• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standardisasi Pendidikan pada SMA Negeri 2 Maros pada Aspek Standar Kompetensi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Karakteristik Responden

3. Standardisasi Pendidikan pada SMA Negeri 2 Maros pada Aspek Standar Kompetensi

Dalam konteks masyarakat kita, sistem pendidikan berkewajiban mempersiapkan setiap warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan dengan cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis dan toleran dengan mengutamakan persatuan dan integrasi masyarakat.

Perlunya kualitas sumber daya manusia dilatar belakangi oleh empat hal, antara lain: 1) Melalui upaya pembangunan, potensi sumber daya manusia diarahkan menjadi kekuatan di bidang ekonomi,

sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan yang nyata, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen; 2) Sumber daya manusia dipandang sebagai unsur yang sangat menentukan dalam proses pembangunan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini berkaitan dengan pengalaman negara industri baru yang menunjukkan bahwa pertumbuhan bersumber dari pertumbuhan masyarakat (efisiensi) yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas; 3) Adanya anggapan bahwa sumber daya manusia lebih penting daripada sumber daya alam. Menurut pendapat ini, negara yang miskin sumber daya alamnya, tetapi tinggi tingkat kualitas sumber daya manusianya sehingga lebih maju daripada negara yang kaya sumber daya alamnya akan tetapi kurang mementingkan sumber daya manusianya.

Kualitas sumber daya manusia hanya mungkin dicapai melalui suatu upaya peningkatan kualitas pendidikan sumber daya manusia yang memadai, termasuk para tenaga guru selaku tenaga pendidik, sebab tanpa pendidikan yang berkualitas, manusia-manusia Indonesia hanya akan menjadi bangsa pekerja kelas bawah dan mendapat pendapatan yang rendah, sehingga lingkaran kemiskinan tetap akan menggeorogoti bangsa Indonesia.

Kompetensi guru adalah orang yang memiliki keahlian dan keterampilan mentransformasi nilai-nilai pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku kepada anak-anak didiknya atau murid-muridnya. Oleh sebab itu sampai hari ini guru sebagai suatu pekerjaan mendapatkan kedudukan sebgai suatu profesi yang patut diberi tempat penting dalam dimensi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat kearah yang lebih baik.

Kompetensi guru secara spesifik memiliki peranan formal yang sangat penting, terutama dalam kegiatan proses belajar mengajar secara formal di kelas. Dalam pngajaran proses atau proses belajar mengajar guru memagang peranan sebagai fasilitator, motivator, administrator dan evaluator. Artinya, bahwa para gurulah yang mementukan berlangsungnya suatu proses belajar mengajar yang lebih baik.

Banyak anak-anak berbakat yang tidak dapat tumbuh dengan baik, sebab tidak dikelola oleh seorang guru yang memiliki kemampuan memadai. Pada hal seorang guru, sewajarnya menempatkan dirinya sebagai seorang yang memiliki kecakapan-kecakapan spesifik dibanding dengan orang-orang disekitarnya, dan minimal memahami konsep dasar dari tujuan pendidikan, yaitu;

kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ketiga konsep ini akan mendorong

lahirnya orang-orang yang cakap, berpengetahuan luas, memiliki keterampilan dan keahlian serta memiliki sikap budi pekerti yang baik.

Seorang guru tentu sangat dituntut kemampuannya mengelola tugas-tugas pokoknya dalam mentransformasi pengetahuan bagi perkembangan prestasi belajar dari murid-muridnya di sekolah. Di samping itu juga diharapkan ketauladannya terhadap murid-muridnya.

Kompetensi guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umumnya. Namun guru juga dapat menumpuhkan rasa ingin tahu alamiah anak, merusak motivasi, harga diri, dan kreatifitas anak. Bahkan guru-guru yang sangat baik (atau yang sangat buruk) dapat mempengaruhi anak lebih kuat daripada orangtua.

Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intristik. Semua anak harus belajar semua bidang keterampilan di sekolah, dan banyak anak memperoleh keterampilan kreatif melalui model-model berpikir dan bekerja kreatif, tetapi tidak sedikit sekali anak yang dapat mempertahankan motivasi intrinstik di sekolah dengan sistem yang diterapkan. Meskipun demikian tidak mungkin untuk secara langsung mengajarkan motivasi, untuk mengatakan kepada anak agar bermotivasi intrinstik, tetapi guru dapat menjadi model dari motivasi intrinsik, dan tantangan pribadi untuk memecahkan suatu masalah atau melakukan suatu tugas. Namun cara yang paling penting untuk

mendorong motivasi intrinsik di sekolah adalah dengan membangun lingkungan kelas yang bebas dari kendala-kendala yang merusak motivasi diri.

Pada dasarnya bahwa upaya peningkatan prestasi belajar anak di sekolah, maka perlu mempersiapkan tenaga-tenaga guru yang kreatif, yang mampu memberikan motivasi kepada anak didik dengan baik. Dalam arti bahwa guru di samping memberikan pengajaran juga menjadi tauladan dalam hal kreatifitas. Oleh sebab itu anak dapat berprestasi, maka juga perlu disediakan guru yang memiliki perhatian yang tinggi dalam proses belajar mengajar.

Tabel 4.12

Tanggapan Responden tentang Standar Lulusan Siswa

No. Kualifikasi Bobot Frekuensi Nilai Rata-rata Skor R % 1. Baik 4 14 56 1.06 26.42 2. Cukup baik 3 29 87 1.64 54.72 3. Kurang baik 2 9 18 0.34 16.98 4. Tidak baik 1 1 1 0.02 1.89 Jumlah 53 162 3.06 100.00

Sumber; Hasil data primer, 2013

Tabel 4.12 tersebut, menunjukkan bahwa secara umum terdapat 29 orang (54,72%) memberikan jawaban cukup baik, terdapat 14 orang (26,42%) dengan kualifikasi baik, terdapat 9 orang (16,98%) dengan kualifikasi kurang baik dan ada 1 orang (1,89%) berada pada kualifikasi tidak baik mengenai tanggapan responden terhadap standar lulusan siswa.

Berdasarkan pada tabel 4.12 di atas, menunjukkan dilihat bahwa nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3,06 atau menunjuk pada kategori jawaban responden baik, dalam arti standar lulusan siswa yang ada digolongkan baik, yaitu tingkat kelulusan siswa telah mencapai 90 – 100 % dalam tiga terakhir.

Tabel 4.13

Tanggapan Responden mengenai Standar Kompetensi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No. Kualifikasi Bobot Frekuensi Nilai Rata-rata Skor R % 1. Baik 4 12 48 0.91 22.64 2. Cukup baik 3 29 87 1.64 54.72 3. Kurang baik 2 11 22 0.42 20.75 4. Tidak baik 1 1 1 0.02 1.89 Jumlah 53 158 2.98 100.00

Sumber; Hasil data primer, 2013

Pada Tabel 4.13 tersebut, menunjukkan bahwa secara umum terdapat 29 orang (54,72%) memberikan jawaban cukup baik, terdapat 12 orang (22,64%) dengan kualifikasi baik, terdapat 11 orang (20,75%) dengan kualifikasi kurang baik dan ada 1 orang (1,89%) berada pada kualifikasi tidak baik mengenai tanggapan responden terhadap Standar Kompetensi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMA Negeri 2 Maros.

Berdasar tabel 4.13 di atas, diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 2,98 atau menunjuk pada bobot jawaban 3 (baik) dalam arti bahwa menurut penilaian responden terhadap kompetensi tenaga pendidik yang meliputi seluruh yang tenaga pengajar di SMA tersebut adalah relatif baik, demikian pula tenaga kependidikan yang

terdiri dari tata usaha, pegawai perpustakaan, pegawai laboratorium sampai ke cleaning service adalah memiliki standar kompetensi yang baik, dalam arti bahwa seluruh tugas-tugas mereka dapat dijalankan dengan baik, meskipun belum maksimal sebagaimana tuntutan standar kompetensi yang ada.

Hasil wawancara dengan salah seorang pengawas pendidikan di Kabupaten Maros, diperoleh keterangan bahwa :

“Hampir seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada telah dapat sesuai dengan standar kompetensi yang dimiliki, di mana seluruh bidang mata pelajaran yang ada, diajar oleh tenaga pendidik yang relevan dengan latar belakang keilmuannya. Meskipun demikian masih ada beberapa guru harus mengajar lebih dari satu bidang studi yang serumpun, sehingga memberikan kesulitan dalam menyesuaikan waktu dan volume pengajaran”.

Dengan dukungan hasil wawancara di atas, mempertegas bahwa penerapan standar komptensi pendidikan telah berjalan sesuai dengan harapan dengan tuntutan sebagaimana di atur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.

Standar kompetensi pengajaran disusun berdasarkan Garis-garis besar pokok pengajaran yang disesuaikan dengan ketersediaan kemampuan guru yang mengampu mata pelajaran yang diberlakukan.

Salah contoh standar kompetensi pengajaran oleh guru di SMA Negeri 2 Maros, sebagai berikut:

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menerapkan nilai dan norma

dalam proses pengembangan kepribadian

1.1 Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian

1.2 Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial

1.3 Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat

Dengan demikian setiap proses belajar mengajar di sekolah, selalu memiliki pedoman kompetensi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang merupakan batasan dan lingkup pengajaran yang wajib dicapai oleh setiap guru berdasarkan penggarisan kompetensi yang dimilikinya.

4. Standardisasi Pendidikan pada SMA Negeri 2 Maros pada Aspek