• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/SMK/MA

KELAS X

1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 10.1 Mampu memahami dan

menanggapi wacana lisan melalui menyimak pidato (biantara) dan siaran radio/televisi.

10.1.1 Menyimak bahasa dan isi pidato 10.1.2 Menyimak bahasa dan isi siaran radio/televisi

2. Berbicara (nyarita)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 10.2 Mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam menceritakan pengalaman, berpidato, bercerita (ngadongeng), bercakap-cakap, dan berdiskusi kelompok. 10.2.1 Menceritakan pengalaman 10.2.2 Berpidato (biantara) 10.2.3 Bercerita (ngadongeng) 10.2.4 Bercakap-cakap dalam berbagai situasi 10.2.5 Berdiskusi kelompok 3. Membaca (maca)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 10.3 Mampu memahami dan

menanggapi wacana tulis melalui membaca sejarah lokal/cerita babad, puisi, dan berita dari surat kabar/ majalah/media elektronik.

10.2.1 Membaca sejarah lokal/ cerita babad

10.3.3 Membaca puisi

10.3.3 Membaca berita (warta) dari surat kabar/majalah/ media elektronik

4. Menulis (nulis)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 10.4 Mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk terjemahan, aksara Sunda, surat, dan biografi.

10.4.1 Menerjemahkan ke dalam bahasa Sunda

10.4.2 Menulis aksara Sunda 10.2.2 Menulis beragam surat

KELAS XI

1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11.1 Mampu memahami dan

menanggapi wacana lisan melalui menyimak rumpaka lagu kawih/ tembang dan cerita wayang.

11.1.1 Menyimak rumpaka kawih/tembang secara langsung atau melalui media kaset/radio/televisi. 11.1.2 Mendengarkan carita wayang secara langsung atau melalui media kaset/radio/televisi 2. Berbicara (nyarita)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11.2 Mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan dalam menyampaikan berita, pengumuman, atau pesan, bercerita

(ngadongeng), memimpin rapat, berwawancara, dan bermain peran.

11.2.1 Menyampaikan berita (warta), pengumuman (bewara), atau pesan (talatah)

11.2.2 Bercerita (ngadongeng) 11.2.3 Memimpin acara rapat 11.2.4 Mewawancarai tokoh

11.2.5 Bermain peran (ngaragakeun) 3. Membaca (maca)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11.3 Mampu memahami dan

menanggapi bacaan melalui membaca biografi, novel, laporan jurnalistik perjalanan, dan bahasan.

11.3.1 Membaca biografi 11.3.2 Membaca novel

11.3.3 Membaca laporan jurnalistik perjalanan (lalampahan) 11.3.4 Membaca bahasan

4. Menulis (nulis)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11.4 Mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk carita pondok, laporan kegiatan, dan resensi buku.

11.4.1 Menulis carita pondok 11.4.2 Menulis laporan kegiatan 11.4.3 Menulis resensi buku

KELAS XII

1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 12.1 Mampu memahami

dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak dongeng dan percakapan (wangkongan).

12.1.1 Menyimak dongeng dari radio/ kaset/yang dibacakan

12.1.2 Menyimak percakapan dalam berbagai situasi

2. Berbicara (nyarita)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 12.2 Mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan melalui bercakap-cakap, memandu acara,

memimpin diskusi

(numbu catur), berdiskusi/ Berseminar (sawala), dan berpidato.

12.2.1 Bercakap-cakap (maguneman) 12.2.2 Memandu acara (MC)

12.2.3 Memimpin diskusi

12.2.4 Berdiskusi atau berseminar 12.2.5 Berpidato dalam berbagai situasi

3. Membaca (maca)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 12.3 Mampu memahami dan

menanggapi bacaan melalui membaca artikel, carita buhun, dan

bahasan.

12.3.1 Membaca artikel tentang budaya

12.3.2 Membaca carita buhun 12.3.3 Membaca bahasan tentang kesenian

4. Menulis (nulis)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 12.4 Mampu mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam bentuk puisi, esai, dan teks drama.

12.4.1 Menulis puisi (wangun ugeran) 12.4.2 Menulis esai berdasarkan topik tertentu

12.4.3 Menulis teks drama berdasarkan cerita

G. Arah Pengembangan

1. Bahasa Pengantar Pembelajaran

Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsung-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, kata- kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Pendekatan Pembelajaran

Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan tentang budaya Sunda, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya. Murid tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.

Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali murid terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Murid dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa. Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada pengetahuan sastra. Dalam sastra terkandung pengalaman

manusia, yang meliputi pengalaman pengindraan, perasaan, kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan dalam penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra dijadikan penunjang dalam mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian, fungsi utama sastra sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dapat tercapai dan tersalurkan.

Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan berbagai pendekatan, antara lain, pendekatan kompetensi komunikatif dan pendekatan kontekstual dengan berbagai media dan sumber belajar.

Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus mendapat kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluas- luasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu pula dipertimbangan pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang berupa fonem, kata, kalimat, dan paragraf.

3.Pengorganisasian Materi

1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda merupakan kerangka tentang standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Masing-masing bersangkutan dengan kemampuan berbahasa dan pengalaman bersastra.

Aspek-aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu. Pada gambar berikut terlihat bagaimana sebuah tema atau kebahasaan dapat terpadu dalam dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah satu aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai murid. Oleh karena itu, guru di daerah atau di sekolah dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat dalam silabus dan rencana pembelajaran.

Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk konstruksi predikatif, yakni struktur predikat dan objek (P-O), seperti menyimak dongeng atau struktur predikat dan

struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada kemampuan proses maupun substansi.

4. Penomoran Kompetensi

Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dimaksudkan untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk menandai keterkaitan kelas dan SK, penomoran KD dibuat dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan nomor KD. Contoh:

KELAS X

4. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

10.1 Mampu memahami dan menanggapi wacana lisan melalui menyimak pidato (biantara) dan siaran radio/televisi.

10.1.1 Menyimak bahasa dan isi pidato

10.1.2 Menyimak bahasa dan isi siaran radio/televisi

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan pembelajaran. Guru dapat memilih dan memulai dari nomor kompetensi dasar mana saja.

5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar

5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.

5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya

Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Murid diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari, seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya).

6. Bacaan Wajib Sastra

Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap murid pada jenjang SMA/SMK/MA diwajibkan membaca sejumlah karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai.

Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam kurikulum pada aspek kemampuan bersastra. Pemilihan bahan ajar ini dapat dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain.

7. Penilaian

Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui pencapaian kompetensi berbahasa dan bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa kali tatap muka di kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.

Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes (pengukuran), bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian), atau portopolio (pengumpulan dan pengamatan seluruh karya murid, dari awal sampai akhir tahun).

8. Diversifikasi Kurikulum

8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan

Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan.

Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari berbagai kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.

8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan

Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam

hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi

Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbeda- beda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan oleh para guru.

9.1 Materi Kebahasaan

Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan dalam belajar berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak secara khusus mengajarkan pengetahuan bahasa, melainkan keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan (kosa kata dan tata bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa secara integratif.

Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam kalimat, bukan daftar kata-kata berserta maknanya. Cakupan kosa kata dapat berupa pemakaian seperti berikut:

(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan sosial-budaya Sunda;

(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif); (3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim,

antonim, homonim, hiponim);

(3) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat, menurun, sinestesia, asosiasi);

(4) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa); (5) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);

(6) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam percakapan (paguneman).

Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika membetulkan kesalahan pemakaian kaidah bahasa sebagai latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran tentang tata bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat. Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut:

(1) lafal dan ejaan;

(2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi kata dasar (kecap asal), kata turunan (kecap rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan kata majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya, kata berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu dengan materi pokok kalimat aktif (kalimah aktip) dan kalimat pasif (kalimah pasip);

(3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal dari kalimat sederhana (kalimah basajan), kalimat luas (kalimah jembar), menuju ke kalimat majemuk (kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah sumeler);

(4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang meliputi kalimat berita (kalimah wawaran), kalimat tanya (kalimah pananya), kalimat perintah (kalimah parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk);

(5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi kalimat langsung dan kalimat tak langsung, kalimat aktif (kalimah migawe), kalimat pasif (kalimah kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh), dan kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada dalam pembelajaran wacana dialog dan drama.

Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Cakupan wacana dapat berupa:

(1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel;

(2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi (dadaran, candraan), eksposisi (pedaran), dan argumentasi (bahasan);

(3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa (wangun lancaran), dan drama (wangun paguneman).

9.2 Materi Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah, mulai dari menyimak (ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita), sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca (maca), dan menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif. a. Aspek Menyimak (ngaregepkeun)

Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan:

(1) pembacaan puisi; (2) penuturan dongeng; (3) pembacaan cerita;

(4) pembacaan kutipan novel;

(5) pengumuman (wawaran, bewara); (6) dialog atau diskusi;

(7) khutbah/pidato/ceramah; (8) acara radio/TV;

(9) kakawihan, kawih, dan tembang. b. Aspek Berbicara (nyarita)

Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya dapat berupa:

(2) berwawancara (wawancara),

(3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui); (4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat); (5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun); (6) menyapa (tumanya);

(7) mengeritik (ngeritik, nyawad); (8) memberikan pujian/memuji (muji);

(9) memberikan tanggapan (mere tanggapan); (10) mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun); (11) membahas (medar);

(12) menyanggah pendapat/menolak usul; (13) berpidato (biantara);

(14) bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong); dan (15) melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama). c. Aspek Membaca (maca)

Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa kegiatan:

(1) membaca permulaan (maca munggaran); (2) membaca pemahaman (maca nyangkem); (3) membaca nyaring (maca bedas);

(4) membaca bersuara (maca nyoara); (5) membaca memindai (maca tenget); (6) membaca cepat (maca gancang);

(7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo); (8) membaca pendalaman (maca neuleuman); (9) membaca berurutan (maca ngaruntuy); (10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas); (11) membaca intensif (maca intensif, ngulik);

(12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang); (13) membaca naskah drama; dan

d. Aspek Menulis (nulis)

Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan keinginan) secara tertulis atau melalui lambang- lambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan:

(1) menulis permulaan (nulis munggaran); (2) menyalin (nyalin);

(3) mendeskripsikan (ngadadarkeun);

(4) melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan); (5) menulis paragraf;

(6) menulis surat;

(7) menyunting (nyarungsum);

(8) menerapkan ejaan dan tanda baca; (9) menulis rangkuman (ngarangkum); (10) menulis teks pidato;

(11) menulis laporan;

(12) menulis pesan ringkas; (13) menulis iklan;

(14) menulis warta/berita; (15) menulis artikel; dan (16) menulis bahasan.

Kedudukan muatan local dalam struktur kurikulum satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs., SMA/SMK/MA) tampak pada tabel berikut.

Tabel 1: Struktur Kurikulum SD/MI

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, VI A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 3 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 3. Bahasa Indonesia 5 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 5

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

8. Seni Budaya dan Keterampilan 4

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 4

Bahasa dan Sastra Sunda 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Tabel 2: Struktur Kurikulum SMP/MTs.

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

VI VIII IX 1 2 3 4 A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Inggris 4 4 4 5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

2 2 2

10. Keterampilan Vokasional/Teknologi

Informasi dan Komunikasi 2 2 2

B. Muatan Lokal 4 4 4

Bahasa dan Sastra Sunda 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2 2 2

Tabel 3: Struktur Kurikulum SMA/SMK/MA

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

X XI XII 1 2 3 4 A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Inggris 4 4 4 5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan 2 2 2

10. Keterampilan Vokasional/Teknologi

Informasi dan Komunikasi 2 2 2

B. Muatan Lokal 4 4 4

Bahasa dan Sastra Sunda 2 2 2 C. Pengembangan Diri

2 2 2

Dokumen terkait