• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

H. Stabilitas Emulsi

Emulsi yang stabil adalah dimana droplet fase terdispersinya tetap memiliki sifat asalnya dan terdistribusi secara merata dalam fase kontinyu. Bermacam-macam ketidakstabilan emulsi yang ideal dapat terjadi.

1. Creaming

Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian yang satu memiliki fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain. Peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya koalesen dari droplet, karena kedua hal tersebut sangat erat hubungannya. Emulsi yang mengalami creaming terlihat tidak elegan dan jika emulsi tidak digojog secara cukup, ada kemungkinan pasien tidak mendapat dosis yang benar. Dari hukum Stokes akan menunjukkan bahwa kecepatan terbentuknya creaming dapat dikurangi dengan metode-metode berikut :

b. Meningkatkan viskositas dari fase kontinyu c. Mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase d. Mengontrol konsentrasi fase dispersi (Aulton, 2002).

Hukum Stokes sebagai berikut: F = −6 π.η.r.v dimana η= viskositas fluida, r = radius bola, dan v = kecepatan benda.Hukum Stokes berlaku bila :

1. Fluida tidak berolak (tidak terjadi turbulensi).

2. Luas penampang tabung tempat fluida cukup besar dibanding ukuran bola.

2. Koalesen

Koalesen dari gelembung minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya lapisan emulsifier yang teradsorbsi kuat secara mekanis di sekitar setiap gelembung. Dua gelembung yang saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk lain perbesaran ukuran droplet menghasilkan pengecilan luas permukaan dan karenanya mengurangi energi bebas permukaan total (Aulton, 2002).

3. Inversi

Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya (Winfield, 2004).

Kondisi penyimpanan yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan ketidakstabilan emulsi. Peningkatan pergerakan dari pengemulsi akan menghasilkan monolayer yang lebih luas, dan dengan demikian koalesen akan

lebih mungkin terjadi. Beberapa agen pengemulsi makromolekuler dapat juga terkoagulasi dengan meningkatnya temperatur. Pertumbuhan mikroorganisme pada emulsi dapat menyebabkan kerusakan dan karena itulah penting untuk sebisa mungkin melindungi produk tersebut dari adanya mikroorganisme selama pembuatan, penyimpanan, dan pemakaian, dan karena itu produk mengandung preservatif yang sesuai.

Uji stabilitas emulsi penting untuk mengetahui apakah sebuah emulsi tetap stabil selama periode waktu tertentu, uji yang biasa dilakukan adalah :

• Uji makroskopik. Stabilitas fisik dari emulsi dapat diketahui dengan uji

derajat creaming atau koalesen yang terjadi pada periode waktu tertentu. Ini dilakukan dengan menghitung rasio volume emulsi yang mengalami pemisahan dibandingkan volume total emulsi.

• Analisis ukuran droplet. Jika rata-rata ukuran droplet meningkat seiring

bertambahnya waktu (bersamaan dengan penurunan jumlah droplet), dapat diasumsikan bahwa koalesen adalah penyebabnya.

• Perubahan viskositas. Ditunjukkan bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi viskositas emulsi. Adanya variasi pada ukuran atau jumlah droplet dapat dideteksi dengan perubahan viskositas secara nyata (Aulton, 2002).

I. Mikromeritik

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Satuan ukuran partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah micrometer

(µm) yang sering disebut mikron. Bagian penting yang perlu diperoleh dari partikel yaitu (1) bentuk dan luas permukaan partikel dan (2) ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel. Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan distribusi diameter (ukuran) partikel, sedangkan bentuk partikel memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik partikel dan texture-nya (kasar atau halus permukaan partikel) (Martin, 1993).

Ukuran partikel merupakan diameter rata-rata partikel dari suatu sampel, dimana sifat sampel pada umumnya adalah polydisperse (heterogen) bermacam-macam diameter dengan range atau rentang yang lebar. Sampel dengan ukuran partikel yang sama disebut monodisperse tetapi sangat jarang ditemukan sampel seperti ini. Dua metode dasar dalam mengetahui ukuran partikel yaitu metode mikroskopik dan metode pengayakan. Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang hanya menggunakan satu alat mikroskop yang bukan merupakan alat yang rumit dan memerlukan penanganan yang khusus. Mikroskop biasa digunakan dalam pengukuran ukuran partikel yang berkisar 0,2 µm sampai 10 µm. Di bawah mikroskop dimana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Partikel-partikel diukur sepanjang garis tetap yang dipilih secara sembarang. Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati pusat partikel. Kerugian dari metode mikroskopik adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Selain itu jumlah partikel yang harus dihitung sekitar 300-500 partikel agar mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini membutuhkan waktu dan ketelitian. Namun pengujian mikromeritik dari suatu

sampel harus tetap dilakukan bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel yang lain, karena adanya gumpalan dari masing-masing partikel lebih dari satu komponen sering kali dideteksi dengan metode mikroskopik (Martin, 1993).

Ukuran droplet yang semakin kecil menyebabkan luas permukaan semakin luas, dengan semakin luas permukaan droplet, maka area yang terabsorpsi oleh koloid juga semakin luas (Aulton,2002).

Edmunson telah menurunkan satu persamanan umum untuk ukuran partikel rata-rata :

Dimana n adalah banyaknya partikel dalam satu kisaran ukuran yang titik tengahnya, d adalah satu garis tengah ekivalen yang disebutkan sebelumnya. P adalah suatu indeks yang dihubungkan pada ukuran dari masing-masing partikel, karena d dipangkatkan p= 1, p= 2, atau p= 3 adalah suatu pernyataan dari masing-masing panjang, permukaan atau volume partikel. Untuk suatu kumpulan partikel, frekuensi dengan mana suatu partikel dalam suatu kisaran ukuran tertentu dinyatakan oleh ndf

Jika jumlah atau berat partikel yang terletak dalam suatu kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran atau ukuran partikel rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik kurva distribusi frekuensi biasa ditunjukkan seperti pada gambar :

. Bila indeks frekuensi (f) mempunyai harga 0, 1, 2, atau 3, maka distribusi frekuensi ukuran masing-masing dinyatakan dalam jumlah total partikel, panjang partikel, permukaan partikel atau volume partikel tersebut (Martin,1993).

Gambar 5. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran partikel (Martin, 1993) Plot ini memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini perlu diperhatikan karena mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah atau diameter rata-ratanya sama tetapi distribusi berbeda. Ukuran partikel berapa yang sering muncul atau terjadi pada sampel yang disebut modus dapat terlihat dari kurva distribusi frekuensi. Metode lain yang sering digunakan dalam menampilkan data adalah dengan memplotkan persentase kumulatif di atas atau di bawah suatu ukuran tertentu terhadap ukuran partikel (Martin, 1993).

Dokumen terkait