• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 7. Diagram Lintas Model SEM Karakteristik, Kompetensi dan Kinerja Kewirausahaan berdasarkan Standardized Solution

4.5.3. Uji Kesesuaian Model

Model yang telah diestimasi harus diuji kecocokan atau tingkat kebaikannya

dalam menggambarkan model structural maupun model pengukuran. Dalam model

SEM, uji kesesuaian model tidak bisa ditentukan oleh hanya satu kriteria kesesuaian. Terdapat beberapa ukuran kecocokan yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa model secara keseluruhan sudah baik yang disajikan dalam Tabel 2.

Dari semua kriteria kesesuaian model yang digunakan iperoleh hasil bahwa

model berada pada kategori good fit atau telah sesuai untuk menggambarkan data

empiric sehingga tiakperlu dilakukan respeksifikasi model. Nilai hasil uji RMSEA (Root Means Square Error of Approximation) model yang digunakan untuk mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model dengan matriks kovarian populasinya sebesar yaitu 0,000. Nilai RMSEA ini sesuai dengan nilai yang disarankan untuk

model fit yaitu ≤ 0,08. Nilai RMSEA mengindikasikan adanya model fit. Nilai GFI

(Goodness of Fit Index) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar model mampu menerangkan keragaman data dan harus berkisar antara 0 sampai 1.

nilai GFI ≥ 0,90 menunjukkan adanya model fit. Nilai CFI (Comparative Fit Index) model sebesar 0,90. Nilai CFI tersebut telah memenuhi persyaratan dengan kategori

good fit. Dari hasil uji juga diperoleh bahwa nilai P-value model ini sebesar 0,935 atau lebih besar dari nilai minimum yang disarankan yaitu > 0,05 sehingga model dapat menjelaskan data secara komprehensif. P adalah probabilitas untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar dari data empiris yang diperoleh dengan teori yang

telah dibangun berdasarkan teori SEM. Oleh karena itu, nilai P yang diharapkan

adalah lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data empiris telah identik dengan teori atau model.

Tabel 2. Hasil Kriteria Kesesuaian Model SEM

Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil keterangan

Chi-square Kecil 189,93 Good Fit

Significance Probability (P-value) ൒ 0,05 0,93590 Good Fit

RMR (Root Mean Square Residual) ൑ 0,05 atau ൑ 0,1 0,067 Good Fit

RMSEA (Root Mean square Error of

Approximation)

൑ 0,08 0,0000 Good Fit

GFI (Goodness of Fit) ൒ 0,90 0,96 Good Fit

AGFI (Adjusted Goodness of Fit

Index)

൒ 0,90 0,95 Good Fit

CFI (Comparative Fit Index) ൒ 0,90 1,00 Good Fit

4.5.4.Hubungan antar Variabel Structural Equation Model

Koefisien hasil estimasi model (Gambar 7) menunjukkan hubungan antar variabel yang diinterpretasikan untuk menggambarkan keeratan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Seangkan signifikansi pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya. Berdasarkan nilai uji-T pada diagram lintasan yang telah direspesifikasi, hubungan antar variabel tersebut lebih mudah untuk

diinterpretasikan. Jika nilai Thitung > Ttabel dengan (α) 0,05 (Ttabel= 1,96), berarti suatu

variabel berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel lainnya.

4.5.5.Dimensi Karakteristik Kewirausahaan

Karakteristik (psikologis) kewirausahaan dibentuk (dimanifestasikan) oleh enam atribut utama yakni kepercayan diri, keberanian mengambil risiko, keinovasian, ketekunan, antusiasme, dan toreransi terhadap ketidakpastian. Temuan menunjukkan dari keenam atribut tersebut hanya toreransi terhadap ketidakpastian yang tidak berpengaruh terhadap membentukan karakteristik kewirausahaan pada wirausahawan agroindustri di Kabupaten Bogor. Sementara, atribut keberanian mengambil risiko serta keinovasian justru berkontribusi negatif dan signifikan terhadap pembentukan karakteristik kewirausahaan. Padahal secara teori seseorang wirausahawan yang berkarakter wirausaha mampu berinovasi dan mampu mengambil risiko. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa wirausahawan agroindustri dengan keseluruhan

karakteristik kewirausahaan yang baik justru masih lemah dalam hal keberanian mengambil risiko dan kemampuan berinovasi. Hal tersebut terbukti dari jawaban responden yang masih takut dengan tantangan misalnya kegiatan fisik yang membutuhkan keberanian. Wirausaha agroindustri juga masih kesulitan dalam menemukan ide-ide atau gagasan baru, karena usaha mereka cenderung diilhami atau mengikutiusaha yang sudah ada saat ini. Namun demikian, kepercayaan diri, ketekunan dan antusiasme merupakan atribut pembentuk karakteristik kewirausahaan yang secara nyata berpengaruh positif. Namun demikian kepercayaan diri merupakan modal paling besar bagi pelaku usaha agroindustri untuk melakukan kegiatan wirausaha dan paling signifikan dalam mencerminkan karakteristik seorang wirausahawan.

Gambar 8. Hubungan antar Variabel-variabel Karakteristik, Kompetensi Kinerja Kewirausahaan

4.5.6. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan

Kompetensi kewirausahaan mencerminkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan yang relatif dapat dipelajari dan ditingkatkan serta relatif dapat lebih mudah diamati atau dinilai dengan ukuran-ukuran tertentu jika dibandingkan dengan karakteristik yang bersifat psikologis. Terdapat lima aspek kompetensi kewirausahaan yang diobservasi (kemampuan manajerial, konseptual, sosial, kemampuan mengambil keputusan dan mengelola waktu). Namun untuk lebih mempertajam pengukuran, kelima aspek tersebut dijabarkan dalam berbagai atribut (14 atribut) kompetensi. Dari semua atribut kemampuan manajerial hanya kemampuan berproduksi yang

berkontribusi negatif dan signifikan terhadap dimensi kompetensi wirausaha. Hal tersebut dikarenakan meskipun responden relatif menguasai proses produksi yang sekarang dijalankan namun responden tidak menguasai dan menerapkan teknologi yang lebih baru dalam menjalankan usahanya. Kemampuan konseptual dari juga tidak dapat menggambarkan dengan semestinya kompetensi wirausaha karena masih lemahnya beberapa indikator kemampuan memimpin dan merumuskan visi oleh wirausahawan. Hal lain adalah kemampuan berkomunikasi yang masih lemah dan cenderung negatif dalam membentuk kompetensi wirausaha.

Tabel 3. Koefisien Pengaruh dan Signifikansi Variabel Karakteristik, Kompetensi dan Kinerja Wirausaha

Pengaruh Loading Factor T-Hitung Keterangan

Percaya Diri Karakter 0,75 14,48 Signifikan Risiko -0,63 -12,19 Signifikan Inovasi -0,66 -12,14 Signifikan Ketekunan 0,26 5,46 Signifikan Antusiasme 0,37 7,61 Signifikan

Toreransi 0,00 0,09 Tidak Signifikan

Karakter Kompeten 0,78 21,86 Signifikan Informasi 0,48 20,88 Signifikan Produksi -0,52 -4,53 Signifikan Pemasaran 0,51 4,56 Signifikan SDM 0,31 3,36 Signifikan Keuangan 0,48 4,26 Signifikan Hasil 0,62 4,90 Signifikan Kepemimpinan -0,57 -4,67 Signifikan Visioner -0,58 -4,81 Signifikan Komunikasi -0,46 -4,23 Signifikan Kerjasama 0,52 4,41 Signifikan Konsultasi 0,54 4,45 Signifikan Masalah 0,59 4,53 Signifikan Keputusan -0,60 -4,53 Signifikan Waktu 0,54 4,61 Signifikan Karakter Kinerja 0,25 2,01 Signifikan Kompeten -0,90 -3,27 Signifikan Omzet 0,69 11,51 Signifikan Knowledge -0,81 -7,19 Signifikan Akses -0,79 -6,54 Signifikan Praise -0,59 -5,96 Signifikan

4.5.7.Pengaruh Karakteristik dan Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha

Kinerja wirausaha digambarkan dengan ukuran yang tangible maupun yang

intangible. Pertumbuhan omzet (pendapatan penjualan) menjadi ukuran yang lebih mudah untuk digambarkan dan dikemukakan secara akurat oleh responden dibandingkan dengan menggambarkan pertumbuhan profit (keuntungan bersih) karena harus diperhitungkan dengan data dan pembukuan yang akurat. Selain pertumbuhan pendapatan penjualan, kemudahan memperoleh akses terhadap sumber-sumber pengetahuan dan keterampilan juga merupakan keberhasilan wirausaha yang

sifatnya tangible. Kemudahan memperoleh akses pasar juga merupakan ukuran keberhasilan yang menunjang kegiatan wiausaha. Ukuran yang menunjukkan pengakuan umum atas keberhasilan usahanya juga dapat diketahui dari perolehan penghargaan atau pengakuan secara formal maupun informal dari suatu organisasi/ badan tertentu. Namun demikian ketiga faktor intangible tersebut sesungguhnya merupakan penunjang dari kinerja utama yakni pertumbuhan omzet usaha. Dari keempat atribut kinerja tersebut, hanya atribut omzet usaha yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan/ kinerja wirausaha agroindustri di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan temuan diperoleh bahwa karakteristik (psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Hal tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Namun demikian karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja wirausaha. Hal tersebut mengandung arti bahwa saat kompetensi kewirausahaannya baik tidak secara otomatis meningkatkan kinerja wirausaha namun malah kinerjanya sedang menurun. Sebaliknya, pada saat kinerja usahanya menaik, sesungguhnya kompetensi yang dimiliki masih sangat rendah. Hal tersebut sesuai dengan temuan beberapa studi bahwa kompetensi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap

kesuksesan seseorang wirausahawan dalam menjalankan bisnisnya (Rose et al., 2006).

Hal tersebut karena kinerja tidak hanya ditentukan oleh kompetensi kewirausahaan namun karakteristik psikologis kewirausahaan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Karakteristik kewirausahaan responden menunjukkan bahwa sebagian besar

pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Bogor setuju bahwa mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik. Sebagian besar responden memiliki karakteristik inovatif atau keinginan untuk selalu melakukan inovasi baru dalam setiap pekerjaan yang ditekuninya. Namun demikian, karakteristik inovatif dari sebagian besar responden tersebut masih dalam tataran modifikasi dari gagasan yang telah ada sebelumnya dan belum ide/ gagasan yang bersifat invensi (atau penemuan baru). Sebagian besar responden (lebih dari 80%) menyatakan bahwa mereka menekuni bisnis dan mencintai bisnis yang dijalani tersebut serta memiliki semangat untuk menjalani bisnis sehingga responden tersebut beranggapan bahwa orang lain juga memiliki penilaian yang sama.

2. Kinerja kewirausahaan kinerja wirausaha dari sebagian besar responden belum

cukup optimal. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai faktor antarai lain sikap/ watak (karakteristik) kewirausahaan dan kompetensi wirausaha yang belum optimal dikembangkan. Pengaruh karakteristik kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja wirausaha menunjukkan bahwa karakteristik

(psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Hal tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Namun demikian karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja wirausaha. Hal tersebut mengandung arti bahwa saat kompetensi kewirausahaannya baik tidak secara otomatis meningkatkan kinerja wirausaha namun malah kinerjanya sedang menurun.

5.2. Saran

1. Pembentukan karakteristik kewirausahaan bukan hal yang mudah meskipun

sangat nyata ditunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan berperan dalam memudahkan seseorang untuk mengasah kompetensinya dan meningkatkan kinerja usahanya. Oleh karena itu perlu dibudayakan karakteristik-karakteristik kewirausahaan tersebut dalam semua aspek kehidupan. Kepada pelaku usaha agroindustri yang masih lemah dalam keberanian mengambil risiko dan keinovasian, perlu diberikan motivasi melalui berbagai program-program pelatihan, seminar dan bahkan perlombaan wirausaha.

2. Indikator-indikator pertanyaan yang kurang atau terlalu spesifik dapat

menyulitkan responden untuk menjawab dengan konsisten, sehingga dapat mengakibatkan ketidaksesuaian hasil dengan pendugaan awal. Oleh karena itu pengembangan kuesioner yang lebih terstandar sangat diperlukan.

3. Harus ada studi lanjutan yang tidak hanya menganalisis hubungan antara

karakteristik dan kompetensi kewirausahaan serta pengaruhnya terhadap kinerja kewirausahaan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja wirausaha bukan hanya faktor internal namun juga faktor ekternal seperti kebijakan yang berpihak pada pengembangan UMKM yang berorientasi wirausaha, faktor lingkungan makro (sosial, politik, ekonomi dan lain-lain). Sehingga perlu ada model-model lain yang dapat mengakomodasi banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.

Dokumen terkait