• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spesies Cylisticus convexus Family Cilistidae

Kadar air tanah (%) = A

HASIL DAN PEMBAHASAN

15. Spesies Cylisticus convexus Family Cilistidae

Hewan ini disebut juga undur-undur berbentuk lonjong dan bagian ekor meruncing, memiliki ukuran 7 mm (Gambar 4.15), hewan dewasa dengan 22 segmen tubuh, 33 pasang kaki dan satu pasang telepod pada jantan, tidak bisa menggulung seperti bola.

Banyak terdapat dibawah serasah-serasah daun dan didalam kayu-kayu busuk, biasanya hidup secara berkoloni. Arthropoda jenis ini merupakan pemakan fungi dan beberapa jenis bakteri, mereka menggaruk dan memakan bakteri dan fungi yang ada di permukaan akar. Sejumlah besar fraksi nutrient bagi tumbuhan dihasilkan oleh fauna pemakan mikroba ini (Dindal, 1990).

Foto: Lenni maria Gambar 4.15 Cylisticus convexus

4.2 Kepadatan dan Kepadatan Relatif Makroarthropoda Tanah

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan pada setiap plot penelitian didapatkan nilai kepadatan dan kepadatan relatif yang cukup bervariasi, seperti terlihat pada tabel 4.2:

Tabel 4.2 Nilai Kepadatan (individu/10 m2) dan Kepadatan Relatif (%) Makroarthropoda Tanah pada Setiap Lokasi Penelitian

No Genus Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

K KR K KR K KR 1 Oxyopes sp 140,10 6,720 217,55 8,520 204,67 7,884 2 Blatta orientalis 7,41 0,355 14,81 0,580 99,52 3,833 3 Parcoblatta - - 29,63 1,160 14,81 0,570 4 Calasoma sp - - - - 14,81 0,570 5 Phyllopaga larva 7,41 0,355 - - 7,41 0,285 6 Forficula sp 22,22 1,066 37,03 1,450 84,86 3,269 7 Cardiocondyla sp 497,60 23,867 630,29 24,683 298,56 11,500 8 Odotomachus sp 22,22 1,066 37,03 1,450 44,44 1,712 9 Myrmica sp 232,21 11,138 464,43 18,188 66,35 2,556 10 Myrmecina sp 827,56 39,693 696,64 27,282 914,35 35,219 11 Soleonopsis sp 99,52 4,773 99,52 3,897 398,08 15,333 12 Gryllus sp 206,44 9,902 259,91 10,179 282,13 10,867 13 Geophilus sp 7,41 0,355 29,63 1,160 114,33 4,404 14 Scolopendra sp - - - - 7,41 0,285 15 Cylisticus convexus 14,81 0,710 37,03 1,450 44,44 1,712 Jumlah genus 12 12 15 Jumlah 2084,91 100,000 2553,50 100,000 2596,17 100,000

Dari Tabel 4.2 terlihat nilai kepadatan total jenis tertinggi didapatkan pada lokasi III dengan nilai 2596,17 individu/10 m2, kemudian diikuti kepadatan total jenis pada lokasi II yaitu 2553,50 individu/10 m2, sedangkan kepadatan total jenis terendah didapatkan pada lokasi I yaitu 2084,91 individu/10 m2. Tingginya nilai total kepadatan individu arthropoda tanah pada lokasi ini disebabkan keadaan sifat fisik kimia tanah dan organik tanah yang lebih baik dibandingkan dengan areal lokasi I dan lokasi II. Menurut Vlijm & Kessler Geschiere (1967) dalam Wallwork (1970) kepadatan dan distribusi hewan tanah pada suatu areal umumnya dipengaruhi oleh faktor fisik seperti kelembaban, keadaan mikrohabitat, vegetasi dan pemangsa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notohadiprawiro (1998) komunitas yang kaya akan nutrisi dan kadar air mempunyai banyak organisme.

4.3 Frekuensi Kehadiran (Konstansi) Makroarthropoda Tanah Pada Lokasi Penelitian

Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan sebagai konstansi. Dari konstansi atau frekuensi kehadiran itu arthropoda tanah dikelompokkan atas empat kelompok, yaitu jenis aksidental (sangat jarang) bila konstansinya 0-25%, jenis asesoris (jarang) bila konstansinya 25-50%, jenis konstan (sering) bila konstansinya 50-75% dan jenis absolut (sangat sering) bila konstansinya lebih dari 75% (Suin, 1997). Frekuensi kehadiran masing-masing genus Arthropoda pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3 Nilai Frekuensi Kehadiran (%) dan Konstansi (KO) Makroarthropoda Tanah yang Terdapat di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei

No Genus Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

FK Ko FK Ko FK Ko

1 Oxyopes sp 13,333 % Aksidental 15,000% aksidental 21,667% aksidental 2 Blatta orientalis 3,333% Aksidental 6,667% aksidental 10,000% aksidental 3 Parcoblatta - - 13,333% aksidental 6,667% aksidental 4 Calasoma sp - - - - 6,667% aksidental 5 Phyllopaga larva 3,333 % Aksidental - - 3,333% aksidental 6 Forficula sp 10,000% Aksidental 13,333% aksidental 13,333% aksidental 7 Cardiocondyla sp 13,333% Aksidental 10,000% aksidental 10,000% aksidental 8 Odotomachus sp 6,667% Aksidental 10,000% aksidental 20,000% aksidental 9 Myrmica sp 6,667% Aksidental 20,000% aksidental 3,333% aksidental 10 Myrmecina sp 30,000% Assedental 31,667% assesoris 40,000% assesoris 11 Soleonopsis sp 10,000% Aksidental 10,000% aksidental 11,667% aksidental 12 Gryllus sp 18,333% Aksidental 23,333% aksidental 31,666% aksidental 13 Geophilus sp 3,333% Aksidental 13,333% aksidental 13,333% aksidental 14 Scolopendra sp - - - - 3,333% aksidental 15 Cylisticus convexus 6,667% Aksidental 10,000% aksidental 6,667% aksidental Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada lokasi I jenis arthropoda tanah yang bersifat aksidental terdiri dari 11 jenis, assesoris 1, sedangkan pada lokasi II jenis yang bersifat aksidental 11 jenis, bersifat assesoris 1 jenis, kemudian pada lokasi III yang bersifat aksidental sebanyak 14 jenis, bersifat assesoris 1 jenis. Frekuensi kehadiran tertinggi dari ketiga lokasi penelitian adalah Myrmecina sp, pada lokasi I Frekuensi kehadiran terendah didapatkan dari jenis Blatta orientalis, Phylopaga larva dan Geophilus sp dengan nilai FK 3,333%. Pada lokasi II Frekuensi kehadiran terendah didapatkan dari jenis Blatta orientalis dengan nilai FK 6,667%, sedangkan pada lokasi III Frekuensi kehadiran terendah didapatkan dari jenis Myrmica sp,

Phylopaga larva, dan Scolopendra dengan nilai Fk 3,333%. Frekuensi kehadiran

tertinggi didapatkan pada lokasi III dengan nilai 40% karena lokasi ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki daya dukung yang baik bagi kehidupan dan keberadaannya.

Arlen & Budimulya (2001) menjelaskan bahwa untuk melangsungkan hidupnya makrofauna tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan di dalam tanah, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi makrofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas makrofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah.

4.4 Makroarthropoda Tanah yang Dapat Hidup dan Berkembangbiak dengan Baik

Berdasarkan nilai KR >10% dan FK > 25% (Suin, 1997), makroarthropoda tanah yang hidup dan berkembangbiak dengan baik pada ketiga lokasi penelitian PTPN III Sei Mangkei adalah Myrmecina sp. Dimana lokasi I memiliki nilai (KR) 39,693, (FK) 30 %, lokasi II nilai (KR) 27,282, (FK) 31 %, sedangkan lokasi III nilai (KR) 35,219, (FK) 40%. Keadaan ini menunjukkan bahwa arthropoda tanah tersebut merupakan spesies hewan tanah yang memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan, karena dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh (Suin, 2002) bahwa hewan tanah yang memiliki kisaran toleransi yang luas pada umumnya bersifat kosmopolitan, selanjutnya dijelaskan bahwa hewan tanah yang memiliki nilai KR ≥ 10% dan FK ≥ 25% menunjukkan bahwa hewan tanah tersebut merupakan jenis yang karakteristik di habitat tersebut, dan dapat hidup serta berkembangbiak dengan baik.

4.5 Indeks Keanekaragaman (H’) dan Keseragaman (E) Makroarthropoda Tanah pada Setiap Lokasi Penelitian

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan nilai Indeks keanekaragaman dan Indeks keseragaman makrofauna (arthropoda) tanah pada masing-masing lokasi penelitian, seperti terlihat pada tabel 4.5:

Tabel 4.5 Nilai Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Makroarthropoda Tanah Pada Lokasi Penelitian

LOKASI H’ E

Stasiun I 2,687 1,081

Stasiun II 3,066 1,234

Stasiun III 2,527 0,933

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat indeks keanekaragaman Arthropoda tanah pada masing-masing Lokasi berkisar antara 2,527-3,066 berarti memiliki keanekargaman sedang. Menurut Krebs (1985), nilai H’: 0 ≤ H’ ≤ 2,302 keanekaragaman rendah, 2,302 ≤ H’ ≤ 6,907 keanekaragaman sedang, H’ ≥ 6,907 keanekaragaman tinggi. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada Lokasi II yaitu 3,066 dan yang terendah pada Lokasi III yaitu 2,527. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian limbah cair PKS pada suatu areal atau lokasi dapat meningkatkan keanekaragaman makrofauna tanah khususnya Arthropoda, karena pemberian limbah cair PKS dapat meningkatkan kadar organik tanah yang merupakan sumber nutrisi bagi organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang terdapat di daerah tersebut. Sedangkan nilai keseragaman dari ketiga lokasi penelitian berkisar antara 0,933-1,234, hal ini menunjukkan bahwa keseragaman di lokasi penelitian memiliki jenis individu yang seragam atau merata.

Menurut Krebs (1985), nilai keseragaman berkisar antara 0-1. Nilai keseragaman 1 menunjukkan pembagian jumlah individu pada masing-masing jenis sangat seragam atau merata. Sebaliknya jika nilai keseragaman semakin kecil maka keseragaman suatu populasi juga akan semakin kecil. Selanjutnya Odum (1971), mengatakan keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keanekaragaman jenisnya dinilai rendah. Selanjutnya, di dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman jenis yang rendah dan mengalami tekanan secara fisik, atau ekosistem yang menjadi sasaran gangguan luar yang tidak teratur, maka populasinya cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik. Sebaliknya, dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi atau tidak mengalami penekanan-penekanan secara fisik, maka populasinya cenderung diatur secara biologi (makanan dan kompetisi). Uraian ini membawa

dugaan bahwa faktor fisik dan biologi sama-sama berperan dalam mengatur keberadaan populasi di setiap lokasi penelitian.

4.6 Indeks Similaritas (Kesamaan) Makroarthropoda Tanah Antar Lokasi Penelitian

Nilai indeks similaritas (kesamaan) arthropoda tanah antar lokasi penelitian didapatkan yang besar kesamaannya adalah antara Lokasi I dengan Lokasi II yaitu 91,666%, kemudian diikuti antara Lokasi II dan Lokasi III yaitu 88,888% sedangkan yang paling rendah kesamaannya adalah Lokasi I dan Lokasi III yaitu 81,481%, seperti terlihat pada table 4.6:

Tabel 4.6 Nilai Indeks Similaritas (Kesamaan) Makroarthropoda Tanah pada Lokasi Penelitian

Lokasi I Lokasi II Lokasi III

Lokasi I - 91,666 81,481

Lokasi II - - 88,888

Nilai Indeks similaritas (kesamaan) makroarthropoda tanah pada lokasi penelitian berkisar antara 81,481-91,666%. Berdasarkan keadaan tersebut menunjukkan bahwa kesamaan arthropoda antar lokasi penelitian tergolong sangat mirip. Menurut Suin (2002) nilai kesamaan (similaritas) antara dua lokasi penelitian ≥ 75% menunjukkan hewan yang terdapat sangat mirip, jika nilai kesamaan antara 50%-75% menunjukkan kesamaan jenis yang mirip, jika nilai kesamaan antara 25%-50% menunjukkan kesamaan jenis yang tidak mirip, sedangkan jika nilai kesamaan ≤ 25% menunjukkan kesamaan jenis yang sangat tidak mirip.

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pengolahan perkebunan kelapa sawit pada ketiga lokasi penelitian tidak menyebabkan perbedaan indeks similaritas yang tinggi. Dari indeks similaritas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga lokasi penelitian ditemukan hewan-hewan yang hampir sama, karena kemiripan arthropoda tanah juga disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang terdapat pada lokasi tersebut seperti kadar air, kelembaban, pH dan substrat.

4.7 Nilai Faktor Fisik –Kimia Tanah pada Masing- masing Lokasi Penelitian Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap faktor fisik kimia tanah pada areal PTPN III Sei Mangkei didapatkan nilai faktor fisik kimia tanah, seperti yang terlihat pada Tabel 4.7:

Tabel 4.7 Nilai Faktor Fisik-Kimia Tanah pada Masing-masing Lokasi Penelitian No Parameter faktor fisik Satuan Lokasi I Lokasi II Lokasi III

1 Kelembaban % 60% 70% 91% 2 pH tanah - 6,8 4,6 5,6 3 Suhu oC 28,5 29 28 4 Kadar Air % 22,81 25,48 25,59 5 C organic % 1,35 2,23 2,62 6 Mg tukar me/100 2,38 8,72 9,26 7 Ca tukar me/100 0,47 0,58 0,40 8 K tukar me/100 0,19 0,51 0,58 9 N-total % 0,11 0,27 0,43 10 C/N - 12,27 8,26 6,09 11 P tersedia Ppm 3,99 354,35 522,47

Pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit yang di alirkan ke areal kebun ternyata berfungsi sebagai bahan organik. Hal ini terlihat oleh meningkatnya Kadar air, C organik, Mg tukar, K tukar, N total dan P tersedia pada lokasi (Lokasi II dan lokasi III) yang dialiri dengan limbah PKS dibandingkan dengan yang tidak dialiri limbah pada lokasi I . Dari tabel diatas juga terlihat pH tanah antar ketiga lokasi memiliki nilai kisaran yang cukup berbeda berkisar antara 4,6-6,8. Suhu juga sangat besar pengaruhnya terhadap hewan, khususnya hewan tanah. Suhu berperan dalam laju reaksi kimia di tubuh dan berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme. Suin (1997) menjelaskan semua hewan invertebrata mengeluarkan panas tubuhnya ke lingkungan karena mereka tidak mempunyai alat pelindung atau tidak dapat mengatur suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan invertebrata disesuaikan dengan suhu lingkungan kecuali pada waktu hewan itu sedang aktif.

Menurut Jumar (2000), faktor fisik seperti (suhu, kelembaban, pH, kadar air,dll) yang sesuai dapat mendukung keberadaan dan populasi serangga pada suatu areal. Selanjutnya Russel (1988) dalam Arlen (1984) menyatakan bahwa kadar organik merupakan sumber makanan untuk menghasilkan energi senyawa pembentuk tubuh hewan tanah juga dapat mempengaruhi sifat fisik-kimia tanah. Selanjutnya Wallwork (1970) menyatakan bahwa keberadaan spesies hewan tanah pada suatu

areal sangat ditentukan oleh kandungan bahan organik di areal tersebut. Apabila kandungan organiknya tinggi maka jenis makrofauna tanah juga akan banyak sehingga umumnya tanah yang banyak mengandung bahan organik memiliki aerasi dan porositas yang baik.

4.8 Analisis Korelasi Pearson (r) Antara Faktor Fisik Kimia Dengan Indeks Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah

Berdasarkan pengukuran faktor fisik kimia tanah yang telah dilakukan pada setiap lokasi penelitian dan dikorelasikan dengan Indeks Keanekaragaman (Diversitas Shannon-Wiener) maka diperoleh nilai Indeks Korelasi seperti terlihat pada tabel 4.8: Tabel 4.8 Nilai Analisis Korelasi Pearson (r) Antara Faktor Fisik Kimia Dengan

Indeks Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah Kelem-baban pH Suhu Kadar air C organik Mg tukar Ca tukar K tukar N total C/N P tersedia -0,475 -0,645 +0,974 +0,230 -0,074 +0,159 +0,995 +0,061 -0,289 +0,123 -0,093

Keterangan : - = Korelasi negatif (berlawanan); + = Korelasi positif (searah).

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis Korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia tanah terdapat perbedaan tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan indeks diversiras. Menurut Sugiyono (2005) apabila didapatkan nilai positif (+) menunjukkan hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia tanah, maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula, sedangkan nilai negatif (-) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik kimia tanah dengan nilai indeks keanekaragaman (H’). Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan/pengaruh faktor fisik kimia tanah terhadap nilai H’.

Dari hasil uji korelasi Pearson antara faktor fisik kimia tanah dengan keanekaragaman makroarthropoda tanah dapat dilihat bahwa parameter Suhu, Kadar air, Mg tukar, Ca tukar, K tukar, dan C/N berkorelasi searah terhadap keberadaan makrofauna (arthropoda) tanah pada suatu daerah, keadaan ini menunjukkan bahwa keanekaragaman makrofauna (arthropoda) tanah turut ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama kondisi Suhu, Kadar air, Mg tukar, Ca tukar, K tukar, dan C/N.

BAB 5

Dokumen terkait