• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk dalam penelitian ini adalah pengembangan model latihan koordinasi dan model latihan kecepatan untuk siswa sekolah sepakbola kelompok usia 10-12 tahun yang berupa berupa buku. Dengan isi materi berupa beberapa contoh model latihan komponen biomotor koordinasi sepakbola dengan metode permainan. Buku tersebut berisikan 78 halaman dan terdapat 30 model latihan yang dikemas dengan berbagai sarana alat koordinasi yang lengkap.

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Hakikat Sepakbola

Sepakbola merupakan olahraga yang populer dan sangat diminati semua kalangan orang diseluruh dunia. Luxbbacher (2012) Mengatakan bahwa sepakbola merupakan olahraga yang paling terkenal di dunia. Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia memainkan lebih dari 20 juta permainan sepakbola yang setiap tahunya. Menurut Primasoni & Sulistiyono (2016: 1) Peraturan permainan sepakbola sebenarnya sangat sederhana, 11 pemain dalam satu tim dengan berbagai cara berusaha mencegah mencetak gol ke gawang yang dijaganya, dan 11 pemain dalam satu tim dengan berbagai cara berusaha mencetak gol ke gawang lawan. Setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali tangan, aturan tersebut tidak berlaku pada pemain berposisi khusus yaitu penjaga gawang. Pemenang dalam pertandingan sepakbola adalah tim yang mencetak lebih banyak gol ke gawang lawan dalam format pertandingan sistem gugur.

Menurut Salim (2007: 10) mengatakan bahwa sepakbola merupakan olahraga yang memainkan bola dengan menggunakan kaki. Dan tujuan utamanya adalah mencetak skor atau gool sebanyak-banyaknya yang tentunya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Serta untuk bisa membuat gol kalian harus tangkas, sigap, cepat, dan baik dalam mengontrol bola.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh 2 regu, yang mana dalam satu regu

10

terdapat 11 pemain dan salahsatunya sebagai penjaga gawang, dengan menggunakan bola sebagai alatnya, dengan tujuan adalah mencetak gol kegawang lawan sebanyak-banyaknya dengan mencegah lawan mencetak gol ke gawang yang dijaga. Selain itu, untuk bisa mencetak gol ke gawang lawan seorang pemain harus memiliki kondisi fisik dan teknik yang bagus.

2. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan

Latihan sangat penting dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas olahraga. Menurut Bompa (1999: 1) Training is usually defined as systematic process of repetitive, progresive exercises, having the ultimate goal of improving athletic performance. Jadi yang dimaksud latihan adalah proses yang dilakukan secara berulang-ulang, progresif atau adanya peningkatan, dan adanya tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet.

Latihan merupakan proses penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan, secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan.

Pencapaian prestasi yang tinggi, dan dapat memenangkan setiap pertandingan dalam suatu perlombaan yang di ikuti, berlatih merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan untuk mewujudkanya. Latihan akan mampu meningkatkan kemampuan gerak dasar dan meningkatkan kemampuan kondisi fisik menjadi lebih baik. Nasution (2015: 2) latihan sangat penting dilakukan dalam membantu peningkatan kemampuan melakukan aktivitas olahraga. Tanpa

11

melakukan latihan yang rutin maka mustahil atlet akan memperoleh prestasi yang diharapkan.

Menurut Emral (2017: 9) training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Sehingga latihan adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan dalam melakukan aktivitas olahraga atau gerak yang berisikan perpaduan teori dan praktik, yang menggunakan metode dan pendekatan secara ilmiah, dengan memakai prinsip latihan yang terukur dan terencana sehingga waktu dan tujuanya dapat terlaksanakan sesuai dengan yang diinginkan.

b. Sasaran dan Tujuan Latihan

Bompa (1994: 5) menerangkan bahwa “ tujuan latihan adalah untuk memperbaiki prestasi tingkat tampil maupun kinerja atlet, dan diarahkan oleh pelatih untuk mencapai tujuan umum latihan”. Menurut Harsono (2015: 39) tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Ada 4 aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (1) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, (4) Latihan mental.

Adapun sasaran dan tujuan latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam mencapai puncak prestasi. Emral (2017: 13) sasaran dan tujuan latihan secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh.

12

2. Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus.

3. Menambah dan menyempurnakan teknik.

4. Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, tektik, dan pola permainan.

5. Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding Bersumber dari pendapat diatas maka sasaran dan tunjuan latihan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kesiapan dalam membantu mencapai prestasi yang tinggi. Berlatih secara teratur dan rutin juga suatu kebutuhan yang sangat penting yang harus dilakukan oleh atlet, dikarenakan didalam proses latihan atlet akan mendapatkan apa yang dibutuhkan, serta akan mengembangkan dan meningkatkan kualitas kemampuan dasar serta kualitas strategi dan taktik yang dimilikinya, ketika menghadapi kompetisi atau pertandingan sesungguhnya, atlet akan lebih siap untuk menghadapinya, dan juga untuk memperoleh prestasi akan lebih mudah dalam mencapainya.

c. Prinsip-prinsip latihan

Pada dasarnya latihan pada olahraga adalah merusak, tetapi proses yang dilakukan mempunyai tujuan untuk merubah dan menumbuhkan kualitas yang lebih baik, dengan syarat pelaksanaan latihan harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan Sukadiyanto (2011: 13). Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati dalam membuat suatu program latihan, agar sasaran dan tujuan latihan yang dibuat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Adapun menurut Emral (2017: 20) Prinsip-prinsip dalam latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain:

13 (1) Prinsip kesiapan berlatih (readiness)

Pada prinsip kesiapan ini antara materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia atlet. Kesiapan antara atlet yang masih muda akan berbeda kesiapan fungsional tubuhnya dengan atlet yang dewasa. Berikut gambar dan tujuan latihan yang disesuaikan dengan usia dan kesiapan anak.

Tabel 2 1. Tujuan latihan dan kesiapan anak, Sukadiyanto, (2011: 15) Usia 6-10 tahun 1. Membangun kesiapan

2. Menyenangkan

3. Belajar berbagai keterampilan gerak dasar Usia 11-13

Usia dewasa 1. Puncak penampilan atau puncak prestasi

(2) Prinsip individual

Setiap individu anak mempunyai penyesuaian dan respon yang berbeda dengan yang lainya, sehingga kemampuanya pun akan berbeda antara individu satu dengan yang lain. Sukadiyanto, (2011: 15) menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan terhadap kemampuan atlet dalam merespon

14

program latihan diantaranya: Faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan istirahat, tingkat kebugaran, pengaruh lingkungan, rasa sakit dan cedera, motivasi.

(3) Prinsip adaptasi

Pada dasarnya tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk beradaptasi pada lingkungan. Sehingga program latihan akan memberikan pengaruh dan membuat perubahan pada tubuh sesuai dengan dosis latihan yang diberikan, yang berarti bawa tubuh manusia dapat dipengaruhu dan dapat ditingkatkan melalui proses latihan.

(4) Prinsip beban lebih (overload)

Beban yang diberikan pada anak haruslah ditingkatkan, kalau beban beban tidak pernah ditambah maka seberapa lamapun dan seberapa sering latihan anak dalam latihan, prestasi tidak mungkin untuk meningkat. Dalam pembebanan lebih yang diberikan pada latihan akan membuat tubuh merespon dan menyesuaikan dari beban latihan. Sehingga pemulihan dan penyesuaian memungkinkan tubuh akan mencapai tingkat kesegaran yang lebih tinggi.

(5) Prinsip peningkatan (progresif)

Pada saat latihan, beban yang diberikan harus ditambahkan secara terus menerus dan bertahap. Prinsip tersebut harus memperhatikan frekuensi latihan, intensitas latihan, dan durasi latihan untuk setiap latianya.

(6) Prinsip spesifikasi (kehususan)

Materi yang diberikan dalam latihan haruslah dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga yang ditekuni. Terdapat beberapa kehususan

15

yang perlu diperhatikan yaitu spesifikasi kebutuhan energi, spesifikasi bentuk dan model latihan, spesifikasi gerak dan kelompok otot, dan waktu latihan.

(7) Prinsip variasi

Selama melakukan latihan atlet akan merasakan kebosanan dan kejenuhan, jika latihan yang dibuat terlalu monoton dan kurang variatif. Prinsip variasi harus dikuasai oleh pelatih dalam membuat program latihan yang berbeda untuk mengantisipasi kebosanan latihan.

(8) Prinsip pemanasan dan pendinginan (warm-up dan cool-down)

Hal yang perlu perhatikan dalam setiap kali sesi latihan adalah prinsip pemanasan dan pendinginan, karena hal tersebut merupakan prinsip yng tidak terlepas dari latihan. Pemanasan merupakan proses untuk mempersiapkan diri supaya lebih siap melakukan aktifitas dan dapat meminimalisir cedera. Sedangkan pendinginan adalah proses penurunan kondisi tubuh dari latihan berat agar kembali secara bertahap.

(9) Prinsip latihan jangka panjang

Prestasi tidak dapat diraih melalui cara yang singkata atau secara instan.

Untuk memperloehnya harus melalui proses latihan dalam jangka waktu yang lama.

(10) Prinsip pulih asal (reversibility)

Pada prinsip ini dikatakan bahwa apabila kita berhenti untuk melakukan latihan maka tubuh kita akan kembali kekeadaan semula atau kondisinya tidak akan meningkat.

16 (11) Prinsip sistematik.

Sehingga dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip latihan yang telah dijelaskan diatas meliputi prinsip kesiapan berlatih (readines), prinsip individual, prinsip adaptasi, prinsip beban lebih (over load), prinsip peningkatan (progresif), prinsip kekhususan (Spesifikasi), prinsip variasi, prinsip pemanasan dan pendinginan (warming-up and cooling-down), prinsip latihan jangka panjang, prinsip pulih asal (reversibility), prinsip sistematik.

e. Komponen-Komponen Latihan

Penerapan prinsip dalam latihan haruslah disesuaikan dengan karekteristik siswa dan harus memperhatikan keselamatan dari siswa yang akan dilatih, untuk itu dalam membuat latihan haruslah hati-hati agar tidak terjadinya overload pada peserta didik. Maka Lutan (2002: 31) mengatakan bahwa dalam membuat program latihan juga harus memperhatikan 4 faktor yang disebut prinsip FIWT, singkatan dari frekwensi, intensitas, waktu, dan Tipe:

1. Frekuensi

Menurut Emral (2017: 59) mengatakan bahwa frekwensi merupakan jumlah latihan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu. Pada umumya, periode waktu yang digunakan untuk menghitung jumlah frekwensi tersebut adalah dalam satu mingguan. Sedangkan menurut Lutan (2002: 31) mengatakan bahwa frekunsi adalah seberapa sering seorang melakukan tugas atau aktifitas jasmani yang berkaitan dengan kesehatan. Untuk mencapai derajat yang memadai frekwensi dalam melakukanya adalah 3 sampai 4 kali selama perminggu. Namun

17

pengecualian untuk peningkatan kekuatan, untuk membina komponen kekuatan maksimal 3 kali seminggu dengan selang hari istirahat. Pada pelaksanaan latihan sekolah sepakbola yang berada dikawasan Bantul, Yogyakarta frekwensi latihan yang dilakukan selama 3 kali setiap minggunya.

2. Intensitas

Menurut Lutan (2002: 31) intensitas adalah seberapa berat seseorang berlatih selama periode latihan, dan intensitas ini dapat diukur dengan cara yang berbeda. Sedangkan menurut Wiarto (2015: 34) intensitas latihan merupakan ukuran yang menunjukan kualitas suatu rangsang atau pembebanan. Pembebanan yang dilakukan pada latihan kelompok anak-anak masih harus diberikan dengan intensitas yang rendah rendah. Untuk mengetahui besarnya intensitas latihan salah satunya dapat menggunakan cara mengetahui denyut jantung permenit. Rumus untuk menentukan denyut nadi permenit adalah DN = 220 – Umur.

3. Waktu/ Durasi

Menurut Lutan (2002: 32) Waktu adalah lamanya suatu kegiatan dilaksanakan, dan seberapa lama latihan berlangsung bergantung pada komponen kebugaran yang dilatih. Bagi anak-anak, berapa lama lama latihan sama sekali tidak tegas batasanya. Yang menjadi pegangan adalah soal kepatutanya ditinjau dari kemampuan siswa. Sedangkan menurut Wiarto (2015: 34) ukuran yang menunjukan lamanya waktu dalam setiap kali melakukan latihan adalah juga disebut sebagai durasi latihan. Contoh dalam setiap kali melakukan latihan memerlukan waktu 120 menit.

18 4. Tipe

Latihan akan berhasil apabila latihan tersebut memilih metode laihan yang tepat. Metode dipilihuntuk disesuaikan dengan tujuan latihan, ketersediaan alat, dan fasilitas, serta perbedaan individu peserta latihan. Menurut Lutan (2002: 33) yang dimaksud dengan tipe disini adalah kekhasan dari bentuk latihan atau aktivitas jasmani yang dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan komponen kebugaran jasmani. Tipe latihan akan menyangkut isi dan bentuk-bentuk latihan.

f. Karakteristik Latihan Olahraga Anak

Perkembangan motorik anak dipengaruhi pada tingkat usia dan fungsi tumbuh kembang anak. Fadlillah (2017, 48) Permainan pada setiap usia anak melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermain akan tergantung pada perkembangan motorik mereka. Latihan olahraga anak sebaiknya mempertimbangkan tingkatan usia anak, karena pada usia anak mempunyai karakteristik yang berbeda sesuai dengan tumbuh kembang dari fungsi organ tubuhnya. Pertimbangan latihan anak dapat disesuaikan melalui identifikasi usia bermain dan tumbuh kembang anak. Aktivitas fisik sesuai dengan tumbuh kembang anak dibagi menjadi beberapa periode, Said Junaidi (2011, 42) mengatakan bahwa beberapa tahapan periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:

19 Tabel 2 2. Karakteristik latihan olahraga anak.

Periode

1. Latihan untuk memperbaiki postur tubuh.

2. gerakan-gerakan membungkuk, melompat dan merenggang 3.aktivitasotot-otot besar (Lengan, tungkai, perut, punggung) 4. Permainan yang semi aktif

5. permainan yang melibatkan kekuatan, keseimbangan, kelincahah

6. Skill sederhana dengan bola, semisal lempar tangkap, kasti, memasukan bola kekeranjang, sepakbola

7. permainan dengan peraturan-peraturan sederhana, lapangan dan bola yang lebih kecil

8. Aktivitas sialam terbuka, menjelajahi alam.

Periode Umur 9 Tahun

1. Libatkan dalam aktivitas-aktivitas conditioning seperti lari, lompat, berjangkit, bentuk-bentuk latihan senam dan keterampilan bermaain.

2. gabungan dari dua atau lebih gerakan

3. berbagai aktivitas permainan yang menuntu aktivitas yang lebih keras 4. Mulai belajar skill tendang dengan bola sepak

5. keterampilan lempar bolauntuk jarak dan ketepata.

6. teknik-teknik sederhana bola basket dan voli dengan yang lebih kecil dan

Dalam periode ini ada transisi dalam aktifitas-aktifitasnya yang diberikan yang diberikan dalam pendidikan olahraga. Pendidikan gerak (movement education) lebih kearah aktivitas kesegaran jasmani dan keterampilan olahraga seperti:

1. Melibatkan otot-otot besar

2. aktivitas dengan mengubah arah dan tempo lari

3. Pengembangan Koordinasi, lempar, lompat, skill cabang olahraga

4. Permainan dengan lawan bermain untuk menyalurkan naluri bersaing (perlu pembinaan dalam sportivitas, kerjasama dengan kepemimpinan)

5. Pengembangan skill tentang bola sepak dengan peraturan-peraturan yang seederhana.

6. permainan bola kecil

7. bentuk-bentuk latihan senam lantai dengan alat-alat sederhana

8. mulai mengenalkan cabang olahraga sesuai dengan minat dan bakat:

1. Meningkatkan keterampilan dalam aktivitas yang menggunakan otot-otot besar, lari, lompat, lempar, dan lain-lainya.

2. melibatkan diri dalam berbagai permainan beregu untuk memperbaiki koordinasi dan mengatasi kekakuan gerak.

3. melanjutka keterampilan dalam cabang olahraga yang menggunakan bola besar (basket, voli, sepakbola) dan bola kecil (kasti, slagbal, raunders)

4. Berbagai keterampilan senam lantai maupun dengan alat.

5. Berbagai nomor atletik untuk memperbaiki koordinasi, kecepatan, kekuatan, lompat jauh, lompat tinggi, lempar bola.

6. memmulai mengenal cabang olahraga sesuai minat dan bakat, semisal sepakbola.

(Sumber: Said Junaidi. 2011: 42)

20 3. Hakikat Koordiansi

a. Pengertian Koordinasi

Koordinasi merupakan salah satu komponen biomotor yang sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Menurut Emral (2017: 222) Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dan kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan suatu gerak yang efektif dan efisien. Sedangkan menurut Schmidt (1998: 265) dalam Hananto koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian yang satu sama lain saling berkaitan dengan menghasilkan suatu keterampilan gerak.

Sajoto (1995: 17) dalam Setyawan Koordinasi merupakan kemampuan pemain untuk merangkaikan beberapa gerakan kedalam suatu pola gerakan yang selaras dan efektif sesuai dengan tujuanya. Dari beberapa pendapat diatas jadi koordinasi merupakan hasil gerakan yang efektif dan efisien dari perpaduan antara gerakan sendi, tulang dan otot yang baik. Mempunyai komponen biomotor koordinasi yang baik berarti juga mempunyai dasar yang baik. Memiliki kemampuan koordinasi yang baik akan sangat berpengaruh terhadap performa pelaku dalam olahraga. Karena apabila memiliki koordinasi yang baik atlet akan lebih mudah dalam menyesuaikan berbagai macam kondisi lapangan yang akan dihadapinya atau bisa menyesuaikan kondisi lapangan walaupun lapanganya kurang baik.

Koordinasi juga dikatakan sebagai salah satu komponen biomotor pendukung komponen lainya, serta mempermudah dalam pembelajaran teknik dan

21

taktik. Oleh itu sebaiknya seorang pelatih yang akan memberikan latihan teknik dasar, atau taktik dalam permainan maka alangkah baiknya dilatihkan terlebih dahulu komponen biomotor koordinasi. Komarudin (2018: 4) komponen biomotor koordinasi adalah dasar untuk latihan teknik. Latihan komponen biomotor koordinasi harus diterapkan didalam latihan sejak usia dini dan paling baik diajarkan antara usia 8 dan 13 tahun. Pada masa pertumbuhan anak, latihan koordinasi juga sangat penting untuk keseimbangan gerak yang cepat pada anak.

b. Macam-Macam Koordinasi

Suharjana (2013: 148) mengetakan bahwa macam-macam koordinasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu koordinasi umum dan koordinasi khusus.

1. Koordinasi Umum

Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan mengetur gerakan secara stimulan pada saat melakukan gerak.

Suharjana (2013: 148). Dalam melakukan gerak semua bagian sendi atau syaraf, dan otot –otot akan terlibat, olehkarena itu untuk menghasilkan suatu gerakan yang baik maka semua komponen tersebut harus berkerja dengan teratur dan baik agar gerakan yang dihasilkan dapat harmonis dan efisien. Koordinasi umum merupakan dasar untuk mengembangkan koordinasi khusus.

2. Koordinasi Khusus

Koordinasi khusus merupakan koordinasi antara beberapa anggota badan, yaitu kemampuan untuk mengorganisasikan gerakan dari sejumlah anggota badan secara stimulan. Sage (1984: 278). Pada dasarnya gerakan yang dihasilkan dalam melakukan suatu gerakan dalam olahraga merupakan perpaduan dari pandangan

22

mata, gerakan tangan dan olah kerja kaki. Koordinasi khusus merupakan pengembangan dari koordinasi umum yang dikombinasikan dengan kemampuan komponen biomotor yang lain dengan karakteristik sesuai dengan cabang olahraga masing-masing.

Koordinasi umum dan koordinasi khusus keduanya sangat diperlukan dalam olahraga sepakbola, karena keduanya saling berpengaruh. Emral (2017:

222) antara koordinasi umum dan koordinasi khusus kedua-duanya sangat diperlukan dalam cabang olahraga sebab kedua-duanya saling berpengaruh terhadap keterampilan gerak seseorang. Dalam sepakbola koordinasi khusus berguna untuk menyesuaikan gerak otot serta persendian dengan baik supaya bisa mengatur tubuh terhadap lingkungan dan keadaan yang terjadi. Sedangkan koordinasi khusus dalam sepakbola lebih terspesifikasi pada gerakan koordinasi kaki, karena sepakbola lebih dominan menggunakan kaki sebagai alat geraknya.

Sedangkan manfaat kedua koordinasi tersebut penting sebagai dasar untuk mengawali dalam belajari gerak teknik, taktik dan latihan fisik olahraga sepakbola.

c. Metode Latihan Koordinasi

Kegiatan yang dilakukan dalam berlatih akan lebih mudah dikerjakan dan dimengerti jika didasarkan pada petunjuk penggunaan dengan metodenya yang sesuai. Bentuk latihan juga dapat dilakukan melalui kegiatan aktivitas gerak berbagai cabang olahraga. Menurut Suharjana (2013: 148) Latihan koordinasi yang baik maka sebaiknya disarankan mengikuti ketentuan sebagai berikut:

23

1) Latihan sebaiknya disesuaikan dengan pola gerak atau teknik yang ada dalam cabang olahraga.

2) Latihan dilakukan dalam bentuk teknik khusus dengan berbagai tingkat kesulitan dan berbagai situasi.

3) Latihan harus menarik dan meningkatkan motivasi atlet dalam belajar berbagai materi keterampilan.

4) Peralatan yang digunakan untuk latihan koordinasi sebagiknya lebih bervariatif.

5) Keterlibatan anggota tubuh terutama tungkai dan lengan kanan dan kiri harus dilatih secara seimbang.

Latihan koordinasi yang baik adalah dengan melakukan berbagai variasi gerak dan keterampilan, beberapa metode latihan koordinasi menurut Kardjono (2008, 38) ialah: (a) Latihan dengan perubahan kecepatan dan irama, (b) Melakukan keterampilan dengan anggota badan yang lain, (c) Pembatasan daerah keterampilan, (d) Melakukan skill baru, (e) Latihan untuk mengembangkan reaksi.

Latihan koordinasi merupakan latihan yang sangat penting untuk diajarkan kepada atlet, belajar koordinasi akan sangat baik ketika akan mempelajari dan menyempurnakan keterampilan teknik dan taktik. Orang yang memiliki kemampuan koordinasi yang baik akan dapat melakukan gerakan secara mulus, tepat, dan efisien.

4. Hakikat Permainan a. Pengertian Bermain

24

Batasan mengenai pengertian bermain sangatlah luas dan sulit untuk menemukan pengertian bermain secara nyata dan tepat dalam arti satu batasan mencakup seluruh pengertian dari bermain. Oleh sebab itu perlu melihat beberapa para ahli dalam menyampaikan pendapatnya mengenai penertian permainan untuk dijadikan sebagai acuan dalam memahami dari pengertian bermain, diantaranya menurut para ahli tentang bermain adalah sebagai berikut: Menurut Soemitro dalam Kurniawan (2016: 150) mengetakan bahwa aktivitas bermain merupakan proses menyesuaikan diri dengan keadaan. Dengan bermain anak akan mengenal ciri dan sifat benda- benda yang dimainkanya. Tanpa disadari bermain akan merangsang anak untuk melakukan aktifitas gerak sehingga semua organ tubuh anak akan berkembang lebih serasi. Dan bermain merupakan suatu kebutuhan hidup bagi anak, seperti halnya makan, minum, dan tidur.

Sedangkan menurut Hurlock dalam Utama (2011) Menyatakan bahwa bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkanya, tanpa mempertimbangkan hasil ahir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Sedangkan menurut Sukintaka dalam Utama (2011) mengatakn bahwa bermain merupakan aktivitas jasmani yang dilakukan dengan sukarela dan bersungguh-sungguh untuk memperoleh rasa senang dari melakukan aktivitas tersebut. Dan menurut Dirjakara dalam Utama (2011) mengetakan bahwa dalam bermain bukan hanya merupakan aktivitas fisik jasmani saja tetepi juga menyagkut fantasi, logika, dan bahasa. Sehingga dalam bermain dibutuhkan keterpaduan antara fisik dalam hal

25

ini aktivitas jasmani dan psikis yaitu logika, persepsi, asumsi, emosi, keberanian, kecerdasan, dan lainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain bisa dikatakan sebagi kebutuhan hidup oleh anak seperti halnya makan, minum dan tidur. Bermain juga merupakan suatu aktivitas jasmani yang dilakukan oleh pelakunya dengan sukarela tanpa adanya paksaan, kewajiban, atau tekanan dan bersungguh-sungguh untuk memperoleh kesenangan dari melakukan aktivitas tersebut.

b. Ciri-ciri Permainan

Menurut Kurniawan, A. P & Hartati, S. C. Y. (2007) ada 5 ciri utama bermain yang dapat mengidentifikasikan kegiatan bermain dan yang bukan bermain:

1) Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri anak. Anak akan

1) Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri anak. Anak akan

Dokumen terkait