BAB 3. METODE PENELITIAN
3.4. Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar Beton
Untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari bahan dasar penyusun beton maka perlu dilakukan pengujian. Pengujian ini dilakukan terhadap agregat halus dan agregat kasar.
3.4.1. Standar Pengujian Agregat Halus.
Pengujian terhadap agregat halus dilakukan berdasarkan ASTM dan disesuaikan dengan spesifikasi bahan menurut ASTM. Standar pengujian agregat halus adalah sebagai berikut :
a. ASTM C-40 : Standar penelitian untuk tes kandungan zat organik dalam agregat halus.
b. ASTM C-117 : Standar penelitian untuk agregat yang lolos saringan no.200 dengan pencucian.
c. ASTM C-128 : Standar penelitian untuk menentukan specific gravity agregat halus.
d. ASTM C-136 : Standar penelitian untuk analisis saringan agregat halus.
3.4.2. Standar Pengujian Agregat Kasar.
Pengujian terhadap agregat kasar dilakukan berdasarkan ASTM dan disesuaikan dengan spesifikasi bahan menurut ASTM. Standar pengujian agregat kasar adalah sebagai berikut :
a. ASTM C-127 : Standar penelitian untuk menentukan specific gravity agregat kasar.
b. ASTM C-136 : Standar penelitian untuk analisis saringan agregat kasar. c. ASTM C-131 : Standar penelitian untuk pengujian abrasi (keausan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3.5. Pengujian Bahan Dasar Beton
Pengujian bahan dasar beton bertujuan untuk mengetahui kelayakan karakteristik bahan penyusun beton yang nantinya dipakai dalam mix design terhadap satu target tertentu. Pengujian bahan dasar beton hanya dilakukan terhadap agregat halus dan agregat kasar.
3.5.1. Pengujian Agregat Halus (Pasir)
3.5.1.1. Pengujian Kadar Zat Organik
Pasir yang digunakan biasanya diambil dari sungai sehingga kemungkinan kotor akibat tercampur lumpur atau zat organik sangat besar. Pasir sebagai agregat halus tidak boleh mengandung terlalu banyak zat organik, hal ini dapai dilihat dari percobaan warna Abram Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3% sesuai standar ASTM C-40. Hasil pengujian dibandingkan dengan Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Pengaruh Kandungan Zat Organik Terhadap Penurunan Kekuatan Beton No Warna Persentase ( % ) 1 Jernih 0 2 Kuning muda 0 - 10 3 Kuning tua 10 - 20 4 Kuning kemerahan 20 - 30 5 Coklat kemerahan 30 - 50 6 Coklat tua 50 - 100
Sumber : Prof. Ir. Rooseno (1954)
3.5.1.2. Pengujian Kadar Lumpur
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar lumpur agregat halus. Kadar lumpur agregat halus tidak boleh lebih dari 5% dari berat keringnya. Apabila lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Perhitungan kadar lumpur dengan menggunakan Persamaan 3.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 26 Kadar lumpur = đş1âđş2 đş2
.
100%...(3.1) dengan :G1: berat kering awal G2: berat kering akhir
3.5.1.3. Pengujian Specific Gravity
Pengujian spesific gravity agregat halus mengacu pada ASTM C 128. Pengujian ini ditujukan agar mendapatkan :
a. Bulk spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering dengan volume pasir total.
b. Bulk spesific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.
c. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering dengan volume butir pasir.
d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat pasir kering.
Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.2 s/d 3.5 sebagai berikut: Bulk Specific Gravity
c d b a ď ďŤ ď˝ ... (3.2) Bulk Specific Gravity SSD
c d b d ď ďŤ ď˝ ... (3.3) Apparent Specific Gravity
c a b a ď ďŤ ď˝ ... (3.4) Absorbsion ď˝ ď ď´100% a a d ... (3.5) dengan :
a = berat pasir kering oven (gram)
b = berat Volumetricflash berisi air (gram)
c = berat Volumetricflash berisi pasir dan air (gram)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3.5.1.4. Pengujian Gradasi
Gradasi pada pasir sebagai agregat halus menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat halus sangatlah diperhatikan. Pengujian gradasi agregat halus menggunakan standar pengujian ASTM C-136. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi diameter butiran pasir, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan butir pasir. Modulus kehalusan pasir dihitung menggunakan Persamaan 3.6 sebagai berikut :
đđđđ˘đđ˘đ đđâđđđ˘đ đđ đđđ đđ =
e d
...(3.6)
dengan :
d = ÎŁ prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam pan e = ÎŁ prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal
3.5.2. Pengujian Agregat Kasar (Kerikil)
3.5.2.1. Pengujian Specific Gravity
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah kerikil atau batu pecah dengan diameter maksimum 20 mm. Standar pengujian yang digunakan pada pengujian spesific gravity agregat kasar adalah ASTM C 33. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui:
a. Bulk spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi kering dengan volume kerikil total.
b. Bulk spesific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat kerikil jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume kerikil total.
c. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi kering dengan volume butir kerikil.
d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat kerikil kering.
Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.7 s/d 3.10 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Bulk Specific Gravity
h g
f ď
ď˝ ... (3.7) Bulk Specific Gravity SSD
h g
g ď
ď˝ ... (3.8) Apparent Specific Gravity
h f f ď ď˝ ... (3.9) Absorbsion ď˝ ď ď´100% h h g ... (3.10) dengan :
f = berat agregat kasar (gram)
g = berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram) h = berat agregat kasar jenuh (gram)
3.5.2.2. Pengujian Gradasi
Gradasi pada pasir sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah diperhatikan. Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian ASTM C 33. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi diameter butiran kerikil, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan butir pasir.
Modulus kehalusan pasir dihitung menggunakan Persamaan 3.11 sebagai berikut: Modulus kehalusan kerikil =
n m
...(3.11) dengan :
m = ÎŁ prosentase kumulatif berat kerikil yang tertinggal selain dalam pan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3.5.2.3. Pengujian Abrasi
Agregat kasar harus memiliki ketahanan terhadap keausan akibat gesekan. Standar pengujian abrasi pada agregat kasar menggunakan ASTM C 131, dengan menggunakan mesin Los Angeles. Bagian yang hilang akibat gesekan tidak boleh lebih dari 50%. Prosentase berat yang hilang dihitung dengan menggunakan persamaan 3.12 sebagai berikut :
Prosentase berat yang hilang = x100% i
j i ď
...(3.12) dengan:
i = berat agregat kasar kering oven yang telah dicuci, sebelum pengausan (gram) j = berat agregat kasar kering oven yang tertahan ayakan 2,3 mm dan telah
dicuci, setelah pengausan (gram)
3.6. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)
Perencanaan campuran beton yang tepat dan sesuai dengan proporsi campuran adukan beton sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas beton yang baik. Penelitian ini menggunakan rancang campur beton yang mengacu pada peraturan SK.SNI .T-15-1990-03 dengan kuat tekan (fâc) target 20 MPa.