• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYITAAN 1 Tujuan

g Terhadap tahanan yang keamanannya tidak dapat dijamin oleh satuan yang menahan, maka penahanannya dapat ditempatkan pada kesatuan

G. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYITAAN 1 Tujuan

SOP Penyitaan Bertujuan sebagai pedoman standar dalam melakukan langkah-langkah Penyitaan yang terukur, jelas, efektif dan efesien sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis dan prosedur serta terwujudnya pola tindak yang sama bagi penyidik/penyidik pembantu.

2. Persiapan

a. Persyaratan Administrasi: 1) Syarat formal:

a) Laporan Polisi;

b) Surat Perintah Penyidikan; c) Surat Perintah Penggeledahan; d) Surat Perintah Penyitaan

e) Izin penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri Setempat untuk memperoleh Surat Izin Penyitaan atau Surat Izin Khusus untuk melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat/surat-surat lain.

2) Syarat Materiil :

a) Laporan hasil penyelidikan; b) Laporan hasil gelar perkara. b. Persyaratan Penyidik/Penyidik Pembantu

1) memiliki integritas sebagai penyidik (mindset, mental dan perilaku) yang professional;

2) menguasai tehnik dan taktik penyitaan;

3) menguasai Peraturan Perundang-Undangan yang terkait; 4) memahami tentang benda/barang bukti yang akan disita; 5) memahami lokasi penyitaan;

6) memahami adat istiadat setempat; a. Kelengkapan dan peralatan

1) membawa identitas diri yang jelas (kartu tanda anggota dan tanda kewenangan);

56   

2) kendaraan Roda 2 dan Roda 4 atau alat transportasi lainnya. 3) handphone/handytalky.

4) kamera/handycam.

5) pembungkus, tali/benang, lakban, botol dan lain-lain. 6) alut dan alsus lain sesuai dengan kebutuhan.

3. Urutan Tindakan

a. Persiapan yang dilakukan:

1) tim penyidik melakukan gelar perkara untuk menentukan benda/surat atau tulisan yang akan disita.

2) tim Penyidik melaksanakan koordinasi dengan pemilik barang, benda/surat atau tulisan yang akan disita dalam pelaksanaan penyitaan. Dimungkinkan tindakan penyitaan yang dilakukan bersamaan dengan tindakan penggeledahan.

3) sesaat sebelum tindakan penyitaan dilakukan Ketua tim menjelaskan target yang hendak dicapai dalam penyitaan baik berupa benda/surat atau tulisan yang terkait dengan tindak pidana.

b. Pelaksanaan penyitaan:

1) Di luar hal tertangkap tangan:

a) penyidik memperlihatkan identitas diri dan administrasi penyidikan berupa Ijin Penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat, Surat Perintah Penyitaan dan Surat Perintah Tugas kepada pemilik/yang menguasai barang yang akan disita.

b) penyidik menjelaskan alasan dilakukannya penyitaan. c) penyidik memastikan bahwa benar barang tersebut benar

barang yang akan disita.

d) apabila barang tersebut bisa dibawa oleh penyidik maka barang tersebut dibawa kekesatuan penyidik kalau tidak dapat dibawa maka dititipkan

57   

2) Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak:

a) Penyidik/Penyidik Pembantu dan Penyelidik atas perintah Penyidik dengan dilengkapi Surat Perintah Penyitaan dapat melakukan penyitaan tanpa Surat Izin Ketua Pengadilan Negeri, terbatas hanya terhadap benda bergerak.

b) Setelah tindakan penyitaan dilakukan segera mengajukan persetujuan penetapan penyitaan dari Pengadilan Negeri setempat.

3) Dalam hal tertangkap tangan:

a) Penyidik/Penyidik Pembantu atau Penyelidik dalam hal tertangkap tangan tanpa Surat Perintah Penyitaan dapat melakukan penyitaan terhadap benda dan alat yang ternyata diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukti tanpa Surat izin/Surat Izin Khusus Ketua Pengadilan Negeri.

b) Penyitaan dilakukan oleh Penyidik/Penyidik Pembantu, baik karena mendapatkan sendiri maupun karena adanya penyerahan dari Penyelidik atau orang lain.

4) Penyitaan Surat atau Tulisan Lain

a) Sebelum melakukan penyitaan berupa surat atau tulisan lain penyidik/penyidik pembantu wajib dilengkapi dengan Surat Persetujuan Penetapan Penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri setempat.

b) Selanjutnya Penyidik/Penyidik pembantu mendatangi ketempat dimana barang bukti surat/tulisan itu berada untuk dilakukan penyitaan.

5) Alat Bukti Berupa Informasi/Dokumen Elektronik

a) Dalam penyidikan suatu tindak pidana yang menggunakan persangkaan pasal-pasal dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik,

58   

penyitaan terhadap dokumen elektronik harus dilengkapi dengan penetapan Pengadilan Negeri setempat.

b) Penyidikan tindak pidana yang menggunakan persangkaan pasal-pasal diluar Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik dapat dilakukan prosedur penyitaan biasa dengan menyita hasil print out dari data yang terdapat dalam alat elektronik dimaksud.

6) Setelah melakukan penyitaan penyidik membuat Berita Acara Penyitaan yang kemudian ditanda tangani oleh tersangka/atau keluarganya/lembaga/orang lain dari siapa benda itu disita serta diketahui oleh minimal 2 (dua) orang saksi bila diperlukan diketahui oleh Kepala Desa/Ketua Lingkungan.

4. Hal yang Perlu Diperhatikan

a. Dalam hal benda sitaan terdiri dari atas benda yang mudah rusak atau yang membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum yang tetap atau jika biaya penyimpanannya menjadi terlalu tinggi, sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau kuasanya, dapat dijual lelang oleh penyidik dalam hal perkara dalam tahap penyidikan dan pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Kantor Lelang Negara. b. Terhadap barang barang sitaan harus dirawat dan dijaga

keamanannya, dalam menjaga keutuhan dan keasliannya atau dititipkan di kantor RUPBASAN setempat.

c. Barang sitaan berupa uang, dihitung lembar perlembar, dicatat angka nominal dan nomor seri.

d. Penyitaan terhadap barang bukti berupa emas/perhiasan terlebih dahulu dimintakan pemeriksaan kepada ahlinya.

e. Untuk penyitaan berupa uang yang disita suatu rekening disimpan/ditempatkan dalam rekening penampungan barang bukti yang terdapat:

59   

1) Di tingkat Mabes Polri ditempatkan pada rekening bensat Bareskrim Polri;

2) Di tingkat Polda, Polres, dan Polsek ditempatkan pada rekening bensat Ditreskrimum.

f. Barang bukti yang disita dapat dipinjam pakaikan kepada pemilik/penguasa barang dengan pertimbangan untuk kepentingan umum dan terpeliharanya barang dimaksud secara bertanggung jawab serta tidak mengganggu proses penyidikan.

g. Apabila benda yang disita membutuhkan tempat yang besar/membutuhkan biaya yang tinggi dan Polri tidak memiliki tempat dan anggaran yang cukup maka barang bukti tersebut disita dan titipkan kembali kepada penguasa barang dengan diberi catatan untuk dijaga keutuhanya sedapat mungkin dikoordinasikan dengan JPU yang menangani kasus tersebut.

60

   

H. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN SAKSI, AHLI, DAN

Dokumen terkait