• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPO Manajemen

Dalam dokumen MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN APLIKASI M (Halaman 12-42)

BAB II PEMBAHASAN

A. SPO Manajemen

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. SPO: 001 SPO – Ners F2-24 Tanggal dibuat: 2 Juni 2014 Tanggal berlaku: 3 Juni 2014 Nama Departemen: KMB Judul: Timbang Terima No. Revisi: 01 Hal. 1 dari 5 Dibuat oleh: Kelompok Hanters Disetujui Oleh Pembimbing Akademik 1. Pengertian

Timbang terima ( operan ) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna

2. Tujuan

1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna. 2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.

4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yangberkesinambungan.

3. Prosedur 3.1 Persiapan

a. kedua kelompok dalam keadaan siap

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan 3.2 Pelaksanaan

1. Kedua kelompok dinas sudah siap.

2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal yang penting lainnya selama masa perawatan ( tanggung jawab )

3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.

4. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima : a. Identitas klien dan diagnosa medis.

b. Masalah Keperawatan yang masih muncul.

c. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan ( secara umum ) d. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.

e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan. Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu

dilaporkan.

5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas. 6. Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan

padat.

7. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati. 2. Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

4. adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.

5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.

6. Timbang terima harus berorientasi pada masalaha keperawatan yang ada pada klien, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari masalahnya terlebih dahulu ( setelah diketahui melalui pengkajian ), baru kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta perkembangan setelah dilakukan tindakan.

7. Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume suara yang pelan dan tegas ( tidak berbisik ) agar klien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang dibicarakan untuk menjaga privacy klien, terutama mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.

8. Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.

5. Efek shift kerja atau operan

Shif kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, Efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. SPO: 002 SPO – Ners F2-24 Tanggal dibuat: 2 Juni 2014 Tanggal berlaku: 3 Juni 2014 Nama Departemen: KMB Judul: Pre Conference No. Revisi: 01 Hal. 1 dari 5 Dibuat oleh: Kelompok Hanters Disetujui Oleh Pembimbing Akademik 1. Pengertian

Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim . Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim

2. Tujuan

a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil

b. Mempersiapkan hal-hal yang akan di temui di lapangan

c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien 3. Prosedur

3.1 Persiapan

a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

c. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan

anggota tim 3.2 Pelaksanaan

1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara

2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana

3. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu

4. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement 5. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara

4. Panduan perawat dalam pelaksanaan

Menurut Ratna Sitorus, 2006 , panduan perawat dalam pelaksanaan, antara lain: 1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas

pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana

2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing-masing

3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

4. Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:

Keluhan utama klien

TTV dan kesadaran

Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru

Masalah keperawatan

Rencana keperawatan hari ini

Perubahan keadaan terapi medis

Rencana medis

5. Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi:

1. Klien yang terkait dengan pelayanan, seperti: keterlambatan, kesalahan pemberian makanan, kebisikan pengunjung lainnya, kehadiran dokter yang dikonsulkan.

2. Ketepatan pemberian infuse

3. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan 4. Ketepatan pemberian obat/injeksi

5. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain 6. Ketepatan dokumentasi

7. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan

8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran, dan kemajuan masing-masing perawatan asosiet

Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. SPO: 003 SPO – Ners F2-24 Tanggal dibuat: 2 Juni 2012 Tanggal berlaku: 3 Juni 2014 Nama Departemen: KMB Judul: Post Conference No. Revisi: 01 Hal. 1 dari 5 Dibuat oleh: Kelompok Hanters Disetujui Oleh Pembimbing Akademik 1. Pengertian

Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operanI(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala tim atau penanggung jawab tim.

2. Tujuan

a. Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

3. Prosedur 3.1 Persiapan

e. Pre conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan f. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

g. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan h. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan

anggota tim 3.2 Pelaksanaan

1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara

2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan

3. Kepala tim atau penanggung jawab tim menyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya 4. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara

4. Panduan perawat dalam pelaksanaan

Menurut Ratna Sitorus, 2006 , panduan perawat dalam pelaksanaan, antara lain: a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan

pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana

b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing-masing

c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

Keluhan utama klien

TTV dan kesadaran

Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru

Masalah keperawatan

Rencana keperawatan hari ini

Perubahan keadaan terapi medis

Rencana medis

Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi:

1. Klien yang terkait dengan pelayanan, seperti: keterlambatan, kesalahan pemberian makanan, kebisikan pengunjung lainnya, kehadiran dokter yang dikonsulkan.

2. Ketepatan pemberian infuse

3. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan 4. Ketepatan pemberian obat/injeksi

5. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain 6. Ketepatan dokumentasi

7. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan

8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran, dan kemajuan masing-masing perawatan asosiet

Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. SPO: 004 SPO – Ners A1-04 Tanggal dibuat: 2 Juni 2014 Tanggal berlaku: 3 Juni 2014 Nama Departemen: KMB Judul: Supervisi No. Revisi: 01 Hal. 1 dari 10

Dibuat oleh: Kelompok Hanters Disetujui Oleh ( ) Pembimbing Akademik 1. Pengertian

Supervisi mempunyai pengertian yang luas, yaitu segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan staf lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan untuk pertumbuhan keahlian dan ketrampilan perawat.

Yura dan Helen (1981), supervisi adalah mengawasi, meneliti dan memeriksa, yang dipandang sebagai proses dinamis dengan memberikan dorongan dan berpartisipasi dalam pengembangan diri staf dan pelaksanaan keperawatan. Sedangkan menurut Kron T. (1987), supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus-menerus pada setiap tenaga keperawatan dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Menurut Swansburg dan Swansburg (1990), supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan staf keperawatan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

2. Tujuan supervisi :

 Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan/khusus tenaga baru

 Melatih staf dan pelaksana keperawatan

 Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari dan mengerti terhadap peran, fungsi dan tugas sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan

keperawatan apabila menghadapi kendala dalam pelaksanaan  Mengembangkan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan 3. Kompetensi Supervisor

 Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan

 Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan

 Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksana keperawatan

 Proses kelompok

 Memberi latihan dan bimbingan yang diperlukan staf  Melakukan penilaian terhadap penampilan kerja perawat

 Mengadakan pengawasan agar pelayanan keperawatan lebih baik 4. Fungsi Supervisi

1. Untuk mengatur dan mengorganisasi proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang staf dan SOP

2. Menilai dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan

3. Briggs, mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi dalam keperawatan ialah mengkoordinasi, menstimuli dan mendorong kearah peningkatan kwalitas asuhan keperawatan

5. Peran Supervisi

1. Menurut Bowe dan Deas Lore, dikutip Yuslis ( 1995), menyatakan peranan supervisor dalam keperawatan menitik beratkan kepada perencanaan, pelaksanaan tugas, pelimpahan tanggung jawab, memberi kesempatan pada staf untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan standar asuhan keperawatan, memberi support, mempertahankan kebersamaan

2. Olivia (1976) mengatakan bahwa peranan supervisor adalah koordinator, konsultan, pemimpin kelompok evaluator

3. Secara umum peranan supervisor dalam keperawatan adalah leader, koordinator, pembantu/pelayan, pelatih, pembimbing, evaluator, peneliti dan inspektur

6. Prinsip-prinsip dalam supervisi

1. Didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi 2. Kegiatan yang direncanakan secara matang

3. Bersifat edukatif, suppotif dan informal 4. Memberikan perasaan aman pada staf 5. Membentuk suatu kerja sama

6. Objektif dan sanggup melakukan self evaluation ( mengkaji diri sendiri ).

7. Progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing

8. Kontruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan

9. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

7. Tehnik supervisi  Individual Technic

 Pertemuan percakapan pribadi dengan staf secara informal/formal  Observasi ke bangsal

 Intervisite

 Penilaian diri sendiri (self evaluation)  Group Technic

8. Area supervisi keperawatan

 Standar praktek keperawatan/SOP sebagai acuan .

 Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan kesenjangan

 Tindak lanjut berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki

Instrumen Supervisi

Standar Sangat baik

Baik Cukup Kurang Keterangan

9. Laporan Supervisi 1. Laporan harian

Supervisor : ………… Tanggal : ………..

Masalah Tujuan Rencana Rencana yang akan datang

2. Laporan mingguan

Masalah Rencana Penyelesaian masalah saat ini

. 10. Langkah-langkah supervisi

 Mengidentifikasikan kelemahan atau kekurangan staf  Menentukan metode perbaikan dan peningkatan kinerja

 Memberikan bimbingan dan fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan dan meningkatkan kinerja

 Memonitoring hasil perbaikan dan peningkatan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

11. Kegiatan rutin supervisor

Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap hari ( Bittel,1987 ), sbb:

(15-30’) sebelum pertukaran Shift

1. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu 2. Mengecek jadwal kerja

(15-30’) pada waktu mulai Shift 1. Mengecek personil yang ada 2. Menganalisa keseimbangan tenaga 3. Mengatur pekerjaan

4. Mengidentifikasikan kendala yang muncul

5. Mencari alternatif penyelesaian masalah supaya dapat diselesaikan  (6-7 jam ) sepanjang hari.

1. Mengecek pekerjaan setiap perawat, mengarahkan, mengintruksi, mengoreksi atau memberi latihan sesuai kebutuhan

2. Mengecek kemajuan pekerjaan 3. Mengecek pekerjaan rumah tangga

4. Mengecek personil, kenyamanan kerja terutama personil baru 5. Berjaga di tempat bila ada pertanyaan, permintaan bantuan lain-lain  Mengatur jam istirahat perawat

1. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara memecahkannya

2. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional

3. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya 4. Mengecek kecelakaan kerja

5. Menyiapkan laporan mengenai pekerjaan secara rutin (15-30’) sekali dalam sehari

1. Mengobservasi satu personil atau aneka kerja secara kontinyu untuk 15’

2. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan, dll

Sebelum pulang

1. Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk memecahkan keesokan harinya

2. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya

3. Melengkapi laporan harian

4. Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. SPO: 005 SPO – Ners A1-04 Tanggal dibuat: 2 Juni 2014 Tanggal berlaku: 3 Juni 2014 Nama Departemen: KMB Judul: Case Confrence No. Revisi: 01 Hal. 1 dari 10 Dibuat oleh: Kelompok Hanters Disetujui Oleh ( ) Pembimbing Akademik 1. Pengertian

Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik.

1. Konferensi klinik

Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti dokter, perawat dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu terbaru yang bertujuan dalam perkembangan pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien.

Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama.

Interdisciplinary Rounds Or Case Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.

Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :  Pre Conference

Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006)

2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Tujuan Pre dan Post Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. SPO: 006 SPO – Ners A1-05 Tanggal dibuat: 2 Juni 2014 Tanggal berlaku: 3 Juni 2014 Nama Departemen: KMB Judul: Ronde keperawatan No. Revisi: 01 Hal. 1 dari 10 Dibuat oleh: Kelompok Hanters Disetujui Oleh ( ) Pembimbing Akademik 1. Pengertian

Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat asociate yang melibatkan seluruh anggota tim. Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien merupakan fokus kegiatan, PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler mengfasilitasi kreatifitas dan konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

2. Tujuan

 Menumbuhkan cara berfifir kritis

 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien

 Meningkatkan faliditas data klien  Menilai kemampuan justifikasi

 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja 3. Pengorganisasian

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :

 Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien  Menjelaskan masalah keperawatan utama

 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan  Menjelaskan tindakan selanjtunya

 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler  Memberikan justifikasi

 Memberikan reinforcement

 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional

 Mengarahkan dan koreksi

 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

4. Kegiatan a. Persiapan

 Penetapan kasus minimal satu hari sebelum pelaksanaan ronde  Memberikan informed Concent kepada klien/keluarga

b. Pelaksanaan ronde

 Penjelasan tentang klien oleh PP.

 Difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan yang menjadi prioritas dan perlu didiskusikan.

 Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut

 Pemberian justifikasi oleh PP atau perawat konsuler/karu tentang masalah

 klien dan rencana tindakan.

c. Paska Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta cara menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

5. Instrumen Ronde Keperawatan Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Masalah Ket

Dilaksanakan Tidak Teratasi Tidak

b. Instrumen Pemecahan Masalah

Masalah Justifikasi Pemecahan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. SPO: 007 SPO – Ners A1-04 Tanggal dibuat: 2 Juni 2014 Tanggal berlaku: 3 Juni 2014 Nama Departemen: KMB Judul: Discharge planning No. Revisi: 01 Hal. 1 dari 10 Dibuat oleh: Kelompok Hanters Disetujui Oleh ( ) Pembimbing Akademik 1. Pengertian

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.

Dalam dokumen MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN APLIKASI M (Halaman 12-42)

Dokumen terkait