• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS DISTRIK

B. Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus

3. Spiritualitas Karismatik

Kata Karismatik sudah umum didengar oleh setiap orang dewasa ini. Istilah ini dipakai untuk menunjukkan sebuah gerakan yang sangat populer terjadi zaman ini. Uskup O‟Rourke (1984: 40-41) berpendapat bahwa kata karismatik dalam Gereja biasanya digunakan untuk menyebut para anggota Gereja baik Katolik maupun Protestan yang menerima dan mengalami karunia-karunia khusus. Selain itu karismatik juga biasa dipakai untuk membedakan orang-orang katolik yang menerima karunia khusus dari para fundamentalis protestan yang disebut pentekosta. Sengaja dibedakan karena memang terdapat perbedaan yang sangat nyata dimana sebagian besar orang katolik karismatik sangat terikat erat dan setia pada magisterium gereja. Selain itu emosionalitas yang khas pada orang-orang pentekosta jarang ditemukan di antara orang-orang Katolik karismatik.

Masih mneyangkut polemik nama dari gerakan ini, beberapa ahli teologi mengusulkan untuk menggunakan istilah “baptis dalam Roh” atau “baptis dengan Roh” dengan alasan baptis secara harafiah berarti dibanjiri, dicurahi, dipenuhi. Namun menurut O‟Rourke (1983: 41-42), pemakaian istilah “baptis dalam Roh” ini kurang menguntungkan, karena dalam Gereja kata baptis ini merujuk

pertama-tama pada sakramen yang diadakan oleh Kristus, sehingga berpotensi menjadi polemik dengan sakramen inisiasi yang penting itu, meskipun kedua pengalaman itu saling berhubungan.

Nama lain untuk gerakan ini yaitu “Pembaharuan Karismatik”. Dengan nama ini seringkali dipahami bahwa unsur “karismatik” itulah yang panting dan harus diperbaharui. Artinya nama itu membawa orang pada sebuah pemahaman yang tidak tepat untuk memusatkan diri pada pengalaman-pengalaman akan manifestasi-manifestasi luar biasa karunia-karunia Roh Kudus (Ramadhani, 2008: 35).

Di Indonesia, istilah “Karismatik” kerapkali diganti dengan istilah “Pembaharuan Hidup dalam Roh”. Istilah “Pembaharuan Hidup dalam Roh” memiliki arti yang lebih mendalam dan sesuai dengan tujuan dan semangat dari pembaharuan. Karena pada dasarnya pembaharuan ini merupakan suatu pembaharuan hidup Kristiani dalam kuasa Roh Kudus, yaitu suau kehadiran baru Roh Kudus disertai kuasa-Nya dalam kehidupan Gereja dewasa ini (Indrakusuma, 2010: 15-16).

Menurut Rm. Yohanes Indrakusuma (2010: 42), pembaharuan ini pada hakekatnya adalah pembaharuan cara berpikir, cara kerja dan cara hidup orang-orang Kristen. Pembaharuan ini membawa kita kepada kesadaran akan ketergantungan manusia akan Roh Kudus, baik untuk menghayati Injil maupun untuk mewartakannya.

Terlepas dari persoalan istilah, kehadiran orang-orang karismatik di antara anggota Gereja dapat menguntungkan bagi semua anggota Gereja. Mereka mengingatkan kita bahwa doa haruslah dilakukan setiap saat dan dipenuhi

kegembiraan. Mereka sangat bergairah dalam doa, sehingga menolong setiap anggota Gereja memecah kebekuan penghayatan hidup keagamaan, mengurangi sikap dingin yang menghinggapi orang Katolik. Mereka juga menyadarkan banyak orang Katolik yang tidak menyadari betapa penting peranan Roh Kudus dalam hidup dan karya pengudusan hidup setiap orang beriman (O‟Rourke, 1983: 43).

KTM dalam hidup dan karyanya berinspirasi, bahkan dijiwai oleh Pembaharuan Hidup dalam Roh. KTM pun mengintegrasikan pembaharuan karismatik kedalam hidup dan karyanya. Melalui pembaharuan ini, Tuhan kembali menyadarkan Gereja-Nya, bahwa karya Gereja sesungguhnya adalah karya Tuhan sendiri, bukan karya manusia dan kita ini hanyalah alat-alat di dalam tangan-Nya untuk melaksanakan karya itu (Indrakusuma, 2010: 105). Pembaharuan karismatik memiliki dua aspek pokok yang sangat berpengaruh dalam memahami pembahruan ini, yaitu aspek teologis dan aspek sosiologis.

Dilihat dari segi teologisnya, Pembaharuan Hidup dalam Roh merupakan suatu pembaharuan yang menjadikan Yesus Kristus Tuhan dan pusat hidup kita dalam suatu keterbukaan terhadap karya Roh Kudus dalam segala kepenuhannya. Melaui pencurahan Roh Kudus yang konkret, manusia diperbaharui dan boleh mengalami bahwa Allah itu hidup dan sungguh mengasihi dia (Indrakusuma, 2010: 107).

Aspek sosiologis pembaharuan adalah ungkapan atau ekspresi dari orang-orang yang merasakan luapan kuasa Roh Kudus yang tercurah dalam hidupnya. Dapat dikatakan, bahwa aspek ini hanya merupakan bungkus luar dari pembaharuan karismatik. Setiap pribadi memiliki cara ataupun gaya

masing-masing untuk mengungkapkan kebahagiaan karena telah dipenuhi oleh Roh Kudus.

KTM bersandar pada Pembaharuan Hidup dalam Roh pertama-tama dalam arti teologisnya, bukan dalam arti sosiologisnya, (Statuta Psl. 5):

1. Dalam keyakinan dan hidupnya, KTM bergantung seluruhnya dari Roh Kudus dan kuasa-Nya.

2. Kesadaran akan ketergantungannya pada Roh Kudus diperolehnya lewat suatu pengalaman Roh Kudus yang dialaminya lewat Pencurahan Roh Kudus.

3. Dalam hidup dan karyanya secara nyata KTM mengandalkan kuasa dan bimbingan Roh Kudus.

4. Khususnya di dalam pelayanannya KTM mempergunakan karunia-karunia Roh Kudus yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia sadar, bahwa tanpa karunia-karunia Roh Kudus KTM tidak akan dapat memberikan pelayanan yang diharapkan daripadanya.

5. Dalam penghayatan hidup dan karyanya KTM ingin tetap menjadi orang Katolik yang sejati, Katolik murni dalam persekutuan dengan seluruh Gereja di bawah pimpinan Uskup.

Secara sosiologis KTM tidak identik dengan kelompok lainnya, tidak identik dengan manifestasi-manifestasi kelompok lain yang memang dapat berbeda-beda. Suatu persekutuan hidup mengandaikan adanya komitmen-komitmen tertentu, dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu, suatu ikatan persaudaraan tertentu, sedangkan kelompok lain yang bukan merupakan persekutuan hidup umumnya tidak memiliki semuanya itu.

Dengan melihat aspek-aspek di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan akhir Spiritualitas Karismatik adalah keterbukaan kepada Roh Kudus, yang diwujudkan oleh kasih kepada Tuhan dan sesama. Untuk mencapai hal ini, bukan kesuksesan yang menjadi tolok ukurnya melainkan kesetiaan untuk bergantung pada Kristus, sebab tanpa Dia kita tidak bisa berbuah (Yoh 15:15). Bentuk wujud keterbukaan kepada Roh Kudus yang paling nyata adalah mau memakai karunia-karunia Roh untuk membantu sesama mengalami kasih Ilahi. Oleh karena itu, Spiritulitas Karismatik berpusat dan be rsumber pada Roh Kudus, yang adalah Roh Allah sendiri. Seseorang yang hidup dalam Roh akan tahu dan mengalami bahwa Roh Kudus ada dalam dirinya (Indrakusuma, 2011: 26). Melalui Roh Kudus, orang akan mampu mencapai tujuan hidup kristiani yakni memasuki suatu hubungan yang sungguh mesra dengan Yesus serta pengalaman akan cinta Allah merupakan suatu kekuatan dari dalam diri seorang Kristiani yang dapat menimbulkan berbagai perubahan mendalam di dalam hidupnya (Verbeek, 1973: 39).

C.Semangat profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus

Dokumen terkait