• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI RS RAJAWALI CITRA BANTUL YOGYAKARTA Sri Sularsih Endartiw

165 Sri Sularsih Endartiwi, Indikasi Adverse Selection

fundamental yang tidak mampu ditangani sendiri dan kerugian yang diakibatkan oleh kerugian akibat risiko tersebut akan menu- runkan atau menghilangkan sumber peng- hasilannya (Kertonegoro, 1996). Menurut Murti (2007) adverse selection terjadi di mana ada kecenderungan orang-orang yang yang berisiko sakit lebih tinggi untuk memilih polis asuransi dengan cakupan asuransi yang lebih banyak sebagai akibat dari asimetri informasi dan penerapan premi yang sama bagi setiap peserta.

Adverse selection pada umumnya ter- jadi pada asuransi komersial. Survei yang dilakukan untuk memeriksa adanya adverse selection di pasar asuransi swasta (Ettner, 1997). Menurut Thabrany (2013) salah satu perbedaan antara asuransi sosial dan asu- ransi komersial adalah pada ada dan tidak- nya adverse selection. Pada asuransi sosial tidak dijumpai adverse selection sedang- kan pada asuransi komersial bisa dijumpai adanya adverse selection tergantung dari kemampuan bapel dalam penilaian faktor risiko calon peserta.

Hal-hal yang dilakukan untuk menga- tasi terjadinya adverse selection menurut Thabrany (2005) adalah dilakukannya analisis terhadap faktor risiko calon peserta asuransi. Faktor tersebut meliputi faktor medis, faktor usia dan faktor pekerjaan. Tindakan tersebut biasanya dilakukan untuk asuransi yang menerapkan konsep asuransi komersial atau swasta. BPJS Kesehatan menerapkan waiting period untuk menga- tasi terjadinya adverse selection pada peserta mandiri.

Berdasarkan Peraturan Direksi BPJS No. 211 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran dan Penjaminan Peserta Perorangan BPJS Kesehatan pada pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa: a. Kartu pe- serta berlaku 7 hari setelah calon peserta melakukan pembayaran iuran; b. Surat Elijibilitas Peserta (SEP) hanya diterbitkan

setelah kartu peserta mulai berlaku dan mengikuti prosedur pelayanan kesehatan (BPJS, 2014).

Penerapan waiting period ini sebe- narnya bertentangan dengan konsep asuransi sosial yang diterapkan dalam program ja- minan kesehatan nasional. Biasanya waiting period digunakan pada asuransi swasta atau asuransi komersial untuk mencegah terja- dinya adverse selection. Menurut Jacobs et al. (2000), asuransi kesehatan sosial juga sering menggabungkan beberapa fitur asu- ransi komersial dengan beberapa modifikasi agar sistem menjadi lebih adil. Penjatahan akses ke pelayanan kesehatan termasuk waktu tunggu yang lama juga terjadi negara Perancis, Belanda, Jerman, dan Swiss.

Penerapan waiting period pada implementasi asuransi kesehatan sosial di Jerman bisa berlangsung sampai 3 bulan sebelum memanfaatkan pelayanan kese- hatan. Bayi baru lahir harus segera diasuran- sikan tanpa memandang status kesehatannya (Saltman et al., 2004).

Individu dengan cacat harus menjalani proses yang panjang sebelum menerima ca- kupan manfaat dari program medicare di Amerika. Penderita cacat harus menung- gu tambahan 24 bulan sebelum bisa mene- rima cakupan medicare (Bye et al., 1989). Waiting period selama 24 bulan tersebut kemudian diperbaharui menjadi 5 bulan. Akses ke asuransi kesehatan dan perawatan kesehatan sangat penting bagi orang-orang di medicare dan penerapan waktu tunggu sangat berpengaruh terhadap status kese- hatan karena pendapatan yang rendah, kesehatan yang buruk (Riley, 2006).

SIMPULAN DAN SARAN

Adverse selection memang terjadi pada pasien peserta non PBI mandiri JKN yang memanfaatkan pelayanan rawat inap di RS rajawali Citra Bantul. Hal ini ditunjukkan dengan selisih tanggal cetak

166 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2015: 158-167

kartu BPJS Kesehatan dengan tanggal SEP pasien masuk ke rumah sakit yang berjarak hanya 0-3 bulan. Kondisi tersebut paling banyak terjadi pada bulan April 2014. Pada waktu itu setiap peserta yang mendaftar menjadi peserta non PBI mandiri sudah bisa langsung memanfaatkan pelayanan kesehat- an setelah kartu BPJS Kesehatan tercetak. Pada bulan Desember 2014 setelah BPJS Kesehatan menerapkan waiting period 7 hari, jumlah pasien peserta non PBI mandiri yang mempunyai selisih tanggal cetak kartu dengan tanggal SEP 0-3 bulan sudah mulai berkurang dan pada bulan Agustus 2015 setelah diterapkan waiting period selama 14 hari jumlahnya jauh lebih berkurang lagi. Hal ini menunjukkan penerapan waiting period dapat menekan terjadinya adverse selection pada peserta non PBI mandiri JKN. Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian terhadap efektivitas dan efisiensi pe- nerapan waiting period terhadap pence- gahan adverse selection.

DAFTAR RUJUKAN

BPJS, K. 2014. Peraturan Direksi BPJS No 211 t ahun 2014 tent ang Petunjuk Teknis Pendaftaran dan Penjaminan Peserta Perorangan BPJS Kesehatan. Jakarta.

Bye, Barry. V., Riley, Gerald. F. 1989. Elimi- nating the Medicare Waiting Period for Social Security Disabled-Work- er Beneficiaries. Social Security Bulletin, May1989/Vol.52,No.5, (online), (http://www.ssa.gov/policy /docs/ssb/v52n5/v52n5p2.pdf), diakses 23 Januari 2014

Ettner, S. L. 1997. Adverse selection and the purchase of Medigap insurance by the elderly. Journal of Health Economics, 16(5):543–562.doi: 10. 1016/S0167-6296(97)00011-8.

Hidayat, B. 2008. Modelling The Demand For Health Care Given Insurance: Notes For Researcher. Jurnal Manajemen Pelayanan Kese- hatan, 11, 58–65.

Hidayat, B. 2010. Empirical Evidence of Social Health Insurance Policy: Analysis Of Indonesian Family Life Survey (IFLS) Data. Jurnal Manajemen Pelayanan Kese- hatan, 13: 117–125.

Jacobs, R., Goddard, M. 2000. Social Health Insurance Systems in European Countries (The Role of the Insurer in the Health Care System: a Comparative Study of Four European Countries). Centre for Health Economics, University of York, Heslington, York. United Kingdom.

Kement erian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan No 69 tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penye- lenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pera- turan Menteri Kesehatan No 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kese- hatan Nasional. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta.

Kertonegoro, Sentanoe. 1996. Mana- jemen Risiko dan Asuransi. PT Toko Gunung Agung: Jakarta. Knaul, F. M., González-Pier, E., Gómez-

167