• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual

Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual terdapat empat laporan keuangan pokok yang harus dilaporkan, yaitu:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode menurut PSAP 02 paragraf 9, dan laporan realisasi anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, serta penyajiannya dilakukan selambat-lambatnya 6 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran (PSAP 02 paragraf 11-12). Agar laporan realisasi anggaran menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, maka entitas pelaporan harus menyajikan penjelasan lebih lanjut dalam catatan atas laporan keuangan, hal ini dijelaskan dalam PSAP 02 paragraf 13.

Menurut PSAP 02 paragraf 14, laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos pendapatan, belanja, transfer, surplus atau defisit, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, pembiayaan neto, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan dalam laporan realisasi anggaran, dan rincian lebih

lanjut jenis pendapatan disajikan pada catatan atas laporan keuangan, entitas pelaporan juga menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam laporan realisasi anggaran, klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam laporan realisasi anggaran atau di catatan atas laporan keuangan, dan klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam catatan atas laporan keuangan, seperti dijelaskan dalam PSAP 02 paragraf 17-18.

Dalam PSAP 02 paragraf 20-21 menjelaskan bahwa akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada saat anggaran disahkan dan dialokasikan.

Laporan realisasi anggaran menurut standar ini harus menggunakan akuntansi berbasis kas, yakni basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, dimana pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah, hal ini dijelaskan dalam PSAP Nomor 02 paragraf 22 dan 31, dan akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto (PSAP 02 paragraf 25).

Transfer adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain seperti penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi (PSAP 02 paragraf 24).

PSAP 02 paragraf 34-35 menjelaskan bahwa belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Daerah meliputi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Dalam PSAP 02 paragraf 36 menjelaskan belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek, selanjutnya dalam PSAP 02 paragraf 37 mengklasifikasikan belanja modal menjadi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud.

Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Pusat/Daerah, sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 02 paragraf 38.

Transfer keluar yang disajikan adalah transfer bagi hasil yang meliputi bagi hasil pajak, bagi hasil retribusi, dan bagi hasil pendapatan lainnya (PSAP 02 paragraf 40).

Di PSAP 02 paragraf 47-49 dijelaskan bahwa surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan, dan defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.

Menurut PSAP 02 paragraf 50, pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

PSAP 02 paragraf 51-54 menjelaskan bahwa penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto. Pencairan dana cadangan mengurangi dana cadangan yang bersangkutan.

Di PSAP 02 paragraf 55-57 menjelaskan bahwa pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pembentukan dana cadangan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan di Pemerintah Daerah merupakan penambah dana cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

PSAP 02 paragraf 58-59 menjelaskan bahwa pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos pembiayaan neto.

PSAP 02 paragraf 60-61 menjelaskan bahwa sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.

PSAP 01 paragraf 38 menjelaskan neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca (PSAP 01 paragraf 39).

Dalam PSAP 01 paragraf 43 menyebutkan bahwa neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut: kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas dana, dan di PSAP 01 paragraf 44 menjelaskan bahwa pos-pos selain yang disebutkan pada paragraf 43 disajikan dalam neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan.

PSAP 01 paragraf 48 mengatur bahwa suatu aset yang diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:

1) Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan, atau

Semua aset selain yang disebutkan, diklasifikasikan sebagai aset non lancar.

PSAP 01 paragraf 49 merinci aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 sampai 12 bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

Klasifikasi aset non lancar diatur dalam PSAP 01 paragraf 51 yaitu investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen (PSAP 01 paragraf 52). Dalam PSAP 01 paragraf 55 menyebutkan bahwa investasi non permanen terdiri dari pembelian surat utang negara, penanaman modal proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada fihak ketiga, dan investasi non permanen lainnya, kemudian PSAP 01 paragraf 56 menyebutkan investasi permanen yang terdiri dari penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya. Menurut PSAP 01 paragraf 58 aset tetap terdiri dari:

1) Tanah;

2) Peralatan dan mesin; 3) Gedung dan bangunan; 4) Jalan, irigasi, dan jaringan; 5) Aset tetap lainnya; dan 6) Konstruksi dalam pengerjaan.

Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya (PSAP 01 paragraf 59).

Pos aset non lancar yang terakhir adalah aset non lancar lainnya, dalam PSAP 01 paragraf 60 menjelaskan bahwa aset non lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya, termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan, dan aset kerja sama dengan fihak ketiga.

Pengakuan aset dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 61 dan 62 yaitu aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh Pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal dan aset diakui juga pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

1) Kas dicatat sebesar nilai nominal;

2) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan; 3) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;

4) Persediaan dicatat sebesar:

a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi

sendiri;

c) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

5) Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut; 6) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian

aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

PSAP 01 paragraf 69 menerangkan kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Dalam PSAP 01 paragraf 70-71 dijelaskan bahwa beberapa kewajiban jangka pendek adalah utang transfer pemerintah, utang kepada pegawai, bunga pinjaman, utang jangka pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang, dan kewajiban jangka panjang diatur dalam PSAP 01 paragraf 72 yang intinya menjelaskan bahwa kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka panjang.

Pengakuan kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 75 dan 76 yaitu kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal, dan kewajiban diakui juga pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Pengukuran kewajiban diatur dalam PSAP 01 paragraf 77 yaitu kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.

PSAP 01 paragraf 78 berbunyi setiap entitas pelaporan mengungkapkan secara terpisah dalam neraca atau dalam catatan atas laporan keuangan:

1) Ekuitas Dana Lancar, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih;

2) Ekuitas Dana Investasi; 3) Ekuitas Dana Cadangan.

Menurut PSAP 01 paragraf 79, ekuitas dana lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa lebih pembiayaan anggaran, cadangan piutang, cadangan persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek, kemudian menurut PSAP 01 paragraf 80, ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan Pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang, selanjutnya ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan Pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan perlakuan perundang-undangan, hal ini dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 81.

Penyajian neraca juga diatur dalam PSAP selain PSAP 01, yaitu:

a. PSAP 05 tentang akuntansi persediaan; b. PSAP 06 tentang akuntansi investasi;

c. PSAP 07 tentang akuntansi aset tetap;

d. PSAP 08 tentang konstruksi dalam pengerjaan; dan e. PSAP 09 tentang akuntansi kewajiban

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran (PSAP 03 paragraf 14).

Dalam PSAP 03 paragraf 16 menyebutkan bahwa satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.

Komponen-komponen yang disajikan dalam pos arus kas dari aktivitas operasi yang meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas diatur dalam PSAP 03 paragraf 19 dan 20 yaitu arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), penerimaan hibah, penerimaan bagian laba Perusahaan Negara/Daerah dan investasi lainnya, dan transfer masuk, sedangkan dalam PSAP 03 paragraf 20, arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk

belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja lain-lain/tak terduga, dan transfer keluar.

Komponen aktivitas investasi aset non keuangan diatur dalam PSAP 03 paragraf 24 yang mana menjelaskan arus masuk kas terdiri dari penjualan aset tetap dan penjualan aset lainnya, serta dalam PSAP 03 paragraf 25 menjelaskan arus keluar kas terdiri dari perolehan aset tetap dan perolehan aset lainnya.

Komponen laporan arus kas selanjutnya adalah arus kas dari aktivitas pembiayaan. Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan terdiri dari penerimaan pinjaman, penerimaan hasil penjualan surat utang negara (SUN), penerimaan dari divestasi, penerimaan kembali pinjaman, dan pencairan dana cadangan, sedangkan untuk penyajian arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan terdiri dari penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian pinjaman jangka panjang, dan pembentukan dana cadangan. Penyajian komponen arus kas dari aktivitas pembiayaan ini diatur dalam PSAP 03 paragraf 27 dan 28.

Arus kas dari aktivitas non anggaran meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas. Arus masuk kas terdiri dari penerimaan perhitungan fihak ketiga (PFK), dan kiriman uang masuk, sedangkan untuk arus keluar kas juga terdiri dari pengeluaran perhitungan fihak ketiga (PFK), dan kiriman uang keluar (PSAP 03 paragraf 30 dan 31).

Menurut PSAP 03 paragraf 33-34, entitas pelaporan Pemerintah sebaiknya menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.

Dalam PSAP 03 paragraf 36 dijelaskan bahwa arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata uang asing tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.

PSAP 03 paragraf 39 menyebutkan bahwa arus kas dari transaksi penerimaan pendapatan bunga dan pengeluaran belanja untuk pembayaran bunga pinjaman serta penerimaan pendapatan dari bagian laba Perusahaan Negara/Daerah harus diungkapkan secara terpisah. Setiap akun yang terkait dengan transaksi tersebut harus diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi secara konsisten dari tahun ke tahun.

Pencatatan investasi pada Perusahaan Negara/Daerah dan Kemitraan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode biaya dan metode ekuitas (PSAP 03 paragraf 43). Pada PSAP 03 paragraf 45 mengatur bahwa entitas melaporkan pengeluaran investasi jangka panjang dalam Perusahaan Negara/Daerah dan kemitraan dalam arus kas aktivitas pembiayaan.

PSAP 03 paragraf 46-49 berbicara tentang arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan Perusahaan Negara/Daerah dan unit operasi lainnya, arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan perusahaan Negara/Daerah dan unit operasional lainnya harus disajikan secara terpisah dalam aktivitas pembiayaan.

Dalam PSAP 03 paragraf 50 dan 51 mengatakan bahwa transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam laporan arus kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan contohnya adalah perolehan aset melalui pertukaran atau hibah. Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara kas dalam laporan arus kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di neraca (PSAP 03 paragraf 52).

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan dibuat agar dapat membantu pembacanya memahami kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan. Sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 04 paragraf 12, catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas, termasuk pula dalam catatan atas laporan keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang

diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Dalam PSAP 04 paragraf 13, catatan atas laporan keuangan seharusnya:

1) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

5) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Secara garis besar, PSAP 04 terdiri dari 7 pokok bahasan, yaitu:

a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Peraturan Daerah APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

b. Penyajian ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

c. Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi keuangan;

d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

f. Pengungkapan-pengungkapan lainnya; g. Susunan.

4. a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Peraturan Daerah APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

Pada PSAP 04 paragraf 19 mengatur bahwa kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan adalah kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan, misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.

Kondisi ekonomi makro yang pelu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut antara lainproduk domestik bruto/produk domestik regional bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga, dan neraca pembayaran (PSAP 04 paragraf 20).

Dalam PSAP 04 paragraf 21 disebutkan bahwa catatan atas laporan keuangan harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan

anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan sekolah dasar. Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (PSAP 04 paragraf 23).

4. b. Penyajian ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan

PSAP 04 paragraf 27 menjelaskan bahwa pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan secara obyektif dalam catatan atas laporan keuangan, dimana keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran (output) dengan masukan (input), sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan hasil (outcome) dengan target yang telah ditetapkan.

Di PSAP 04 paragraf 28 mengatur bahwa ikhtisar pembahasan kinerja keuangan dalam catatan atas laporan keuangan harus:

1) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan;

2) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan

3) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal;

Di PSAP 04 paragraf 29 mengatur bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan harus:

1) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif; 2) Menyajikan data historis yang relevan;

3) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana yang telah ditetapkan;

Dokumen terkait