• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spinal Stenosis

Dalam dokumen refarat low back pain (Halaman 43-47)

2.8. PENYAKIT YANG SERING MENYEBABKAN LOW BACK PAIN 1. HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

2.8.2. Spinal Stenosis

Stenosis tulang belakang lumbal (penyempitan pada ruang saraf) terjadi akibat penyempitan kanal spinal secara perlahan, mulai dari gangguan akibat penebalan ligamen kuning, sendi faset yang membesar, dan diskus yang menonjol. Penyempitan yang cukup signifikan dapat menyebabkan kompresi saraf, yang menyebabkan gejala nyeri, termasuk nyeri punggung bawah, nyeri pantat, dan rasa sakit di kaki dan mati rasa yang semakin memburuk saat berjalan dan berkurang saat istirahat. Biasanya seseorang dengan stenosis tulang belakang memiliki keluhan khas nyeri yang luar biasa pada tungkai atau betis dan punggung bagian bawah bila berjalan. Hal ini biasanya terjadi berulang kali dan hilang dengan duduk atau bersandar. Saat tulang belakang dibungkukkan, akan tersedia ruang yang lebih luas bagi kanal spinal, sehingga gejala berkurang. Meskipun gejala dapat muncul akibat penyempitan kanal spinal, tidak semua pasien mengalami gejala. Belum diketahui mengapa sebagian pasien mengalami gejala dan sebagian lagi tidak. Karena itu, istilah stenosis tulang belakang bukan merujuk pada ditemukannya penyempitan kanal spinal, namun lebih pada adanya nyeri tungkai yang disebabkan oleh penekanan saraf yang terkait.

Penyebab

Penyebab paling umum dari stenosis tulang belakang lumbar adalah arthritis degeneratif dan penyakit degeneratif diskus. Seperti sendi lain dalam tubuh, arthritis biasanya terjadi di tulang belakang sebagai bagian dari proses penuaan yang normal dan sebagai akibat osteoarthritis. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya tulang rawan antara tulang pada sendi, pembentukan taji tulang (osteofit), hilangnya ketinggian normal dari diskus antara vertebrae tulang belakang (penyakit degeneratif diskus, juga dikenal sebagai spondylosis), dan pertumbuhan berlebih (hipertrofi) dari struktur ligamen. Degenerasi lebih lanjut dari diskus lumbar dapat menyebabkan pergeseran dari satu vertebra ke vertebra yang lain, sebuah proses disebut sebagai spondylolesthesis. Masing-masing proses dapat mengurangi ruang normal yang tersedia bagi saraf di kanal tulang belakang dan mengakibatkan tekanan langsung pada jaringan syaraf untuk menyebabkan gejala stenosis tulang belakang lumbar. Stenosis tulang belakang lumbar juga dapat disebabkan oleh kondisi lain yang mengurangi ruang dari kanal tulang belakang atau foramen vertebra. Ini dapat termasuk :

 Tumor  Infeksi

 Gangguan metabolisme tulang yang menyebabkan pertumbuhan tulang, seperti penyakit tulang Paget.

Gejala dan Tanda

Stenosis tulang belakang lumbar dapat menyebabkan :  Nyeri punggung bawah

 Kelemahan (kelumpuhan)  Mati rasa / baal

 Nyeri  Kesemutan

Dalam kebanyakan situasi, gejala membaik ketika pasien duduk atau bersandar ke depan. Biasanya, sensasi nyeri yang menjalar dengan cepat ke kaki (shooting sensation) muncul saat berjalan dan berkurang dengan istirahat. Berdiri dan membungkuk ke belakang dapat membuat gejala lebih buruk. Hal ini terjadi karena pada saat membungkuk ke depan menyebabkan meningkatnya ruang di kanal tulang belakang dan foramina tulang belakang, sementara membungkuk ke belakang mempersempit ruang ini. Oleh karena itu lebih nyaman bagi pasien untuk duduk atau bersandar ke depan. Pasien sering tidak bisa berjalan untuk jarak jauh dan sering menyatakan bahwa gejala mereka membaik saat membungkuk sambil berjalan.

Gejala biasanya memburuk dengan waktu. Hal ini karena arthritis degeneratif adalah penyakit progresif yang secara bertahap menjadi lebih parah dengan waktu. Jika tidak diobati, kompresi pada saraf dari stenosis tulang belakang lumbar dapat menyebabkan kelemahan dan hilangnya fungsi sensasi dari kaki. Hal ini juga dapat menyebabkan hilangnya kontrol usus dan kandung kemih dan hilangnya fungsi seksual.

Faktor Resiko

Risiko terjadinya stenosis tulang belakang meningkat pada orang yang:  Terlahir dengan kanal spinal yang sempit

 Berjenis kelamin wanita

 Berusia 50 tahun atau lebih (osteofit atau tonjolan tulang berkaitan dengan pertambahan usia)

Diagnosis

Diagnosis spinal stenosis biasanya ditegakkan secara klinis. Penting selama evaluasi klinis untuk menyingkirkan adanya penyakit pembuluh darah perifer (berkurangnya aliran darah ke tungkai) sebagai kemungkinan diagnosis. Pemeriksaan untuk memastikan stenosis tulang belakang mencakup penggunakan sinar x. Pemeriksaan khusus seperti MRI akan menunjukkan tingkat ketinggian dan penyebab, serta beratnya stenosis spinal. Dalam beberapa kasus, tes saraf khusus termasuk electromyogram (EMG) atau studi konduksi saraf dapat dilakukan. Tes ini dapat mengidentifikasi kerusakan atau iritasi saraf yang disebabkan oleh kompresi jangka panjang dari stenosis tulang belakang. Tes-tes ini juga dapat membantu menentukan dengan tepat mana saraf yang terlibat.

Penatalaksanaan

Apabila tidak terdapat keterlibatan saraf berat atau progresif, kita dapat menangani stenosis tulang belakang menggunakan tindakan konservatif berikut ini:

 Obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengurangi inflamasi dan menghilangkan nyeri.  Analgesik untuk menghilangkan nyeri.

 Blok akar saraf dekat saraf yang terkena untuk menghilangkan nyeri sementara.

 Program latihan dan/atau fisioterapi untuk mempertahankan gerakan tulang belakang, memperkuat otot perut dan punggung, serta membangun stamina, semua hal tersebut membantu menstabilkan tulang belakang. Beberapa pasien dapat didorong untuk mencoba aktivitas aerobik dengan gerak progresif perlahan seperti berenang atau menggunakan sepeda latihan.

 Korset lumbal untuk memberikan dukungan dan membantu pasien mendapatkan kembali mobilitasnya. Pendekatan ini terkadang digunakan pada pasien dengan otot perut yang lemah atau pasien berusia lanjut dengan degenerasi beberapa tingkat. Korset hanya dapat digunakan sementara, karena penggunaan jangka panjang dapat melemahkan otot punggung dan perut.

 Akupunktur dapat menstimulasi lokasi-lokasi tertentu pada kulit melalui berbagai teknik, sebagian besar dengan memanipulasi jarum tipis dan keras dari bahan metal yang memenetrasi kulit.

Pada banyak kasus, keadaan yang menyebabkan stenosis spinal tidak dapat diatasi secara permanen melalui terapi nonbedah, meskipun usaha ini dapat menghilangkan nyeri selama beberapa waktu. Operasi mungkin dapat dipertimbangkan untuk dilakukan sesegera mungkin apabila pasien mengalami rasa baal atau kelemahan yang mengganggu proses berjalan, gangguan fungsi usus besar (buang air besar) atau kandung kemih (buang air kecil). Efektivitas terapi nonbedah, beratnya nyeri yang dialami pasien, dan pilihan pasien, semua dapat merupakan faktor yang mempengaruhi apakah operasi akan dilakukan atau tidak. Tujuan operasi adalah untuk menghilangkan tekanan pada saraf, serta mengembalikan dan mempertahankan kesegarisan tulang belakang. Hal ini dapat dilakukan dengan laminektomi dekompresi, yakni pengangkatan lamina (atap) pada satu atau lebih tulang belakang untuk memberikan ruang bagi saraf. Apabila segmen tulang belakang yang terkena juga dianggap tidak stabil (misalnya spondilolistesis atau subluksasi lateral pada skoliosis degeneratif) atau menjadi penyebab yang signifikan dari nyeri punggung yang dialami pasien, fusi mungkin juga akan dilakukan pada saat yang bersamaan. Fusi seringkali melibatkan penggunaan tulang pasien sendiri dari lamina atau faset yang

Dalam dokumen refarat low back pain (Halaman 43-47)

Dokumen terkait