• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

UJI DAYA HAMBAT DAN DAYA BUNUH EKSTRAK ETHANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus IN VITRO

Oleh

JEANNA SALIMA

Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang besar tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Antibiotik merupakan pilihan utama tatalaksana penyakit infeksi. Namun seiring dengan meningkatnya kejadian penyakit infeksi, meningkat pula pemakaian antibiotik, yang apabila tidak dilakukan secara rasional, dapat berakibat ke dalam masalah baru, yaitu lahirnya bakteri patogen yang resisten antibiotik. oleh karena itum penggunaan tanaman herbal sebagai terapi alternatif banyak dipelajari saat ini. Salah satu tanaman herbal yang banyak dipelajari fungsi antibakterinya ialah bawang putih. Penelitian ini akan menguji kemampuan antibakteri bawang putih terhadap salah satu patogen penting dalam dunia kesehatan, Staphyloccus aureus.

Penelitian ini merupakan penelitian observatif laboratorik. Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan metode dilusi. Observasi kekeruhan Mueller Hinton cair yang dicampur dengan ekstrak ethanol bawang putih dengan konsentrasi yang berbeda (50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%) yang direplikasi sebanyak 3 kali. dan masing-masing diinokulasikan dengan satu ose bakteri Staphylococcus aureus dilakukan untuk menentukan KHM ekstrak bawang putih. Sedangkan untuk menentukan KBM ekstrak bawang putih, dilakukan inokulasi kembali masing-masing tabung Mueller Hinton cair ke dalam Mueller Hinton agar untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih memiliki daya hambat dan daya bunuh terhadap bakteri Staphyloccocus aureus pada konsentrasi 6,25% dan konsentrasi yang lebih tinggi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak ethanol bawang putih memiliki daya hambat serta daya bunuh terhadap pertumbuhan bakteri gram positif, Staphylococcus aureus.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 7 September 1993, merupakan anak ketiga dari pasangan orang tua bernama Jusuf Zakaria Salima dan Betty.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TKIT Almanar, Bekasi utara, pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 1999. Pendidikan sekolah dasar (SD) ditempuh di SDIT Al-Manar dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) ditempuh di SMP N 1 Bekasi, yang diselesaikan pada tahun 2008. Pendidikan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA N 1 Bekasi. Pada tahun 2011, penulis berhasil menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Penulis pernah aktif sebagai anggota Palang Remaja di SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun 2009. Ketika duduk di bangku perguruan tinggi, penulis pernah aktif di organisasi FSI Ibnu Sina sebagai staf bidang kesekretariatan dan di BEM Fakultas Kedokteran Unila pada periode 2012-2013 sebagai anggota biro Komunikasi Informasi dan Kesekretariatan (KIK) dan pada periode 2013-2014 sebagai ketua biro KIK. Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi asisten dosen Histologi pada periode 2013-2014 dan asisten dosen CSL pada periode 2014 semester ganjil.

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala nikmat dari-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat beriring salam kepada junjungan kita, Rasullulah Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir.

Skripsi dengan judul “Uji Daya Hambat dan Daya Bunuh Ekstrak Ethanol Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Staphylococcus aureus secara IN VITRO” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

2. Kepada dr. Tri Umiana Soleha M. Kes, selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyelesaian skripsi ini. Yang dengan sabar membimbing, memberi

vii

kritik dan saran yang membangun, atas ketersediaan waktu dan perhatian hingga selesainya skripsi ini.

3. Kepada dr. Novita Carolia M. Sc, selaku Dosen Pembimbing Kedua atas kesediaan selalu memberikan waktu untuk membimbing, memberi saran, dan member kritik membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Kepada dr. Ety Apriliana M. Biomed, selaku Dosen Penguji Utama. Terimakasih atas bimbingan, waktu, ilmu, kritikan dan saran-saran yang telah diberikan.

5. Terimakasih pada dr. Reni Zuraida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan pengarahan dan saran-saran dalam menghadapi proses belajar di FK Unila ini.

6. Terima kasih yang tak terhingga kepada Mama yang tercinta, Betty atas do’a yang selalu terucap, atas kasih sayang, cinta kasih yang selalu menaungiku dan dukungannya yang tanpa henti selalu menyertai. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Papa, Jusuf Zakaria Salim yang telah membesarkanku, mendidikku dan selalu memberikan kasih sayang, cinta, perlindungan dan dukungan yang tak ternilai. Terimakasih juga kepada kakak-kakak tersayang, Johan Salim dan Jacob Salim atas dukungan dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran, serta Paman dan Bibi yang terus mendukung dan memberikan semangat dalam menjalani pendidikan di Fakultas kedokteran ini.

viii

7. Seluruh staf Dosen FK Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita dan memotivasi baik berupa ilmu maupun semangat; 8. Seluruh staf Tata Usaha dan civitas FK Universitas Lampung yang turut

membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mbak Ida, mba Kori, bapak Ma’mun dan bapak Anomali yang selalu memberi saran untuk segala pengurusan kelengkapan surat-surat;

9. Terimakasih kepada Asisten Lab Mikrobiologi, Mbak Romi, yang dengan sabar terus menemani proses berjalannya penelitian ini, memberikan masukan, dan menyediakan jasanya dan senantiasa menjadi tempat bertanya. 10. Kepada teman-teman seperjuangan dalam meraih cita-cita, Cici Yuliana Sari,

Magista Vivi Anisa, Annisa Ratya, Putri Fitriana, Gita Augesti, Aulia Agristika, Bianti Nuraini, Putri Rinawati, Asih sulistiyani, dan Ayu Aprilia atas semua yang telah dilewati bersama dan selalu memberi perhatian, semangat, dukungan, motivasi, kasih sayang, kebersamaan dan kebahagiaan bagi penulis dalam proses meraih cita-cita dan menyelesaikan skripsi ini. 11. Terima kasih kepada teman-teman skripsi Mikrobiologi, Nyimas Farisa

Nadila, Stevan W. K, Desta Eko I., Gulbuddin Hikmatyar, Danar F. Sudarsono, yang telah bersama menjadi tempat bertanya dan memberikan bantuan dalam penyelesaian proses penelitian.

ix

12. Teman-teman angkatan 2011 tercinta yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih telah memberikan motivasi, kebersamaan dan ilmu yang tak ternilai;

13. Kepada saudara-saudaraku di FSI Ibnu Sina dan BEM FK Unila, yang telah memberikan banyak pelajaran mengenai tanggung jawab, kerjasama, dan loyalitas.

14. Kepada rekan-rekan Asdos Histologi (Anggia, Ferina, Gaby, Deborah, Sheba, Ade) dan Asdos CSL (Asih, Nyimas, Likha, Ara, Mahe, Agung).

15. Kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002–2014) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran;

16. Semua pihak yang telah berjasa dalam proses pencapaian cita-cita penulis yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.

Bandar Lampung, 13 Januari 2015 m Penulis m

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ...i

LEMBAR PERSETUJUAN ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ...iv

RIWAYAT HIDUP ...v

SANWACANA ...vi

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang putih (Allium sativum L.)...7

1. Sejarah Tumbuhan ...7

2. Taksonomibawang putih (Allium sativum L.) ...7

3. Morfologi Tanaman ...8

4. Kandungan dan manfaat bawang putih (Allium sativum L.) ...10

B. Mekanisme Antibakteri Bawang Putih ...13

xi

1. Klasifikasi ...15

2. Morfologi dan Deskripsi Bakteri ...15

3. Karakteristik Kultur ...17

4. Enzim dan Toksin ...17

5. Patogenesis ...19

6. Mekanisme Resistensi Stafilokokus ...20

D.Kerangka Teori ...20

E.Kerangka Konsep ...21

F. Hipotesis ...22

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...23

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...23

C. Bahan dan Alat Penelitian ...23

D. Prosedur Penelitian ...24

E. Variabel Penelitian ...29

F. Definisi Operasional ...30

G. Analisis Data ...31

H.Etika Penelitian ...31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...32

B. Pembahasan ...35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...40

B. Saran ...41

DAFTAR PUSTAKA ...xiv LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Informasi Kandungan Gizi bawang putih (United States

Departement of Agriculture, 2010) ... 10 2. Definisi Operasional ... 30 3. Hasil uji daya hambat ekstrak ethanol bawang putih terhadap

Staphylococcus aureus... ... 32 4. Hasil uji daya bunuh ekstrak ethanol bawang putih terhadap

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bawang Putih (Litbang Departemen Pertanian, 2008) ...8 2. Gram stain Staphylococcus aureus diambil dari eksudat pustula

(Todar,2005) ...17 3. Kerangka teori efek pemberian ekstrak ethanol 96% bawang putih

terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ...21 4. Kerangka konsep efek pemberian ekstrak ethanol 96% bawang putih

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan penyakit infeksi. Penyakit infeksi juga merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia (Mulholland, 2005).

Pemberian antibiotik merupakan tatalaksana penting dalam menangani pasien dengan penyakit infeksi. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan dalam praktik perawatan kesehatan, banyak penderita penyakit infeksi yang memerlukan perawatan jangka panjang di rumah sakit. Hal ini menyebabkan pajanan antibiotik oral dan antibiotik parenteral terhadap pasien tersebut semakin meningkat. Hal ini menimbulkan permasalahan baru, yaitu munculnya mikroba patogen yang resisten terhadap antibiotik (Mardiastuti, 2007).

Pemakaian antibiotika secara rasional mutlak menjadi suatu keharusan. Rasionalitas pemakaian antibiotik tersebut meliputi tepat indikasi, tepat

2

penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat. Pemakaian antibiotik yang tidak rasional akan menyebabkan munculnya banyak efek samping dan mendorong munculnya bakteri resisten (Sutrisna,2012).

Salah satu bakteri patogen yang sering menginfeksi manusia ialah bakteri bergenus Staphylococcus. Genus Staphylococcus sedikitnya memiliki 30 spesies. Tiga spesies utama yang memiliki kepentingan klinis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari spesies lainnya. S. aureus adalah patogen utama pada manusia. Hampir semua orang pernah mengalami infeksi S. aureus selama hidupnya, dengan derajat keparahan yang beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan hingga infeksi berat yang mengancam jiwa (Brooks, 2008).

Bakteri genus Staphylococcus bersifat cepat menjadi resisten terhadap banyak obat antimikroba dan menyebabkan masalah terapi yang sulit (Brooks, 2008). Mardiastuti dkk, dalam penelitiannya juga memaparkan bahwa Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri dengan angka resistensi terhadap beragam antibiotik yang cukup tinggi di Indonesia. Dalam penelitian tersebut, Mardiastuti menjelaskan bahwa di Asia, Staphylococcus aureus telah menunjukkan sifat resisten terhadap penisilin, oksasilin, dan antibiotik golongan beta laktam lainnya. S. aureus yangresisten terhadap siprofloksasin mencapai 37%.

3

Meningkatnya resistansi antibiotik ini merupakan salah satu penghambat utama dalam tercapainya hasil pengobatan yang sukses dan pengontrolan terhadap patogenisitas mikroba (Fu, 2007). Selain itu, antibiotik juga dikenal banyak memiliki efek samping yang sering mengganggu kenyamanan konsumennya. Efek samping itu antara lain ialah rasa lemas, mual, sakit kepala dan lainnya (Rangan, 2009). Oleh karena itu, berkembangnya resistensi terhadap obat serta meningkatnya ketertarikan konsumen terhadap obat-obatan dengan efek samping yang minimal memaksa kita untuk mengembangkan agen antimikroba baru (Gull, 2012). Untuk menanggulangi masalah tersebut, salah satu usaha yang telah lama dikembangkan dalam beberapa dekade akhir ini ialah dengan mengambil jalan alternatif dengan meggunakan obat-obatan alami berbahan dasar tumbuhan (Ansari, 2006).

Penggunaan obat-obatan herbal yang berasal dari tumbuhan dan rempah, apabila dibandingkan dengan obat-obat yang diformulasikan dari bahan kimia, memiliki efek samping yang lebih minimal. Obat-obatan herbal ini juga dapat dibeli dengan harga yang relatif murah, sehingga dengan mudah dapat dijangkau oleh kalangan sosial ekonomi manapun (Vuorela, 2004). Oleh karena itu, beberapa tahun belakangan ini, karena manfaatnya yang dinilai tinggi, penggunaan obat-obatan herbal yang berasal dari tumbuhan dan rempah meningkat. Tidak hanya di negara berkembang, namun juga di negara maju (De Boer, 2005). Salah satu tumbuhan yang telah lama dipercaya memiliki aktivitas antibakteri yang cukup baik untuk melawan Staphylococcus aureus ialah bawang putih (Duman, 2008).

4

Penggunaan terapetik Bawang putih sudah lama diketahui memiliki potensi pengobatan terhadap infeksi berbagai macam organisme. Sebagai contohnya sebagai antijamur, antivirus, antibakteri, anticacing, dan antiseptik. Ekstrak bawang putih menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram negatif (E. Coli, Salmonella sp., Citrobacter enterobacter, dan Pseudomonas kilabsella) dan bakteri gram positif (S. aureus, S. pneumoniae, Group A streptococcus dan Bacillus anthrax) (Deresse, 2010). Semua bakteri patogen di atas telah dikenal sebagai bakteri yang menyebabkan angka morbiditas yang tinggi di seluruh dunia. Namun, penelitian kali ini hanya akan difokuskan terhadap efek antibakteri bawang putih terhadap Staphylococcus aureus.

Ekstrak air, ethanol dan kloroform dari bawang putih telah dilaporkan menginhibisi pertumbuhan bakteri patogen, dengan berbagai macam derajat sensitivitas. Banyak literatur menyebutkan bahwa bakteri gram positif Staphylococcus aureus dinyatakan lebih rentan terhadap efek toksik dari bawang putih daripada bakteri gram negatif (El-Mahmood, 2009). Menurut penelitian yang telah dilakukan Eja dkk, di salah satu institut di Calabar, Nigeria, dilaporkan bahwa bawang putih memiliki suatu kandungan yang bernama Allicin, suatu zat aktif yang memiliki aktivitas antibakteri dan telah dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri yang besar (zona inhibisi >16mm) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (zona inhibisi >18mm) dalam konsentrasi ekstrak bawang putih 20%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dalam penelitian lain, telah dibuktikan bahwa apabila zat allicintersebut dihilangkan, akan

5

berdampak pada menghilangnya aktivitas antibakteri bawang putih. (Hughes dan Lawson, 1991; Cai et al., 2007).

Dipilihnya bawang putih dikarenakan ini dalam kesehariannya sering digunakan sebagai obat alternative untuk menyembuhkan bisul (furunkel) pada kulit, yang seringkali disebabkan oleh bakteri gram positif, Staphylococcus aureus (El-Mahmood, 2009). Selain itu juga, dalam literature lain, disebutkan pula bahwa penggunaan bawang putih sebagai bahan masakan dapat mencegah terjadinya Staphylococcal food poisoning (Deresse, 2010). Bawang putih juga sangat mudah didapatkan di tengah kalangan masyarakat dan merupakan tanaman yang hampir selalu ditemui di dapur setiap rumah.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pemberian ekstrak ethanol bawang putih (Allium sativum Linn) memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus?

2. Berapakah Konsentrasi Hambat minimal dan Konsentrasi bunuh minimal ekstrak ethanol bawang putih terhadap pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus ?

6

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui daya hambat dan daya bunuh ekstrak ethanol bawang putih (Allium sativum Linn) terhadap pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus.

2. Mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal dan Konsentrasi Bunuh Minimal ekstrak ethanol bawang putih terhadap bakteri gram positif Staphylococcus aureus.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu pengetahuan seputar manfaat yang dapat diambil dari tanaman bawang putih terhadap suatu penyakit infeksi bakteri, terutama infeksi bakteri Staphylococcus aureus. Diharapkan pula bahwa penelitian ini dapat menambah pengetahuan di dalam ilmu kedokteran, tertutama dalam bidang ilmu Mikrobiologi dan Farmakologi.

2. Manfaat Aplikatif

a. Manfaat bagi peneliti ialah sebagai wujud penerapan ilmu yang telah dipelajari. Serta dan menambah wawasan serta keterampilan dalam perihal penulisan penelitian.

b. Manfaat bagi institusi ialah menambah referensi bagi penelitian yang serupa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Putih (Allium Sativum L.) 1. Sejarah Tumbuhan

Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, diantaranya Cina dan Jepang yang beriklim subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh Asia, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Seiring dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah pedalaman dan akhirnya bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Peranannya sebagai bumbu penyedap masakan modern sampai sekarang tidak tergoyahkan oleh penyedap masakan buatan yang banyak kita temui di pasaran yang dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin, 2003).

2. Taksonomi Bawang Putih (Allium Sativum L.)

Klasifikasi bawang putih, yaitu : Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Liliales

8

Suku : Liliaceae Marga : Allium

Jenis : Allium sativum (Syamsiah dan Tajudin, 2003).

3. Morfologi Tanaman

Bawang putih (Allium sativum L.) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari (Syamsiah dan Tajudin, 2003). Adapun morfologi dari tanaman bawang putih (Allium sativum L.) ialah sebagai berikut :

Gambar 1. Bawang Putih (litbang Departemen Pertanian, 2008)

9

a. Daun

Berupa helai-helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah daun yang dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah. Bentuk daun pipih rata, tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan agak melipat ke dalam (arah panjang/membulur).

b. Batang

Batangnya merupakan batang semu, panjang (bisa 30 cm) tersusun pelepah daun yang tipis, namun kuat.

c. Akar

Terletak di batang pokok atau di bagian dasar umbi ataupun pangkal umbi yang berbentuk cakram. Sistem perakarannya akar serabut, pendek, menghujam ke tanah, mudah goyang dengan air dan angin berlebihan.

d. Siung dan Umbi

Di dekat pusat pokok bagian bawah, tepatnya diantara daun muda dekat pusat batang pokok, terdapat tunas, dan dari tunas inilah umbi-umbi kecil yang disebut siung muncul. Hampir semua daun muda yang berada di dekat pusat batang pokok memiliki umbi. Hanya sebagian yang tidak memiliki umbi (Syamsiah dan Tajudin, 2003).

10

4. Kandungan dan Manfaat Bawang Putih (Allium sativum L.)

Secara klinis, bawang putih telah dievaluasi manfaatnya dalam berbagai hal, termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan atherosclerosis, dan juga sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Banyak juga terdapat publikasi yang menunjukan bahwa bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai agen antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Majewski, 2014).

Bawang putih memiliki setidaknya 33 komponen sulfur, beberapa enzim, 17 asam amino dan banyak mineral, contohnya selenium. Bawang putih memiliki komponen sulfur yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Allium lainnya. Komponen sulfur inilah yang memberikan bau khas dan berbagai efek obat dari bawang putih (Londhe, 2011).

Adapun kandungan gizi lain yang terkandung dalam 100 gram bawang putih dapat dilihat pada Tabel 1 yang ada di bawah ini.

Tabel 1. Informasi Kandungan Gizi bawang putih

Kandungan Satuan Nilai Kandungan per 100 gram Air g 58,58 Energi Kcal 149 Energi kJ 623 Protein g 6,36 Total Lemak g 0,50 Karbohidrat g 33,06 Serat g 2,1

11 Gula, total g 1,00 Mineral Kalsium mg 181 Besi, Fe mg 1,70 Magnesium, Mg mg 25 Fosfor, P mg 153 Kalium, K mg 401 Natrium, Na mg 17 Zinc, Zn mg 1,16 Copper, Cu mg 0,299 Mangan, Mn mg 1,672 Selenium, Sn mcg 14,2 Vitamin

Vitamin C, total asam askorbat mg 31,2 Vitamin B-6 mg 1,235 Beta karotin mcg 5 Vitamin A, IU IU 9 Vitamin E, (alpha-tocopherol) mg 0,08 Vitamin K (phylloquinone) mcg 1,7 Asam amino Tryptophan g 0,066 Threonine g 0,157 Isoleusin g 0,217 Leusin g 0,308 Metionin g 0,076 Sistin g 0,065 Lisin g 0,273

(Sumber :United States Departement of Agriculture, 2010)

Adapun efek dan manfaat bawang putih terhadap tubuh kita ialah sebagai berikut :

a. Pada Metabolisme Lemak dan Kolesterol

Bawang putih membantu metabolisme lemak dan menurunkan level kolesterol tubuh. Meningkatkan kolesterol baik, HDL dan menurunkan kadar kolesterol jahat, LDL dan trigliserida. Melindungi pembuluh darah dan jantung. Secara signifikan mengurangi aktivitas HMG CoA dan enzim lainnya (Bayan, 2013).

12

b. Terhadap Proses Oksidasi Sel Kanker

Studi baru belakangan ini menunjukkan bahwa suatu kandungan dalam bawang putih memiliki kadar anti-oksidan yang kuat. Dan komponen sulfur dalam bawang putih juga dipercaya memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan tumor (Bayan, 2013). c. Terhadap Sistem Kardiovaskular

Bawang putih dapat memperbaiki keseimbangan profil lipid, mempengaruhi tekanan darah, menginhibisi fungsi platelet, antioksidan dan aktivitas fibrinolisis (Bayan, 2013).

d. Terhadap Tulang dan Sendi

Diallyl disulfide (DADS), menghambat ekspresi protease matriks yang menyebabkan kerusakan pada struktur kondrosit. Serta memiliki mekanisme potensial bersifat protektif terhadap pasien dengan osteoporosis. Selain itu pula, bawang putih memiliki kemampuan anti-inflamasi (Bayan, 2013).

e. Kemampuan antibakteri

Studi In vitro telah menunjukkan bahwa bawang putih memiliki aktivitas melawan banyak bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Beberapa bakteri yang telah diuji sensitivitasnya terhadap bawang putih antara lain ialah Escherichia, Salmonella,

13

Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus, Bacillus, Clostridium dan Mycobacterium tuberculosis (Bayan, 2013).

Louis Pasteur merupakan orang pertama yang menemukan efek antibakteri dari jus bawang putih. Bawang putih dipercayai memiliki aktivitas antibakteri berspektrum luas (Stavelikova, 2008). Kemampuan antibakteri ini diyakini dikarenakan adanya zat aktif Allicin dalam bawang putih. (Cai et al., 2007)

B. Mekanisme Antibakteri Bawang Putih

Allicin dan komponen sulfur lain yang terkandung di dalam bawang putih dipercaya sebagai bahan aktif yang berperan dalam efek antibakteri bawang putih. Zat aktif inilah yang dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri dengan spektrum yang luas, hal ini telah dievaluasi di dalam banyak penelitian, bahwa bawang putih memiliki aktivitas antibakteri yang cukup tinggi dalam melawan berbagai macam bakteri, baik itu bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif. Beberapa bakteri yang telah terbukti memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap aktivitas antibakteri bawang putih ialah Staphylococcus, Vibrio, Mycobacteria, dan spesies Proteus (Mikaili, 2013). Allicin (diallyl thiosulfinate) merupakan salah satu komponen biologis yang paling aktif yang terkandung dalam bawang putih. Komponen ini, bersamaan dengan komponen sulfur lain yang terkandung dalam bawang putih berperan pula memberikan bau yang khas pada bawang putih (Londhe,

14

2011). Allicin tidak ada pada bawang putih yang belum dipotong atau dihancurkan (Majewski, 2014).

Adanya kerusakan pada umbi bawang yang ditimbulkan dari dipotongnya atau dihancurkannya bawang putih akan mengaktifkan enzim Allinase yang akan memetabolisme alliin menjadi allicin, yang kemudian akan dimetabolisme menjadi vinyldithiines dan Ajoene. Proses ini memakan

Dokumen terkait