 Karo-Karo

 Ginting

 Sembiring

 Tarigan

 Perangin-angin

Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada.

Rakut Sitelu yaitu:

 Senina/Sembuyak

 Kalimbubu

 Anak Beru Tutur Siwaluh yaitu:

 Sipemeren

 Siparibanen

 Sipengalon

xlvi BPS KABUPATEN KARO

BPS-STATISTICS of KARO REGENCY  Anak Beru Menteri

 Anak Beru Singikuri

 Kalimbubu

 Puang Kalimbubu Perkade-kaden Sepuluh Dua:

 Nini  Bulang  Kempu  Bapa  Nande  Anak  Bengkila  Bibi  Permen  Mama  Mami  Bere-bere

Dalam perkembangannya, adat Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat.

2. Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya dalam pergerakan merebut Kemerdekaan Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang, politik bumi hangus. Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan banyaknya makam para pahlawan di Taman Makam Pahlawan di Kota Kabanjahe yang didirikan pada tahun 1950.

3. Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta taqwa kepada Tuhan Yang Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan.

Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.

Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.

Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota

keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang.

Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta

keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.

B. Pemerintahan

1. Sistim pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu, yang menjalankan pemerintahan di Kampung (Kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu Kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga taneh/simantek Kuta), ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta (Anak Beru Taneh) serta ada Kalimbubu Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).

2. Pada masa penjajahan Belanda mulai tahun 1906, sistem pemerintahan di wilayah Kabupaten Karo pada dasarnya ialah:

xlviii BPS KABUPATEN KARO

BPS-STATISTICS of KARO REGENCY

Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landenyang dipimpin oleh Controleur

pimpinan pemerintahan selalu ditangan bangsa Belanda.

Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan (Landschaap) ini

dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.

Berdasarkan perjanjian pendek (Korte Verklaring) tahun 1907, maka di Tanah Karo terdapat 5 (lima) Landschaap yang dikepalai oleh SIBAYAK yang membawahi beberapa URUNG yang dikepalai oleh RAJA URUNG yaitu:

i. Landschaap Lingga, membawahi 6 (enam) urung:

 Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe

 Telu Kuta di Lingga

 Tigapancur di Tigapancur

 Empat Teran di Naman

 Lima Senina di Batu Karang, dan

 Tiganderket di Tiganderket

ii. Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 (dua) urung:

 Namo Haji di Kutabuluh, dan

 Liang Melas di Samperaya

iii. Landschaap Sarinembah, membawahi 4 (empat) urung:

 Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah

 Perbesi di Perbesi

 Juhar di Juhar, dan

iv. Landschaap Suka, membawahi 4 (empat) urung:

 Suka di Suka

 Sukapiring/Seberaya di Seberaya

 Ajinembah di Ajinembah, dan

 Tongging di Tongging

vi. Landschaap Barusjahe, membawahi 2 (dua) urung:

 Sipitu Kuta di Barusjahe, dan

 Sinaman Kuta di Sukanalu

Pada masa penjajahan Jepang (Tentara Jepang masuk ke Tanah Karo bulan Maret 1942) susunan pemerintahan di Tanah Karo adalah serupa dengan masa penjajahan Belanda, dengan pergantian orang-orangnya yakni yang setia kepada penjajah Jepang.

3. Pada masa Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai berikut:

i. Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Milala

ii. Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap:

 Lingga dengan 6 Urung

 Barusjahe dengan 2 Urung

 Suka dengan 4 Urung

 Sarinembah dengan 4 Urung

 Kutabuluh dengan 2 Urung

Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret 1946, Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3 (tiga) Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu:

l BPS KABUPATEN KARO

BPS-STATISTICS of KARO REGENCY

i. Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu:

 Kabanjahe

 Tigapanah

 Barusjahe

 Simpang Empat, dan

 Payung

ii. Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu:

 Tigabinanga

 Juhar

 Munte

 Kutabuluh,

 dan Mardingding

iii. Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu:

 Pancur Batu

 Sibolangit

 Kutalimbaru

 Biru-Biru, dan

 Namo Rambe

4. Bentuk dan Susunan Pemerintahan Daerah

i. Susunan Pemerintah Daerah seperti yang diatur menurut UU No. 22 Tahun 1999 bahwa di daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, dan dalam melaksanakan tugas dan kewenangan selaku Kepala Daerah, Bupati dibantu oleh seorang Wakil Bupati.

Sejak Terbentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini tercatat yang memimpin Kabupaten Karo adalah Sbb :

No. Nama Bupati Masa Bakti 1 Ngerajai Meliala -- 1946 2 Rakutta Sembiring Berahmana 1946-1955 3 Abdullah Eteng

4 Baja Purba

5 Mayor Matang Sitepu 6 Baharudin Siregar

7 Kol. Tampak Sebayang, SH 1970-1981 8 Drs. Rukun Sembiring 1981-1986 9 Ir. Menet Ginting 1986-1991 10 Drs. Rupai Perangin-angin 1991-1995 11 Kol. Drs. D.D. Sinulingga 1995-2000 12 Sinar Perangin-angin 2000-2005 13 Drs. D.D. Sinulingga 2005-2010 Pada lembaga Legislatif dipimpin oleh:

No. Nama Ketua DPRD Masa Bakti 1 Selamat Ginting 1950-1955 2 Tokoh Purba 1955-1959 3 Matang Sitepu 1959-1962 4 Tampe Perangin-angin 1962-1965 5 Kolam Bukit 1969-1971 6 Panjang Barus 1971-1977 7 Muli Sembiring 1977-1982 8 Kursi Singarimbun 1982-1987 9 Kursi Singarimbun 1987-1992 10 Musim Firman Tarigan 1992-1997 11 Natangsa Suka Tendel 1997-1999 12 Bon Purba 1999-2004 13 R. Romanus Purba 2004-2009

lii BPS KABUPATEN KARO

BPS-STATISTICS of KARO REGENCY

ii. Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17 Kecamatan dan 262 Desa/Kelurahan yaitu:

 Kecamatan Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan

 Kecamatan Berastagi, sebanyak 5 Desa dan 4 Kelurahan

 Kecamatan Tigapanah, sebanyak 22 Desa

 Kecamatan Dolat Rayat sebanyak 7 Desa

 Kecamatan Merek, sebanyak 19 Desa

 Kecamatan Barusjahe, sebanyak 19 Desa

 Kecamatan Simpang Empat, sebanyak 17 Desa

 Kecamatan Naman Teran sebanyak 14 Desa

 Kecamatan Merdeka sebanyak 9 Desa

 Kecamatan Payung, sebanyak 8 Desa

 Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa

 Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa

 Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa

 Kecamatan Juhar, sebanyak 24 Desa

 Kecamatan Tigabinanga, sebanyak 18 Desa dan 1 Kelurahan

 Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa

 Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa

Dalam dokumen 11Karo Dalam Angka 2010 (Halaman 46-53)

Dokumen terkait