• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

D. Spektrofotometri UV

Spektrofotometri UV adalah teknik analisis yang digunakan dengan cara

mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan

atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang pada 200-400 nm. Pada

analisis menggunakan spektrofotometri UV, dilakukan pembacaan absorbansi

(penyerapan) atau transmitansi (penerusan) radiasi elektromagnetik oleh suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

molekul. Hasil pembacaan absorbansi disebut sebagai absorban (A) dan tidak

memiliki satuan %T (Mulja dan Suharman, 1995).

Sinar UV memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi

elektronik. Keadaan paling rendah disebut keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu

atau lebih tingkat energi tereksitasi. Jika molekul dikenakan radiasi

elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik

yang energinya sesuai dan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi

disebut orbital elektron antiikatan (Gandjar dan Rohman, 2007).

Transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu σ σ*, π π*, n π*, n σ*. Transisi σ σ* membutuhkan energi sinar yang frekuensinya terletak

diantara UV vakum (kurang dari 180 nm), dan jenis transisi ini kurang begitu

bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri UV. Transisi π π*, n π* terjadi pada molekul organik yang memiliki gugus fungsional yang tidak

jenuh sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan orbital phi yang

diperlukan. Jenis transisi ini cocok untuk analisis, sebab senyawa yang dianalisis

berada pada panjang gelombang 200-700 nm. Transisi n σ* terjadi pada

senyawa organik jenuh yang mengandung atom-atom yang memiliki elektron

bukan ikatan (elektron n). Energi yang dibutuhkan kecil dan sinar yang diserap

memiliki panjang gelombang 150-200 nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

Menurut hukum Lambert, absorban berbading lurus terhadap ketebalan

kuvet yang disinari. Menurut hukum Beer, hanya berlaku untuk cahaya

monokromatik dan larutan yang sangat encer, absorban berbading lurus dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu

dalam hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa absorban berbanding

lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan kuvet, yang dapat ditulis dalam

persamaan :

A = log 1

T = ɛ.b.c

Keterangan: T = % transmitan A = absorban

 = absorptivitas molar (L.mol-1 .cm-1) b = tebal larutan (cm)

c = konsentarsi (mol .L-1)

Hubungan antara nilai E1cm1% dengan absorptivitas molar () adalah sebagai berikut:

 = E1cm1% x BM

10 M-1 . cm-1

Nilai  merupakan absorptivitas molar atau koefisien ekstingsi. Nilai 

tiap molekul atau ion dalam pelarut tertentu memiliki karakter masing-masing,

pada panjang gelombang tertentu serta tidak berpengaruh terhadap konsentrasi

dan panjang gelombang lintasan radiasi (Sastrohamidjojo, 2001). Nilai  sangat mempengaruhi puncak spektra yang dihasilkan suatu zat. Rincian nilai  terhadap puncak spektra adalah: 1-10 M-1.cm-1: sangat lemah; 10-102 M-1.cm-1: lemah; 102 -103 M-1.cm-1: sedang; 103-104 M-1.cm-1: kuat; 104-105 M-1.cm-1: sangat kuat (Mulja dan Suharman, 1995).

Pada umumnya spektrofotometri UV dalam analisis senyawa organik

digunakan untuk:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan

auksokrom dari suatu senyawa organik.

2. Menjelaskan informasi struktur bedasarkan panjang gelombang

absorbansi maksimum suatu senyawa organik.

3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuanitatif dengan

menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Aspek penggunaan spektrofotometri UV dalam analisis kualitatif dilihat

dari parameter panjang gelombang maksimum, intensitas, nilai absortivitas molar,

nilai absorptivitas yang spesifik untuk senyawa yang dilarutkan dalam pelarut

tertentu. Aspek dalam analisis kuantitatif, terjadi ketika sampel dikenakan suatu

radiasi dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Analisis

kuantitatif juga dilakukan dengan menggunakan metode regresi yaitu dengan

menggunakan persamaan garis regresi yang didasarkan pada nilai absorbansi dan

konsentrasi baku yang dibuat dalam beberapa konsentrasi. Absorban sampel yang

didapat setelah pengukuran dimasukkan ke persamaan garis regresi baku pirantel

pamoat. Persyaratannya, pembacaan nilai absorban sampel dan baku tidak jauh

berbeda. Pada pengkuran absorbansi senyawa digunakan pada panjang gelombang

maksimum untuk mendapatkan absorbansi yang maksimum (Mulja dan

Suharman, 1995).

Beberapa alasan harus digunakan panjang gelombang maksimal, yaitu:

a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada

panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap

satuan konsentrasi adalah yang paling besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

b. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan

pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi karena pada kurva

datar nilai epsilon yang dihasilkan sama, sehingga absorbansi yang dihasilkan

sesuai dengan konsetrasi yang diukur dan akan menghasilkan garis lurus

antara kosentrasi yang diukur dan absorbansi yang dihasilkan.

c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka akan memberikan kesalahan yang

kecil, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman,

2007).

Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat digolongkan menjadi:

1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam)

Gambar 2. Spektrofotometer single beam

2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)

Gambar 3. Spektrofotometer double beam

Spektrofotometer single beam melakukan pengukuran absorbansi dengan cara, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

absorbansi dari larutan yang dimasukkan. Keuntungan lebih sederhana dan lebih

murah dibandingkan spektrofotometer double beam, kelemahannya adalah tidak dapat mengkoreksi perubahan respon absorbansi akibat turbiditas sampel atau

perbedaan intensitas cahaya baik dari sumber radiasi maupun dari pengaruh luar.

Spektrofotometer double beam merupakan alat pengembangan dari spektrofotometer single beam karena keterbatasan yang dimiliki oleh spektrofotometer single beam. Spektrofotometer double beam memiliki dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang digunakan untuk memecah sinar. Sinar

pertama melewati larutan blanko dan sinar kedua melewati sampel, dengan

dilakukannya sistem ini maka spektrofotometer double beam dapat mengkoreksi perubahan respon absorbansi akibat perbedaan intensitas cahaya, fluktuasi pada

kelistrikan instrumen dan absorbansi blanko (Haven, Tetrault, and Schenken, 1994).

Dokumen terkait