• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV FAKTOR BUDAYA

B. Sosialisasi Perbankan Syariah dan Berdirinya

Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Dari sekitar 230 juta jiwa penduduk, setidaknya 85 persennya beragama Islam. Besarnya jumlah umat Islam di Indonesia merupakan salah satu potensi yang besar bagi pengembangan perbankan syariah. Namun demikian, seperti telah dikemukakan pada paragraf terdahulu, minimnya tingkat pemahaman terhadap cara bermuamalah secara islami sebagai akibat penekanan ibadah ritual dalam pengajaran Islam dan praktik kehidupan sehari-hari memunculkan persoalan tersendiri dalam pengembangan perbankan syariah.

126 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, edisi revisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 30.

78 | Dr. H. Ja’far Baehaqi, M.H.

Dari beberapa penelitian dan survei yang pernah dilakukan diperoleh kesimpulan antara lain bahwa 45 persen dari responden berpendapat bahwa sistem bunga tidak sejalan dengan ajaran agama yang dianut.127 Dari penelitian yang lain terungkap pula bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bank syariah masih rendah. Di sini terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan dengan adopsi bank syariah. Semakin tinggi tingkat pengetahuan akan bank syariah maka semakin tinggi pula tingkat adopsi bank syariah dan sebaliknya. Hal yang sama terjadi pada sikap islami. Tingkat adopsi masyarakat yang memiliki sikap islami tinggi lebih baik dibandingkan yang tidak memiliki.128

Minimnya pengetahuan masyarakat terutama umat Islam terhadap ekonomi Islam dan perbankan syariah berbanding lurus dengan minimnya ide dan gagasan yang muncul. Sebagaimana dikemukakan Syafi’i,129

hingga awal 1990-an di Indonesia nyaris

127Mulya Siregar, “Agenda Pengembangan Perbankan Syariah untuk Mendukung Sistem Ekonomi yang Sehat di Indonesia: Evaluasi, Prospek dan Arah Kebijakan,” dalam dalam Iqtisad, Journal of Islamis Economic, Volume 3 No. 1, Muharram 1423/Maret 2002, hlm. 52-53.

128

Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2004 (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah, 2005), hlm. 93; dan Bank Indonesia,

Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2005 (Jakarta: Direktorat Perbankan

Syariah, 2006), hlm. 72.

129 Muhammad Syafi’i Antonio, “Kata Pengantar,” dalam Zainul Arifin,

Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, cetakan 4, edisi revisi, (Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2006), hlm. xii-xiii. Realitas itu didukung oleh sebuah penelitian mengenai arah dan kecenderungan kajian islam di Indonesia dengan fokus seluruh disertasi doktor di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1982-1996 yang berjumlah 109 buah disertasi. Sebagaimana ditulis Arfin Hamid, penelitian itu menunjukkan bahwa 70 buah disertasi mengambil topik ilmu-ilmu agama klasik, sedangkan sisanya sebanyak 39 disertasi mengambil topik yang berada di pinggiran ilmu-ilmu agama tersebut, misalnya pendidikan, sejarah, politik, sosiologi, antropologi dan sastra. Tidak satu pun disertasi yang mengkaji bidang

Dr. H. Ja’far Baehaqi, M.H. | 79 tidak ada buku yang memadai mengenai keuangan Islam selain beberapa tulisan tentang ekonomi Islam karya A.M. Saefuddin dan tulisan-tulisan lepas M. Dawam Rahardjo. Pada dekade 1990-an terbit beberapa buku tentang perbankan syariah antara lain Mengembangkan Perbankan Islam di Indonesia karya Amin Azis, Apa dan Bagaimana Bank Islam dan Prinsip Operasional Bank Islam keduanya karya Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Arbitrase Islam di Indonesia karya bersama Mariam Darus, Said Agil Munawwar, dkk., dan Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia karya Karnaen Perwataatmadja. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1999 kepustakaan perbankan syariah di Indonesia mulai terdengar ramai. Berbagai buku terkait diterbitkan baik yang ditulis oleh kalangan praktisi maupun akademisi.

Pada sisi lain seiring semakin banyak berdiri bank syariah baik BUS, UUS maupun BPRS dunia pendidikan meresponnya dengan membuka program studi ekonomi Islam dan atau perbankan syariah. Pembukaan program studi ini selain dimaksudkan untuk menyiapkan sumber daya manusia bagi beroperasinya perbankan syariah, pada saat yang bersamaan juga dimaksudkan untuk melakukan kajian dan pengembangan perbankan syariah khususnya dan ekonomi Islam pada umumnya. Di sini terjadi anomali dari sisi penyelenggaraan program studi ini. Apabila sebelumnya terdapat batas demarkasi yang ketat antara bidang ilmu keislaman yang menjadi wilayah institusi pendidikan di bawah Kementerian Agama ekonomi. H.M. Arfin Hamid, Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) di

Indonesia Aplikasi dan Prospektifnya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hlm.

80 | Dr. H. Ja’far Baehaqi, M.H.

dengan bidang ilmu umum yang menjadi wilayah institusi pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka terkait program studi perbankan syariah ini tidak ada dikotomi tersebut. Di PTAIN/PTAIS prodi ini bernaung di bawah Fakultas/Jurusan Syariah, sedangkan di PTN/PTS bernaung di bawah Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Begitu tingginya tren program studi ini, maka berbagai perguruan tinggi agama maupun umum, baik negeri maupun swasta berlomba-lomba membukanya. Sebagaimana dikemukakan Ketua Umum Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (ASBISINDO) yang juga Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Yuslam Fauzi, saat ini terdapat 75 program studi ekonomi dan/atau perbankan syariah di seluruh Indonesia 130

Pentingnya sosialisasi dan pelatihan tentang ekonomi Islam pada umumnya dan perbankan syariah khususnya juga menjadi menjadi perhatian The 6th International Conference on Islamic Economics and Finance (Konferensi Internasional Keenam tentang Ekonomi dan Keuangan Islam) yang diselenggarakan di Jakarta pada 21-24 Nopember 2005. Konferensi dengan tema “Islamic Economics and Banking in the 21th Century” ini menghasilkan beberapa rekomendasi terkait pengembangan perbankan syariah131 antara lain:

130.”Panen SDM Ekonomi Syariah,” diakses dari

http://majalahgontor.net/index.php?option=com_content&view=article&id=625: panen-sdm-ekonomi-syariah&catid=66:ekonomi-islam&Itemid=128 tanggal 10 Juni 2013.

131 Redaksi, “The 6th International Conference on Islamic Economics and Finance,” Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Vol. 3 Nomor 3 Desember 2005, hlm. 54. Versi elektroniknya diakses dari http://www.bi.go.id

tanggal 20 Mei 2006. Selengkapnya ada 13 rekomendasi, namun di sini hanya dikemukakan beberapa saja yang terkait dengan sub bahasan.

Dr. H. Ja’far Baehaqi, M.H. | 81 1) Ilmuwan Islam diminta untuk memberikan perhatian yang sama

terhadap seluruh aspek ekonomi Islam dan tidak terpaku hanya kepada lembaga keuangan Islam;

2) Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan pengetahuan tentang ekonomi Islam sangat penting dalam mengembangkan lembaga keuangan Islam. Sehubungan dengan itu diperlukan dukungan terhadap pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan tenaga-tenaga terampil;

3) Pelatihan ekonomi Islam yang pada umumnya dilakukan secara

ad hoc harus mampu menyediakan pelatihan yang sistematis

berdasarkan materi yang dipersiapkan secara baik dengan menggunakan teknologi informasi dan modul yang berbasis komputer;

4) Universitas Islam, lembaga pendidikan dan perusahaan dihimbau untuk menerbitkan buku dan materi pelatihan yang dapat diterima secara umum oleh kalangan akademik dan professional;

5) International Association for Islamic Economics diminta untuk menyelenggarakan konferensi secara regular dalam jangka waktu tidak lebih dari tiga tahun dengan fokus pada pengembangan ide-ide dan nilai ekonomi Islam.

Di luar institusi pendidikan terutama perguruan tinggi sebagaimana dikemukakan di atas, sosialisasi dan pengembangan perbankan syariah juga dilakukan oleh berbagai lembaga yang lain seperti DSN-MUI, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan Perhimpunan Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). Lembaga-lembaga yang lahir dari gerakan ekonomi Islam itu merupakan pengawal perjalanan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia, hingga akhirnya melahirkan lembaga-lembaga

82 | Dr. H. Ja’far Baehaqi, M.H.

teknis di lingkungan pemerintah, seperti Direktorat Perbankan Syariah di Bank Indonesia, Direktorat Pembiayaan Syariah di Kementerian Keuangan, dan lain sebagainya. Berikut ini profil lembaga-lembaga yang concern dalam sosialisasi dan pengembangan perbankan syariah.132