• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPERMATOGENESIS - SPERMIOGENESIS (PADA PRIA)

Dalam dokumen CAKUL FKUI (Halaman 43-46)

Pada pria, sel benih primordial tetap berada pada stadium embrionalnya, di dalam jaringan testis, dikelilingi dengan sel-sel penunjang, sampai saat sesudah lahir dan menjelang pubertas.

Diferensiasi lanjutan dari sel benih primordial dan penunjangnya baru mulai pada masa pubertas.

Pada masa pubertas, sel penunjang berkembang menjadi sel-sel sustentakuler Sertoli untuk nutrisi gamet.

Sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonium kemudian menjadi spermatosit primer.

Spermatosit primer ini kemudian mengadakan mitosis untuk memperbanyak diri terus menerus. Kemudian hasil akhir pembelahan tersebut menjalani proses miosis pertama menjadi

spermatosit sekunder.

Setelah itu spermatosit sekunder menjalani proses miosis kedua menjadi spermatid.

Perkembangan selanjutnya dari spermatid menjadi sel sperma dewasa disebut sebagai spermiogenesis.

Pada proses spermiogenesis, terjadi beberapa proses penting :

1. badan dan inti sel spermatid menjadi "kepala" sperma

2. sebagian besar sitoplasma luruh dan diabsorpsi

3. terjadi juga pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor 4. kepala sperma diliputi akrosom.

Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa.

Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y.

Keseluruhan proses spermatogenesis - spermiogenesis normal pada pria memerlukan waktu 60-70 hari. Setelah terbentuk sempurna, spermatozoa masuk ke dalam rongga tubulus seminiferus, kemudian akibat kontraksi dinding tubulus spermatozoa terdorong ke arah epididimis.

Suasana keseimbangan asam-basa dan elektrolit yang sesuai di intratubulus dan epididimis memberikan spermatozoa kemampuan untuk bergerak (motilitas sperma).

OOGENESIS (PADA WANITA)

Pada wanita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera berdiferensiasi menjadi oogonium.

Oogonium kemudian mengalami beberapa kali

mitosis, dan pada akhir perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel yang berasal dari permukaan jari

gonad, yang nantinya menjadi sel folikuler. Seba

mitosis, sebagian lain berdiferensiasi dan tumbuh membesar menjadi oosit primer. Oosit primer kemudian mengadakan replik DNA dan memasuki proses miosis pertama sampai tahap profase.

Pada b

oogonium diperkirakan mencapai 5-7 Pada saat itu sel-sel mulai berdegenerasi, sehingga banyak oogonium dan oosit prim berhenti tumbuh dan menjadi atretik.

Tetapi oosit primer yang telah memasuki tahap profase miosis pertama tetap bertahan pada stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepeng (selanjutnya oosit primer dengan sel folikuler ini disebut sebagai folikel primordial).

Folikel primordial tetap pada stadiumnya (disebut fase istirahat/ fase diktioten / diplotene stage), sampai sesudah kelahiran dan menjelang pubertas. Jumlahnya pada saat kelahiran sekitar 700 ribu - 2 juta folikel.

Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus menstruasi, folikel primordial / oosit primer mulai melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Pada saat ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu sebelum terjadinya perdarahan haid berikutnya, hanya satu sel folikel yang mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum yang siap dibuahi.

Pertumbuhan / pematangan diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer / folikel primordial menjadi membesar, dan sel-sel epitel selapis gepeng berubah menjadi kuboid dan berlapis-lapis.

Pada tingkat pertumbuhan ini, oosit primer bersama lapisan epitelnya disebut bereda dalam stadium folikel primer.

Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel folikuler kuboid yang melapisinya, namun selanjutnya terbentuk suatu lapisan mukopolisakarida yang membatasi / memisahkan di antaranya, yang disebut zona pellucida.

Kemudian terbentuk juga suatu rongga dalam lapisan folikuler (antrum folikuli) yang makin lama ngan

gian besar oogonium terus mengalami

asi

ulan ke-5 sampai ke-7, jumlah

juta sel. er

makin besar.

Tetapi sel-sel folikuler yang berbatasan dengan zona pellucida oosit primer tetap utuh dan menjadi cumulus oophorus.

Stadium perkembangan ini disebut stadium folikel sekunder.

Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan jaringan ikat yaitu teka interna (lapisan seluler, sebelah dalam, yang kemudian menghasilkan hormon estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa, sebelah luar).

Pada stadium ini, folikel disebut sebagai berada dalam stadium sudah matang, disebut sebagai f tersier atau folikel deGraaf.

Setelah tercapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan miosis kedua dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung jumlah DNA sebanyak separuh sel induk (23 tunggal, ).

Tetapi hanya SATU sel anak yang tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara sel anak lainnya hanya menjadi badan kutub (polar body) yang tidak tumbuh lebih lanjut.

Pada saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan kumparan (coiling) terjadilah olikel

engaruh hormon LH hipofisis akan menjadi korpus

udian, oleh gerakan kontraksi dinding tuba dan ayunan serabut-serabut fimbriae dinding tuba,

ka terjadi pembuahan, oosit sekunder menyelesaikan stadium pembelahan pematangan keduanya elahan

ka terjadi pembuahan dan kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena hormon progesteron yang lan. ka tidak terjadi pembuahan, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dalam waktu sekitar 24-48

ka tidak terjadi pembuahan dan kehamilan, sampai dengan 9-10 hari sesudah ovulasi korpus luteum ulasi untuk terjadinya

l akhir oogenesis normal kemungkinan adalah satu buah oosit matang dan 1-3 buah polar bodies. OVULASI di mana oosit tersebut dilepaskan dari folikel

deGraaf, bersama dengan lapisan cumulus oophorus dari sel folikular dan lapisan zona pellucida.

Susunan cumulus oophorus di sekeliling zona pellucida kemudian menjadi corona radiata. Folikel bekas tempat oosit kemudian di bawah p

luteum yang kemudian menghasilkan hormon progesteron. Kem

oosit tersebut ikut terbawa ke arah uterus. Di dalam tuba inilah terdapat kemungkinan terjadinya pembuahan dengan sel sperma.

Ji

sampai menjadi oosit matang, kemungkinan dengan menghasilkan satu buah polar body lagi. Sementara polar body hasil pembelahan sebelumnya diperkirakan juga mengadakan satu pemb lagi.

Ji

dihasilkannya berfungsi mempertahankan keseimbangan hormonal selama masa-masa awal kehami Ji

jam pasca ovulasi. Ji

akan berdegenerasi dan mengalami fibrosis menjadi korpus albikans. Akibat degenerasi ini produksi progesteron juga menurun, menjadi stim perdarahan haid berikutnya.

Hasi

Gambar : Perbandingan antara gametogenesis pada pria dan wanita

Gambar : Perbandingan antara gametogenesis pada pria dan wanita

Dalam dokumen CAKUL FKUI (Halaman 43-46)

Dokumen terkait