• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab 1V, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tokoh Sri Sumarti dikategorikan sebagai tokoh utama, tokoh protagonis,

tokoh bulat, tokoh berkembang, dan tokoh netral. Ia merupakan gadis yang pintar, tegas, berambisi, dan patuh pada orang tua. Tokoh Musrini dikategorikan sebagai tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh bulat, tokoh berkembang, dan tokoh netral. Ia merupakan gadis yang berambisi, keras kepala, tetapi mempunyai semangat belajar yang tinggi. Tokoh Estu Rahayu dan Musriati, dikategorikan sebagai tokoh tambahan, tokoh datar, tokoh berkembang, dan tokoh netral.

2. Pengarang dalam membangun cerita dan menuangkan pandangannya dapat dikaji melalui teori feminis sosialis dan marxis, feminis Psikoanalisis gender, dan feminis liberal. Melalui teori perspektif feminis marxis dan sosialis, ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan disebabkan karena kelas sosial. Pengarang berpandangan, untuk dapat mensejajarkan antara laki-laki dan perempuan maka sebagai seorang perempuan harus berani mengambil tindakan akan adanya kelas sosial. Adanya anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, hal ini ditentang oleh karakter Sri Sumarti, melalui perspektif psikoanalisis dan gender berpandangan sebagai seorang perempuan harus berani berkata tidak dan

tegas jika memang bertentangan dengan hati nuraninya. Melalui tokoh Musrini, pengarang beranggapan bahwa sebagai untuk mensejajarkan laki-laki dan perempuan seorang perempuan hendaknya dibekali dengan pendidikan agar posisi mereka tidak dipandang lemah oleh masyarakat. Melalui tokoh Estu rahayu dan Musriati pengarang tidak menyisipkan pandangan tentang feminisme.

3. Agar seorang perempuan memperoleh posisi yang setara dengan laki-laki, maka seorang perempuan harus membekali diri dengan pendidikan. Pengarang telah mencontohkan melalui tokoh Sri Sumarti, ia membekali diri dengan kuliah dan menjadi guru. Kalau dahulu, perempuan Jawa hanya dituntut bekerja di sektor domestik, tetapi untuk perempuan Jawa masa kini dituntut untuk bisa bekerja di lingkungan domestik dan publik. Tokoh Sri Sumarti dan Musrini membekali diri dengan pendidikan agar mereka dapat dihargai di kalangan masyarakat sebagai seorang perempuan.

5.2 Saran

1. Novel Maskumambang juga dapat dikaji dari berbagai ilmu seperti sosiologi sastra, novel ini dapat dikaji melalui ilmu sastra lain untuk penelitian yang baru di bidang sastra. Melalui penelitian-penelitian selanjutnya, diharapkan novel Maskumambang dapat memberi arti yang lebih bagi para pecinta novel.

79

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, et all. 1997. Feminisme Refleksi Muslimah Atas Peran Sosial Kaum Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah.

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Ariyanti, Erni. 2007. Perempuan dalam Novel Sarunge Jagung Karya Trinil.

Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni: Universitas Negeri Semarang.

Budianta, . 2008. Membaca Sastra Pengantar untuk Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Indonesiatera.

Baribin, Raminah. 1989. Kritik dan Penilaian Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.

Djayanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fauzia Amelia. 2004. Wacana dan Gerakan tentang Gerakan Perempuan Islam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Bekerja Sama dengan Pusat Pengembangan Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN.

Handayani, Cristina S. 2004. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. HR. Budhono, Moch. 2008. Perempuan Terinspiratif dan Berprestasi di Jateng

2008 Seni Biografi Tokoh. Semarang: CV. Mimbar Media Utama

Kistiningsih. 2001. Wanita dan Peranannya dalam Masyarakat pada Novel Memburu Matahari Karya Najib Kertapati. Skripsi S1 Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni – UNNES.

Nurgiantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Naniek. P.M. 2000. Maskumambang. Nganjuk: Yayasan Salepuk. Semi, Atar. 1990. Kritik Sastra Bandung: Angkasa.

Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Angkasa. Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Sukri, Sri Suhandjati dan Ridin Sofwan. 2001. Perempuan dan Seksualitas dalam Tradisi Jawa. Yogyakarta: Gama Media

Teeuw, A. 1989. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tarigan Henry Guntur. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Tong, Rosemarie Putnam. 2006. Feminist Thought. Yogyakarta: Jalasutra.

Waluyo Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Rekaan. Surakarta: Sebelas Maret University.

http://www. Hasan.ada apa dengan gender.com/09/01

81

SINOPSIS

Novel Maskumambang karya Naniek Pamuji terdiri dari tokoh laki-laki dan perempuan. Tokoh utama laki-laki yaitu: Pambudi (sebagai kekasih Sri sumarti dan Hanako), tokoh tambahan antara lain: Jasmanta (sebagai dalang terkenal di Madiun), Darma Sudibya (Bapaknya Pambudi), Ngatemun (pamannya Estu Rahayu), Lik Singa (Satpam). Tokoh perempuan dalam novel Maskumambang terdiri dari tokoh perempuan yang berasal dari Jawa dan Jepang. Tokoh perempuan dari Jawa antara lain: Sri Sumarti (sebagai tokoh utama perempuan sekaligus sebagai kekasih Pambudi), tokoh tambahan perempuan dari Jawa terdiri dari: Musrini (Budenya Pambudi), Estu Rahayu (sahabat Sri Sumarti), Musriati (ibunya Pambudi), sedangkan tokoh tambahan perempuan dari Jepang antara lain: Hanako (kekasih Pambudi ketika di Jepang), dan Ibu Mitsumori (Ibunya Hanako).

Sri Sumarti merupakan kekasihnya Pambudi, perkenalan mereka berlangsung ketika Pambudi melihat pertunjukkan wayang dan melihat sri Sumarti karena pada waktu itu ia tampil pula sebagai sindhen. Sejak kali pertama melihat Sri Sumarti, Pambudi langsung jatuh hati padanya. Kisah cinta antara Sri Sumarti dengan Pambudi berlangsung jarak jauh karena tuntutan pekerjaan Pambudi yang menangani masalah mental Retardasi (MR) di Jepang.

Selama melaksanakan pekerjaan di Jepang Pambudi menyukai gadis Jepang yang bernama Hanako. Hanako adalah seorang mahasiswa yang mengambil jurusan tentang musik. Perkenalan mereka berlangsung ketika

83

Pambudi melihat pertunjukkan di Disney Land. Pada saat Hanako sedang dipaksa naik salah satu jenis permainan yang ia takuti Pambudi melihatnya. Diam-diam Pambudi memperhatikan gerak-gerik perempuan yang berambut lurus itu dari jauh. Ia begitu terpesona melihat kecantikan gadi dari negeri Sakura itu. Pada waktu itu, Hanako dipaksa oleh kekasihnya untuk naik permainan yang ia takuti dan setelah selesai ia menangis dan pingsan karena kecapekan. Kekasih Hanako kesal dengan tingkah klaku Hanako yang tidak mau menuruti keinginannya dan pergi begitu saja. Di sela-sela hanako sendirian karena jatuh pingsan pambudi berusaha untuk menolong dan mencoba untuk mendekatinya setelah ia sadar. Perhatian lebih yang diberikan Pambudi terhadap Hanako membuatnya langsung jatuh cinta. Tidak lama kemudian kisah cinta mereka berlangsung menjadi sepasang kekasih.

Pambudi dengan mudahnya terpikat dengan gadis Jepang, padahal ia sudah mempunyai kekasih di Jawa. Kisah cinta yang sudah dijalin antara Pambudi dengan Hanako tidak mendapat restu dari orang tuanya karena orang tuanya kasihan dengan kakaknya (Budhe Musrini) yang pernah dijadikan Jugun Ianfu (pelacur) oleh tentara Jepang.

Musrini merupakan perempuan Jawa yang ingin mengenyam bangku sekolah dengan ikut Barisan Fujinkei (himpunan perempuan). Peristiwa perang Asia Timur Raya yang mengakibatkan pereng Dunia II. Dalam pereng tersebut para prajurit Jepang (Dai Nippon) memanfaatkan putra–putri Indonesia bergabung dalam organisasi Fujinkei. Kurang lebih ada tiga ratusan gadis jawa yang tergabung dalam organisasi Fujinkei.

Setelah lama berpisah dengan Pambudi, Sri Sumarti akan dijodohkan oleh pamannya dengan dalang Jasmanta, yaitu salah satu dalang yang terkenal di Madiun. Sebenarnya Pambudi tidak menyukai apalagi simpati dengan dalang Jasmanta karena moralnya yang rendah, ia suka main perempuan. Sri Sumarti mau menerima Jasmanta karena ia merasa sudah tidak mempunyai orang tua lagi dan demi menghormati pamannya.

Setelah masa kontrak kerja pambudi di Jepang habis ia pulang ke Indonesia dan berusaha mencari kabar Sri Sumarti. Setelah tahu kalau ia akan di dijodohkan dengan Jasmanta ia langsung ingin menemuinya dan pada saat ia bertemu dengan Sri Sumarti, ia langsung kaget ketika Sri Sumarti akan diperkosa oleh Dalang jasmanta dan ia segera menolongnya. Sebenarnya orang tua Pambudi juga tidak merestui hubungan Pambudi dengan sri Sumarti karena orang tua Sri pernah terlibat dalam organisasi terlarang (PKI Madiun). Tetapi dengan berbagai alasan yang menyatakan bahwa Sri termasuk gadis baik-baik dan pintar maka pada akhirnya orang tua Pambudi meresrui hubungan mereka.

Dokumen terkait