• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3.2. Spesifikasi Peralatan dan Bangunan

Standar peralatan dan bangunan untuk pengelolaan sampah perumahan diatur dalam SNI 3242-2008. Spesifikasi peralatan dan bangunan menurut SNI 3242-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Peralatan dan Bangunan Menurut SNI 3242-2008

No. Peralatan/Bangunan Kapasitas Pelayanan

Volume KK Jiwa

1. Wadah komunal 0,5 - 1,0 20-40 100-200

2. Komposter komunal 0,5 - 1,0 10-20 50-100

3. Alat pengumpul 1 128 640

4. Kontainer truk armroll 6

10 640 1.375 3.200 5.330 5. TPS Tipe I Tipe II Tipe III 100 ±300 ±1000 500 6.000 24.000 2.500 30.000 120.000 6. Bangunan pendaur ulang sampah

skala lingkungan

150 600 3.000

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2008)

Secara matematis, rumus untuk menghitung luas bangunan pendaur ulang skala

lingkungan luas 150 adalah sebagai berikut:

8 Wadah sampah komunal yang terbuat dari besi dan digunakan untuk menampung sampah selama periode tertentu

14

Keterangan:

C = Jumlah Rumah Sederhana

Vbk = Volume 1 cetakan bahan kompos

2.4. Kompos

Pengomposan adalah sistem pengolahan sampah organik dengan bantuan

mikroorganisme, sehingga membentuk pupuk organik (Artiningsih, 2008). Sampah kota bisa digunakan sebagai kompos dengan catatan sampah kota harus dipilah dengan memisahkan sampah yang sukar membusuk terlebih dahulu sebelum diproses menjadi kompos. Jadi, sampah yang diolah menjadi kompos hanya sampah yang mudah membusuk (Wied dalam Sulistyorini, 2005).

Beberapa manfaat kompos menurut Isroi antara lain9: (1) menghemat

biaya transportasi dan penimbunan limbah; (2) mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan; (3) mengurangi volume atau ukuran limbah; (4) memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya; (5) mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah; (6) meningkatkan kesuburan tanah; (7) memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.

2.5. Pengertian Daya Dukung Lingkungan

Menurut Soerjani et al. (1987), daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada. Menurut Khana dalam KLH (2010) daya dukung lingkungan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil atau produk di suatu daerah dari

9 Isroi. http://www.ipard.com/art_perkebun/KomposLimbahPadatOrganik.pdf diakses pada tangga 12 Oktober 2011

15 sumberdaya alam yang terbatas dengan mempertahankan jumlah dan kualitas sumberdayanya.

Sesuai dengan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa daya dukung lingkungan tidak hanya diukur dari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan manusia, tetapi juga dari kemampuan menerima beban pencemaran dan bangunan. Dengan demikian, daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi dua komponen yaitu kapasitas penyediaan (supportive

capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity), seperti yang

teruang pada Gambar 2 (KLH, 2010).

Sumber: Khana dalam KLH (2010)

Gambar 2. Daya Dukung Lingkungan Sebagai Dasar Pembangunan Berkelanjutan

2.6. Hubungan Daya Dukung Lingkungan dengan Pengetahuan dan

Teknologi

Masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta energi dalam cara pemanfaatan suatu sumberdaya dapat meningkatkan daya dukung suatu

Hasil/Output Limbah/Residu Kapasitas Penyediaan Sumberdaya Alam Kegiatan Pembangunan Lingkungan Input Sumberdaya Alam Kapasitas Tampung Limbah (Supportive Capacity) (Assimilative Capacity)

Pertumbuhan Ekonomi Kualitas Hidup

Daya Dukung Lingkungan (Carrying Capacity)

16 lingkungan. Akan tetapi, karena keterbatasan dari potensi sumberdaya alam, ekosistem, dan IPTEK yang dikuasai manusia itu sendiri menyebabkan peningkatan daya dukung juga dapat bersifat signoid, bahkan pada ujung grafik signoid dapat menurun seperti pada Gambar 3 (KLH, 2010).

Sumber: KLH (2010)

Gambar 3. Hubungan Peningkatan Daya Dukung dan Penggunaan IPTEK

2.7. Penentuan Daya Dukung Lingkungan

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pengendalian perkembangan kawasan didasarkan pada tiga komponen, yaitu kesesuaian dan ketersediaan lahan, kesesuaian mutu dan ketersediaan air, dan ketersediaan sarana prasarana. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut terlampaui, maka dapat diindikasikan bahwa daya dukung lingkungan di kawasan tersebut telah terlampaui (KLH, 2010).

Penentuan daya dukung lingkungan dapat dilakukan dengan mendasarkan tingkat ketersediaan sarana prasarana untuk pemenuhan kebutuhan pada setiap jenis kawasan sesuai peruntukannya. Apabila terdapat kesesuaian, maka dapat diindikasikan bahwa daya dukung lingkungan berada dalam keadaan belum terlampaui. Tetapi apabila sebaliknya, maka dapat diindikasikan bahwa daya dukung lingkungan telah terlampaui (KLH, 2010). Untuk lebih jelasnya,

K ena ik an Daya D u kung

Penambahan IPTEK dan Energi batas kenaikan daya dukung

17 penentuan daya dukung lingkungan berdasarkan ketersediaan sarana prasarana dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: KLH (2010)

Gambar 4. Diagram Penentuan Daya Dukung Lingkungan dengan Pendekatan Kesesuaian Ketersediaan Sarana Prasarana

2.8. Analisis Kelayakan Ekonomi

Perhitungan biaya dan manfaat proyek pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan privat atau analisis finansial jika yang berkepentingan langsung dalam biaya dan manfaat proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini, yang dihitung sebagai manfaat adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya, suatu perhitungan dikatakan sosial atau ekonomi jika yang berkepentingan langsung dalam biaya dan manfaat proyek adalah pemerintah atau masyarakat. Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh manfaat yang terjadi dalam masyarakat sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati manfaat dan siapa saja yang mengorbankan sumber-sumber tersebut (Gray, 2007).

Setiap kebijakan program atau keputusan ekonomi harus dianalisis dalam rangka melihat pengaruh-pengaruh yang ada. Analisis ekonomi adalah suatu alat yang digunakan oleh para ahli untuk memberikan arahan dalam proses-proses

Ya Ketersediaan sarana

prasarana

Tidak

Indikasi daya dukung lingkungan terlampaui

Jumlah kebutuhan

Indikasi daya dukung lingkungan belum terlampaui

Kebutuhan terpenuhi sesuai standar?

18 pengambilan keputusan secara nasional serta menganalisis kebijakan ekonomi. Analisis ekonomi juga digunakan untuk mengevaluasi kontribusi dari kebijakan-kebijakan yang ada, keputusan-keputusan atau proyek yang memberikan kemakmuran bagi masyarakat. Nilai dari setiap barang atau sumberdaya yang digunakan atau dihasilkan oleh proyek dinilai berdasarkan kontribusinya terhadap kemakmuran negara (Maturana, 2005).

Menurut Gray (2007) pada dasarnya perhitungan dalam analisis privat dan analisis ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu:

1. Harga

Dalam analisis ekonomi, harga yang digunakan adalah harga bayangan yang merupakan nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif terbaik. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000),

beberapa cara penggunaan harga bayangan antara lain sebagai berikut10:

a) Harga bayangan yang digunakan untuk input output diperdagangkan adalah harga internasional atau border price yang dinyatakan dalam satuan moneter setempat pada kurs pasar. Menurut Djamin (2003),

border price yang relevan untuk input dan output impor adalah harga

CIF (Cost, Insurance and Freight). Sementara untuk input dan output ekspor, border price yang relevan digunakan adalah harga FOB (Free

On Board) pada titik masuk pelabuhan ekspor;

b) Harga bayangan dari input tidak diperdagangkan adalah consumer

willingness to pay (WTP) atau kesediaan konsumen untuk membayar,

10 Soetriono. http://irtusss.blogspot.com/2011/02/analisis-finansial-dan-ekonomi.html diakses pada tanggal 9 Oktober 2011

19 dalam hal ini adalah kesediaan pihak yang berkepentingan dalam proyek untuk membayar;

c) Harga bayangan untuk biaya tenaga kerja adalah berapa sektor lain bersedia membayar untuk tenaga kerja tersebut. Jika proyek tersebut menciptakan tenaga kerja, maka harga bayangan tenaga kerja jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah yang dibayarkan perusahaan kepada tenaga kerja;

d) Harga bayangan modal untuk lahan diperhitungkan dari biaya pengorbanan produksi (production foregone), yaitu hasil produksi dari tanah apabila tidak digunakan untuk proyek. Untuk tanah yang tidak menghasilkan, harga bayangan dapat berupa harga sewa dari tanah tersebut;

e) Harga bayangan untuk nilai valuta asing adalah nilai resmi yang ditentukan oleh lembaga pemerintah yang berwenang dikali dengan faktor konversi.

2. Pajak

Analisis ekonomi menganggap pajak sebagai transfer, yaitu bagian dari manfaat proyek yang diserahkan kepada pemerintah, sehingga tidak dikurangi dari komponen manfaat. Dengan kata lain, pajak tidak termasuk dalam sumber-sumber riil yang penggunaannya dalam proyek menyebabkan timbulnya biaya penggunaan alternatif terbaik dari segi masyarakat. Pajak langsung berupa pajak perusahaan yang dibayarkan atas laba perusahaan tidak dikurangi dari harga yang dibayarkan konsumen. Sementara itu, pajak tidak langsung yang dibayarkan ke pemerintah dan merupakan bagian harga

20 yang dibayarkan konsumen, harus dikurangi dalam menghitung harga ekonomi.

3. Subsidi

Pada analisis ekonomi, subsidi dianggap sebagai sumber-sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek. Oleh karena itu subsidi yang diterima proyek adalah beban masyarakat, sehingga dari segi perhitungan ekonomi tidak mengurangi biaya proyek.

4. Biaya Investasi dan Pelunasan Pinjaman

Pada analisis ekonomi, seluruh biaya investasi baik yang berasal dari modal yang dihimpun dari dalam atau luar negeri maupun dari modal saham atau pinjaman, dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi, pelunasan pinjaman yang digunakan untuk membiayai sebagian investasi tersebut diabaikan dalam perhitungan biaya ekonomi demi menghindari perhitungan ganda (double-counting). Terdapat pengecualian jika bagian investasi dibiayai dengan pinjaman luar negeri yang diperuntukkan hanya untuk proyek itu sendiri. Dana pinjaman tidak boleh dipakai untuk proyek lain apabila proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan. Sama halnya dengan perhitungan privat, biaya pinjaman luar negeri yang diperuntukkan hanya untuk proyek termaksud diperhitungkan dalam bentuk arus pelunasan pinjaman.

5. Bunga

Bunga atas pinjaman dalam negeri ataupun luar negeri tidak dianggap sebagai biaya pada analisis ekonomi. Hal tersebut dikarenakan modal dianggap sebagai modal masyarakat sehingga bunganya pun dianggap sebagai bagian

21 dari manfaat ekonomi. Akan tetapi, jika bunga berasal dari peminjaman luar negeri yang terikat dan tersedia hanya untuk proyek tertentu, bunga dibayarkan sebagai biaya proyek pada tahun pertama.

2.9. Penelitian Terdahulu

Evaluasi terhadap daya dukung lingkungan telah dilakukan sebelumnya oleh Wibowo pada tahun 2005. Daya dukung yang diteliti meliputi fungsi ekologis vegetasi dalam memperbaiki suhu (ameliorasi iklim) dan menyerap air hujan (hidrologis) di Jakarta. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan metode expost facto yang dibahas menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa daya dukung Jakarta dalam memperbaiki suhu turun dari diatas 100 persen pada tahun 1940 menjadi 86,76 persen pada tahun 2003, sedangkan kapasitas daya dukung menyerap air turun dari 100 persen menjadi 66,25 persen. Inkantriani (2008) juga telah melakukan analisis daya dukung lingkungan dengan studi kasus zona industri Genuk yang

berlokasi di Semarang. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif dan

kuantitatif dengan pembobotan dan distribusi frekuensi. Variabel daya dukung lingkungan yang dianalisis meliputi sarana dan prasana yang dimiliki zona industri Genuk, yaitu jaringan jalan dan drainase. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa tingkat daya dukung lingkungan pada kawasan industri Terboyo Semarang, Terboyo Megah, dan LIK Buangan termasuk rendah karena nilainya berada pada kisaran 20-46, sedangkan tingkat daya dukung lingkungan untuk wilayah industri sepanjang jalan Kaligawe termasuk sedang karena nilainya berada pada kisaran 47-73.

22 Penelitian mengenai analisis kelayakan finansial telah dilakukan oleh Kurniawan (1999) dengan mengambil studi kasus usaha pengolahan sampah yang terdapat di TPST Bantargebang. Kurniawan menyimpulkan bahwa dengan kapasitas produksi 540 ton kompos per tahun dan harga jual Rp 1.000 per kg, usaha pengolahan sampah memperoleh penerimaan total sebesar Rp 540.000.000 per tahun. Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) yang diperoleh adalah 1,05 yang berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 1,05.

Payback periode hasil perhitungan adalah 0,28 tahun atau tiga bulan lebih 4 hari,

yang artinya modal usaha pembuatan kompos akan kembali dalam jangka waktu 3 bulan lebih 4 hari.

Cahyani (2009) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan Perumahan Cipinang Elok. Hasil analisis dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan bahwa jika luas tempat tinggal dimasukkan sebagai variabel, maka variabel yang mempengaruhi jumlah timbulan adalah pola hidup, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, pengeluaran konsumsi rumah tangga, jenis sampah dan retribusi kebersihan. Sementara jika luas tempat tinggal tidak dimasukkan sebagai variabel, maka variabel yang mempengaruhi jumlah timbulan adalah pola hidup, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan retribusi kebersihan dan jenis sampah. Cahyani juga melakukan analisis untuk menilai kelayakan UPS “Mutu Elok” yang berlokasi di wilayah Perumahan Cipinang Elok. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa pada tingkat suku bunga rata-rata 10 persen, UPS “Mutu Elok” memiliki nilai Net Present Value (NPV), Net B/C dan Internal Rate of Return (IRR) masing-masing sebesar Rp

23 1.306.187,50, 1,22 dan 12 persen, sehingga layak untuk dijalankan. Pemberian subsidi harga kompos, peningkatan alokasi dana dari kas warga, dan peningkatan tarif retribusi kebersihan akan meningkatkan kelayakan finansial dari UPS “Mutu Elok”. Sebaliknya, penurunan alokasi dana dari kas warga dan penurunan tarif retribusi kebersihan akan menurunkan kelayakan finansial UPS “Mutu Elok”. Penjelasan selengkapya mengenai penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Meskipun penelitian mengenai daya dukung lingkungan dan analisis kelayakan sampah telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini memiliki perbedaan, sehingga tetap penting untuk dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Analisis kelayakan UPS dilakukan dari sudut pandang ekonomi dengan

memperhitungkan manfaat dan biaya eksternal11;

2. Penelitian ini menganalisis daya dukung lingkungan UPS “Mutu Elok” dengan memfokuskan analisis pada kemampuan lingkungan dalam menerima beban sampah;

3. Penelitian menganalisis pengaruh UPS “Mutu Elok” terhadap daya dukung lingkungan Perumahan Cipinang Elok.

11

Dampak negatif yang diterima oleh suatu pihak akibat tindakan yang dilakukan oleh pihak lain. Biaya eksternal juga biasa disebut eksternalitas negatif

24 Tabel 3. Matriks Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Metode Hasil

1. Wibowo Evaluasi Daya Dukung

Lingkungan Hidup Kota Jakarta

Expost facto Daya dukung Jakarta dalam memperbaiki suhu turun dari diatas 100 persen pada tahun 1940 menjadi 86,76 persen pada tahun 2003, sedangkan kapasitas daya dukung menyerap air turun dari 100 persen menjadi 66,25 persen

2. Inkantriani Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Industri Genuk Semarang

Pembobotan dan distribusi

frekuensi

Kawasan industri Terboyo Semarang, Terboyo Megah, dan LIK Buangan memiliki tingkat daya dukung yang rendah karena nilainya berada pada kisaran 20-46, sedangkan wilayah industri sepanjang jalan Kaligawe memiliki tingkat daya dukung lingkungan sedang karena nilainya berada pada kisaran 47-73

3. Kurniawan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah Kota Menjadi Produk yang Berguna di TPA Bantargebang Analisis penerimaan, Net B/C dan payback periode

Usaha pengolahan sampah memiliki penerimaan total sebesar Rp 540.000.000 per tahun dan Net B/C sebesar 1,05. Payback periode usaha ini adalah 0,28 tahun atau 3 bulan lebih 4 hari, yang artinya modal usaha pembuatan kompos akan kembali dalam jangka waktu 3 bulan lebih 4 hari

4. Cahyani

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah dan Kelayakan Finansial Usaha

Pengelolaan Sampah Rumahtangga (Studi Kasus di Perumahan Cipinang Elok, Jakarta Timur)

Analisis regresi berganda dan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C dan IRR

Jika luas tempat tinggal dimasukkan sebagai variabel, maka variabel yang mempengaruhi jumlah timbulan adalah pola hidup, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, pengeluaran konsumsi rumah tangga, jenis sampah dan retribusi kebersihan. Sementara jika luas tempat tinggal tidak dimasukkan sebagai variabel, maka variabel yang mempengaruhi jumlah timbulan adalah pola hidup, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan retribusi kebersihan dan jenis sampah. Pada tingkat suku bunga 10 persen, UPS “Mutu Elok” layak dijalankan dengan nilai NPV, Net B/C dan IRR masing-masing sebesar Rp 1.306.187,50, 1,22 dan 12 persen

25 BAB III

Dokumen terkait